Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum Pangan dan Gizi

PENILAIAN STATUS GIZI DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

Disusun oleh:

Christopel Natanael Purba

2210511061

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan Pembangunan nasional adalah mencapai kualitas sumber


daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, produktif, dan mandiri. Salah satu
faktor penting dalam pembentukan SDM yang berkualitas adalah peningkatan
status gizi masyarakat. Dengan kata lain, kesejahteraan gizi masyarakat
berperan penting dalam memastikan kualitas manusia yang unggul dan berdaya
saing tinggi. Permasalahan gizi yang sering kita jumpai dikalangan masyarakat
adalah malnutrisi. Malnutrisi merupakan keadaan patologis akibat kekurangan
atau kelebihan zat gizi, baik secara relatif maupun absolut. Menurut
Pramadhari, 2023, Malnutrisi didefinisikan sebagai kekurangan, kelebihan atau
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Malnutrisi dibagi
menjadi dua, yaitu gizi kurang dan gizi berlebih (WHO, 2021). Global Initiative
in Malnutrition (GLIM) menyatakan bahwa kekurangan gizi mencakup
malnutrisi yang diakibatkan oleh penyakit kronis dengan peradangan atau
dengan peradangan yang minimal atau tidak sama sekali, serta malnutrisi yang
diakibatkan karena kekurangan makanan (Cederholm, et al., 2021).

Asupan nutrisi memengaruhi komposisi tubuh setiap individu, sehingga


pola konsumsi pangan yang benar akan menghasilkan pertumbuhan yang
optimal bagi tubuh (Savarino, 2021). Pola konsumsi pangan mencerminkan
gambaran jenis, porsi, dan ukuran dari makanan yang dikonsumsi oleh setiap
individu. Berdasarkan pola makan ini, dapat diperolah gambaran mengenai
sejauh mana kecukupan gizi telah terpenuhi pada setiap individu. Zat gizi yang
diperoleh dari makanan berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh,
menghasilkan energi, serta membangun dan memelihara jaringan tubuh.
Pemenuhan zat gizi pada setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-
beda, tergantung pada faktor seperti jenis kelamin, usia, dan tingkat aktivitas
fisik. Apabila zat gizi yang diasup telah sesuai dengan kebutuhannya, maka
individu tersebut dapat dikatakan memiliki status gizi yang baik. Namun, untuk
memastikan pemenuhan zat gizi tidaklah mudah, sehingga permasalahan yang
berkaitan dengan status gizi, seperti malnutrisi dapat terjadi pada setiap
individu. Oleh karena itu, dilakukannya praktikum penilaian status gizi dan
penilaian konsumsi pangan dengan cara menghitung kebutuhan kalori harian
dan pemenuhannya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksankannya praktikum penilaian status gizi dan


penilaian konsumsi pangan adalah untuk mengetahui keseimbangan energi
orang dewasa dalam sehari, dimana energi yang dikeluarkan sama dengan
energi masuk yang berasal dari makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah gambaran tubuh seseorang sebagai akibat dari konsumsi
pangan dan penggunaan zat-zat gizi dari pangan yang dikonsumsi di dalam
tubuh (Budiman, et al., 2021). Status gizi dapat memengaruhi masalah gizi dan
masalah gizi dapat terjadi pada semua golongan usia (Muchtar, et al., 2022).
Asupan makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi jika dikonsumsi
dengan tepat dan sesuai kebutuhan maka akan mencapai status gizi yang baik
(Afriani, 2022). Penilaian status gizi merupakan interprestasi dari data yang
didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi
populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. Penilaian
status gizi dengan metode antropometri secara umum bermakna ukuran tubuh
manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter
yang diukur antara lain BB dan TB. Indeks antropometri bisa merupakan rasio
dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang
dihubungkan dengan umur.

2.2 Penilaian Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan merupakan metode yang digunakan dalam


menghitung asupan/statuz zat gizi perorangan atau kelompok yang bertujuan
untuk perumusan kebijakan, baik untuk pemerintah maupun petugas kesehatan
di rumah sakit atau institusi lainnya. Penilaian konsumsi pangan dapat disebut
juga sebagai survei konsumsi gizi. Survei konsumsi gizi merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar variabel terkait dengan
apa yang dimakan dan diminum termasuk suplemen, jumlah dan variasi
makanan, dan seberapa sering individu atau sekelompok orang dalam periode
singkat, sehingga diketahui rata-rata asupan (intake) zat gizi harian beserta
kecukupannya. Pada awal 1940-an survei konsumsi, khususnya metode recall
24 jam digunakan secara luas dalam penelitian gizi dan kesehatan. Di Indonesia,
survei konsumsi sudah sering dipakai dalam penelitian di bidang gizi.

