Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PROSES PEMBINAAN

A. Tinjauan Tentang Keluarga


1. Biodata Anggota Keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Asmidi
Jenis Kelamin : Laki Laki
Usia : 39 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan :MTS
Pekerjaan :Buruh
Penghasilan Perbulan :  < 500.000  500.000-1 juta  > 1 juta
Status Pernikahan :(M/BM/J/D), usia menikah suami: 25 th, istri:25 th
Alamat : RT. 10 Penyengat Rendah
b. Istri
Nama : Ulyana
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 39 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Mengurus Rumah Tangga
Status Pernikahan :(M/BM/J/D), usia menikah suami: 25 th, istri:25 th
Alamat : RT. 10 Penyengat Rendah
c. Anak Pertama
Nama : Maulani
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswi
Alamat : RT. 10 Penyengat Rendah
d. Anak Kedua
Nama : Hakim
Jenis Kelamin : Laki Laki
Usia : 5 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : RT. 10 Penyengat Rendah
2. Faktor Sosial Ekonomi
Adapun salah satu penyebab kegagalan program penanganan kemiskinan menurut
Sutrisno dalam seri ringkasan hasil penelitian edisi 2005 Depsos RI (2005:5) yaitu
disebabkan oleh program penanganan kemiskinan yangmasih menggunakan pendekatan
teknokratis yang bersifat top-down, sehingga kondisi tersebut menyebabkan masyarakat
desa bersifat pasif dan tergantung pada pemerintah karena beranggapan bahwa
pemerintah adalah penyedia, perencana dan pelaksana pembangunan.
Permasalahan lain adalah kegiatan pemberdayaan yang ditujukan kepada masyarakat
belum berorientasi pada kebutuhan masyarakat miskin, kegiatan pemberdayaan belum
sepenuhnya memanfaatkan sumber-sumber yang ada di daerah setempat, masyarakat
kurang merasa memiliki program-program yang dilaksanakan dan keterbatasan tingkat
pendidikan/pengetahuan warga masyarakat sehingga mempengaruhi terhadap wawasan
masyarakat dalam menerima perubahan dalam segala hal.Berdasarkan pernyataan di atas
dapat dipahami bahwa sebelum dilaksanakannya program pemberdayaan terhadap PRSE
terlebih dahulu harus dilakukan suatuidentifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya
kerawanan sosial ekonomi serta apa saja yang menjadi harapan mereka, sehingga
program yang akan diselenggarakan pada saat pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik
dan tepat sasaran.
Menurut keluarga binaan yang saya dapat di Penyengat Rendah RT. 10, pendapat
narasumber dengan cara wawancara dan mengisi lembar kuesioner pada keluarga tidak
ditemukan kendala ekonomi. Keluarga makan 3 kali sehari, alam keluarga selalu
mengkonsumsi makanan seperti (ikan, ayam, dll,) seminggu 3 kali, sedangkan (sayur,
kacang-kacangan, tahu, tempe) dikonsumsi hampir tiap hari.
3. Faktor Lingkungan
Mengikutsertakan perempuan dalam pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan
memahami betapa pentingnya lingkungan, dengan demikian mereka akan mempunyai
andil besar untuk memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan dari lingkup yang
paling kecil. Namun bukan berarti perempuan yang belum terlibat dalam pelestarian
lingkungan tersebut tidak tergerak atau acuh terhadap permasalahan lingkungan, bisa jadi
karena keterbatasan pengetahuan dan akses yang mereka miliki.
Menurut keluarga binaan narasumber menjelaskan bahwa keluarga menerapkan
perilaku hidup bersih, sehat, memiliki jamban sendiri dilihat dari lingkungan keluarga
dan ikut partisipasi dalam arisan tiap bulannya, yasinan, gotong royong tiap minggu atau
bulannya, dll dilihat dari lingkungan sekitar tempat tinggal.
4. Penggunaan Sarana Kesehatan
Menurut narasumber keluarga jika sakit mereka pergi berobat ke Puskesmas
Aurduri, bidan, dan RSUD Raden Mattaher Jambi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut narasumber keluarga tidak memiliki riwayat kesehatan apapun.

B. Pembinaan Keluarga
1. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga
Menurut jurnal Ristiawati dan Vita (2015) dengan judul Identifikasi
Permasalahan Kesehatan Di Desa Simbang Wetan Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan Tahun 2015. Permasalahan kesehatan adalah kesenjangan antara yang terjadi
dengan apa yang dikehendaki di bidang kesehatan. Identifikasi permasalahan kesehatan
merupakan bagian utama dari siklus pemecahan masalah, dimana siklus pemecahan
masalah merupakan proses yang terus menerus yang ditunjukkan untuk pembangunan
bidang kesehatan dan proses perbaikkan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan
dengan melibatkan semua komponen masyarakat.
