Anda di halaman 1dari 22

Topik 1

Pengertian, Tujuan, dan Sasaran SKP


A. PENGERTIAN SURVEI KONSUMSI PANGAN

Pengertian survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran konsumsi


makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan menggunakan metode
pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan mengevaluasi asupan zat gizi sebagai
cara penilaian status gizi secara tidak langsung.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman
(Kementan 2016), (Kemenkumham 2015).
Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka waktu
tertentu. Jenis bahan pangan dibedakan menurut berbagai cara. Salah satu cara membedakan
bahan pangan adalah berdasarkan sumbernya. Berdasarkan sumbernya bahan pangan
dibedakan menjadi bahan pangan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah-buahan.
Jenis bahan makanan yang dikonsumsi idealnya memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas.
Secara kualitas pangan yang dikonsumsi harus mampu memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi.
Bahan pangan yang dikonsumsi apabila telah mampu menyediakan semuajenis zat gizi yang
dibutuhkan maka ia disebut berkualitas. Fakta yang adalah bahwa tidak ada satu bahan
makanan yang mampu memenuhi seluruh zat gizi. Atas alasan inilah maka perlu dilakukan
penganekaragaman konsumsi pangan dan harus berbasis makanan lokal. Banyak
pertimbangan logis sederhana yang harus dipahami pada kebijakan pemerintah terkait
penganekaragaman dan konsumsi makanan lokal. (Kementan 2016), (Mahfi et al. 2008),
(Kementerian Pertanian 2014).
Pemerintah telah menetapkan peraturan terkait dengan gerakan percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal melalui peraturan menteri
pertanian nomor 43/Permentan.OT.140/10/2009. Penganekaragaman konsumsi pangan
adalah ditujukan untuk memenuhi konsumsi gizi seimbang. Gizi seimbang adalah syarat untuk
dapat bekerja secara aktif dan produktif. (Kemenkumham 2013)
Alasan pemerintah menetapkan konsep penganekaragaman pangan adalah dominasi
beras sebagai sumber makanan pokok bagi seluruh penduduk Indonesia. Dominasi beras
adalah sangat besar menyebabkan ketergantungan pada komoditas padi juga tinggi. Konsumsi
beras yang tinggi tidak disertai dengan produksi yang cukup. Kesenjangan antara kebutuhan
beras dan produksi padi dalam negeri menjadi tidak seimbang. Pemerintah mengantisipasinya
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah aneka ragam konsumsi pangan termasuk
pangan non beras.
Makanan pokok selain beras, secara historis di Indonesia adalah cukup potensial.
Berbagai sentra produksi sagu, singkong dan jagung sudah dikenal sejak lama. Daerah seperti
kawasan timur Indonesia dikenal sebagai sentra produksi sagu dan nusa tenggara dikenal
sebagai sentra produksi jagung. Kekhususan setiap daerah dengan makanan pokoknya dapat
dikembalikan sebagaimana kondisi geografis dan sosial masyarakat setempat. Adanya
pergeseran konsumsi non beras menjadi beras di sentra produksi sagu, singkong dan jagung
saat ini dikembalikan ke konsep makanan non beras. Hal ini bertujuan agar ketahanan pangan
penduduk Indonesia tetap terpenuhi dengan baik. (Suyastiri 2008)
Dinamika konsumsi pangan yang berubah secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan berbagai sektor termasuk sektor pendapatan adalah harus dipantau setiap
periode waktu tertentu, Pemantauan ini dijelaskan sebagai salah cara untuk mendeteksi
secara dini kemampuan sektor produksi untuk menjamin pasokan guna mengatasi gejolak
harga yang dapat memicu inflasi. Makanan adalah pemicu inflasi yang paling potensial. Jika
inflasi naik karena kenaikan harga makanan pokok maka ini dapat memicu lahirnya masalah
gizi dan kesehatan. Perubahan itu layaknya dapat dimonitor melalui survei konsumsi pangan
penduduk secara berkala.
Berdasarkan kerangka berpikir demikian maka, survei konsumsi pangan penduduk
menjadi salah satu alasan penting dalam menelaah dinamika konsumsi pangan serta dampak
penyerta bagi gizi dan kesehatan. Pengukuran konsumsi pangan adalah beragama sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengukuran konsumsi pangan dibedakan salah satunya
menurut individu, keluarga dan kelompok.
Pengukuran konsumsi individu adalah pengukuran konsumsi makanan hanya pada satu
orang. Hasil pengukuran konsumsi makanan individu juga digunakan untuk menilai asupan zat
gizi secara individu. Hasil ini hanya dapat dijadikan acuan untuk memberikan nasehat gizi
kepada subjek yang diukur, karena berkesuaian dengan kondisi fisiologi, psikologi sosial dan
budayanya sendiri (Suyastiri 2008).
Pengukuran konsumsi makanan keluarga adalah gabungan dari pengukuran konsumsi
makanan individu dalam satu keluarga. Satu keluarga dalam pandangan ini adalah keluarga
yang tinggal dalam satu rumah tangga. Hal ini tidak menganut definisi keluarga sebagai garis
keturunan, karena keluarga dalam satu garis keturunan dapat saja tidak tinggal serumah.
Tinggal serumah dalam konsep ini adalah berkesesuaian dengan konsep unit analisis
konsumsi. Unit analisis konsumsi keluarga adalah satu rumah tangga. (Sukandar et al. 2009)
Pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga,
meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang
tinggal dalam satu institusi penyelenggara makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok
pasien, kelompok atlet, kelompok remaja. Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter
dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam kasus. Karakter yang dimaksud adalah karakter
yang langsung berhubungan dengan variabel penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang
tergolong dalam satu karakter kebutuhan dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk
kepentingan analisis perencanaan, monitoring dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit
analisis kelompok. (Balitbangkes 2014)

