Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

1. Pengertian

Status gizi adalah tingkat keseimbangan antara asupan gizi dan

kebutuhan gizi (Patimah Sitti,2017:24). Untuk mengetahui status gizi

seseorang maka dibutuhkan penilaian status gizi (PSG), yaitu suatu

metoda pengukuran terhadap aspek yang dapat menjadi indikator

penilaian status gizi, kemudian membandingkan dengan standar baku

yang ada. Ruang lingkup PSG terdiri atas pengukuran langsung kepada

individu dan pengukuran secara tidak langsung (Susilowati, Kuspriyanto,

2016:44)

2. Metode penilaian status gizi

a. Metode pengukuran secara langsung

1) Antropometri

Secara umum antropometri adalah mengukur ukuran

tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuhdan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Antropometri digunakan secara umum untuk

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah

air dalam tubuh.

10
11

Indeks antropometri adalah sebagai berikut:

a) Berat Badan Menurut Umur (BB/ U)

Berat Badan adalah suatu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh, masa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan- perubahan yang mendadak,

misalnya serangan penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan/ menurunnya jumlah makanan dikonsumsi

(Supriasa, 2002).

Sesuai dengan WHO dalam Kementerian Kesehatan

2011 bahwa Indikator yaitu: Gizi lebih: > + 2 SD, Gizi

Baik : ≥ - 2 SD sampai + 2 SD, Gizi Kurang: < - 2 SD

sampai ≥ - 3 SD, Gizi Buruk: < - 3 SD

Indeks BB/ U memiliki beberapa kelebihan antara

lain:Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh

masyarakat umum, Baik untuk mengukur status gizi akut

atau kronis, Berat Badan dapat berfluktuasi, Sangat

sensitif terhadap perubahan- perubahan kecil, Dapat

mendeteksi kegemukan (over weight)

Kelemahan Indeks BB/ U antara lain:Dapat

mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru bila

terdapat adema maupun asites, didaerah perdesaan yang

masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir

secara tepat karena pencatatan umur belum baik,

Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak

dibawah usia lima tahun, Sering terjadi kesalahan


12

pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak

pada saat penimbangan, Secara operasional sering

mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

setempat.

b) Tinggi Badan Terhadap Umur (TB/ U)

Dapat memberi status gizi masa lampau dan status

sosial ekonomi, indikator kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat. Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada

keadaan normal, tinggi badan seiring dengan pertambahan

umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,

realtif kurang sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam

waktu yang pendek (Supriasa, 2002).

Sesuai WHO dalam Kementerian kesehatan 2011

bahwa Indikator yaitu: Normal: ≥ - 2 SD, Pendek: < - 2

SD. Keuntungan Indeks TB/ U adalah baik untuk menilai

status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat

sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan kelemahan

Indeks TB/ U adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan

mungkin turun. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena

anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang

untuk melakukannya, ketepatan umur sulit didapat.


13

c) Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/ TB)

Dalam keadaan normal perkembangan BB searah

dengan pertumbuhan TB dengan kecepatan tertentu.

Kelebihannya tidak memerlukan data umur, dapat

membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus),

dapat menjadi indikator status gizi saat ini (Current

nutrition status). Indeks BB/ TB merupakan indikator

yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/

TB merupakan indeks yang independen terhadap umur

(Supriasa, 2002).

Sesuai dengan WHO Indikator yaitu:Gemuk : >

+ 2 SD, Normal: ≥ - 2 SD sampai + 2 SD, Kurus: < - 2 SD

sampai ≥ - 3 SD, Kurus Sekali : < - 3 SD

Keuntungan Indeks BB/ TB adalah tidak

memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi

badan (gemuk, normal dan kurus)

Kelemahan Indeks BB/ TB adalah tidak dapat

memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek,

cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut

umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan.

Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam

melakukan pengukuran Panjang/ Tinggi Badan pada

balita, butuh dua macam alat ukur, lebih lama, dua orang

untuk melakukannya.
14

d) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Metode pengukuran antropometri yang digunakan

berdasarkan rekomendasi WHO- NCHS tahun 1985

adalah batasan BB normal orang dewasa ditentukan

berdasarkan Body Mass Index (BMI/ IMT).

