Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN ANAK STUNTING


KELOMPOK 1

Daffa Ranu Saputra (CKR0200007)


Hilda Rahma Auliya (CKR0200013)
Nadia Yulliar (CKR0200023)
Salwa Fadillah (CKR0200032)
Shinta Aulia (CKR0200034)
Widia Nopiani Putri (CKR0200040)
PENGERTIAN STUNTING
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan -3 SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek).Stunting yang telah
terjadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar)
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan.
TANDA DAN GEJALA STUNTING
PENYEBAB STUNTING 1. Anak berbadan lebih pendek dari
Stunting disebabkan oleh faktor multi anak seusianya

dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh 2. Proporsi tubuh cenderung normal
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu tetapi anak tampak lebih mudah/kecil
hamil maupun anak balita. untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak
seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
PATOFISIOLOGI

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi


ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan
sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya
kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai (Mitra, 2015). Masalah
stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan
makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare,
sehingga memberi dampak terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman,
2018).
DAMPAK STUNTING
1. Dampak jangka pendek
Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, Peningkatan biaya kesehatan,
Terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah,
Perkembangan kognitif, motorik (halus dan kasar), verbal/ bahasa dan
personal sosial pada anak tidak optimal.
2. Dampak jangka panjang
Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya),
Meningkatnya resiko obesitas dan penyakit lainnya, Menurunnya kesehatan reproduksi.Kapasitas
belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah, Produktivitas dan kapasitas kerja
yang tidak optimal.
KLASIFIKA
SI
Penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan pengukuran antropometri, secara
umum pengukuran antopometri berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh.
(SDIDTK, 2016). Indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur
(BB/U), tinggi badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi badan
(BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi (SD). Keadaan stunting dapat diketahui
berdasarkan pengukuran TB/U lalu dibandingkan dengan standar. Secara fisik balita
T R E E
stunting akan tampak lebih pendek dari balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting
berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U) (SDIDTK, 2016).
TABEL STATUS GIZI

Kategori Status Gizi Ambang Batas

Sangat Pendek Z Score <-3,0

Z Score ≥-3,0 sampai dengan Z Score


Pendek <-2,0

Normal Z Score ≥-2,0


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
1) Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap
bulan.
2) Pemberian makanan tambahan pada balita
3) Pemberian vitamin A
4) Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita
5) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan ditambah
asupan MP-ASI
6) Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan
minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat
meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien
7) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna
yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi
PENATALAKSANAAN STUNTING

Intervensi gizi memang harus dimulai sejak dini, tetapi bukan berarti ketika anak sudah menderita
stunting dan usianya sudah lebih dari dua tahun, lantas intervensi gizi dihentikan? Menurut dr Utami
Roesli, SpA, anak yang menderita stunting masih bisa dipulihkan meski ia sudah berusia di atas 2 tahun.
Artinya, perkembangan otak dan tinggi tubuhnya akan lebih tinggi dibandingkan anak stunting yang
tidak mendapat intervensi gizi. Hanya saja, jika dibandingkan anak yang normal, tinggi tubuhnya akan
tetap lebih pendek dan kecerdasannya lebih rendah. Dengan kata lain, pertumbuhan anak yang menderita
stunting masih dapat dikejar, meskipun tidak optimal. Namun, ini tentu akan jauh lebih baik karena kelak
dari segi produktivitas mereka akan jauh lebih baik dibandingkan anak stuntingyang tidak diatasi.
Perbaikan gizi agar tumbuh kembang anak stunting dapat dikejar dikenal dengan catch up growth.
Biasanya, catch up growth akan terus dilakukan hingga pertumbuhan anak berhenti saat remaja
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK STUNTING
1. Identitas Pasien
a. Pasien
b . Penanggung Jawab/Keluarga
Nama : Tn. AA
Nama Pasien : An. Y
Umur : 26 tahun
Umur : 10 bulan
Pendidikan : SLTA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Katolik
Alamat : Dusun A, Desa B, Kec. C 14
Pendidikan : Belum sekolah
Hubungan dengan pasien : Anak
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Kawin
Status Perkawinan : Belum kawin
Suku/Bangsa : Sikka/Indonesi
Alamat : Dusun A, Desa B, Kec. C EE
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)
Diagnosis Medis : Stunting
2. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Usia Agama L/P Hub.dengan Pendidikan Pekerjaan Ket


KK
1. Tn.AA 26thn Katolik L KK SLTA Pegawai  
swasta
2. Ny.D 21thn Katolik P Istri SLTA IRT  