2.3 DKBM

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) disusun pada tahun 1967 dari
data hasil analisis yang dilakukan oleh Lembaga Makanan Rakyat sejak tahun
1950 dan dilengkapi data dari DKBM negara lain. DKBM merupakan suatu
daftar yang memuat susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis bahan
makanan. Daftar ini berfungsi untuk memperoleh nilai konsumsi kalori dan
protein dari hasil survei yang biasanya dilakukan dengan cara menghitung satu
persatu jenis bahan makanan berdasarkan beratnya dengan nilai kandungan gizi
dari bahan makanan tersebut. Penggunaan DKBM untuk menilai konsumsi hasil
survei skala besar memiliki beberapa kendala, antara lain: (1) Memerlukan
waktu yang cukupp lama untuk konversi zat gizi bahan makanan, dan (2)
Ketidaktepatan konversi bahan makanan yang tidak ada dalam DKBM, dimana
biasanya dikonversikan dengan bahan makanan lain yang sejenis dan memiliki
kandungan zat gizi yang mendekati. Berikut merupakan contoh dari tabel
DKBM:

Sumber: staffnew.uny.ac.id/DKBM Indonesia

2.4 URT

Ukuran Rumah Tangga (URT) merupakan ukuran yang sering digunakan di


rumah tangga sehari-hari untuk melihat/menaksir jumlah pangan yang
dikonsumsi atau dimasak. Satuan URT diperoleh dari jenis peralatan makan
yang biasa digunakan di rumah tangga, seperti piring, gelas, sendok, mangkok,
sedangkan untuk buah dan sayur digunakan satuan potong, buah, ikat, dan
sebagainya (Hardinsyah & Briawan, 1994 dalam Handayati, 2008). Jenis
peralatan yang digunakan sebagai satuan juga spesifik ditentukan sesuai daerah
tertentu (Rahmad, 2019). URT juga digunakan dalam perencanaan konsumsi
pangan dan pengumpulan data konsumsi pangan yang sering dilakukan melalui
survei maupun konsultasi gizi. Metode ini sangat dipengaruhi oleh keahlian
enumerator dalam menggali informasi atau data yang diperlukan dan ketepatan
menaksir jumlah pangan dari URT ke satuan berat. Kesalahan menggunakan
nilai konversi satuan URT (menggunakan konversi bahan pangan lain yang
sejenis) dapat berakibat pada kesalahan penilaian konsumsi pangan dan gizi,
yang pada akhirnya terjadi kesalahan dalam penentuan status gizi (Hardinsyah
& Briawan, 1994 dalam Handayati, 2008). Berikut merupakan contoh dari tabel
URT:
Sumber: dokumen.tips/DAFTAR URT DAN KONVERSI BAHAN PANGAN

2.5 IMT

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu pengukuran yang


digunakan untuk menilai berat badan ideal seseorang yang disesuaikan dengan
tinggi badan, dihitung menggunakan cara berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). IMT juga biasa digunakan
untuk mengetahui risiko gangguan kesehatan (Aprisuandani, et al., 2021). IMT
menjadi salah satu acuan untuk mengategorikan komposisi berat badan.
Pengukuran IMT juga berkaitan dengan status gizi yang mempengaruhi
kesehatan seseorang. Urutan kategori yang menjadi nilai IMT yaitu
underweight, normal, overweight, dan obese. Dalam hal ini, orang yang
mempunyai nilai IMT lebih atau kurang dari normal dapat memiliki
kemungkinan masalah kesehatan pada tubuh (Ramadany & Pasaribu, 2021).
Menurut Arisman, 2011, Indeks Massa Tubuh (IMT) penhitungan nya
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)
menguanakan rumus sebagai berikut: IMT = . Berikut
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (m2)

merupakan klasifikasi IMT berdasarkan rentang angkanya:

