TINJAUAN PUSTAKA
mekanisme sistem produksi baik berupa barang maupun jasa. Produksi beras
berarti perubahan input produksi dari biji-bijian hingga menjadi beras yang dapat
yang muncul dalam menu sehari-hari dan merupakan sumber energi terbesar bagi
pertumbuhan tubuh. Sedangkan, pangan pokok utama adalah pangan pokok yang
dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat
Beras adalah hasil olahan produk sektor pertanian yang disebut padi
strategis, karena merupakan tulang punggung ketahanan pangan dan hajat hidup
warga dunia. Hal ini tampak pada pertumbuhan beras yang terus meningkat sesuai
produktivitas. Semakin luas areal panen dan semakin tinggi produktivitas, maka
semakin jumlah besar produksi. Selain kedua hal tersebut, produksi beras juga
dipengaruhi oleh tingkat konversi dari gabah ke beras. Berdasarkan road map
10 juta ton beras. Berdasarkan angka ramalan II (ARAM II) Badan Pusat Statistik
9
10
(BPS) produksi padi tahun 2012 mencapai 68,956 juta ton GKG atau meningkat
3,1999 juta ton (4,87%) dari pencapaian produksi tahun 2011 yang hanya sebesar
65,756 juta ton. Dengan perkembangan produksi padi tahun 2012, maka sasaran
produksi tahun 2013 hanya memerlukan peningkatan 3,111 juta ton GKG (4,51%)
bukan 4,239 juta ton (6,25%) dari tahun 2012. Sasaran tersebut ditetapkan dengan
perhitungan jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah 248,334 juta jiwa dengan
tingkat konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 132, 98 kg. Dengan sasaran
produksi padi tersebut terjadi surplus beras sejumlah 7,49 juta ton (Departemen
Pertanian, 2012).
cerminan konsumsi pangan penduduk yang belum beragam dan bergizi seimbang
dengan indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang masih dibawah standar
ideal. Pola Pangan Harapan atau Desireable Dietary Pattern adalah susunan
beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan atau kontribusi energi dan
kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dan suatu pola
Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary
score). Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang
ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis
pangan secara agregat. Disamping itu juga berguna sebagai basis untuk
penghitungan skor pola pangan harapan yang digunakan sebagai indikator mutu
11
gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan, baik pada tingkat ketersediaan
maupun tingkat konsumsi. Selain itu, digunakan untuk perencanaan konsumsi dan
1. Tujuan
produksi lokal,
daya beli.
2. Manfaat
pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara agregat,
12
- Sebagai basis untuk penghitungan skor Pola Pangan Harapan yang digunakan
sebagai indikator mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan baik
dengan adanya ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup dan memenuhi
persyaratan gizi untuk penduduk. Bahan pangan yang dapat diproduksi di dalam
negeri diupayakan tetap menjadi pilar utama dalam penyediaan pangan nasional,
pangan nasional.
pangan di Provinsi Bali perlu diarahkan pada penanganan rumah tangga di desa
menjadi penentu kebijakan pangan nasional dalam pemenuhan hak atas pangan
penentu stabilitas ekonomi dan politik di Indonesia. Tetapi belum ada perbaikan
menentukan arah kebijakan di tahun yang mendatang. Data dari berbagai lembaga
Umum, dan lainnya masih tumpang tindih dan belum diintegrasikan antara satu
dan lainnya. Data yang valid dan bias dipertanggungjawabkan merupakan salah
lembaga yang terkaitcsehingga data satu dan lainnya berbeda, karena kepentingan
harga beras dalam negeri serta menetapkan kebijakan pengadaan dan penyaluran
Internasional. Pada hakekatnya, terdapat tiga aspek yang saling berkaitan dalam
kebijakan pangan dan gizi, yaitu aspek produksi, konsumsi, dan distribusi (Wahab
produktif. Peningkatan itu mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat
lembaga terkait dari pemerintah hingga petani dan bermodalkan tekad dan kerja
keras petani yang sudah ada, besar kemungkinan usaha untuk menjadikan
“dirinya”. Harga beras bervariasi dan mengalami fluktuasi yang begitu riskan
usaha jutaan petani kecil yang rentan terhadap risiko. Penyerapan tambahan bagi
15
surplus musiman yang terjadi harus dilakukan melalui penciptaan pasar baru oleh
pemerintah agar harga produsen tidak semakin tertekan (Pranolo dan Tito, 2000).
