PENDAHULUAN
3. Apa saja bahan pangan yang ada dalam Pola Pangan Harapan?
4. Apa saja contoh bahan pangan yang ada dalam Pola Pangan Harapan?
1
1.3 Tujuan
1. Mempelajari pengertian dan tujuan dari Pola Pangan Harapan
4. Mempelajari contoh bahan pangan yang ada dalam Pola Pangan Harapan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk ,menilai
jumlah dan komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan harapan biasanya
digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah.
Dalam menentukan PPH ada beberapa komponen yang harus diketahui diantaranya yaitu
konsumsi energi dan zat gizi total, persentase energi dan gizi aktual, dan skor kecukupan
energi dan zat gizi.
Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk
berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tinggi skor mutu pangan,
menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan
mutu gizinya.
Tujuan utama penyusunan PPH adalah untuk membuat suatu rasionalisasi pola
konsumsi pangan yang dianjurkan, yang terdiri dari kombinasi aneka ragam pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa.
Untuk menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan
komposisi menurut jenis pangan. Untuk mengetahui mutu gizi pangan dan keragaman
konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun tingkat konsumsi.
Untuk perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk agar tidak hanya
dapat memenuhi kecukupan gizi (Nutritional Adequacy), tetapi sekaligus
mempertimbangkan keseimbangan gizi (Nutritional Balance) yang didukung oleh cita
rasa (Palatability), daya cerna (Digestability), daya terima masyarakat (Acceptability),
kuantitas dan kemampuan daya beli (Affortability).
3
2.3. Perhitungan Skor PPH
Energi dihitung dari total energi yang dikonsumsi dari masing-masing bahan
pangan. Padacell energi pada sheet PPH diketik =SUM(data energi setiap golongan
bahan pangan pada sheet konsumsi). Selanjutnya dihitung jumlah total energi untuk
semua golongan bahan pangan dengan cara ketik =SUM(data energi setiap golongan
bahan pangan dari padi-paadian sampai yang lainnya).
Cara Perhitungan PPH
Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor dan ekspor.
Rumus penyediaan pangan adalah :
4
Ps = Pr - ∆St + Im – Ek
Dimana:
Pr : Produksi
Im : Impor
Ek : Ekspor
Ketersediaan bahan makanan per kapita dalam bentuk kandungan nilai gizinya dengan
satuan kkal energi dan gram protein, menggunakan rumus:
100
100
Catatan :
Kandungan zat gizi (kalori dan protein sumberdaya dari daftar komposisi bahan makanan
(DKBM)
Bagi komoditas yang data produksinya tidak tersedia (misal komoditas sagu, jagung
muda, gula merah) untuk mendapatkan angka ketersediaan menggunakan pendekatan
angka konsumsi dari data Susenas BPS ditambah 10% dengan asumsi bahwa perbedaan
antara angka kecukupan energi pada tingkat konsumsi dengan kecukupan energi di
tingkat ketersediaan sebesar 10%.
Contoh :
Dari rumus perhitungan di atas diperoleh hasil tingkat ketersediaan energi dan protein
pada tahun 2007 – 2008, ternyata sudah melebihi Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan.
5
Energi Protein
6
minuman yang mengandung
alkohol, teh, kopi, sirup, dll.
Tabel.1 Kelompok Bahan Pangan
Data yang didapat sesuai dengan pengelompokkan tersebut selanjutnya dibandingkan antara
skor konsumsi pangan aktual dengan sasaran PPH Nasional dan dilakukan analisis secara
deskriptif.
Pola Pangan Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan
keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok
pangan. Sesuai Pola Pangan Harapan (PPH), secara implisit kebutuhan zat gizi juga
terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang sangat defisit dalam suatu kelompok pangan. Oleh
karena itu skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan
tingkat keragaman konsumsi pangan.
Bobot (rating) adalah nilai yang diberikan untuks setiap kelompok bahan pangan
dengan mempertimbangkan kepadatan energi, zat gizi, serat, kuantitas dan citarasa
terhadap komoditas tersebut.
Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 yang
menggunakan bobot (rating) FAO RAPA (1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola
Pangan Harapan (PPH) tahun 2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk
hidup sehat bagi penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG VIII) tahun 2004, susunan Pola Pangan Harapan
Nasional adalah sebagai berikut :
7
No Kelompok Berat Energi % AKE Bobot Skor
. Pangan/ Jenis (gr/Kap/Hr) (Kkal/Kap/Hr) PPH
Pangan
1. Padi-padian 275 1.000 50.0 0.5 25.0
2. Umbi-umbian 100 120 6.0 0.5 2.5
3. Pangan Hewani 150 240 12.0 2.0 24.0
4. Minyak dan 20 200 10.0 0.5 5.0
Lemak
5. Buah/biji 10 60 3.0 0.5 1.0
berminyak
6. Kacang-kacangan 35 100 5.0 2.0 10.0
7. Gula 30 100 5.0 0.5 2.5
8. Sayur dan buah 250 120 6.0 5.0 30.0
9. Lain-lain - 60 3.0 0.0 0.0
JUMLAH - 2.000 100 - 100
Sumber : Harmonisasi PPH Nasional PPKP – BKP dan GMSK – IPB, 2002
Dengan PPH tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi yang diketahui tetapi
sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya
cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli. Dengan pendekatan
PPH ini dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan. Semakin tinggi
skor pangan maka semakin beragam dan semakin baik komposisinya (BKP, 2005).
Bobot Setiap Kelompok Pangan Bobot = nilai yg diberikan untuk setiap kelompok
pangan dengan didasarkan pada :
1. Kepadatan Energi
2. Zat Gizi Esensial
3. Zat Gizi mikro
4. Kandungan serat
5. Volume pangan / kuantitas
6. Tingkat kelezatannya (cita rasa)
8
Kelompok Padi-padian, Makanan berpati, Gula, Buah dan Biji
berminyak bobot 0,5 dengan memerhatikan:
1. Kandungan rata-rata energi 360 kkal
2. Sifat bahan pangan karbohidrat yang kurang memberi kepuasan, tinggal paling
sebentar dalam lambung
3. Daya beli (affordability) terhadap pangan tersebut cukup tinggi, karena harga pangan
ini relatif murah
9
Studi Kasus
Akan tetapi berdasarkan keseimbangan giztahun 2006-2008 yaitu skor PPH per
kelompok pangan belum ideal, karena hasil koneksi NBM Kabupaten Sinjai tahun 2006-
2008 rata-rata ketersediaan pangan sudah berada diatas, total ketersediaan energi tahun
2008 sebesar 3.006 kalori/per kapita/ hari dengan kontribusi energi.132,2 (% AKE)
dalam ketersediaan pangan dan skor PPH sebesar 89,0.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pola Pangan Harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk ,menilai jumlah
dan komposisi atau ketersediaan pangan.
2. Tujuan utama penyusunan PPH adalah untuk membuat suatu rasionalisasi pola
konsumsi pangan yang dianjurkan, yang terdiri dari kombinasi aneka ragam pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa.
3. Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk ,menilai jumlah
dan komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan harapan biasanya digunakan
untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah.
4. Dalam menentukan PPH ada beberapa komponen yang harus diketahui diantaranya
yaitu konsumsi energi dan zat gizi total, persentase energi dan gizi aktual, dan skor
kecukupan energi dan zat gizi. Dengan PPH tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi
yang diketahui tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang
didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan
kemampuan daya beli.
5. Dengan pendekatan PPH ini dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor
pangan. Semakin tinggi skor pangan maka semakin beragam dan semakin baik
komposisinya (BKP, 2005).
6. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk
berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tinggi skor mutu pangan,
menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan
mutu gizinya.
7. Skor PPH digunakan untuk mengetahui kualitas pangan dilihat dari keberagamannya
pola pangan, biasanya untuk menilai kualitas dari sisi ketersediaan pangan. (Suyatno,
2009).
8. Pengembangan Pola Konsumsi Pangan dapat diterapkan baik untuk tingkat Nasional,
Regional ( propinsi dan Kabupaten ) dan tingkat keluarga tergantung keperluannya,
sedangkan penilaiannya dapat dilakukan melalui 2(dua) sisi yaitu : sisi kuantitas dan
sisi kualitas.
3.2. Saran
1. Sebaiknya penduduk Indonesia mulai beralih pada makanan pokok selain beras,
demi melancarkan program diversifikasi pangan serta menangani kelangkaan
pangan.
2. Dalam rangka penyediaan pangan yang sesuai dengan standar kecukupan gizi
seimbang dan beragam berdasarkan Pola Pangan Harapan, maka ada beebrapa
12
bahan makanan yang harus ditingkatkan ketersediaannya. Berdasarkan
kesimpulan diatas, penulis mengharapkan kepada para mahasiswa, agar dapat
memahami dan menambah pengetahuan kita tentang Pola Pangan Harapan. Serta
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
13