Sumber: simdos.unud.ac.id/PENUNTUN PRAKTIKUM PANGAN DAN GIZI

2.6 BMR

Basal Metabolic Rate (BMR) atau Angka Metabolisme Basal (AMB)


merupakan kebutuhan energi minimal yang diperlukan untuk proses tubuh vital.
Proses tubuh vital meliputi mempertahankan tonus otot, sistem peredaran darah,
pernapasan, metabolisme sel, dan mempertahankan suhu tubuh. Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi BMR, yaitu (1) jenis kelamin, (2) umur, (3)
derajat kesehatan, (5) suhu lingkungan, (6) suhu tubuh, (7) aktivitas, (8) sekresi
hormon, (9) status gizi, (10) kebiasaan merokok, dan (11) keadaan hamil dan
menyusui. Salah satu cara menghitung BMR adalah berdasarkan berat badan,
tinggi badan, dan jenis kelamin. Untuk BMR laki-laki = 66,5 + (13,7 × 𝐵𝐵) +
(5 × 𝑇𝐵) − (6,8 × 𝑈𝑠𝑖𝑎). Untuk BMR Perempuan = 655 + (9,6 × 𝐵𝐵) +
(1,8 × 𝑇𝐵) − (4,7 × 𝑈𝑠𝑖𝑎). Basal Metabolic Rate (BMR) berbanding lurus
dengan massa tubuh tanpa lemak, semakin banyak massa tubuh tanpa lemak
yang dimiliki seseorang semakin tinggi BMRnya. Namun BMR juga
dipengaruhi oleh penyakit akut dan meningkat dengan kondisi seperti luka
bakar, patah tulang infeksi, demam dan lain-lain.

2.7 Faktor Aktivitas

Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurutt lamanya


intensitas dan sifat kerja otot (Williamson, 1993 dalam Mahardikawati, 2008).
Setiap kegiatan fisik tersebut memiliki faktor aktivitasnya masing-masing yang
disebut sebagai Physical Activity Ratio (PAR). Semakin tinggi nilai PAR,
menunjukkan semakin berat kegiatan atau aktivitas tersebut dilakukan. Berikut
merupakan contoh dari tabel faktor aktivitas:

Sumber: Burke, 1992 dalam staffnew.uny.ac.id/Gizi Olahraga

2.8 Energi Olahraga

Kebutuhan energi pada setiap cabang olahraga berbeda-beda, tergantung


pada jenis dan berat aktivitas yang dilakukannya. Untuk mempermudah
perhitungan kebutuhan energi, makan menurut berat-ringannya, olahraga dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu olahraga ringan, sedang, berat, dan
berat sekali. Pembagian ini dilakukan dengan memperhatikan latihan fisik dan
teknik serta jumlah waktu dari masing-masing latihan yang dibutuhkan
(Komariyah, 2017). Klasifikasi cabang olahraga yaitu:

1. Olahraga ringan, yaitu panahan, menembak, bowling, dan golf.


2. Olahraga sedang, yaitu tenis meja, teni, bola basket, bulutangkis, hockey,
soft ball, dan senam.
3. Olahraga berat, yaitu renang, gulat, tinju, judo, kempo, dan balap sepeda.
4. Olahraga berat sekali, yaitu angkat besi, lari marathon, rowing, dan balap
sepeda jarak jauh (> 130 km).

Selain itu, kebutuhan energi juga bergantung pada umur, jenis kelamin, berat
dan tinggi badan, serta berat ringannya aktivitas sehari-hari (Irianto, 2007).
Berikut merupakan contoh dari tabel energi olahraga:

Sumber: Ditjen Binkesmas, 2002 dalam Komamdin, 2006


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Kualitatif

Metode kualitatif yang digunakan dalam praktikum penilaian status gizi dan
penilaian konsumsi pangan adalah metode pendaftaran makanan (food list).
Metode kualitatif biasanya digunakan untuk mengetahui frekuensi makan,
frekuensi konsumsi menurutt jenis bahan makanan dan menggali informasi
tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh makanan tersebut
(Supariasa, 2002). Metode food list dilakukan dengan cara menanyakan dan
mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama periode survei, yakni 2 hari
secara berturut-turut pada Kamis, 23 November 2023 dan Jumat, 24 November
2023. Berikut merupakan langkah-langkah metode food list:

1. Dicatat setiap jenis makanan yang dikonsumsi pada hari pertama survei
beserta dengan waktu pengonsumsiannya.
2. Dicatat porsi setiap makanan yang dikonsumsi.
3. Dilakukan tahapan-tahapan yang sama untuk hari kedua survei.
4. Dipindahkan data-data yang sudah terkumpul pada tabel hasil penelitian.