3. An.Y 10bln Katolik L Anak - -  

4. Ny.J 55thn Katolik P Mertua SD IRT  


3. Fungsi Keluarga
Tn. AA menyatakan bekerja sebagai pegawai swasta (satpam) disebuah Bank di Kota Maumere.
Semua kebutuhan dicukupi oleh Tn.AA. Hubungan semua anggota keluarga terjalin baik, saling pengertian,
mensuport, dan melindungi keluarga.
4. Tumbuh kembang keluarga
Keluarga Tn. AA merupakan keluarga dengan tipe extended, tinggal bersama istri, anak, dan mertuanya.
Tn. AA memiliki satu anak yang masih bayi.
5. Tugas perkembangan keluarga
Keluarga Tn. AA termasuk keluarga extended. Tn. AA bertugas mencari nafkah dan Ny. D bertugas
mendidik anak. Namun pada Pasien praktiknya, pengasuhan bayi dan permasalahan bayi ditangani oleh
ibunya. Ny. D menyatakan tidak paham dengan apa yang harus dilakukan terhadap bayinya. Ny. D ketika
terdapat masalah tentang anaknya, Ny. D langsung menyerahkan kepada orang tuanya.
6. Struktur keluarga
Tn. AA tinggal bersama istri dan anak kandungnya. Pengambil keputusan oleh Tn. AA dengan
dimusyawarahkan kepada istri dan mertuanya terlebih dahulu.
Lanjutan
7. Kebiasaan anggota keluarga sehari – hari
a. Nutrisi
Keluarga Tn. AA makan sehari 3 kali dengan nasi, kadang dengan sayur,
lauk, buah. Rata-rata makanan didapat dari warung. Keluarga Tn. AA rata-rata
minum air putih 6 gelas sehari. An. Y berusia 10 bulan. Sejak usia 2,5 bulan, An. Y
tidak minum ASI. An. Y minum susu formula, setelah 6 bulan ini susu formula
diberikan sebanyak 50 mL. minum 5 kali perhari. An. Y tidak makan makanan
pendamping ASI.
b. Pola Istirahat Keluarga
Tn. AA rata-rata tidur mulai pukul 22.00 sampai 05.00 WIB. Tn. AA
bangun lebih pagi pukul 04.00 WIB untuk mempersiapkan pekerjaannya.
An. Y tidak memiliki siklus tidur. A n. Y tidur ratar-rata 8 jam perhari.
c. Pola Eliminasi
Tn. AA BAB lancar 1 kali sehari, begitu pula dengan Anggota keluarga lain.
Khusus An. Y, BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lunak warna kuning cerah.
Keluarga Tn. AA rata-rata BAK 3-5 kali sehari. Tidak ada masalah BAK/BAB. An. Y
BAK 6 kali sehari, warna urin kuning cerah tidak ada darah.
Lanjutan

d. Pola Kebersihan Keluarga


Tn. AA mandi 2 kali sehari dengan sabun. Selalu menyikat gigi 2 kali
sehari. Keramas 1-2 hari sekali. Memotong kuku 1 minggu sekali. Pakaian
tampak bersih. Kulit tampak terawat. An. Y dimandikan oleh
Ny. J pagi dan sore menggunakan sabun bayi.
e. Pola Aktivitas
Tn. AA sehari-hari beraktivitas menjaga keamanan bank, bekerja sesuai
jadwal shift. Ny. D dan Ny. J beraktivitas membersihkan dan memelihara
lingkungan rumah serta menyiapkan kebutuhan keluarga, seperti memasak,
mencuci, dan mengasuh bayi.
Lanjutan
9. Faktor rumah dan lingkungan Rumah
8.Faktor Sosial, Ekonomi, dan Budaya Tn. AA berukuran Lebar 7 m x Panjang 9 m. Ventilasi
Faktor Sosial: Tn. AA dan keluarga memiliki hubungan rumah >10% dari luas rumah. Pencahayaan cukup.
baik dengan tetangga dan masyarakat kampung. Tn. AA Kebersihan cukup. Tidak lembab dan tertata rapi.
dan keluarga aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan Sampah dikelola oleh petugas sampah yang datang 2 hari
oleh gereja dan RT/RW. Tn. AA dan keluarga termasuk sekali. Keluarga Tn. AA membuang sampah sementara di
individu dengan strata sosial menengah. Faktor Ekonomi: tempat sampah kedap air dan tertutup. Sumber air
Anggota keluarga yg memiliki penghasilan hanya Tn. AA. menggunakan PDAM.
penghasilan Tn. AA sebulan ± Rp 1.500.000,-.
10. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan terdekat dengan rumah Tn. AA
adalah Puskesmas K. Jarak rumah Tn. AA dengan
puskesmas ± 250 m.
Lanjutan

11. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Kesehatan keluarga
An. Y lahir dengan berat badan 2500 gram. An. Y berhenti minum ASI sejak usia 2,5 bulan
karena ASI Ny. D sukar keluar. An. Y kemudian meminum susu formula dan diberi makanan
pendamping ASI.. Anggota keluarga lain tidak memiliki riwayat penyakit.
b. Kesehatan Ibu Anak dan KB
Tn. AA memiliki satu orang anak. Persalinan anaknya (An. Y) dilakukan di Bidan Praktik
Swasta. Persalinan dilakukan secara normal tanpa ada tindakan lanjutan. Tn. AA dan istri tidak
menggunakan kontrasepsi. Tn. AA masih menginginkan anak untuk adik An. Y.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik anggota keluarga yang sakit Nadi: 96 x/menit. Respirasi: 20 x/menit. Suhu a
badan: 36.8 0C. Berat badan: 5,9 kg. Tinggi Badan: 66 cm. Lingkar Lengan Atas: 12 cm.
BB/U -2.97 [kurang], TB/U -2.05 [Pendek], BB/TB -2,45 [Gizi kurang]
b. Keadaan Umum Kesadaran An. Y compos mentis. Keadaaan umum baik.
c. Riwayat penyakit dahulu An. Y tidak pernah sakit. An. Y lahir dengan berat badan 2500 gram.
d. Riwayat penyakit sekarang Tn. AA menyatakan saat posyandu petugas mengatakan anaknya
menderita stunting. Makanan An. Y masih susu formula dan makanan bayi instan.
Lanjutan

13. Lima Tugas keluarga


a. Mengenal masalah
Tn. AA menyatakan bahwa baru mengetahui bahwa anaknya mengalami stunting beberapa hari
yang lalu. Ny. D dan Ny. Jketika ditanya mengatakan tidak mengetahui tentang apa itustunting
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tn. AA menyatakan bahwa AN. Y perlu dilakukan perawatan agar status gizinya baik.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. D mengatakan ketika usia AN. Y 2,5 bulan, ASInya tidak lancer. Ny. D kemudian memberikan
susu formula sampaisekarang, dengan tambahan PASI yang dibeli di toko. NY. D ketika ditanya tidak
mengetahui jenis olahan makanan bayi yang dapat dimasak sendiri. Ny. D ketika ada masalah dengan
bayinya langsung diserahkan kepada Ny. J, tanpa pernah mencoba belajar menanganinya.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat
Lingkungan rumah Tn. AA tampak bersih. Lingkungan tidak ada barang tajam atau membahayakan
bayi.
e. Mampu menggunakan pelayanan kesehatan
An. Y selalu dibawa ke posyandu untuk dilakukan pengukuran dan ke puskesmas untuk dilakukan
imunisasi
ANALISIS DATA
No Data Masalah Penyebab
1.  DS: Ibu menyatakan berat badan Defisit nutrisi An. Y Ketidakmampuan
bayinya sulit naik. Ibu menyatakan pada keluarga Tn. AA keluarga dalam
memberikan ASI mulai lahir sampai usia mengenal masalah
2,5 bulan. ASI berhenti karena ASI yang
keluar hanya sedikit-sedikit. Ibu
menyatakan setelah itu mengganti ASI
dengan susu formula sampai sekarang.
 
 DO: Usia Bayi: 10 bulan Berat
Pemeriksaan Fisik anggota keluarga yang
sakit Nadi: 96 x/menit. Respirasi: 20
x/menit. Suhu badan: 36.8 0C. Berat
badan: 5,9 kg. Tinggi Badan: 66 cm.
Lingkar Lengan Atas: 12 cm. BB/U -2.97
[kurang], TB/U -2.05 [Pendek], BB/TB -
2,45 [Gizi kurang]
ANALISIS DATA
2.  DS: Ibu menyatakan berat badan Defisit Pengetahuan Ketidakmampuan
bayinya sulit naik. Ibu mengatakan tidak keluarga dalam
pandai dalam memasak makanan memutuskan
tambahan untuk bayi sehingga lebih memutuskan tindakan
banyak minum Defisit pengetahuan yang tepat
Ketidakmampuan keluarga dalam
memutuskan memutuskan tindakan
yang tepat susu formula diselingi
makanan instan bayi.
 
