Anda di halaman 1dari 9

A.

Judul Praktikum
Food Frequency Quetionaire

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara penggunaan metode Food Frequency
Quetionaire
2. Untuk mengetahui frekuensi rata-rata konsumsi makanan per hari

C. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada


umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein
(KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium ( GAKY ), masalah Kurang Vitamin A ( KVA ) dan masalah
obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia
mengalami masalah yang belum dapat diatasi secara menyeluruh,
sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih.
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah
kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan
produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam
keadaan krisis ( bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis
ekonomi ), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh
makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan
status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap
anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah
dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata
masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan
masalah kesempatan kerja.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menggalakkan
program perbaikan gizi antara lain melalui peningkatan mutu
konsumsi pangan dan penganekaragaman konsumsi pangan.
Disamping itu sasaran program perbaikan gizi juga ditujukan untuk
menanamkan perilaku gizi yang baik dan benar sesuai dengan
Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi di dalam tubuhnya. Kebutuhan zat gizi setiap orang
akan berbeda-beda, sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Supaya kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi
makanan setiap hari sesuai dengan anjuran gizi. Makanan yang
dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan kandungan zat
gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan.
Survei diet atau penilaian tingkat konsumsi makanan adalah
salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi
perorangan atau kelompok secara tidak langsung. Survei konsumsi
makanan dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi, dimana survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan
dan kekurangan zat gizi. Secara umum, survei konsumsi makanan
dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makanan tersebut.
Metode yang bersifat kualitatif untuk mengetahui frekuensi
makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan
menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara
memperoleh bahan makanan tersebut. Metode pengukuran konsumsi
makanan yang bersifat kualitatif antara lain : metode frekuensi
makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon
dan metode pendaftaran makanan (food list). Sedangkan metode yang
bersifat kuantitatif untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar
lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT),
Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan
Minyak. Metode pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain :
metode recall nutrition, perkiraan makanan (estimated food records),
penimbangan makanan (food weighing), metode food account,
metode inventaris (inventory method) dan pencatatan (household food
records). Selain itu, untuk mengetahui konsumsi makan seseorang,
bisa dengan menggunakan metode tingkat individu, antara lain metode
recall 24 jam, metode estimated food records, metode penimbangan
makanan (food weighing), metode dietary history, dan metode
frekuensi makanan (food frequency). Oleh karena itu, dalam laporan
ini akan dibahas tentang salah satu metode pengukuran konsumsi
makan tingkat individu yaitu metode Kuisioner Frekuensi Makanan
(FFQ), supaya mahasiswa kesehatan masyarakat dapat mengetahui
dan mengerti tentang Metode Food Frequency Questionnaire (FFQ)
serta dapat mengaplikasikan dalam masyarakat kedepannya.