3.2 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif yang digunakan dalam praktikum penilaian status gizi


dan penilaian konsumsi pangan adalah metode mengingat-ingat (food recall).
Metode ini digunakan untuk mengukur jumlah dari konsumsi makanan selama
24 jam atau lebih tepatnya setelah satu hari berakhir, sehingga dapat dihitung
konsumsi zat gizinya (Supariasa, 2002). Metode food recall dilakukan dengan
cara mengingat makanan apa saja yang dikonsumsi dari bangun pagi hingga
istirahat tidur malam harinya. Data yang didapatkan dari metode ini cenderung
bersifat kualitatif, sehingga untuk mendapatkan data kuantitatif jumlah
konsumsi makanan didapatkan menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga
(URT), seperti sendok, piring, gelas, potong, atau ukuran lainnya yang
digunakan sehari-hari. Berikut merupakan langkah-langkah metode food recall:
1. Dicatat porsi setiap jenis makanan yang dikonsumsi pada hari pertama
survei beserta dengan waktu pengonsumsiannya.
2. Dilakukan konversi berat pada setiap porsi makanan yang dikonsumsi
dengan menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT).
3. Dianalisis setiap makanan yang dikonsumsi ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
4. Dilakukan tahapan-tahapan yang sama untuk hari kedua survei.
5. Dipindahkan data-data yang sudah terkumpul pada tabel hasil penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Nama : Christopel Natanael Purba


Sex : Laki-Laki
TB/BB : 173 Cm/63 Kg
Usia : 19 Tahun
Pekerjaan : Ringan-Sedang
Jenis Olahraga Frekuensi (Per Waktu
& Intensitas Minggu) (Menit/Sesi)
(I) (F) (T)
Latihan
Home Workout
(Intensitas 5 Hari/Minggu 20 Menit/Sesi
Tinggi)
Tabel 1. Data Member

Tahap Jenis Hasil Perhitungan


= BB (Kg) : (TB (m))2
= 63 : (1,73)2
1 IMT = 63 : 2,9929
= 21,049818
(Normal)
= 66,5 + (13,7 x BB) +
(5 x TB) – (6,8 x Usia)
= 66,5 + (13,7 x 63) +
2 BMR (5 x 173) – (6,8 x 19)
= 66,5 + 863,1 + 865 –
129,2
= 1.665,4 Kkalori
= 10% x BMR
3 SDA
= 10% x 1.665,4
= 166,54 KKalori
= Angka Faktor x
(BMR + SDA)
= 1,7 x (1.665,4 +
4 Energi Aktivitas Harian
166,54)
= 1,7 x 1.831,94
= 3.114,298 Kkalori
= I (Kal/Menit) x F x T
5 Energi Latihan/Minggu = 9 x 5 x 20
= 900 Kkalori
= Energi
Latihan/Minggu : 7
6 Energi Latihan/Hari
= 900 : 7
= 128,571 Kkalori
= Energi Aktivitas
Harian + Energi
7 Total Energi/Hari Latihan/Hari
= 3.114,298 + 128,571
= 3.242,869 Kkalori
Tabel 2. Form Kebutuhan Energi Harian

Tanggal Waktu Menu Makanan


1 Potong Sari Roti
Cokelat Keju (66 gram)
10:35 WITA
1 Kotak Ultra Milk
Rasa Karamel (200 ml)
23 November 2023
1 Potong Ayam Geprek
(25 gram)
13:50 WITA
3 Gelas Nasi Putih (375
gram)
1 Potong Tahu Goreng
Dipotong Dadu (25
gram)
1 Sendok Sambal Hijau
2 Bungkus Nabati Big
Rolls (32 gram)
16:20 WITA
1 Gelas Teh Poci (440
ml)
3 Gelas Nasi Putih (375
gram)
2 Potong Tempe
Goreng (50 gram)
2 Potong Tahu Goreng
22:10 WITA
(50 gram)
2 Sendok Tepung
Terigu (12 gram)
1 Butir Telur Ayam
Dadar (30 gram)
Tabel 3. Menu Makanan Hari Pertama