B. TUJUAN SURVEI KONSUMSI PANGAN

Survei konsumsi pangan sebagai fungsi dari penilaian status gizi secara tidak langsung
bertujuan untuk memberikan informasi awal tentang kondisi asupan zat gizi individu, keluarga
dan kelompok masyarakat saat ini dan masa lalu. Pada sisi ini diketahui bahwa informasi
tentang kualitas dan kuantitas asupan zat gizi saat ini dan masa lalu adalah cerminan untuk
status gizi masa yang akan datang. Konsumsi hari ini akan memengaruhi kondisi kesehatan
dan gizi dimasa yang akan datang. Status asupan gizi saat ini yang diketahui dari kuantitas dan
kualitas makanan di meja makan, adalah bermanfaat untuk mendeskripsikan status gizi
dimasa yang akan datang.
Kualitas makanan adalah gambaran umum yang makanan yang dikonsumsi berdasarkan
ketersediaan semua sumber bahan makanan dan semua sumber zat gizi yang dibutuhkan
tubuh. Secara kualitas maksudnya adalah ketersediaan semua zat gizi yang dibutuhkan dari
bahan makanan yang idealnya tersedia. Perbedaan dengan pendekatan kuantitas adalah pada
jumlahnya. Jika secara kualitas hanya dilihat apakah semua zat gizi sudah tersedia sedangkan
secara kuantitas melihat apakah semua zat gizi sudah memenuhi jumlahnya. Baik sudut
pandang kuantitas maupun kualitas tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dilihat seperti
dua sisi mata uang.
Mendeskripsikan status asupan gizi secara kualitas dan kuantitas inilah, maka diperlukan
metode penilaian konsumsi pangan yang tepat pada kondisi khusus dan kondisi umum.
Kondisi khusus adalah tingkat individu dan kondisi umum adalah pada tingkat populasi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka tujuan penilaian konsumsi pangan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei konsumsi pangan adalah untuk mengetahui gambaran umum
konsumsi pangan individu, kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif dalam rangka menilai status gizi secara tidak langsung.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui asupan zat gizi individu baik mikro maupun makro untuk keperluan terapi
gizi.
b. Mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi individu pada periode waktu tertentu.
c. Mengetahui kebiasaan makan individu.
d. Mengetahui kekerapan konsumsi bahan makanan tertentu sebagai risiko timbulnya
masalah gizi.
e. Mengetahui jumlah zat gizi sebagai fortifikan dan jenis bahan makanan pembawa
vehicle untuk mengatasi defisiensi zat gizi.
f. Mengetahui kualitas dan kuantitas asupan gizi keluarga.
g. Mengetahui besarnya risiko kerawanan pangan dan cara intervensi dalam rangka
ketahanan pangan wilayah.

C. SASARAN SURVEI KONSUMSI PANGAN

Sasaran SKP dapat diketahui berdasarkan tujuan penilaian SKP. Tujuan yang berkaitan
dengan Survei Konsumsi Pangan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
secara tidak langsung (Indirect/ecological) dan langsung (direct). Secara rinci dijelaskan oleh
Ruth E Peterson dan Pirjo Pieinen (2004) sebagai berikut:
Survei Konsumsi Pangan

Tidak Langsung
Langsung (direct)
(Indirect)

Nasional Rumah Tangga Prospektive Retrospective

FFQ, Food Recall 24


Neraca Bahan Food Records, Hour, Food
Food Account Dietary Hystory
Makanan Weighing