kucuran dana sosialnya yang lebih lazim dikenal dengan CSR (Corporate Social
terhadap petani.
akan dirintis oleh petani padi. Keberhasilan usaha yang dijalankan, merupakan
keberhasilan bersama dalam menjaga eksistensi tanaman padi di tanah air. Oleh
pertanian tidak lagi ditinggalkan dan apa yang kita harapkan tentang ketersediaan
komprehensif dan operasional oleh Mears dan Afiff (1969). Falsafah dasar
3. Perbedaan yang layak antara harga dasar dan harga maksimum untuk
semua program tersebut, selama harga jual yang diterima petani tidak turut
produksinya, seperti yang berlaku bagi setiap produsen disektor lainnya. Petani
pada akhirnya merasa tidak memiliki profit memperluas lahan garapan dalam
Dalam pemberian jaminan pada para petani, bahwa hasil produksinya akan dibeli
pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah atau perusahaan yang telah ditunjuk.
pembelian gabah/beras pada saat penawaran berlimpah (pada waktu panen) dan
17
yang telah ditetapkan pemerintah, serta penyaluran beras untuk masyarakat rawan
pangan dan emerjensi (Amang, 2011). Penetapan kebijakan harga dasar gabah
2002.
dapat merangsang produksi. Dampak positif ini terlihat, bahwa kenaikan produksi
beras selama tiga pelita telah tercapai, karena peran insentif harga dasar dan harga
pupuk serta pestisida sebesar 40%. Faktor-faktor yang lain seperti benih unggul,
irigasi dan pengetahuan dari petani secara bersama menyumbang sebesar 60%
bagi kenaikan produksi padi (Amang, 1989). Melalui Inpres No. 9 Tahun 2002,
pemerintah dengan sangat halus mengganti istilah Harga Dasar Gabah (HDG)
menjadi Harga Dasar Gabah Pembelian Pemerintah (HDGP) atau yang saat ini
dikenal dengan istilah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Perubahan ini tidak
terlalu berbeda, akan tetapi sebenarnya sangat mendasar. Dengan kebijakan HPP
pemerintah hanya menjamin harga gabah pada tingkat tertentu yang telah
ditetapkan, tidak lagi menjamin harga gabah minimum di tingkat petani. HPP
berlaku digudang BULOG, bukan di tingkat petani sebagaimana isi dari kebijakan
HDG sehingga tidak lagi memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan
bahan pangan adalah harga sesuai dengan tugas pokok BULOG untuk
BULOG memiliki tujuan, yaitu menjaga variasi harga antar musiman dan antar
tempat (Amang dan Sawit, 1989). Bentuk price policy yang masih berlaku dan
dijalankan oleh BULOG berupa Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar
Khusus (OPK). Perasi Pasar Murni (OPM) merupakan bagian dari general price
subsidy yang digunakan pada saat harga beras sangat tinggi akibat excess demand
price subsidy. Tujuan awal dari OPK adalah penyaluran bantuan pangan pada
masyarakat miskin yang rentan pangan di tahun 1998 yang disebabkan tidak
efektifnya OPM. Pada tahun 2002, OPK berubah namanya menjadi Raskin (beras
untuk rakyat miskin). Program ini terus dilakukan dan diupayakan sebagai salah
3. Kebijakan impor
pemerintah pada tahun 2013 merencanakan impor beras 670 ribu ton, sementara
realisasi impor tahun lalu sebanyak 2 juta ton. Bahkan Kementerian Pertanian
19
menyatakan produksi beras meningkat sebesar 39 juta ton dengan total konsumsi
34 juta ton hingga 35 juta ton dengan kata lain, masih ada surplus 5 juta ton.