Tanggal Waktu Menu Makanan


2 Butir Telur Ayam
Rebus (60 gram)
08:20 WITA
1 Buah Pisang
Cavendish (75 gram)
1 Buah Kesemek (300
24 November 2023
gram)
1 Gelas Es Kelapa
13:45 WITA
Muda (700 ml)
4 Sendok Gula Cair (32
gram)
4 Gelas Nasi Goreng
(500 gram)
1 Butir Telur Dadar (30
17:50 WITA
gram)
5 Potong Mendoan
(125 gram)
Tabel 4. Menu Makanan Hari Kedua

Kand Kalori
BDD Berat Jumlah
Zat Gizi x x ungan x Zat
(%) (gram) (kkal)
(gram) Gizi
1 Potong Sari Roti Cokelat Keju (66 gram)
Dalam kemasan 220
1 Kotak Ultra Milk Rasa Karamel (200 ml)
Dalam kemasann 161
1 Potong Ayam Geprek (25 gram)
Protein 34,2 4 19,836
58 25
Lemak x x 16,8 x 9 21,924
100 100
Karbohidrat 0,1 4 0,058
3 Gelas Nasi Putih (375 gram)
Protein 2,1 4 31,5
100 375
Lemak x x 0,1 x 9 3,375
100 100
Karbohidrat 40,6 4 609
1 Potong Tahu Goreng Dipotong Dadu (25 gram)
Protein 1,4 4 5,6
100 25
Lemak x x 2,8 x 9 25,2
100 25
Karbohidrat 0,3 4 1,2
1 Sendok Sambal Hijau (20 gram)
Protein 0,7 4 0,4592
82 20
Lemak x x 0,3 x 9 0,4428
100 100
Karbohidrat 5,2 4 3,4112
2 Bungkus Nabati Big Rolls (32 gram)
Dalam kemasann 160
1 Gelas Teh Poci (440 ml)
Protein 0 4 0
100 440
Lemak x x 0 x 9 0
100 100
Karbohidrat 14,36 4 252,736
3 Gelas Nasi Putih (375 gram)
Protein 2,1 4 31,5
100 375
Lemak x x 0,1 x 9 3,375
100 100
Karbohidrat 40,6 4 609
2 Potong Tempe Goreng (50 gram)
Protein 4,6 4 36,8
100 50
Lemak x x 5,8 x 9 104,4
100 25
Karbohidrat 3,2 4 25,6
2 Potong Tahu Goreng (50 gram)
Protein 1,4 4 11,2
100 50
Lemak x x 2,8 x 9 50,4
100 25
Karbohidrat 0,3 4 2,4
2 Sendok Tepung Terigu (12 gram)
Protein 9 4 4,32
100 12
Lemak x x 1 x 9 1,08
100 100
Karbohidrat 77,2 4 37,056
1 Butir Telur Ayam Dadar (30 gram)
Protein 16,3 4 19,56
100 30
Lemak x x 19,4 x 9 52,38
100 100
Karbohidrat 1,4 4 1,68
Total 2.506,4932
Tabel 5. Perhitungan Kalori Makanan Hari Pertama

Kand Kalori
BDD Berat Jumlah
Zat Gizi x x ungan x Zat
(%) (gram) (kkal)
(gram) Gizi
2 Butir Telur Ayam Rebus (60 gram)
Protein 12,2 4 26,352
90 60
Lemak x x 11,5 x 9 55,89
100 100
Karbohidrat 0,7 4 1,512
1 Buah Pisang Cavendish (75 gram)
Protein 1,2 4 2,7
75 75
Lemak x x 0,2 x 9 1,0125
100 100
Karbohidrat 25,8 4 58,05
1 Buah Kesemek (300 gram)
Protein 0,8 4 9,312
97 300
Lemak x x 0,4 x 9 10,476
100 100
Karbohidrat 20 4 232,8
1 Gelas Es Kelapa Muda (700 ml)
Protein 1,2 4 17,808
53 700
Lemak x x 1 x 9 33,39
100 100
Karbohidrat 17,8 4 264,152
4 Sendok Gula Cair (32 gram)
Protein 0 4 0
100 32
Lemak x x 0 x 9 0
100 100
Karbohidrat 94 4 120,32
4 Gelas Nasi Goreng (500 gram)
Protein 1,6 4 32
100 500
Lemak x x 1,6 x 9 54
100 100
Karbohidrat 15,1 4 302
1 Butir Telur Dadar (30 gram)
Protein 16,3 4 19,56
100 30
Lemak x x 19,4 x 9 52,38
100 100
Karbohidrat 1,4 4 1,68
5 Potong Mendoan (125 gram)
Protein 4,89 4 24,45
100 125
Lemak x x 1,04 x 9 11,7
100 100
Karbohidrat 16,19 4 80,95
Total 1.412,4945
Tabel 6. Perhitungan Kalori Makanan Hari Kedua