Sumber: E Peterson dan Pirjo Pietinen (2004), hlm 69

Gambar 1.1. Skema sasaran survei konsumsi pangan

Berdasarkan skema di atas diketahui bahwa penilaian konsumsi pangan secara tidak
langsung adalah neraca bahan makanan, dan pada skala rumah tangga dengan metode food
account (pencatatan jumlah makanan). Pada sudut pandang lain yang merupakan penilaian
konsumsi pangan pada sasaran secara langsung adalah fokus pada penilaian konsumsi masa
yang akan datang (prospektif) dan fokus pada penilaian konsumsi masa kini dan masala.
Sasaran SKP adalah individu, keluarga dan kelompok. Pengukuran konsumsi pangan
individu adalah subjek yang disurvei adalah individu tunggal dan hasilnya hanya dapat
digunakan untuk menilai asupan gizi yang bersangkutan, tidak berlaku untuk anggota keluarga
ataupun kelompoknya. Penilaian konsumsi gizi individu adalah berguna untuk memberikan
edukasi asupan gizi yang tepat guna meningkatkan status gizi secara optimal.
Sasaran konsumsi individu adalah hasilnya untuk individu yang bersangkutan dan bukan
pada aspek prosesnya. Alasannya adalah semua metode SKP, prosesnya adalah selalu
menggunakan subjek individu, meskipun hasilnya dapat digunakan untuk penilaian keluarga
dan kelompok. Sekumpulan individu yang disurvei di tingkat rumah tangga disebut sebagai
sasaran keluarga tangga, sedangkan sekumpulan individu yang sama karakteristiknya disebut
sasaran kelompok.
Sasaran pengukuran konsumsi pangan keluarga adalah subjek yang disurvei mencakup
semua individu dalam satu keluarga. Jumlah anggota keluarga disesuaikan dengan jumlah
masing-masing rumah tangga yang menjadi unit contoh dalam SKP. Biasanya dalam sebuah
survei selalu ditentukan rumah tangga yang menjadi sasaran melalui proses pemilihan yang
subjektif ataupun objektif. Secara subjektif adalah secara sengaja dengan tujuan untuk menilai
asupan gizi keluarga untuk kepentingan investigasi khusus. Misalnya pada kasus keracunan
makanan pada satu keluarga, maka sasaran SKP harus secara subjektif ditentukan khusus pada
rumah tangga kasus bukan semua rumah tangga dalam populasinya. Sasaran yang ditentukan
secara objektif apabila investigasi ditujukan untuk menilai asupan gizi secara umum, dan dapat
mewakili keluarga yang lain, atas alasan inilah maka dia disebut penilaian secara objektif.
Sasaran pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga,
meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok dan pada unit terkecilnya adalah juga
individu. Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu intitusi penyelenggara
makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien, kelompok atlet, kelompok remaja.
Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam
kasus. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung berhubungan dengan variabel
penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter kebutuhan
dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan, monitoring
dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok. Pengukuran konsumsi makanan
kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga, meskipun keluarga adalah juga anggota
kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu intitusi penyelenggara
makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien, kelompok atlet, kelompok remaja.
Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam
kasus. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung berhubungan dengan variabel
penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter kebutuhan
dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan, monitoring
dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok.
Konsumsi pangan individu, keluarga dan kelompok memiliki dinamika yang berbeda
beda. Perbedaan dinamika ini berimplikasi pada keseimbangan asupan gizi baik secara mikro
maupun makro. Survei konsumsi pangan selain untuk menilai asupan gizi pada satu titik waktu
tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisis kecenderungan perubahan dari waktu ke
waktu. Perubahan antar waktu dapat memberikan informasi awal dan dapat digunakan untuk
merencanakan strategi edukasi gizi secara individu, keluarga dan kelompok.
Perubahan pola konsumsi pangan adalah hal yang penting diketahui. Perubahan pola
konsumsi pangan membawa akibat yang sangat serius terhadap lahirnya risiko terhadap
kesehatan secara umum. Perubahan pola konsumsi pangan dapat terjadi di setiap individu,
keluarga dan kelompok. Perubahan pola konsumsi pangan pada level individu akan
melahirkan konsekuensi kesehatan pada level individu, demikian juga pada level keluarga dan
masyarakat. Pada level kesehatan masyarakat perubahan pola konsumsi akan berhubungan
secara langsung dengan ketahanan pangan keluarga dan ketahanan pangan regional.
Perubahan pola konsumsi pangan juga akan berhubungan dengan masalah yang terkait
dengan keamanan pangan.
Perubahan pola konsumsi adalah perubahan yang terjadi pada aspek susunan makanan
yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum
dikonsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Susunan makanan orang Indonesia
adalah makanan pokok, lauk pauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Susunan ini adalah
susunan yang umum digunakan dalam masyarakat di Indonesia.
Perubahan pola konsumsi pangan perlu dimonitor setiap tahun. Perubahan pola
konsumsi pangan dapat dijadikan informasi penting dalam skema penyediaan pangan secara
nasional dan dapat dijadikan indikator ketahanan pangan penduduk. Perubahan pola
konsumsi pangan secara langsung dengan perubahan status gizi masyarakat.
Ketidakseimbangan konsumsi pangan khususnya dari sumber zat gizi makro adalah indikator
dini terhadap kejadian prevalensi penyakit tidak menular atau penyakit non infeksi. (Mount
2012).
Perubahan pola konsumsi pangan juga dapat dijadikan acuan untuk menyusun kerangka
kebijakan nasional maupun lokal, dalam rangka penyediaan pangan nasional dan lokal yang
mampu bertahan dan mendiri, sebagai penyangga pangan yang mapan. Ketidakmampuan
menyediakan pangan secara cukup adalah indikator kemiskinan. Pencegahan terhadap
kemiskinan inilah maka ditetapkan oleh pemerintah untuk menyediakan desa mandiri pangan.
Petunjuk pelaksanaannya melalui Keputusan Menteri Pertanian RI, nomor
10/KPTS/KM.030/K/02/2016, tentang petunjuk teknis penganekaragaman kawasan mandiri
pangan tahun 2016.
Kerangka kebijakan nasional tentang penyediaan pangan adalah sebuah kebijakan yang
didasarkan pada konsep penyediaan pangan yang berkelanjutan. Berkelanjutan berarti tidak
dapat berubah dengan cepat meskipun kabinet dalam pemerintahan berubah nama. Adanya
kerangka kebijakan yang disepakati sebagai landasan konstitusional memungkinkan
pemerintah mengontrol sektor produksi dan distribusi pangan secara merata. Ancaman
terhadap bahaya kelaparan adalah dapat diantisipasi dengan baik. Pangan selalu dapat di
sediakan setiap saat dan ada mekanisme penyangga pangan (Mount 2012).
Pemerintah dalam menjamin ketersediaan konsumsi pangan adalah juga memakai
berbagai bentuk pendekatan kebijakan, Salah satu contohnya adalah paket beras miskin dan
padat karya pangan. Pemberian harga subsidi beras ditujukan bagi penduduk miskin bertujuan
untuk meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pangan pokok beras. Akses beras
adalah salah satu cara membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Paket beras miskin (Raskin), juga disandingkan dengan paket padat karya pangan. Paket padat
karya pangan adalah paket padat karya yang dilakukan dengan cara memperkerjakan wanita
petani di lahan kering atau lahan tidur yang tidak ditanam komoditas pangan. Lahan kosong
ditanami dan digarap oleh kelompok tani. Setiap kelompok diberi upah kerja sesuai dengan
beban masing-masing. Hasil produksi diberikan kepada petani.

