Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SURVEI KONSUMSI PANGAN (SKP)

Pola Pangan Harapan

DISUSUN OLEH :
RIYANA ULFA
20142320073
D-IV GIZI

DOSEN :
DAHLIANSYAH,SKM

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


TAHUN AKADEMIK 2016/2017
A. Judul : Pola Pangan Harapan (PPH)

B. Latar Belakang :

Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi


masyarakat harus selalu terjamin. Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk
memenuhi kualitas hidup yang maju, mandiri, dalam suasana tenteram serta sejahtera lahir
dan batin semakin dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas dan merata.
Undang-undang Pangan Nomor 7/1996 mengamanatkan bahwa pangan merupakan salah
satu kebutuhan pokok yang pemenuhannya bagian dari hak asasi manusia (Depkes RI,
2005).

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok
pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif
terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang mampu
mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya,
agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005).
Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat,
aktif dan produktif berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Ketersediaan pangan
sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau sangat menentukan
tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga. Selanjutnya pola konsumsi pangan rumah
tangga akan berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan (Depkes RI, 2005).
Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi salah satu indikator dalam pencapaian ketahanan
pangan. Dalam konteks tujuan penyediaan pangan yang cukup dan bermutu bagi
pemenuhan kebutuhan gizi penduduk, FAO-RAPA telah merekomendasikan pendekatan
PPH dan skor PPH sebagai instrumen penetapan target dan evaluasi pembangunan pangan
bagi perbaikan gizi masyarakat di suatu negara atau daerah.
Dengan PPH sebagai acuan diharapkan tercapai dua tujuan utama yaitu untuk
meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan dan untuk mengurangi ketergantungan konsumsi
pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan. Melalui kedua tujuan utama tersebut,
baik secara langsung maupun tidak langsung, diharapkan pola konsumsi masyarakat dapat
memberikan kontribusi pada terwujudnya ketahanan pangan di Indonesia.
Pada umumnya, telah diketahui bahwa 5 kelompok zat gizi, selain air yang essential
diperlukan tubuh manusia adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral. Berbagai zat
gizi ini disediakan oleh beragam pangan yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi.
Sejumlah golongan pangan yang tersusun secara seimbang akan mampu memenuhi
kebutuhan zat gizi. Golongan pangan tersebut mencakup :

1. Padi-padian, meliputi beras, jagung, terigu, dan hasil olahanya.

2. Umbi-umbian atau pangan berpati, meliputi ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu
dan hasil olahanya.

3. Pangan hewani, meliputi ikan, daging, telur, susu, dan hasil olahanya.

4. Minyak dan lemak, meliputi minyak kelapa, minyak jagung, minyak goring kelapa
sawit dan margarine.

5. Buah dan biji berminyak, meliputi mete, kelapa, kenari, kemiri dan cokelat.
6. Kacang-kacangan, meliputi kacang kedelai, kacang tanah, kacang tonggak, kacang
polong.

7. Gula, meliputi gula pasir, gula merah/mangkok, dan sirup.

8. Sayuran dan buah-buahan, meliputi semua jenis sayuran dan buah-buahan.

9. Lain-lain, meliputi bumbu-bumbu.

Selama ini pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum memenuhi
keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, untuk
mengukur keberhasilan upaya diversifikasi baik di bidang produksi, penyediaan dan
konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter. Salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan adalah Pola Pangan Harapan
(PPH). Dengan PPH diketahui tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi tetapi sekaligus juga
mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya
terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli. Dengan pendekatan PPH dapat
dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan, dimana semakin tinggi skor
pangan maka semakin beragam dan semakin baik komposisinya. Selama ini informasi
tentang situasi pangan atau pola konsumsi pangan baru mencakup pangan pokok saja,
sehingga belum bisa memberikan gambaran lengkap tentang kualitas konsumsi pangan
penduduk.

Tujuan Pola Pangan Harapan


1. Secara umum tujuan Pola Pangan Harapan adalah untuk menghasilkan
suatu komposisi standar pangan.
2. Tujuan analisis Pola Pangan Harapan berdasarkan ketersediaan dan
konsumsi pangan adalah untuk :
- Mengetahui secara mendetail tentang tingkat ketersediaan pangan dari produksi
lokal.
- Mengetahui kesenjangan tingkat mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan pada
tingkat ketersediaan dengan memperhatikan keseimbangan gizi yang didukung oleh
citarasa,daya terima masyarakat, kuatitas dan kemampuan daya beli

Kegunaan Pola Pangan Harapan


1. Sebagai instrumen sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi
pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara agregat.
2. Sebagai basis untuk penghitungan skor Pola Pangan Harapan yang
digunakan sebagai indikator mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi
pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun tingkat konsumsi.
3. Untuk perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan.
4. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan, keadaan perencanaan
penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan dapat memenuhi
tidak hanya kecukupan gizi (nutritional adequency), akan tetapi sekaligus
juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang
didukung oleh citarasa (palatability), daya guna (digestability), daya terima
masyarakat (acceptability), kuantitas, dan kemampuan daya beli
(affortablity).