Hal inilah yang melandasi untuk dilakukannya wawancara pada narasumber untuk
menemukan masalah. Pada tahap ini, mengidentifikasikan permasalahan yang muncul
dengan cara melakukan wawancara secara langsung pada KK binaan di RT.10 Penyengat
Rendah. Menurut ibu pada anak perempuannya bernama Maulani usia 14 tahun kelas 2
SMP mengalami nyeri haid setiap kali datang haid, siklus haid normal, lama haid 7 hari,
cair, merebes. Dapat disimpulkan bahwa pada kasus Maulani mengalami desminore.
remaja putri tersebut nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik
sehari-hari. Keluhan ini sering mengganggu aktivitas sehari-hari saat disekolah dan
dirumah. Saat nyeri haid muncul tiap bulanya seperti di tusuk tusuk di bagian bawah
perut secara terus menerus selama haid, biasanya hanya di diamkan saja dan di bawa
istirahat, keluarga tidak mengetahui pengobatan untuk menurunkan nyeri secara alami,
saat beraktivitas nteri bertamah sakit tapi saat istirahat dapat mengurangi nyeri.
Menurut jurnal Agustini, dkk (2019) dengan judul Peningkatan Pengetahuan
tentang Senam Desminorea untuk Mengurangi Nyeri pada Siswa SMA di Kota Denpasar.
Pada siklus menstruasi beberapa wanita mengalami disminorea. Dismenorea
didefinisikan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik yang terjadi sebelum atau selama
menstruasi. Dismenorea primer tidak berhubungan dengan patologi panggul dan
dianggap sebagai akibat produksi prostaglandin yang berlebihan oleh uterus sedangkan
dismenorea sekunder biasanya disebabkan oleh kondisi-kondisi yang didapat seperti
endometriosis (Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry, 2005).
2. Analisis Masalah Kesehatan Keluarga
Kurangnya pemahaman tentang kesehatan sehingga tidak berobat ketenaga
kesehatan untuk menghilangkan nyeri haid.
3. Prioritas Masalah
Menurut jurnal Jannah (2010) dengan judul Prioritas Masalah Berdasarkan
Diagnosa Nandauntuk Menentukan Intervensi Keperawatan. Prioritas masalah hal utama
yang harus ditentukan untuk menghasilkan sebuah intervensi, prioritas masalah dapat di
katagorikan menjadi kepentingan awal, sedang dan akhir. Dan ada yang disebut dengan
prioritas sedang,meliputi kebutuhan non darurat dan tidak mengancam nyawa klien. Dan
selanjutnya ada prioritas masalah rendah tidak selalu berhubungan langsung dengan
penyakit atau prognosis, namun dapat memengaruhi kesejahteraan kesehatan pasien
selanjutnya. Oleh karena itu tenaga kesehatan harus bisa menentukan yang mana prioritas
masalah harus diselesaikan terlebih dahulu. (Potter & Perry, 2009).
Dari hasil identifikasi dan Menginventarisasi kriteria prioritas masalah yang
ditemukan pada keluarga KK binaan tersebut pada remaja putri bernama Maulani usia 14
tahun kelas 2 SMP mengalami nyeri haid (Desminore) pada setiap bulan.
4. Masalah Kesehatan Keluarga
Nyeri haid (Desminore) pada anak remaja putri
5. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada KK binaan ada 3 yaitu;
a. Lakukan pengumpulan data
b. Lakukan pengolahan data
c. Pemilihan prioritas masalah
d. Berikan penyuluhan tentang desminore
Menurut Jurnal Agustini, dkk (2019) dengan judul Peningkatan Pengetahuan
tentang Senam Desminorea untuk Mengurangi Nyeri pada Siswa SMA di Kota Denpasar.
Dismenore adalah gangguan fisik pada wanita yang sedang menstruasi berupa gangguan
nyeri/ kram perut. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah
menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha. Sebesar 64,25% wanita di Indonesia
melaporkan kejadian dismnorea yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36%
dismenorea sekunder (Proverawati & Misaroh, 2009).Berdasarkan penelitian
Mahmudiono (2011), angka kejadian disminorea primer mencapai 53,89% pada remaja
dengan rentang usia 14-19 tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa
pengalaman disminorea dialami oleh anak usia remaja termasuk didalamnya anak yang
duduk di bangku menengah atas (SMA).
Latihan-latihan olahraga yang ringan seperti senam sangat dianjurkan untuk
mengurangi dismenore. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara melakukan senam
atau disebut dengan senam dismenore (Puji, 2009; Marlinda & Purwaningsih, 2013).
Senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri karena saat melakukan senam, otak dan susunan saraf tulang belakang akan
menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan
menimbulkan rasa nyaman (Marlinda & Purwaningsih, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hesti Lestari (2009) menunjukkan meskipun
disminorea merupakan masalah, 82% remaja memilih untuk membiarkan saja nyeri yang
timbul atau mengatasinya dengan cara tradisional yaitu minum air hangat atau menekan
bagian yang sakit dengan kompres hangat. Hal ini dapat menjadi indikasi perlunya
pendidikan kesehatan serta simulasi senam disminore untuk mengatasi disminorea bagi
remaja putri.
6. Pelaksanaan
Menurut jurnal Agrina dan Zulfitri (2012) dengan judul Efektifitas Asuhan
Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah
Kesehatan Di Keluarga. Dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan
fungsi perawatan kesehatan keluarga di rumah, maka penting bagi keluarga untuk
memahami dan melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga. Friedman (2003)
menyampaikan bahwa lima tugas kesehatan keluarga meliputi: pertama, keluarga
diharapkan mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh
anggota keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota
keluarga. Ketiga, keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat sehari-hari di rumah.
Keempat, keluarga dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat
mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga. Kelima adalah
keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol
kesehatan dan mengobati masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
keluarga.
Lima tugas kesehatan keluarga tersebut baru dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar apabila keluarga mendapatkan upaya pembinaan dan bimbingan dalam
menjalankan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga. Upaya pembinaan dan
bimbingan kepada keluarga agar tercapai kemandirian keluarga dalam mengatasi
berbagai masalah kesehatan di keluarga dapat dilakukan melalui penerapan asuhan
keperawatan keluarga.
Sedangkan menurut jurnal Agustini, dkk (2019) dengan judul Peningkatan
Pengetahuan tentang Senam Desminorea untuk Mengurangi Nyeri pada Siswa SMA di
Kota Denpasar. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan identifikasi
pengetahuan awal siswi mengenai nyeri haid (desminorea) selanjutnya pemberian
edukasi kesehatan melalui pemberian materi tentang disminorea dan cara mengatasi
disminorea, pemberian dan pelatihan/ simulasi tentang senam disminorea, evaluasi
terhadap pemahaman siswa tentang disminorea serta manajemen disminorea melalui
senam disminorea, dan penyediaan fasilitas yang mendukung seperti poster maupun
leaflet.
Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan ini merujuk pada 4 langkah action
research yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Pada tahap
pertama adalah perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah mengurus perizinan ke
sekolah yang bersangkutan, sosialisasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan pihak
terkait seperti guru, OSIS dan perwakilan siswa dan menyusun program penyuluhan
senam disminore. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah
pre test dan post test mengenai pengetahuan tentang disminorea, edukasi tentang
disminore dan cara mengatasinya, mendemonstrasikan senam disminore, melakukan
simulasi mandiri senam disminore dan menyediakan fasilitas poster dan leaflet senam
disminore. Pada tahap ketiga dilakukan proses observasi implementasi kegiatan.
Instrumen yang digunakan untuk observasi dan monitoring berupa pre test dan post test.
Tahap terakhir adalah refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelebihan-kelebihan
terhadap kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka untuk menetapkan rekomendasi
terhadap keberlangsungan atau pengembangan kegiatan berikutnya.
7. Evaluasi Kesehatan Keluarga
Pada tahap ini remaja putri KK binaan tersebut mengerti tentang nyeri haid
(Desminore), sehingga dapat melakukan penanganan segera apabila terjadi pada saat
siklus haid datang. Dengan pemahahaman ini diharapkan kedepannya dapat mengurangi
bahkan menghilangkan nyeri haid.
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian
tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2011). Evaluasi merupakan
aspek penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah
mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat untuk segera
memodifikasi intervensi. Evaluasi yang dilakukan pada interval tertentu menunjukan
tingkat kemajuan untuk mencapai tujuan dan memungkinkan perawat untuk memperbaiki
kekurangan dan memodifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan. Evaluasi pada saat
pulang mencakup status pencapaian tujuan dan kemampuan perawatan diri klien terkait
perawatan tindak lanjut (Kozier, 2010).
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan jurnal Azrida, dkk (2018) Kejadian Dismenorhoe Pada Mahasiswi Dengan
Anemia. Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari.
Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun di tempat kerja,
sehingga dapat mengganggu produktivitas. Hal ini sejalan dengan KK binaan yang ditemui
melalui hasil wawancara dan pengisian kuesioner bahwa remaja putri tersebut nyeri saat haid
menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. Keluhan ini sering
mengganggu aktivitas sehari-hari saat disekolah dan dirumah.