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!

1) Perhatikan 10 (sepuluh) buah kartu yang ada dalam latihan. Di setiap kartu tertulis kata
atau kalimat yang sesungguhnya saling berpasangan satu sama lain.
2) Tugas Anda adalah menempatkan kartu secara berpasangan sesuai dengan kata atau
kalimat yang berkesesuaian.
3) Pada sisi salah satu halaman kartu, berisi pernyataan yang berhubungan dengan topik
Survei Konsumsi Pangan. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan pasangan kata
yang berkesuaian dengan pernyataan dimaksud.
4) Apabila semua kartu sudah mendapatkan pasangan kata masing-masing, maka
cocokkan dengan kunci jawaban.
5) Tentukan skor Anda.
6) Skor jawaban benar di hitung dengan cara:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑡𝑢 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100
5

7) Jika skor Anda>75% maka Anda dinyatakan sudah memahami isi pada BAB 1. Jika belum
memenuhi skor 75% maka Anda dapat mengulangi latihan ini sampai semua jawaban
Anda benar.
Selamat Bekerja.
KARTU LATIHAN

SKP Individu yang tergolong


dalam karakter kebutuhan Tujuan Survei Konsumsi
untuk kepentingan analisis
perencanaan, monitoring dan
evaluasi gizi

Memberikan informasi awal


tentang kondisi asupan zat gizi
SASARAN INDIVIDU SURVEI individu dan masyarakat di
KONSUMSI PANGAN masa kini dan masa lalu

Prosesnya adalah selalu


menggunakan subjek individu, Sasaran Kelompok Survei
tetai penilaiannya juga dapat Konsumsi Pangan
digunakan untuk keluarga dan
kelompok

Serangkaian kegiatan
Sasaran Individu pengukuran konsumsi
Survei Konsumsi Pangan makanan pada individu,
keluarga dan masyarakat

Sasaran yang ditentukan untuk


menilai asupan gizi keluarga Pengertian Survei
yang lain, atas alasan inilah Konsumsi pangan
maka dia disebut penilaian
secara objektif.
Topik 2
Berbagai Metode Survei Konsumsi Pangan
A. METODE SURVEI KONSUMSI INDIVIDU

Metode survei konsumsi pangan yang dikenal saat ini ada berbagai macam. Identifikasi
berbagai metode dapat dibedakan menurut sasarannya. Metode survei konsumsi pangan
menurut sasarannya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu metode SKP individu dan
Metode SKP kelompok.
Metode SKP individu adalah metode; recal konsumsi 24 jam (Food Recall 24 Hours),
penimbangan makanan (Food Weighing), pencatatan makanan (food record), dan Riwayat
Makanan (Dietary History).