2) Klinis

Metode ini sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Pengukuran ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Perubahan-perubahan yang terjadi

dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial

tissues), seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh,

seperti kelenjar tiroid. PSG klinis digunakan untuk keperluan

rapid clinical surveys, yaitu survey yang dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain itu, PSG

klinis digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi

seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda-

tanda (signs) dan gejala-gejala (symptoms) atau riwayat

penyakit.

3) Biokimia

Metode ini merupakan pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratorik yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain


15

darah, urin, feses, dan beberapa jaringan tubuh seperti hati

dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih

parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka

penentuan kimia faali sangat membantu untuk menentukan

kekurangan gizi yang sangat spesifik.

4) Biofisik

Metode ini merupakan penetuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dan jaringan. Metode ini umum

digunakan dalam situasi tertentu, seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindness).

b. Metode pengukuran secara tidak langsung

1) Survei konsumsi

Survei konsumsi merupakan penetuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi. Survei ini dapat memberikan gambaran tentang

konsumsi berbagai zat gizi kepada masyarakat, keluarga dan

individu. Melalui survei ini dapat diidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi.

Metode pengukuran konsumsi makanan secara

kuantitatif antara lain adalah menggunakan metode Food

Recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam

yang lalu.Keberhasilan Metode Food Recall 24 jam sangat


16

ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta

kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat

meningkatkan mutu data Food Recall 24 jam dilakukan

selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-

turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.

2) Statistik vital

Metode ini digunakan untuk menganalisis data

beberapa statistik kesehatan, seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan, kematian akibat penyakit

tertentu, dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan hasil pengukurannya dapat dipertimbangkan

sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat.

3) Faktor Ekologi

Malnutrisi berhubungan dengan masalah ekologi, yaitu

hasil interaksi multifaktor dan faktor lingkungan fisik,

biologi, ekonomi, politik, dan budaya. Sebagai contoh,

jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung pada

keadaan ekologi, seperti iklim, tanah, irigasi, dan sebagainya.

Penilaian variabel ekologi digunakan untuk mengetahui

penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sehingga menjadi

dasar untuk melakukan program intervensi gizi. Dalam

perhitungannya dikenal persamaan Community Nutritional

Level (CNL), yaitu persamaan bukan matematika yang

dibentuk untuk melihat faktor-faktor yang berperan dalam


17

status gizi masyarakat terutama kelompok yang rentan gizi,

seperti balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan usia lanjut.

3. Cara penilaian Status gizi

a. Nilai Indeks antropometri (BB/ U, TB/ U dan BB/ TB)

dibandingkan dengan nilai rujukan WHO

b. Dengan Menggunakan nilai ambang batas (Cut off point) untuk

masing- masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat

ditentukan, yaitu sebagai berikut:

1) Antara – 2 SD sampai + 2 SD tidak memiliki atau beresiko

paling ringan untuk menderita masalah kesehatan

2) Antara – 2 SD sampai – 3 SD atau antara + 2 SD sampai + 3

SD memiliki resiko cukup tinggi (Moderate) untuk menderita

masalah kesehatan.

3) Dibawah – 3 SD atau diatas + 3 SD memiliki resiko tinggi

untuk menderita masalah kesehatan.

c. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeksi yang digunakan

agar tidak terjadi kerancuan dalam interprestasi.

4. Faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut buku Kementrian Kesehatan Repulik Indonesia tahun

2018, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu :

a. Faktor biologis yaitu: Jenis kelamin, Keturunan/Genetik, Umur.

b. Faktor gaya hidup yaitu: Aktifitas fisik, Diet, Hobi, Aktivitas waktu

luang, Penggunaan obat-obatan, Penggunaan NAPZA termasuk

minuman beralkohol, Rokok, cerutu, tembakau kunyah, Praktik


18

keselamatan seperti memakai sabuk pengaman, Perawatan diri

(medis), Manajemen stres, Perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Faktor status sosial ekonomi yaitu: Perumahan, Pendidikan ,

Pendudukan, Pendapatan, Status pekerjaan.

d. Faktor kondisi komunitas yaitu: Iklim dan geografi, Pasokan air

bersih, Tipe dan kondisi perumahan, Jumlah dan jenis rumah sakit

dan klinik, Pelayanan kesehatan dan medis, Pelayanan sosial,

Struktur politik/pemerintahan, Kelompok dan organisasi kesehatan

masyarakat, Jumlah, jenis dan lokasi toko bahan makanan,

Rekreasi, Sistem transportasi , Industri terkemuka.