Perhitungan Skor PPH

Skor PPH digunakan untuk mengetahui kualitas pangan dilihat darikeragamannya


pola pangan, biasanya untuk menilai kualitas dari sisiketersediaan pangan. (Suyatno, 2009)

Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Untuk menghitung PPH, dapat
mengikuti langkah langkah di bawah ini:(Suyatno,2009)

1. Mengelompokkan jenis pangan ke dalam delapan kelompok pangan.

2. Menghitung jumlah energi masing-masing kelompok pangan denganDKBM


(Daftar Komposisi Bahan Makanan).

3. 3.Menghitung persentase masing-masing kelompok pangan terhadap totalenergi


per hari.

4. Skor PPH dihitung dengan mengalikan persen energi dari kelompok pangan
dengan bobot.

Kriteria (Suyatno,2009)

Kriteria Skor PPH sebagai berikut:

1. Skor PPH < 78 : Segitiga Perunggu


2. Skor PPH 78- 88 : Segitiga Perak
3. Skor PPH > 88 : Segitiga Emas.

Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan bergiziseimbang.
Jika skor konsumsi pangan mencapai 100, maka wilayah tersebut dikatakan tahan
pangan.

C. Tujuan : Memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan beragam,


bergizi, berimbang dan aman

D. Waktu dan Tempat : Kamis,12-Mei-2016 / Ruang Kelas Jurusan Gizi Pontianak


E. Alat dan Bahan :

a. Alat : Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah inform
consent, formulir recall, FFQ & PPH.

b. Bahan : Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah sumber makanan


pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah.

F. Prosedur Praktikum :

a. Tahapan melakukan Recall 24 jam Konsumsi Gizi


Recall konsumsi gizi memiliki unit analisis terkecil selama 24 jam atau sehari. Jangka
waktu minimal yang dibutuhkan untuk recall 24 jam konsumsi gizi adalah satu hari
(dalam kondisi variasi konsumsi pangan dari hari ke hari tidak beragam) dan
maksimal 7 hari. Namun paling ideal dilakukan dalam satu minggu atau 7 hari.
Pengulangan recall dapat dilakukan untuk meningkatkan ketepatan data zat gizi
yang diperoleh. Pengulangan dapat dilakukan pada musim berbeda, misal recall 24
jam konsumsi pangan yang pertama selama 7 hari dilakukan saat musim kemarau,
pengulangan recall 24 jam konsumsi pangan (recall 24 jam konsumsi pangan tahap
kedua) dilakukan selama 7 hari pada penghujan.

b. Latihan Recall 24 Jam Konsumsi Gizi


Latihan recall 24 jam konsumsi gizi dapt dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan informed consent
2) Menanyakan makanan dan minuman termasuk suplemen yang dikonsumsi
responden pada waktu makan pagi kemarin sampai sebelum sarapan pagi ini
beserta ukuran rumah tangga. Memperlihatkan model makanan (food
model)/pangan sesungguhnya kepada responden/subjek atau melihat daftar URT
yang ada untuk memperkirakan URT.
3) Menanyakan makanan selingan setelah makan pagi kemarin hingga sebelum
makan pagi hari ini beserta URT dan dibantu dengan model makanan/melihat
URT yang ada. Semua total waktu kegiatan konsumsi makanan, minuman, dan
suplemen berjumlah 24 jam.
4) Menanyakan kepada responden/subjek apakah masih ada makanan, minuman,
suplemen yang terlewatkan.
5) Memasukkan data pangan beserta URT ke formulir dengan berat makanan.
6) Melakukan pengolahan data untuk mengkonversi berat makanan ke dalam zat
gizi dengan bantuan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
7) Melakukan FFQ dan skoring terhadap hasil FFQ

8) Melakukan FFQ-semi kuantitatif dan hitung total konsumsi energi dan protein

9) Hitung PPH dari hasil FFQ-semi kuantitatif

Prosedur PPH

1. Mengelompokkan jenis pangan ke dalam delapan kelompok pangan.


2. Menghitung jumlah energi masing-masing kelompok pangan dengan DKBM
(Daftar Komposisi Bahan Makanan).
3. Menghitung persentase masing-masing kelompok pangan terhadap totalenergi
per hari.
4. Skor PPH dihitung dengan mengalikan persen energi dari kelompok pangan
dengan bobot.