1. Metode Ingatan Makanan (Food Recall 24 Hours)


Metode ingatan makanan (Food Recall 24 Jam) adalah metode SKP yang fokusnya pada
kemampuan mengingat subjek terhadap seluruh makanan dan minuman yang telah
dikonsumsinya selama 24 jam terakhir. Kemampuan mengingat adalah menjadi kunci pokok
pada metode ini, Subjek dengan kemampuan mengingat lemah sebaiknya tidak menggunakan
metode ini, karena hasilnya tidak akan menggambarkan konsumsi aktualnya. Subjek dengan
kemampuan mengingat lemah antara lain adalah lanjut usia, dan anak di bawah umur. Khusus
untuk lanjut usia sebaiknya dihindari penggunaan metode ini pada mereka yang memasuki
phase amnesia karena faktor usia sedangkan pada anak di bawah umur biasanya di bawah 8
tahun atau di bawah 13 tahun. Usia antara 9-13 tahun sebaiknya metode ini harus didampingi
orang ibunya (Charlebois 2011).
Metode ingatan makanan (food recal 24 hours) adalah dapat dilakukan di semua setting
lokasi survei baik di tingkat rumah tangga maupun masyarakat dan rumah sakit atau instansi.
Metode ini sangat memungkinkan untuk dilakukan setiap saat apabila dibutuhkan informasi
yang bersifat segera. Metode ini juga dilakukan untuk tujuan penapisan (skrining) asupan gizi
individu.
Metode ini dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu hanya menggunakan foto
makanan sudah dapat digunakan. Secara institusi ataupun secara individu. Beberapa metode
SKP tidak dapat dilakukan ditingkat komunitas tetapi dengan metode ini keterbatasan itu
dapat diatasi karena metode ini sangat luwes. Kesederhanaan metode ini memerlukan cara
yang tepat untuk mengurangi kesalahan. Cara yang dianggap paling baik adalah mengikuti
metode lima langkah dalam recall konsumsi makanan atau yang dikenal dengan istilah Five
Steps Multi Pass Method. Metode lima langkah ini adalah metode yang paling sering
digunakan pada berbagai penelitian konsumsi pangan. Metode lima langkah ini diawali
dengan daftar singkat menu makanan yang akan dikonsumsi. Daftar singkat inilah yang
kemudian dielaborasi untuk menguraikan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh subjek.
Berikut contoh formulir daftar singkat (quick list).

Formulir Quick List Food Recall 24 Jam

Nama :
Umur :
Jenis Kelamain :

Apa makanan dan minuman yang bapak/ibu/saudara (i) konsumsi


dalam 24 jam yang lalu
1)..............................
2)..............................
3)..............................
4)..............................
5)..............................
6)..............................
7).............................
8)..............................
9)..............................
dan seterusnya

Gambar 1.2. Contoh Formulir Quick List pada Metode Food Recall 24 Jam

2. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)


Metode penimbangan makanan adalah metode SKP yang fokusnya pada penimbangan
makanan dan minuman terhadap subjek, yang akan dan sisa yang telah dikonsumsi dalam
sekali makan. Penimbangan makanan dan minuman adalah dalam bentuk makanan siap
konsumsi. Makanan yang ditimbang adalah makanan yang akan dimakan dan juga sisa
makanan yang masih tersisa. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah selisih antara berat
makanan awal dikurangi berat makanan sisa.
Metode penimbangan makanan, dapat dilakukan pada instalasi penyelenggara
makanan yang terintegrasi dengan pelayanan makanan. Pelayanan makanan yang terintegrasi
adalah pelayanan makanan yang memadukan distribusi makanan dan ruang makan, seperti di
rumah sakit. Makanan di produksi di instalasi gizi dan distribusikan ke seluruh pasien dalam
satu unit pengelola. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam
prosedur penimbangan makanan. Jika makanan diproduksi dari luar dan dikonsumsi dalam
rumah sakit maka, akan sulit untuk melakukan penimbangan makanan. Kondisi dimana ruang
distribusi dan konsumsi agak terpisah maka penimbangan sulit dilakukan. Penimbangan
dilakukan.
Metode penimbangan makanan tidak dapat dilakukan di masyarakat, dengan alasan
waktu makan dapat tidak seragam antar rumah tangga. Kesulitan yang dialami oleh
enumerator adalah dalam hal pengumpulan data secara efektif. Metode ini memerlukan
persiapan yang sempurna dengan subjek.

3. Metode Pencatatan Makanan (Food Record)


Metode pencatatan makanan (Food Record) adalah metode yang difokuskan pada
proses pencatatan aktif oleh subjek terhadap seluruh makanan dan minuman yang telah
dikonsumsi selama periode waktu tertentu. Pencatatan adalah fokus yang harus menjadi
perhatian karena sumber kesalahannya juga adalah pada proses pencatatan yang tidak
sempurna. Jika pencatatan dilakukan dengan sempurna maka hasil metode ini adalah sangat
baik (Cheng et al. 2012).
Metode pencatatan ini dapat dilakukan di rumah tangga ataupun di institusi. Syarat
umum pencacatan adalah literasi subjek harus baik. Konsistensi dalam proses pencatatan juga
menjadi aspek yang harus ditekankan agar informasi terhadap makanan dan minuman akurat
dan dapat memberikan informasi jumlah makanan yang dikonsumsi secara tepat. Literasi
merupakan syarat utama sehingga pada subjek dengan kemampuan baca tulis tidak ada tidak
dapat dilakukan. Pencacatan hanya dapat dilakukan oleh subjek yang diukur dan tidak dapat
dilakukan oleh orang lain, karena alasan tidak efisien (Roy et al. 1997).
Metode pencatatan makanan tidak dapat dilakukan pada subjek yang tidak memiliki
tempat tinggal menetap dalam periode waktu tertentu. Alasannya adalah karena informasi
makanan dan minuman yang dikonsumsi harus dapat dicatat dalam periode waktu. Periode
waktu yang dimaksud adalah lima dan tujuh hari. Jika pada periode tersebut tidak dapat
dilakukan pencatatan maka metode ini tidak dapat digunakan. Selain itu kondisi subjek dalam
periode waktu tersebut harus konsisten sehat. Jika pada periode pencatatan subjek sakit maka
pencatatan dapat dihentikan karena alasan subjek sakit (Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar,
Dody Izwardy 2017).