Dalam hal ini dipandang dan berasumsi yang menjadikan impor beras sebagai
ujung tombak bagi terwujudnya ketahanan hak atas pangan dan ketersediaan
kebutuhan.
permasalahn ini. Kebijakan impor lanjutan bukan kebijakan yang tepat untuk
sebagai negara agraris yang memiliki berbagai potensi yang sangat melimpah
sumber daya alamnya, terkhusus pada bidang pangan dan dapat dimanfaatkan
secara positif potensi yang ada untuk meningkatkan ketahanan dan ketersediaan
pangan domestik yang berkelanjutan demi kepentingan rakyat. Oleh karena itu,
manajemen perberasan nasional yang berbasis pada tiga pilar yang sangat penting,
4. Kebijakan distribusi
penerapannya di pusat maupun di daerah dengan diikat sistem hukum yang telah
sehingga pengaturan dalam perencanaan distribusi yang baik dan sehat sangat
sekitar 10% dari pangsa pasar beras domestik, sedangkan sisanya melalui
oleh pemerintah. Pada saat dibentuknya lembaga yang membidangi bahan pangan
(LPND), yang telah memberikan kontribusi aktif akan tugas dan perannya sebagai
21
sebuah lembaga yang membidangi pangan, baik dari bentuk usaha, jenis usaha
sebagai sebuah lembaga pemerintah starategis yang sifatnya “otonom” dan berada
seperti, stabilisasi harga bahan pangan, distribusi pangan, serta pengelolaan bahan
pangan domestik.
pemerintah tersebut sangat erat korelasinya dengan paket instrumen yang bersifat
terintegrasi. Untuk setiap tujuan yang akan dicapai dalam kebijakan perberasan,
pengaruh untuk proses pengadaan bahan pangan dalam negeri. Selain itu,
1970).
yang baik. Umumnya hal ini disebabkan karena, berfungsinya berbagai perangkat
pendukung peran BULOG dalam menjaga stabilitas harga bahan pangan yang
sempat tak berfungsi, seperti peran KUD, pemberian subsidi pupuk, pemberian
pestisida dan program swasembada beras daerah. Perubahan yang telah dibangun
(Inpres 9/201) dapat diaplikasikan secara ulang dan maksimal. Pengelolaan lahan
22
tanam dapat dijaga secara konsisten dan akhirnya proses produksi berjalan dengan
Di sisi lain, banyak pihak menilai aspek ini sudah kuno, namun dengan
situasi dan kondisi saat ini dari para petani penerapan tersebut dengan melakukan
sistem model modifikasi terarah akan lebih meningkatkan efektivitas yang ingin
pada tahun 2007 Indonesia mampu berswasembada pangan. Dalam penerapan itu,
seiring dengan kemajuan teknologi dan secara bersama baik petani, akademisi,
pihak swasta maupun para pelaku usaha ekonomi dibidang pangan sangat realistis
pada tahun 2020 Perum BULOG akan menjadi sebuah lembaga yang berperan
sangat penting sebagai tonggak estafet dari pemerintah dengan mewujudkan pilar
2.3.2 Peran BULOG dalam Status Perum sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)
kebijakan untuk membentuk sebuah sistem yang efektif dan efisien (effective and
komunikasi kelembagaan.
hukum dan aturan yang jelas dalam implementasi PSO tersebut. Dalam konteks
ini teori yang digunakan merupakan teori fungsi hukum sebagai sarana
pembangunan hukum nasional saat ini, namun perlu juga dilengkapi dengan
strategis oleh pemerintah. BULOG tidak memiliki fasilitas Kredit Likuiditas Bank
24
memiliki hak monopoli impor beras. Namun, dengan berubahnya statuta BULOG
menjadi Perum kewenangan BULOG diperluas dengan melakukan jenis usaha dan
dan peran pokoknya dalam menstabilkan harga dan persediaan bahan pangan.
Indonesia.
terutama adalah:
pemerintah,
3. Hasil dari aktivitas bisnis sebagiannya dapat mendukung tugas publik. Hal ini
PERUM BULOG
DIVRE BALI
Masalah:
Simpulan
Rekomendasi
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Peran Perum BULOG Divisi Regional (Divre) Bali dalam
Menstabilkan Harga dan Persediaan Beras