 DO: Ketika ditanya perawat, ibu tidak
dapat menjawab tentang masalah
stunting dan interpretasi garis kuning
pada KMS.
ANALISIS DATA

3.  DS: Ibu menyatakan BB anak sulit Pemeliharaan Ketidakmampuan


untuk naik dan ibu hanya kesehatan tidak merawat anggota
memberikan ASI mulai lahir sampai efektif keluarga yang sakit.
usia 2,5 bulan. ASI berhenti karena
ASI yang keluar hanya sedikit
sedikit. Ibu menyatakan setelah itu
mengganti ASI dengan susu formula
sampai sekarang. Ny. D selalu
menyerahkan permasalahan bayinya
kepada Ny. J. Terkadang ibu tidak
membawa anaknya ke posyandu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi pada anak Y, Keluarga Tn. A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah, ditandai dengan:
- DS: Ibu menyatakan berat badan bayinya sulit naik. Ibu menyatakan memberikan ASI mulai lahir
sampai usia 2,5 bulan. ASI berhenti karena ASI yang keluar hanya sedikitsedikit. Ibu menyatakan
setelah itu mengganti ASI dengan susu formula sampai sekarang.
- DO: Usia Bayi: 10 bulan Berat Pemeriksaan Fisik anggota keluarga yang sakit Nadi: 96 x/menit.
Respirasi: 20 x/menit. Suhu badan: 36.8 0C. Berat badan: 5,9 kg. Tinggi Badan: 66 cm. Lingkar Lengan
Atas: 12 cm. BB/U -2.97 [kurang], TB/U -2.05 [Pendek], BB/TB -2,45 [Gizi kurang]
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam memutuskan memutuskan
tindakan yang tepat, ditandai dengan:
- DS: Ibu menyatakan berat badan bayinya sulit naik. Ibu mengatakan tidak pandai dalam memasak
makanan tambahan untuk bayi sehingga lebih banyak minum susu formula diselingi makanan instan
bayi.
- DO: Ketika ditanya perawat, ibu tidak dapat menjawab tentang masalah stunting dan interpretasi
garis kuning pada KMS.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan Ketidakmampuan merawat anggota keluarga
yang sakit.
- DS: Ibu menyatakan BB anak sulit untuk naik dan ibu hanya memberikan ASI mulai lahir sampai usia
2,5 bulan. ASI berhenti karena ASI yang keluar hanya sedikit sedikit. Ibu menyatakan setelah itu
mengganti ASI dengan susu formula sampai sekarang. Ny. D selalu menyerahkan permasalahan
bayinya kepada Ny. J. Terkadang ibu tidak membawa anaknya ke posyandu.
PERENCANAAN

1. Defisit nutrisi pada anak Y, Keluarga Tn. A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
Luaran utama : Status nutrisi
Luaran tambahan : BB, TB, napsu makan, eliminasi fekal, status menelan
Intervensi utama : Manajemen nutrisi, promosi berat badan
Intervensi pendukung :
- Dukungan kepatuhan program pengobatan
- Edukasi diet
- Edukasi laktasi
- Konseling nutrisi
- Konsultasi
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
- Manajemen cairan
- Pemantauan TTV
- Pemberian makanan tambahan
PERENCANAAN
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam memutuskan memutuskan tindakan yang tepat
Luaran utama : tingkat pengetahuan
Luaran tambahan : memori, motivasi, proses informasi, tingkat kepatuhan
Intervensi utama : Edukasi kesehatan
Intervensi pendukung :
- Bimbingan system kesehatan
- Edukasi berat badan efektif
- Edukasi diet
- Edukasi keamanan anak
- Edukasi kelekatan ibu dan bayi
- Edukasi KB
- Edukasi latihan bermain
- Edukasi nutrisi anak
- Edukasi orang tua: fase anak
- Edukasi perilaku upaya kesehatan
- Edukasi pencegahan infeksi
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi proses keluarga
- Edukasi stimulasi bayi/anak
- Edukasi pemberian makanan pada anak
- Edukasi perawatan bayi
- Edukasi teknik pemberian makanan
- Edukasi imunisasi
- Promosi kesiapan penerimaan informasi
PERENCANAAN
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang
sakit
Luaran utama :Pemeliharaan kesehatan
Luaran Tambahan : Manajemen kesehatan, perilaku kesehatan, tingkat kepatuhan, tingkat pengetahuan.
Intervensi utama :
- Edukasi kesehatan
- Kontrak perilaku positif
- Penentuan tujuan bersama
- Promosi perilaku upaya kesehatan Intervensi Pendukung :
- Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Edukasi upaya perilaku kesehatan
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi proses penyakit
- Identifikasi risiko
- Konseling
- Konsultasi
- Pelibatan keluarga
- Promosi kesiapan menerima informasi
- Promosi koping
- Rujukan
KESIMPULAN

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya.(kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir,
tetapibaru nampak setelah anak berusia2 tahun). Pemeriksaan antropometri
adalah penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau tinggi badan, dan
pengukuran lingkar lengan atas, untuk menilai status gizi anak.
TERIMAKASIH MANTEMAN......

Anda mungkin juga menyukai