4. Metode Riwayat Makanan


Metode Riwayat Makanan adalah metode yang difokuskan pada penelusuran informasi
riwayat makan subjek. Riwayat makanan meliputi kebiasaan makan subjek. Bukti telusur atas
kebiasaan makan subjek adalah selalu dapat diketahui setelah pengamatan selama satu bulan.
Semakin lama pengamatan maka akan semakin jelas terlihat kebiasaan makan subjek.
Pengamatan yang dilakukan dalam waktu singkat akan mengurangi ketepatan metode ini.
Mengapa demikian?. Kebiasaan makan tidak melalui dapat dipraktikkan oleh subjek dalam
waktu satu minggu yang disebabkan oleh banyak faktor di antaranya ketersediaan makanan
karena pengaruh musim atau karena subjek tidak berada di habitatnya yang asli.
Metode riwayat makanan dapat dilakukan di rumah tangga dan di rumah sakit.
Informasi yang diperoleh adalah berhubungan dengan cara individu membeli bahan,
mengolah dan mengonsumsi makanan dari kebiasaan sehari hari. Pencatatan riwayat
makanan di rumah sakit (pasien) biasanya untuk mengetahui kebiasaan makan yang
berhubungan dengan penyakit pasien.
Metode riwayat makanan dapat dilakukan pada semua situasi baik rumah tangga
maupun di masyarakat. Persiapan relatif lebih mudah dilakukan sehingga memungkinkan
untuk dilakukan secara cepat dan tepat. Informasi yang diperoleh adalah untuk menilai
kebiasaan makan subjek menurut kecenderungan jangka panjang. Kecenderungan jangka
panjang adalah refleksi kebiasaan yang konsisten dilakukan. Inilah fokus yang harus digali pada
metiode pencatatan ini.

B. METODE SURVEI KONSUMSI PANGAN KELOMPOK

Metode SKP yang digolongkan ke dalam metode kelompok adalah metode frekuensi
makan (Food Frequency Questionnaire), Pencacatan Jumlah Makanan (Food Account) dan
Neraca Bahan Makanan (Food Balance Sheet).

1. Metode Frekuensi Makan (Food Frequency Questionnaire)


Metode frekuensi makan (Food Frequency Questionnaire) adalah metode yang
difokuskan pada kekerapan konsumsi makanan pada subjek. Kekerapan konsumsi akan
memberikan informasi banyaknya ulangan pada beberapa jenis makanan dalam periode
waktu tertentu. Ulangan (repetition), diartikan sebagai banyaknya paparan konsumsi
makanan pada subjek yang akhirnya akan berkorelasi positif dengan status asupan gizi subjek
dan risiko kesehatan yang menyertainya.
Metode frekuensi makan dapat dilakukan di rumah tangga dan juga rumah sakit.
Metode ini, terutama dipilih saat sebuah kasus penyakit diduga disebabkan oleh asupan
makanan tertentu dalam periode waktu yang lama. Asupan makanan khususnya yang
berhubungan dengan kandungan gizi makanan, secara teoritis hanya akan berdampak pada
subjek jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan frekuensi yang sering. Jika dikonsumsi dalam
jumlah sedikit dan frekuensi rendah, maka efek fisiologis dan patologisnya adalah sangat kecil.
Metode frekuensi makan tidak dapat dilakukan untuk tujuan mengetahui tingkat asupan
gizi. Informasi yang dikumpulkan meliputi makanan yang paling sering dikonsumsi. Metode ini
memerlukan persiapan yang matang. Persiapan yang baik meliputi survei awal makanan dan
minuman yang berada di lokasi survei. Metode frekuensi makan, tidak dibandingkan dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) sehingga itulah sebabnya metode ini tidak digunakan untuk
menilai persentase asupan gizi. Informasi akhir yang diperoleh dari metode ini adalah sebuah
penyakit berhubungan atau tidak berhubungan dengan frekuensi makan makanan tertentu
atau tidak.

