▪ Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman
(Kementan 2016).
▪ Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan
rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka waktu
tertentu.
Survei konsumsi pangan atau penilaian
konsumsi makanan adalah serangkaian
kegiatan pengukuran konsumsi makanan pada
individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dengan menggunakan metode pengukuran
yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan
mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara
penilaian status gizi secara tidak langsung.
ALASAN PENGGUNAAN METODE PENGUKURAN
KONSUMSI MAKANAN
Sasaran SKP dapat diketahui berdasarkan tujuan penilaian SKP. Tujuan yang berkaitan
dengan Survei Konsumsi Pangan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu secara tidak langsung (Indirect/ecological) dan langsung (direct). Secara rinci
dijelaskan oleh Ruth E Peterson dan Pirjo Pieinen (2004) sebagai berikut:
Skema sasaran
survei konsumsi
pangan Survei Konsumsi Pangan
Sumber : E Peterson dan Pirjo Pietinen, (2004) dalam Sirajuddin dkk (2018)
TINGAKATAN DATA
Penilaian Konsumsi Makanan
Tingkatan Data Konsumsi Makanan
Konsumsi
makanan
tingkat
Nasional
Konsumsi
Makanan
Tingkat Rumah
Tangga
Konsumsi
Makanan
Tingkat
Individu
Konsumsi Makanan Tingkat Nasional
Untuk pengukuran konsumsi makanan pada tingkat nasional dengan cara Food Balance
Sheet (FBS) atau Neraca Bahan Makanan (NBM), dan Total Diet Study (TDS).
Langkah-langkah perhitungan FBS antara lain :
1) Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari persediaan
atau cadangan, produksi dan import bahan makanan dari negara atau wilayah.
2) Dikurangi dengan pengurangan untuk bibit, eksport, kerusakan pasca panen dan
transportasi, diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan.
3) Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk.
4) Diketahui ketersediaan makanan perkapita, pertahun secara nasional.
Konsumsi Makanan Tingkat Nasional
Data Food Balace Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari
makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di
tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan
konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaam
musim dan sebagainya. Oleh karena itu, FBS tidak boleh dipakai untuk menetukan
status gizi masyarakat suatu Negara atau wilayah.
1) Kesalahan dari kuesioner : kuesioner tidak dirancang dengan baik, baik urutan
pertanyaan, isi pertanyaan dan desain pertanyaan.
2) Kesalahan pewawancara : Hal ini disebabkan karena pewawancara belum
memenuhi kriteria seperti tingkat Pendidikan, apakah sudah mendapatkan pelatihan
sebelum mengumpulkan data
3) Kesalahan alat : Alat yang digunakan tidak akurat dan alat yang rusak masih tetap
dipakai.
4) Kesalahan dari table komposisi pangan Indonesia (TKPI). Terbitan TKPI sudah
beberapa kali direvisi. Kesalahan terjadi apabila menggunakan TKPI yang lama dan
tidak semua bahan makanan yang dimakan responden ada dalam TKPI.
❑ Clara M. Kusharto & I Dewa N
Supariasa. 2014. Survei Konsumsi
Gizi. Yogyakarta : Graha Ilmu
BUKU
❑ I Dewa Nyoman Supariasa. 2016. REFERENSI
Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
FB - IG
@hardyantipratiwi
CONTACT US Email
hardyantipr@gmail.com
Phone / WA
+62 85242773334