e. Faktor kondisi latar belakang: Agama, Kebijakan pangan dan gizi

nasional, Upah minimum nasional, Keyakinan budaya, Nilai

budaya, Sikap budaya, Periklanan, Pesan media, Sistem distribusi

makanan

Sedangkan menurut (Patimah, Sitti, 2017:229) dalam buku Gizi

Remaja Putri plus 1000 hari kehidupan yang dikutip dari World Bank

tahun 2011 yang menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi adalah

adanya krisis ekonomi, politik dan sosial sebagai akar masalah nasional

yang berimbas pada pengangguran inflasi, kurang pangan, dan

kemiskinan, adanya pokok masalah di masyarakat berupa kurangnya

pemberdayaan wanita dan keluarga, dan kurangnya pemanfaatan sumber

daya masyarakat yang berhubungan dengan kurangnya pendidikan,

pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu tidak cukupnya persediaan

pangan, pola asuh anak tidak memadai dan sanitasi air bersih/pelayanan

kesehatan dasar tidak memadai menjadi penyebab tidak langsung status


19

gizi, sedangkan penyebab langsungnya adalah makanan tidak seimbang

dan penyakit infeksi.

5. Masalah gizi

Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus

kurus, sekitar 14 % Balita di Indonesia kurus (6% sangat kurus) dan

sekitar 12% gemuk (susilowati, kuspriyanto, 2016: 170). Aktifitas

bermain yang meningkat dan mulai masuk sekolah membuat anak

menunda waktu makan, bahkan orang tua yang tidak memperhatikan bisa

saja membuat anak minta makan menjelang tidur saat ia terlalu lelah

beraktivitas seharian dan baru lapar ketika malam. Anak juga mulai

banyak bermain dengan teman- temannya sehingga mudah tertular

penyakit sehingga perlu ditanamkan kebiasaan makan beragam dan

bergizi serta pola hidup bersih.

Beberapa masalah gizi yang timbul pada Balita yaitu:

a. Kurang Energi Protein (KEP)

Kekurangan energi protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak

yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi atau

asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan berat dan tidaknya, KEP dibagi menjadi:

1) Kurang Energi Protein (KEP) ringan/ sedang disebut juga

sebagai gizi kurang, ditandai oleh adanya hambatan

pertumbuhan.

2) Kurang Energi Protein (KEP) berat meliputi Kwashiorkor,

Marasmus, dan Marasmus- Kwashiorkor.


20

b. Kekurangan Vitamin A (KVA)

Kekurangan Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan

penyebab gangguan gizi paling penting. Prevalensi KVA terdapat

pada anak- anak dibawah usia lima tahun. KVA merupakan

penyebab kebutaan pada anak.

c. Anemia Gizi Besi (AGB)

Anemia Gizi Besi (AGB) adalah suatu keadaan dimana kadar

sel darah merah atau Haemoglobin (Hb) dibawah normal.

Sedangkan AGB merupakan anemia yang disebabkan kurangnya

zat besi untuk sintesis iHaemoglobin. Prevalensi anemia pada balita

sebesar 30- 40%.

Pada Balita AGB akan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan serta mempengaruhi fungsi tubuh secara

normal. Balita akan mudah terserang penyakit karena penurunan

daya tahan tubuh.

d. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah

rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia.

Spektrum seluruhnya terdiri atas gondok dslm sebagai stadium,

kreatinisme endemik yang ditandai terutama gangguan mental,

gangguan pendengaran, gangguan pada anak dan dewasa,

seringkali kadar hormon rendah angka lahir dan kematian janin

meningkat.
21

e. Gizi lebih

Obesitas pada anak merupakan permasalahan multifaktor

terutama disebabkan oleh asupan zat gizi yang melebihi kebutuhan

harian mereka. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang berlebih

dan jenis makanan yang dikonsumsi mengandung kalori yang

tinggi. Selain itu, gaya hidup yang malas dan minimnya aktivitas

fisik sehari- hari juga menjadi penyebab utama obesitas pada anak.

Meskipun demikian, faktor genetik, hormonal dan kondisi sosio

ekonomi keluarga dan lingkungan juga turut mempengaruhi.