2. Semi Frekuensi Makan (Food Frequency Questionnaire)


Metode semifrekuensi makan (Food Frequency Questionnaire) adalah metode yang
difokuskan pada kekerapan konsumsi makanan pada subjek ditambah dengan informasi
kuantitatif jumlah makanan yang dikonsumsi setiap porsi makan. Kekerapan konsumsi akan
memberikan informasi banyaknya ulangan pada beberapa jenis makanan dalam periode
waktu tertentu. Informasi tambahan adalah takaran saji atau porsi yang biasa digunakan untuk
setiap jenis makanan. Pada metode ini ulangan (repetisi), diartikan tidak hanya sebagairagam
jenisnya (kualitatif) tetapi banyaknya (kuantitatif) paparan konsumsi makanan pada subjek
yang akhirnya akan berkorelasi positif dengan status asupan gizi subjek dan risiko kesehatan
yang menyertainya (Slater et al. 2003).
Metode ini biasanya digunakan untuk studi awal fortifikasi zat gizi tertentu pada bahan
makanan yang potensial sebagai wahana (vehicle). Hanya dengan metode ini dapat dilakukan
estimasi yang tepat terhadap dosis fortifikan. Contoh di Indonesia metode ini pernah dipakai
saat melakukan fortifikasi provitamin A pada minyak goreng. Dilakukan studi konsumsi pangan
dengan metode Semi FFQ untuk mengetahui berapa konsumsi minyak goreng dan seberapa
sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Informasi yang dibutuhkan adalah kekerapan
konsumsi dan dosis konsumsi, sebagai dasar menghitung banyaknya vitamin A yang akan
dimasukkan ke dalam menyak goreng agar memberikan efek positif terhadap pengurangan
defisiensi vitamin A di Indonesia.
Metode ini tidak cocok dilakukan di skala individu, selain kurang efektif juga fortifikasi
jarang dilakukan untuk skala individu. Metode ini unit analisisnya adalah individu akan tetapi
hasilnya adalah untuk populasi. Jika metode ini dilakukan pada tingkat individu maka informasi
yang diperoleh sebatas untuk individu dimaksud. Misalnya seorang pasien DM rawat jalan
dilakukan metode semi FFQ untuk mengetahui selisih gula murni yang dapat dikonsumsi setiap
hari agar kenaikan gula darahnya terkontrol. Pada kasus ini semi FFQ dapat memberikan
informasi kuantitatif rerata asupan gula setiap kali makan dan informasi pada bahan makanan
apa saja gula itu disuplai. Informasi ini berguna untuk anjuran dan terapi gizi yang
bersangkutan, tetapi tidak dapat digunakan untuk jumlah dan jenis yang sama pada pasien
lain.
3. Metode Jumlah Makanan (food Account)
Metode jumlah makanan (food account) adalah metode yang difokuskan untuk
mengetahui jumlah makanan dan minuman yang di konsumsi dalam skala rumah tangga.
Prinsip dasar dalam metode ini adalah makanan yang disediakan dalam skala rumah tangga
adalah dikonsumsi sebagian besar oleh seluruh anggota rumah tangga yang sedang berada
dalam satu dapur. Prinsip bahwa semua anggota rumah tangga sangatlah terbiasa dengan
makanan yang dibeli dan diolah di dalam dapur keluarga. Prinsip pengadaan makanan dalam
rumah tangga adalah memperhatikan kesukaan semua orang atau sebagian besar anggota
rumah tangga. Fokus dari metode ini adalah mengidentifikasi jumlah makanan yang
dikonsumsi individu dalam rumah tangga menurut apa yang disediakan di rumah tangga,
bukan menurut apa yang sering dikonsumsi diluar rumah.
Metode jumlah makanan (food account) dapat dilakukan di rumah tangga khususnya
rumah tangga indikator. Pada negara dengan sistem monitoring ketahanan pangan yang
sudah demikian maju adalah selalu ditetapkan rumah tangga indikator. Rumah Tangga
indikator adalah rumah tangga yang dapat dijadikan acuan untuk menilai ketahanan pangan
wilayah. Jika rumah tangga indikator mengalami kurang makanan maka rumah tangga lain
diwilayah yang sama akan mengalami hal yang sama. Jika rumah tangga indikator mengalami
defisit asupan maka rumah tangga yang lain akan defisit.
Metode jumlah makanan ini tidak cocok dilakukan di rumah sakit atau puskesmas rawat
inap, karena tujuan dan mekanismenya berbeda. Rumah sakit sebagai unit beroperasi sama
dengan industri jasa, akan sangat hati-hati dan tepat dalam menyediakan makanan dan
minuman untuk pasien, sehingga sangat kecil kemungkinannya kekurangan makanan. Metode
pencatatan makanan ini adalah untuk mendeteksi apakah jumlah makanan yang disediakan
cukup atau tidak di sebuah rumah tangga (Puckett 2004).