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini, diteliti status gizi dan konsumsi pangan dari salah
seorang individu, yakni diri saya sendiri, penulis laporan praktikum.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil total energi harian yang
dibutuhkan individu yang diteliti adalah sebesar 3.242,869 kkal. Selain itu,
didapatkan hasil total kalori makanan yang dikonsumsi pada hari pertama
sebesar 2.506,4932 kkal dan pada hari kedua sebesar 1.412,4945 kkal, dengan
rata-rata sebesar 1.959,49385 kkal. Berdasarkan data tersebut, kebutuhan energi
individu tersebut tidak sebanding dengan asupannya, dimana energi yang
dibutuhkan sebanyak 3.242,869 kkal, tetapi asupannya hanya sebanyak
1.959,49385 kkal, sehingga masih memiliki selisih energi sebesar 1.283,37515
kkal. Dapat diketahui bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan teori
keseimbangan energi, yaitu jumlah energi masuk sama dengan energi keluar.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan juga hasil Indeks Massa Tubuh


(IMT) sebesar 21,049818 yang menandakan massa tubuh individu yang diteliti
normal. Namun, poin IMT mendekati massa tubuh kurus yang berkisar pada
18-20. Hal tersebut dapat terjadi karena ketidakseimbangan energi, dimana
tubuh masih membutuhkan energi sebesar 1.283,37515 kkal per hari yang
menandakan energi masuk tidak sama dengan energi keluar. Menurut Hall,
2012, prinsip dasar nutrisi dan metabolisme adalah bahwa perubahan berat
badan dikaitkan dengan ketidakseimbangan antara kandungan energi makanan
yang dimakan dan energi yang dikeluarkan tubuh untuk mempertahankan hidup
dan melakukan pekerjaan fisik. Dalam hal ini, energi yang diperlukan tubuh per
hari masih kurang, sehingga poin IMT menuju kearah massa tubuh yang kurus.

Berdasarkan pembahasan diatas, solusi yang dapat diambil adalah


melakukan pengaturan makanan setiap harinya. Pengaturan makanan
merupakan upaya untuk meningkatkan status gizi. Berikut merupakan
pengaturan makanan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi individu
yang diteliti:
1. Menentukan kebutuhan energi dan zat gizi berdasarkan umur, berat badan,
jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan.
2. Menyusun dan mengonsumsi menu seimbang yang berasal dari beraneka
ragam bahan makanan, vitamin, dan mineral sesuai dengan kebutuhan.
3. Menyesuaikan menu dengan pola makan.
4. Mengatur frekuensi konsumsi makanan dan camilan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil


penelitian tidak sesuai dengan teori keseimbangan energi, yakni jumlah energi
masuk sama dengan energi keluar. Hal tersebut disimpulkan karena energi yang
dibutuhkan individu yang diteliti sebanyak 3.242,869 kkal, namun asupannya
hanya sebanyak 1.959,49385 kkal, sehingga masih memiliki selisih energi
sebesar 1.283,37515 kkal. Sehingga, solusi yang dapat diambil adalah
pengaturan makanan setiap harinya untuk meningkatkan status gizi individu
tersebut.

5.2 Saran

Adapun saran-saran untuk praktikan selanjutnya dalam penilaian status gizi


dan penilaian konsumsi pangan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya praktikan menggunakan alat ukur yang lebih akurat dalam


pengukuran berat makanan yang dikonsumsi, seperti timbangan agar data
asupan kalori lebih akurat.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian pada saat tidak memiliki kegiatan hectic
pada hari tersebut, seperti kegiatan kepanitian agar konsumsi pangan sesuai
dengan konsumsi biasanya.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, D. & Mona Y. (2022). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerapan


Gizi Seimbang pada Balita di Masa Pandemi COVID-19. Arsip Kesehatan
Masyarakat. 7 (2). 18-22. DOI:
https://doi.org/10.22236/arkesmas.v7i2.10000.