Menurut Call dan Levinson (1971) dalam Supriasa (2002) faktor-

faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi adalah:

a. Konsumsi makanan

Konsumsi makanan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu:

1) Zat gizi dalam makanan

2) Ada tidaknya program pemberian makanan diluar keluarga

3) Daya beli keluarga

4) Kebiasaan makanan

b. Kesehatan

Kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Lingkungan fisik dan sosial

a) Faktor lingkungan fisik seperti cuaca atau iklim, tanah

dan air.

b) Faktor sosial ekonomi yaitu; Pekerjaan yang berhubungan

dengan bahan- bahan kimia, Urbanisasi yaitu kepadatan

penduduk, adanya ketegangan dan tekanan sosial,


22

Perkembangan ekonomi yaitu usaha koperasi dibidang

kesehatan, pendidikan yang meningkatkan pengetahuan ,

Bencana alam seperti peperangan, banjir, gunung meletus,

dan sebagainya.

2) Pemeliharaan Kesehatan

3) Kebiasaan makanan

B. Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun.

Kelompok balita merupakan salah satu kelompok umur rawan akan

masalah gizi, karena pada usia balita berlangsung tahap pertumbuhan

yang cukup pesat sehingga memerlukan zat- zat gizi yang tinggi setiap

kilo berat badannya. Dengan demikian balita memerlukan perhatian

khusus dalam pemberian makanan yang dikonsumsi (Santoso, 2009).

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat Balita merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia mulai dari

satu sampai dengan lima tahun yaitu usia 12- 59 bulan. Pada periode ini

Balita menggunakan banyak energi untuk bergerak, mulai melatih

kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat dan

sebagainya, mulai berinteraksi dengan lingkungan sosial diluar keluarga.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai

terlatih seperti meroce, menulis dan menggambar (Patimah Sitti,

2017:180)

Karakteristik Balita
23

a. Anak usia 1-3 tahun

Pada usia 1 tahun, anak mengalami pertambahan berat badan naik 3

kali dari berat badan lahir, sedangkan pada usia 2 tahun menjadi 4 kali

dari berat badan lahir. Diusia ini anak menjadi konsumentasis, artinya

anak menerima makanan yang disediakan oleh orang tuanya.

Laju pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia pra sekolah,

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.

b. Anak usia 4- 5 tahun

Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah, kenaikan berat

badan kurang lebih 2 kg pertahun, kemudian pertumbuhan konstan

mulai berakhir. Pada usia ini anak menjadi konsumen aktif, sudah

mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan

anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak

beraktifitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak

makanan yang disediakan orangtuanya.

2. Kebutuhan gizi pada Balita

c. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia,

Energi merupakan kemampuan atau tenaga untuk melakukan kerja

yang diperoleh dari zat- zat gizi penghasil energi. Energi

diperlukan untuk berlangsungnya proses- proses yang mendasari

kehidupan. Berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi

(2013) angka kecukupan energi anak berusia 1-3 tahun adalah


24

sebesar 1000 kkal/ orang/ hari, sedangkan untuk anak berusia 4- 6

tahun adalah sebesar 1550 kkal/ orang/ hari.

Sumber energi atau tenaga yaitu padi- padian atau serealia

seperti; beras, jagung, dan gandum; sagu; umbi- umbian seperti;

ubi, singkong, dan talas; serta hasil olahannya seperti; tepung-

tepungan, mie, roti, makaroni, havemout dan bihun (Sunita, 2010).

Protein

d. Protein

Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan

perbaikan jaringan tubuh, serta membuat enzim pencernaan dan zat

kekebalan yang bekerja melindungi tubuh balita. Besarnya

kebutuhan protein berdasarkan berat badan adalah 26 gr/ hari usia

1-3 tahun dan 35 gr/ hari usia 4-6 tahun.

Sumber protein yaitu; sumber protein hewani seperti daging,

ayam, telur, susu dan keju; serta sumber protein nabati seperti;

kacang- kacangan berupa kacang kedelai, kacang tanah, kacang

hijau, kacang merah, kacang tolo; serta hasil olahannya seperti

tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom (Sunita, 2010:12).

e. Lemak

Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang

cukup tinggi. Dalam 1 gram lemak dapat menghasilkan energi

sebanyak 9 kkal, lemak memiliki fungsi sebagai sumber asam

lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E dan K. Serta pemberi rasa

gurih dan penyedap makanan. Sebagai sumber energi yang efisien,


25

dianjurkan kecukupan lemak anak menyumbang 15- 30%

kebutuhan energi total (Sunita: 2010:12).