G. Hasil Praktikum

No Bahan Makanan Energi Proporsi Bobot Skor PPH


1) Padi-Padian 563,13 37,73% 0,5 18,86
2) Umbi-Umbian 88,5 5,93% 0,5 2,96
3) Pangan Hewani 66,84 4,47% 2,0 8,94
4) Minyak dan Lemak 143,82 9,63% 1,0 9,63
5) Buah 209,09 14,01% 0,5 7,005
6) Kacang-Kacangan 297,05 19,90% 2,0 39,8
7) Gula 5,71 0,38% 0,5 0,19
8) Sayur 118,26 7,92% 2,0 15,84
TOTAL 1492,4 99,99% 103,85

Rumus Perhitungan :

energi
- Proporsi = total 100
- Skor PPH = Proporsi Bobot
H. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami menilai mutu pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan.
Data Pola Pangan Harapan tersebut kami dapatkan dari pengamatan sebelumnya yaitu
pada metode FFQ. Di dalam Form FFQ terdapat form Semi Kuantitatif yang isinya adalah
berat dalam satuan gram,frekuensi,porsi konsumsi dalam urt dan gram,dan yang terakhir
ada Rata-Rata konsumsi gram/hari. Setelah itu ada tabel total kebutuhan yang di dapatkan
dari form sebelumnya,dan akan di gunakan dalam prosedur Pola Pangan Harapan kali ini.
Pola Pangan Harapan atau Desireable Dietary Pattern adalah susunan beragam pangan
yang didasarkan pada sumbangan atau kontribusi energi dan kelompok pangan utama (baik
secara absolut maupun relatif) dan suatu pola ketersediaan atau pola konsumsi pangan.
FAORAPA (1989) mendefinisikan Pola Pangan Harapan adalah komposisi kelompok
pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk
berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tnggi skor mutu pangan, menunjukkan
situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya

Pola Pangan Harapan berguna sebagai instrumen sederhana menilai situasi


ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan
secara agregat. Disamping itu juga berguna sebagai basis untuk penghitungan skor Pola
Pangan Harapan yang digunakan sebagai indikator mutu gizi pangan dan keragaman
konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun tingkat konsumsi. Selain itu
digunalan untuk perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan. Dengan pendekatan
Pola Pangan Harapan, keadaan perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk
diharapkan dapat memenuhi tidak hanya kecukupan gizi (nutritional adequency), akan tetapi
sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang didukung
oleh citarasa (palatability), daya guna (digestability), daya terima masyarakat (acceptability),
kuantitas, dan kemampuan daya beli (affortablity).

Ada 3 kriteria PPH,yaitu :

1. Skor PPH < 78 : Segitiga Perunggu


2. Skor PPH 78- 88 : Segitiga Perak
3. Skor PPH > 88 : Segitiga Emas.

Pada tabel total kebutuhan yang saya dapatkan dari seorang responden,jumlah skor
PPH lebih dari 100,yang berarti masuk ke dalam kriteria Segitiga Emas. Pada pembahasan
sebelumnya telah disebutkan bahwa semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin
beragam dan bergizi seimbang. Jika skor konsumsi pangan mencapai 100, maka wilayah
tersebut dikatakan tahan pangan. Telah terbukti bahwa jumlah dari skor pph responden saya
lebih dari 100,hal tersebutkan dikarenakan pangan yang ia konsumsi sehari-hari sudah
beragam/bervariasi,bermacam jenis pangan,selain itu pangan yang ia konsumsi mempunyai
kadar gizi yang cukup seimbang dari segi karbohidrat,protein,vitamin, dan mineral. Dan
dapat disimpulkan bahwa dengan jumlah skor PPH responden yang memasuki kriteria
Segitiga emas,situasi pangan/ketahanan pangan pada wilayah responden tersebut sudah
baik. Dilihat dari tujuan utama PPH pun sudah tercapai,yaitu meningkatkan mutu gizi
konsumsi pangan dan untuk mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu
jenis atau kelompok pangan.
I.Penutup

- Kesimpulan

Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi


masyarakat harus selalu terjamin.

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok
pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun
relatif terhadap total energy,baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan,
yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005).

Dua tujuan utama Pola Pangan Harapan yaitu untuk meningkatkan mutu gizi
konsumsi pangan dan untuk mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada
salah satu jenis atau kelompok pangan.

Ada 3 kriteria PPH,yaitu :

1. Skor PPH < 78 : Segitiga Perunggu


2. Skor PPH 78- 88 : Segitiga Perak
3. Skor PPH > 88 : Segitiga Emas.

Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin
beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya

- Saran
Saran saya pada praktikum kali ini adalah kelompokkan lah ke Sembilan
kelompok bahan pangan dengan benar dan hitunglah jumlah skor PPH dengan
benar pula,agar kita bisa menyimpulkan bagaiman hasil akhir dari skor PPH
responden di suatu wilayah.

Anda mungkin juga menyukai