Al Rahmad, A. H., et al. (2019). Standar konversi ukuran rumah tangga (URT)
kedalam nilai zat gizi di pedesaan Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar.
Jurnal SAGO gizi dan kesehatan. 1 (1). 101-112. DOI:
http://dx.doi.org/10.30867/gikes.v1i1.305.

Anisa, A. F., et al. (2019). Permasalahan Gizi Masyarakat Dan Upaya


Perbaikannya. Digital Library UIN Sunan Gunung Djati. Diakses pada 27
November 2023, dari
https://etheses.uinsgd.ac.id/20833/1/gizi%20pdfmasyarakat.pdf.

Aprisuandani, S., et al. (2021). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Ukuran Telapak Kaki pada Anak Usia 11-12 Tahun. Jurnal Kedokteran Ibnu
Nafis. 10 (2). 116-121. DOI: https://doi.org/10.30743/jkin.v10i2.141.

Budiman, L. A., et al. (2021). Analisis Status Gizi Menggunakan Pengukuran


Indeks Massa Tubuh dan Beban Kerja dengan Metode 10 Denyut pada
Tenaga Kesehatan. Nutrition Research and Development Journal. 1 (1). 1-
46. DOI: https://doi.org/10.15294/nutrizione.v1i1.48359.

Cederholm, T., et al. (2018). GLIM criteria for the diagnosis of malnutrition - A
consensus report from the global clinical nutrition community. Clinical
Nutrition. 38 (1). 1-9. DOI: https://doi.org/10.1016/j.clnu.2018.08.002.

Dokumen.tips. Daftar URT Dan Konversi Bahan Pangan. Diakses pada 25


November 2023, dari https://dokumen.tips/documents/daftar-urt-dan-
konversi-bahan-pangan.html?page=7.

Hall, K. D., et al. (2012). Energy balance and its components: implications for body
weight regulation. American Society for Nutrition. 95 (4). 989-994. DOI:
https://doi.org/10.3945%2Fajcn.112.036350.
Handayati, S. P., Amini N., & Dadang S. (2008). KONVERSI SATUAN UKURAN
RUMAH TANGGA KE DALAM SATUAN BERAT (GRAM) PADA
BEBERAPA JENIS PANGAN SUMBER PROTEIN. Jurnal Gizi dan
Pangan. 3 (1). 49-60. DOI: https://doi.org/10.25182/jgp.2008.3.1.49-60.

Irianto, D. J. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.


Yogyakarta: Andi Offset.

Jauza, Z., et al. (2023). HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
DENGANBEN DENGAN BENTUK LENGKUNG KAKI PADA ANAK
USIA MASA KANAK-KANAK AKHIR. Jurnal Vokasi Indonesia. 10 (2).
107-112. DOI: https://doi.org/10.7454/jvi.v10i2.1018.

Komamdin, K. (2006). PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI ATLET UNTUK


MENCAPAI PRESTASI SEPAK BOLA INDONESIA. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Olahraga. 2 (2). 119-134. DOI:
https://doi.org/10.21831/medikora.v11i2.4766.

Komariyah, L., Lucky A. R., & Iqbal I. (2017). MODUL KESEHATAN


OLAHRAGA (SPORTS MEDICINE). Bandung: file.upi.edu. Diakses pada
28 November 2023 dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19590628
1989012-
LILIS_KOMARIYAH/COVER_DALEM_SPORTS_MEDICINE.pdf.

Mahardikawati, V. A. & Katrin R. (2008). AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ENERGI


DAN STATUS GIZI WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII BANDUNG,
JAWA BARAT. Jurnal Gizi dan Pangan. 3 (2). 79-85. DOI:
https://doi.org/10.25182/jgp.2008.3.2.79-85.

Muchtar, F., Sri R., & Hastian H. (2022). Pengukuran dan penilaian status gizi anak
usia sekolah menggunakan indeks massa tubuh menurut umur. Abdi
Masyarakat. 4 (2). 142-145. DOI:
http://dx.doi.org/10.58258/abdi.v4i2.4098.

Munawaroh, M., Wiwit W., & Okta Z. S. F. (2021). Komposisi Lemak Viseral,
Basal Metabolic Rate (BMR), Dan Usia Sel Terhadap Indeks Masa Tubuh
(IMT) Pada Remaja. Jurnal Untuk Masyarakat Sehat. 5 (1). 110-120. DOI:
https://doi.org/10.52643/jukmas.v5i1.