Balita membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan

dengan orang dewasa karena tubuh mereka menggunakan energi

yang lebih proporsional selama masa pertumbuhan dan

perkembangan mereka. Sumber lemak dalam makanan bisa

diperoleh dengan mentega, susu, daging, ikan dan minyak nabati.

Untuk usia 1- 3 tahun dibutuhkan 44 gram/ hari lemak, sedangkan

usia 4-6 tahun membutuhkan 62 gram/ hari (Sunita: 2010:13).

f. Serat

Serat adalah bagian dari karbohidrat dan proteinnabati yang

tidak pecah dalam usus kecil dan penting untuk mencegah sembelit,

serta gangguan usus lainnya. Serat dapat membuat perut anak

menjadi lebih cepat penuh dan terasa kenyang, menyisakan ruang

untuk makanan lainnya sehingga sebaiknya tidak diberikan secara

berlebihan, kecukupan balita usia 1- 3 tahun adalah 16 gram/ hari,

sedangkan usia 4- 6 tahun adalah 22 gram/ hari.

g. Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam

jumlah yang sangat kecil untuk beberapa proses penting yang

dilakukan didalam tubuh. Mineral adalah zat organik yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi. Makanan yang

berbeda memberikan vitamin dan mineral yang berbeda dan mem


26

yang memiliki diet yang bervariasi dan seimbang, ini penting untuk

menyediakan junlah cukup dari semua zat gizi (Sunita: 2010:13)

Fungsi vitamin menurut santoso, 2004 adalah:

1) Vitamin A: fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum,

dan reproduksi.

2) Vitamin D: calsiferol berfungsi sebagai prohormon transport

calcium kedalam sel, bahan makanan yang kaya vitamin D

adalah susu.

3) Vitamin E: alphatocoperol berfungsi sebagai anti oksidan

alamiah metabolisme sel enium. Umumnya bahan makanan

kacang- kacangan atau biji- bijian khususnya bentuk

kecambah, mengandung vitamin E yang baik.

4) Vitamin K: menadion berfungsi didalam proses sintesis

prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah.

Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam ginjal,

Paru- paru, dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K

diperlukan garam empedu dan lemak.

h. Cairan

Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan

balita karena merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, resiko

kehilangan air pada bayi yang terjadi melalui ginjal lebih besar dari

pada orang dewasa, bayi dan anak mudah terserang dehidrasi akibat

muntah- muntah dan diare berat.

3. Pola Makan Balita


27

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizi (susilowati, Kuspriyanto, 2016: 39).

Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan

masyarakat. Pola makan yang baik adalah berpedoman pada gizi

seimbang.

Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada

dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat

gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan

secara teratur (Kementerian Kesehatan RI, 2015:73)

Gambar 2.1

Tumpeng Gizi Seimbang Panduan Konsumsi sehari- hari

Tumpeng gizi seimbang dialasi oleh air putih, dalam sehari

kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas sehari), setelah

itu diatasnya terdapat potongan besar yang merupakan golongan

makanan pokok (sumber karbohidrat), golongan ini dianjurkan 3-8 porsi.

Diatas golongan makanan pokok terdapat golongan sayur dan buah

sebagai sumber vitamin dan mineral, keduanya dalam potongan berbeda

luasnya untuk menegaskan pentingnya peran dan porsi setiap golongan.


28

Ukuran potongan sayuran sengaja dibuat lebih besar dari pada buah yang

terletak disebelahnya, dengan begitu jumlah sayuran harus dimakan

setiap harinya lebih besar (3-5 porsi) dari pada buah (2-3 porsi).

Selanjutnya dilapisan ketiga dari bawah ada golongan protein seperti

daging, telur, ikan, susu, dan produk olahannya (youguhrt, mentega, keju

dan lainnya) dipotong kanan, sedangkan dipotong kirinya ada kacang-

kacangan serta hasil olahannya seperti tempe, tahu dan oncom. Terakhir

dan menempati puncak tumpeng dalam potongan sangat kecil adalah

minyak, gula dan garam yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya

(susilowati, Kuspriyanto, 2016:42).

Empat Pilar tersebut diatas yaitu sebagai berikut:

a. Konsumsi anekaragam pangan

Yang dimaksud beraneka ragam dalam prinsip ini selain

beraneka ragam jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang

seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan

dilakukan secara teratur (Kementerian Kesehatan RI, 2015:16).