4. Neraca Bahan Makanan (food balance sheet)


Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah metode penilaian konsumsi makanan pada
kelompok yang lebih luas. Kelompok yang lebih luas paling rendah adalah kabupaten. Metode
ini fokus pada penilaian ketersediaan pangan ditingkat wilayah dibandingkan dengan
banyaknya penduduk sebagai konsumen. Metode ini umumnya digunakan oleh ahli gizi yang
fokus pekerjaannya di level manajemen pelayanan gizi masyarakat. Sumber data dan
informasi adalah dihimpun dari sektor pertanian. Data produksi pangan pokok ditingkat
wilayah dan juga data konsumsi baik untuk konsumsi manusia maupun untuk kepentingan
dunia industri dan pakan dikumpulkan dari sektor terkait. Prinsip utama metode ini adalah
data dan informasi ketersediaan pangan ditingkat wilayah (Androniiki 2009).
Metode ini memiliki keunggulan dibanding metode lainnya karena dapat memotret
kondisi ketersediaan pangan dalam skala makro. Kondisi ketersediaan pangan skala makro
adalah bermanfaat untuk deteksi dini munculnya kasus kelaparan, yang dapat berakibat pada
malnutrisi. Manfaat dan penggunaan metode ini memungkinkan digunakan pada wilayah
dengan ketahanan pangan yang rendah, sebagai fungsi monitoring dan evaluasi berkelanjutan
penyediaan pangan penduduk (Purwaningsih 2008; Fao 2002). Berikut contoh formulir Neraca
Bahan Makanan seperti pada Gambar 1.3.

Pemakaian Dalam Ketersediaan Perkapita


Penyediaan Dalam Negeri sebelum ekspor
Produksi Negeri

Penyediaan Dalam Negeri


Jenis Bahan Makanan

Perubahan Stok

Ekspor
Impor

Kalori/hari (kkal/hari)

Lemak (gram/hari)
Protein (gra,/hari)
Bahan Makanan
Bukan Makanan

gram/hari
Makanan

Kg/tahun
Masukan

Keluaran

Tercecer
Pakan

Bibit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Gambar 1.3. Contoh Formulir Neraca Bahan Makanan

Latihan
Ringkasan
1. Berbagai metode penilaian konsumsi pangan adalah metode: food recall 24 jam, food
weighing, food record, foodfrequency questionnaire, semi food frequency questionnaire,
food account, dietary hystorydan food balance sheet.
2. Food recall 24 jam ciri cirinya metode ini dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu
hanya menggunakan foto makanan sudah dapat digunakan.
3. Food weighing salah satu cirinya adalah Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah selisih
antara berat makanan awal dikurangi berat makanan sisa.
4. Food record salah satu cirinya adalah pencatatan harus menjadi perhatian karena
sumber kesalahannya juga adalah pada proses pencatatan.
5. Foodfrequency questionnaire adalah metode yang difokuskan pada kekerapan konsumsi
makanan pada subjek.
6. Semi food frequency questionnaire biasanya untuk studi awal fortifikasi zat gizi tertentu
pada bahan makanan yang potensial sebagai wahana (vehicle).
7. Food account adalah Prinsip dasar dalam metode ini adalah makanan yang disediakan
dalam skala rumah tangga.
8. Dietary history biasanya memiliki bukti telusur atas kebiasaan makan subjek adalah
selalu dapat diketahui setelah pengamatan.
9. Food balance sheet memiliki fokus pada penilaian ketersediaan pangan ditingkat
wilayah.

Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Metode ini dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu hanya menggunakan foto
makanan sudah dapat digunakan ....
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Semi Food Frequency Questionnaire

2) Metode penilaian konsumsi pangan ini satu cirinya adalah Jumlah makanan yang
dikonsumsi adalah selisih antara berat makanan awal dikurangi berat makanan sisa.
Apakah metode dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Semi Food Frequency Questionnaire

3) Metode penilaian konsumsi pangan ini salah satu cirinya adalah pencatatan harus
menjadi perhatian karena sumber kesalahannya juga adalah pada proses pencatatan.
Apakah metode dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Food Account

4) Metode penilaian konsumsi pangan ini adalah Metode yang difokuskan pada kekerapan
konsumsi makanan pada subjek. Apakah metode dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Semi Food Frequency Questionnaire

5) Metode penilaian konsumsi pangan ini biasanya untuk studi awal fortifikasi zat gizi
tertentu pada bahan makanan yang potensial sebagai wahana (vehicle). Apakah metode
dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Semi Food Frequency Questionnaire
6) Metode penilaian konsumsi pangan ini adalah memiliki
prinsip dasar dalam metode ini adalah makanan yang
disediakan dalam skala rumah tangga. Apakah metode yang
dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Semi Food Frequency Questionnaire

7) Metode penilaian konsumsi pangan ini biasanya memiliki


bukti telusur atas kebiasaan makan subjek. Apakah metode
dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Dietary Hystory

8) Metode penilaian konsumsi pangan ini memiliki fokus


pada penilaian ketersediaan pangan ditingkat wilayah.
Apakah metode dimaksud?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Food Balance Sheet

9) Jika seorang manajer program gizi diminta melakukan kajian


asupan gizi individu dalam waktu yang singkat dan jumlah
populasi besar di sebuah Kecamatan, ia harus memilih
metode yang tepat. Apakah metode yang paling cocok?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Food Balance Sheet

10) Jika seorang manajer program gizi diminta melakukan kajian


jumlah makanan yang tersedia ditingkat rumah tangga
dengan metode akurat, maka ia harus memilih metodeyang
tepat. Apakah metode yang paling cocok?
A. Food Recall 24 Jam
B. Food Weighing
C. Food Frequency Qustionnaire
D. Food Account

Anda mungkin juga menyukai