Pramadhari, C. A. & Dorna Y. L. S. (2023). HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI


DENGAN STATUS GIZIORANG DEWASA DI KELURAHAN
RAMBUTANKECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR. Jurnal
Ilmiah Indonesia. 8 (2). 1274-1285. DOI: https://doi.org/10.36418/syntax-
literate.v8i2.11418.

Ramadany, A, & Saadatur R. P. (2021). Pengaruh Indeks Massa Tubuh Terhadap


Indeks Lengkung Telapak Kaki Mahasiswa dan Mahasiswi FK UISU.
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis. 10 (2). 93-100. DOI:
https://doi.org/10.30743/jkin.v10i2.171.

Rasyid, M. F. A. (2021). PENGARUH ASUPAN KALSIUM TERHADAP


INDEKS MASA TUBUH (IMT). Jurnal Medika Hutama. 2 (4). 1094-1097.

Rohmawati, N., Septi N. R., & Ruli B. A. (2023). BUKU AJAR Penilaian Konsumsi
Pangan. Jember: Digital Repository Universitas Jember. Diakses pada 27
November 2023, dari
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/116145/FKM_B
UKUAJAR_Penilaian%20Konsumsi%20Pangan.pdf?sequence=1&isAllo
wed=y.

Sandi, I. N. (2019). SUMBERDAN METABOLISMEENERGI DALAM


OLAHRAGA. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 5 (2). 64-73. DOI:
https://doi.org/10.5281/zenodo.3340183.

Saraswati, E., Dian A., & Sjafrudin S. (1994). METODA PEMBUATAN


KOMPOSISI ZAT GIZI KELOMPOK BAHAN MAKANAN UNTUK
PENILAIAN KONSUMSI HASIL SURVAI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. Penelitian Gizi dan Makanan. Vol 17. DOI:
https://dx.doi.org/10.22435/pgm.v0i0.1952.

Savarino, G. et al. (2021). Macronutrient balance and micronutrient amounts


through growth and development. Italian Journal of Pediatrics. 47 (109).
1-14. DOI: https://doi.org/10.1186/s13052-021-01061-0.
Siahaan, R. F. & Sartika P. (2017). HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN
POLA ASUH MAKAN DENGAN PEMENUHAN GIZI ANAK KELAS V
SD SWASTA GKPS 1 DI PEMATANG SIANTAR. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera. 15 (1). 51-61. DOI: https://doi.org/10.24114/jkss.v15i29.7170.

Siregar, N. S. & Dwi P. L. D. (2018). HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN


ENERGI DENGAN STATUS GIZI ATLET GULAT PPLP SUMATERA
UTARA. Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan. 2 (1). 10-18. DOI:
https://doi.org/10.24114/so.v2i1.12871.

Staffnew.uny.ac.id. DKBM Indonesia. Diakses pada 25 November 2023, dari


https://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/pendidikan/DKBM-
Indonesia.pdf.

Utami, N. W. A. (2016). Modul Survei Konsumsi Makanan. Bali: SIM DOSEN


Universitas Udayana. Diakses pada 27 November 2023, dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/18e4ebf2c0ccd280a
198372d113cd91f.pdf.

Who.int. (2021, 9 Juni). Obesity and overweight. Diakses pada 27 November 2023,
dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-
overweight.

Wijoyo, Y. A. & Raymond I. A. (2018). ANALISIS KONSUMSI HARIAN ATLET


KARATE NOMOR KUMITE PADA UKM KARATE NON ASRAMA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. Jurnal Prestasi Olahraga. 1 (4). 1-
10.

Yudistira, D. T. (2014). PENENTUAN KLASIFIKASI STATUS GIZI ORANG


DEWASA DENGAN ALGORITMA NAIVE BAYES CLASSIFICATION
PADA PUSKESMAS JIKEN. (Skripsi Sarjana, Universitas Dian
Nuswantoro Semarang). Diakses pada 27 November 2023, dari
http://eprints.dinus.ac.id/5422/1/13763.pdf.
LAMPIRAN

A. Menu Makanan Hari Pertama


- 10:35 WITA

- 13:50 WITA
- 16:20 WITA
- 22:10 WITA

B. Menu Makanan Hari Kedua


- 08:20 WITA
- 13:45 WITA

- 17:50 WITA

Anda mungkin juga menyukai