Pada usia Balita 3- 4 Kali makanan keluarga ditambahkan 1-2

kali makanan selingan + ASI, dengan jumlah ¾ (Tiga perempat)

mangkuk ukuran 250 ml (Kementerian Kesehatan RI, 2015:27).

b. Membiasakan perilaku hidup bersih

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama

anak- anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan

mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat

gizi yang masuk ketubuh berkurang.


29

Budaya perilaku hidup bersih akan menghidarkan seseorang

dari paparan terhadap sumber infeksi, contohnya: selalu mencuci

tangan pakai sabun dan air bersih mengalir sebelum makan,

sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan

minuman dan setelah buang air besar atau air kecil, akan

menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman

penyakit antara lain kuman penyakit disentry dan thipus

(Kementerian Kesehatan RI, 2015:17)

c. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh

termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk

menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi

utamanya sumber energi dalam tubuh (Kementerian Kesehatan RI,

2015:18).

d. Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan

berat badan normal.

Bagi bayi dan Balita indikator yang digunakan adalah

perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur

dengan menggunakan KMS, yang dimaksud berat badan normal

adalah jika untuk dewasa IMT= 18,5 – 25,0 dan bagi anak balita

dengan menggunakan KMS dan berada dalam pita hijau

(Kementerian Kesehatan RI, 2015:18).

Untuk mencukupi pola makan dengan standar tumpeng gizi

seimbang untuk sekali makan dikenal dengan “Piring Makanku” yaitu

sebagai berikut:
30

Gambar 2.2

Piring Makanku: Sajian Sekali Makan

Piring Makanku: Sajian Sekali Makan , dimaksudkan sebagai

panduan yang menunjukkan makanan dan minuman pada setiap kali

makan (misal sarapan, makan siang, makan malam). Visual piring

makanku menggambarkan anjuran makan sehat dimana separoh (50%)

dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan buah, dan

separoh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk pauk. Piring

makanku juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus lebih

banyak dari porsi buah, porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi

lauk pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu minum setiap kali

makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Makan dan minum tidak

ada artinya bila tidak bersih dan aman termasuk tangan dan peralatan

makan, oleh karena itu piring makanku menganjurkan untuk mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan (Kementerian Kesehatan RI, 2015).


31

Pola pembagian makanan sehari untuk anak usia 1- 5 tahun

menurut Pedoman Pelayanan gizi Di Puskesmas (2015:85) yaitu Pagi

menunya Nasi (berat 75 gram) atau ukuran rumah tangga (URT) 3/4

gelas, Lauk hewani (berat 30 gram),urt 1/2 potong sedang, sayur (berat

50 gram) urt 1/2 mangkok, minyak goreng (berat 5 g), urt 1/2 sdm, gula

pasir (berat 15g), urt 2 sdm, susu (berat 25g), urt 4 sdm, diselingi snack

kacang hijau berat 15 g, urt 1 1/2 sdm, gula pasir berat10 gr, urt 1sdm.

Menu makan siang yaitu Nasi berat 75 g,urt 3/4 gelas, Lauk hewani

berat40 g, urt 1 potong sedang, Lauk Nabati berat 25 g,urt 1 potong kecil,

Sayur berat 50 g, urt 1/2 mangkok, Buah 125 gram,urt 1 potong sedang,

minyak berat 10 g, urt 1 sdm,diselingi snack pepaya berat 200 g, urt 1

potong sedang, gula pasir 20 g, urt 2 sdm. Selanjutnya menu makan

malam yaitu Nasi berat150 g, urt 3/4 gelas, Lauk hewani berat 40 gram,

urt 1 potong sedang, Lauk nabati berat 50 g, urt 1 potong sedang, sayur

berat 100 g,urt 1/2 mangkok, Buah berat 100 g, urt 1 potong sedang, dan

minyak berat10 g, urt 1 sdm.

Pada usia tiga tahun anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam

memilih makanan sudah bersikap sebagai konsumen aktif, dimana anak

sudah dapat memilih dan menentukan makanan yang ingin

dikonsumsinya. Pada rentang usia 3- 5 tahun, seringkali anak menolak

makanan yang tidak disukai sehingga perlu diperkenalkan mereka

beraneka ragam makanan (susilowati, Kuspriyanto, 2016: 175).