2. Tinjauan Teori

Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai


pada tahun 1980. Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun
strategi dan kebijakan yang pada umumnya melibatkan berbagai
sektor terkait. Keberhasilan program perbaikan gizi dinilai
berdasarkan laporan rutin dan juga survei berkala melalui survei
khusus maupun diintegrasikan pada survei nasional seperti Susenas,
Survei Kesehatan Rumah Tangga dan lain-lain (Supariasa, 2002).
Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita
usia subur, yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR, disertai
dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya, seperti kurang
yodium, selenium, kalsium, dan seng. Faktor penyebab langsung dari
masalah gizi kurang ini berkaitan dengan konsumsi gizi. Pada periode
1995-2000, masih dijumpai hampir 50% rumah tangga mengkonsumsi
makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari)
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2004).
Survei konsumsi makanan digunakan untuk menentukan data
dasar (database) gizi dan/atau menentukan status gizi kelompok
populasi tertentu/menyeluruh, dgn cara survei crross--secttiionall.
Selain itu, dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi dan
mendiskripsikan sub kelompok populasi yang “at risk” terhadap
malnutrisi kronik. Hasil survei gizi nasional dapat berguna untuk
mengalokasikan sumberdaya pada kelompok yang membutuhkan dan
untuk memformulasikan kebijakan bagi peningkatan status gizi pada
keseluruhan populasi. Survei juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi intervensi gizi dengan membandingkan antara baseline
data sebelum dan setelah intervensi (Suyatno,2000).
Selain survei ada yang disebut dengan surveilen Ciri khas
yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu,
dimana data dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka
waktu yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab
malnutrisi kronik dan akut. Hasil surveilen dapat digunakan untuk
menyusun tindakan intervensi, selain juga dapat digunakan untuk
memonitor pengaruh kebijakan pemerintah dan mengevaluasi efikasi
dan efektivitas program intervensi gizi. Program Surveilen di AS yang
terkenal adalah National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) (Suyatno,2000).
Food frequency questionnaire adalah metode untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan atau tahun. Dengan food frequency dapat diperoleh
gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena
periode pengamatan lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi (Supariasa,
2002).
Untuk memperoleh asupan gizi secara relatif atau mutlak,
kebanyakan food frequency questionnaire (FFQ) sering dilengkapi
dengan ukuran khas setiap porsi dan jenis makanan. Karena itu food
frequency questionnaire (FFQ) tidak jarang ditulis sebagai riwayat
pangan semi kuantitatif (semi quantitative food history). Asupan zat
gizi secara keseluruhan diperoleh dengan jalan menjumlahkan
kandungan zat gizi masing-masing pangan. Sebagian food frequency
questionnaire (FFQ) memasukkan pertanyaan tentang bagaimana
makanan biasanya diolah, penggunaan makanan suplemen, serta
makanan bermerek lain (Arisman, 2004).
Dalam melaksanakan wawancara dengan metode FFQ resp
onden dihadapkan dengan daftar makanan dan dituntut untuk
menyatakan berapa kali masing-masing makanan dikonsumsi
perhari/minggu/bulan. Daftar makanan biasanya dipilih karena
merupakan sumber utama zat gizi yang dicurigai menyebabkan
penyakit tertentu. Dengan demikian FFQ ini merupakan pengukuran
bersifat kualitatif yang dibuat untuk setiap item makanan yang
dimakan dengan menghitung frekuensi konsumsi (Supariasa, 2002).
Metode frekuensi makanan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran pola konsumsi makanan atau bahan makanan secara
kualitatif. Kuestioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan
makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut
pada periode tertentu. Selain itu, metode ini juga dipakai dalam
menegakkan suatu hipotesis bahwa jumlah konsumsi zat gizi pada
masa lalu bila dikaitkan dengan resiko penyakit jauh lebih penting dari
apa yang dimakan pada saat sekarang. Namun dengan penggunaan
metode ini, presisi pengukuran (penimbangan makanan) diabaikan.
Hal ini untuk dapat menggali informasi kebiasaan makan makanan
tertentu pada waktu yang lebih lama (Gibson, 1990).
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan me
mpunyai beberapa kelebihan, antara lain : relatif murah dan sederhana,
dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan
khusus, dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit
dan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan FFQ, menurut
Supariasa (2001), antara lain : tidak dapat untuk menghitung intake
zat gizi sehari, sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data,
cukup menjemukan bagi pewawancara, perlu percobaan pendahuluan
untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam
daftar kuesioner, responden harus jujur dan mempunyai motivasi
tinggi.
E. Kesimpulan

Food Frequency Questionnaire Method (FFQ) adalah metode


untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu,
bulan atau tahun. FFQ terdiri dari 2 jenis yaitu FFQ kualitatif dan FFQ
semi kuantitatif (SQ-FFQ). FFQ kualitatif sifatnya spesifik, biasanya fokus
pada kelompok-kelompok makanan tertentu, atau makanan yang
dikonsumsi secara berkala dalam kaitannya dengan acara khusus atau
musim yang memungkinkan perkiraan jumlah asupan makanan dan
keragaman makanan serta dengan frekuensi penggunaan secara harian,
mingguan, bulanan, tahunan. FFQ Semi-kuantitatif (SQ-FFQ) adalah FFQ
kualitatif dengan penambahan perkiraan sebagai ukuran porsi: standar atau
kecil, sedang, besar. Dalam penggunaannya, metode FFQ cukup
sederhana, mudah dan dapat dilakukan secara individual tetapi tidak bisa
menentukan intake gizi seseorang dalam sehari.
Frekuensi rata-rata makanan yang dikonsumsi responden
memperoleh hasil yang bervariasi. Kelompok sumber karbohidrat dengan
bahan makanan mentah, yaitu 352,115 gram/hari, sedangkan bahan
makanan olahan, yaitu 90,231 gram/hari. Kelompok sumber hewani
dengan bahan makanan mentah memperoleh frekuensi sebanyak 115,27
perharinya, sedangkan bahan makanan olahan hanya memperoleh
frekuensi sebanyak 11,84 gram/hari. Sumber nabati sendiri responden
hanya mengkonsumsi bahan makanan mentah dengan frekuensi 205,92
gram/hari. Sedangkan pada kelompok sayuran dan buah-buahan dengan
bahan mentah memperoleh frekuensi yaitu 315,42 gram/hari dan 115,73
gram/hari. Lain-lain memperoleh frekuensi 111 gram perharinya.
F. Daftar Pustaka

Arisman. (2004). Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta :

EGC

Direktorat Gizi Masyarakat. (2004). Surveilan Gizi. Jakarta : Perpustakaan

RI.

Gibson, RS. (1990). Principles of Nutritional Assessment. New York :

Oxford University Press.

Supariasa. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Supariasa. (2002). Penilian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Suyatno. (2000) . Survei Konsumsi Indikator Gizi . Semarang : Univercity

Diponegoro Press.
Dokumentasi wawancara dengan responden

Anda mungkin juga menyukai