Berdasarkan jurnal Azrida, dkk (2018) Kejadian Dismenorhoe Pada Mahasiswi Dengan
Anemia. 40 –70% wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10%
mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Sekitar 70 –90% kasus nyeri haid
terjadi saat usia remaja dan remaja yang mengalami nyeri haid akan terpengaruh aktivitas
akademis, sosial dan olahraganya. Analisis kasus yang dilakukan di Kota Makassar, dari 997
remaja putri yang menjadi responden 93,8% diantaranya mengalami dismenorea primer. Usia 13
-15 tahun merupakan usia terbanyak yang mengeluhkan dismenorea sebanyak 53,9% kasus. Hal
ini menunjukkan tingginya prevalensi kejadian dismenorea primer pada remaja. Hal ini sejalan
dengan KK binaan yang ditemui melalui hasil wawancara dan pengisian kuesioner bahwa usia
remaja putri tersebut adalah 14 tahun.
Berdasarkan jurnal Hesti, dkk (2010) Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri Sekolah
Menengah Pertama di Manado. Meski merupakan suatu masalah, 82% remaja hanya
membiarkan saja saat nyeri timbul atau hanya minum air hangat dan menekan bagian yang sakit
(40,2%), dan hanya 5,5% berobat ke dokter. Para remaja mencari pertolongan ke orangtua
(37,2%) mengenai masalah yang timbul dan hanya 6,9% dari remaja putri yang mencari
pertolongan ke dokter. Sumber informasi tentang dismenorea sebagian besar berasal dari teman
wanita (76,7%) dan orangtua (14,4%). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara remaja putrid
tersebut mengatakan Saat nyeri haid muncul tiap bulanya seperti di tusuk tusuk di bagian bawah
perut secara terus menerus selama haid, biasanya hanya di diamkan saja dan di bawa istirahat,
keluarga tidak mengetahui pengobatan untuk menurunkan nyeri secara alami, saat beraktivitas
nteri bertamah sakit tapi saat istirahat dapat mengurangi nyeri.
Berdasarkan jurnal Hesti, dkk (2010) Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri Sekolah
Menengah Pertama di Manado. Berbagai masalah yang timbul pada menstruasi merupakan
masalah ginekologi yang sering dikeluhkan pada remaja, seperti ketidakteraturan menstruasi,
menoragia, dismenorea, dan gejala lain yang berhubungan. Di antara keluhan tersebut,
dismenorea yang paling umum dilaporkan, terjadi pada 60%-90% remaja, dan merupakan
penyebab paling sering alasan ketidakhadiran di sekolah dan pengurangan aktivitas sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan KK binaan yang ditemui melalui hasil wawancara dan pengisian
kuesioner bahwa remaja putri tersebut nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam
aktivitas fisik sehari-hari.
Menurut jurnal Komang, dkk (2019) Peningkatan Pengetahuan tentang Senam
Desminorea untuk Mengurangi Nyeri pada Siswa SMA di Kota Denpasar. Dismenorea adalah
gangguan fisik pada wanita yang sedang menstruasi berupa gangguan nyeri/ kram perut. Kram
tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke punggung atau permukaan
dalam paha. Sebesar 64,25% wanita di Indonesia melaporkan kejadian dismnorea yang terdiri
dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder (Proverawati & Misaroh,
2009). Berdasarkan penelitian Mahmudiono (2011), angka kejadian disminorea primer mencapai
53,89% pada remaja dengan rentang usia 14-19 tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan
bahwa pengalaman disminorea dialami oleh anak usia remaja termasuk didalamnya anak yang
duduk di bangku menengah atas (SMA). Hal ini sejalan dengan KK binaan yang ditemui melalui
hasil wawancara dan pengisian kuesioner bahwa usia remaja putri tersebut adalah 14 tahun.
Menurut jurnal Siti, dkk (2015) Hubungan OAINS pada Pengobatan Dismenorea dengan
Kejadian Dispepsia pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas AndalasPenderita
cenderung mencari pengobatan untuk menghilangkan keluhan dismenorea. Obat anti inflamasi
non steroid (OAINS) dan kontrasepsi oral kombinasi adalah pengobatan utama dismenorea.obat-
obatan ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda.2OAINS mengurangi nyeri haid dengan
menurunkan tekanan intra uterin dan menurunkan level prostaglandin F2 alpha pada cairan
menstruasi. OAINS memberikan perbaikan pada 80-85% pasien yang diteliti.7Obat anti
inflamasi non steroid memegang peranan penting dalam menanggulagi keluhan pada dismenorea
primer ini, termasuk indometasin, ibuprofen, dan naproksen. Kurang lebih 70% penderita dapat
sembuh atau mengalami banyak perbaikan. Hal ini tidak sejalan dengan KK binaan melalui hasil
wawancara dan pengisian kuesioner remaja putrid mengatakan tidsk menggunakan obat apapun.

Anda mungkin juga menyukai