Pada usia 1- 5 tahun anak sudah harus makan seperti pola makan

keluarga yaitu sarapan, makan siang, makan malam, dan dua kali

selingan. Porsi makan pada usia ini setengah dari porsi orang dewasa.
32

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada

anak usia 1- 5 tahun (susilowati, Kuspriyanto, 2016:175) yaitu sebagai

berikut:

a. Selalu variasikan makanan yang diberikan meliputi makanan

pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang

diberikan juga bergantian sehingga aemua zat gizi terpenuhi.

b. Variasikan cara mengolah makanan sehingga semua bahan

makanan dapat masuk, misalnya anak tidak mau makan bayam

maka bayam dibuat dalam telur dadar.

c. Berikan air putih setiap kali habis makan

d. Hindari memberikan makanan selingan mendekati jam makan

utama

e. Ketika masuk usia dua tahun, jelaskan manfaat makanan yang

harus dimakan sehingga dapat mengurangi rasa tidak sukanya.

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu proses pembentukkan terus menerus

oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisas karena masuknya

pemahaman- pemahan baru, yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan,

informasi atau media massa, sosial, budaya dan ekonomi, lingkungan,

pengalaman, dan usia (Budiman dan Riyanto, 2013).

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2014). Menurut Notoadmodjo


33

pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkatan yang berbeda- beda.

Pengetahuan ibu tentang gizi adalah hal yang diketahui ibu tentang

pangan sehat, pangan sehat untuk golongan usia tertentu dan cara ibu

memilih, mengolah, dan menyiapkan pangan dengan benar. Pengetahuan

ibu tentang gizi yang kurang akan berpengaruh terhadap status gizi

balitanya dan akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk

anak dan keluarganya. Pengetahuan tentang gizi dan pangan yang harus

dikonsumsi agar tetap sehat merupakan faktor penentu kesehatan

seseorang. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi juga berperan dalam

besarnya masalah gizi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmodjo, 2012 faktor- faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah:

a. Tingkat pendidikan.

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang

sangat pokok. Tingkat pendidikan dapat menghasilkan suatu

perubahan dalam pengetahuan.

b. Informasi

Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,

cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit akan

menurunkan tingkat pengetahuan seseorang tentang hal tersebut.

c. Budaya
34

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi baru akan disaring kira- kira sesuai

tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman berkaitan dengan umur dan tingkat pendidikan

seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan

lebih luas sedangkan umur semakin bertambah.

3. Kategori pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori

yaitu:

a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar > 75 % dari

seluruh pertanyaan

b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 61- 75 % dari

seluruh pertanyaan

c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar ≤ 60 % dari

seluruh pertanyaan.

4. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoadmodjo, 2012 Secara garis besarnya dibagi menjadi 6

(enam) tingkatan pengetahuan yakni:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall memenggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui dan

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

pertanyaan- pertanyaan.
35

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dari suatu masalah atau objek yang

diketahui.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang yang merangkum

atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis

suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma- norma yang berlaku di masyarakat.


36

Pengetahuan tidak hanya didapat dari sekolah saja, melainkan

pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman hidup sehari- hari terutama

pengetahuan ibu tentang gizi, semakin banyak pengetahuan gizinya semakin

diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk konsumsi. Untuk

ibu yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan

yang paling menarik pancaindera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan

nilai gizi makanan, sebaliknya ibu yang memiliki banyak pengetahuan gizi

akan banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang

nilai gizi makanan (Sediaoetama, 2009:3).

Berikut adalah kerangka teori status gizi dalam Supariasa (2002)

Bagan 2.1

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Zat Gizi dalam Makanan

Ada tidaknya program


pemberian makanan diluar
keluarga Konsumsi
Makanan
Daya Beli Keluarga
37

Kebiasaan Makan/ Pola


Makan:
1. Frekuensi Status
2. Jenis Makanan Gizi
3. Waktu Makan

Pemeliharaan Kesehatan
1. Perilaku Hidup
bersih dan sehat Kesehatan
2. Pencegahan Infeksi

Lingkungan Fisik dan Sosial


1. Fisik:
- Cuaca
- Iklim
- Tanah
- air
2. Sosial:
- Pekerjaan
- Urbanisasi
- Status ekonomi
- Pendidikan dan
Pengetahuan
- Bencana alam

Sumber: Supariasa, 2002

Anda mungkin juga menyukai