Anda di halaman 1dari 37

REFLEKSI KASUS

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN-SEDANG


DENGAN GIZI BAIK
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Disusun oleh :

Annisa Nurul Khakimah

3010130687

Pembimbing:

dr. Pujiati Abbas, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada
anak dibawah 5 tahun.

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka
kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3
tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare
di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka


prevalensi diare di Indonesia sebesar 9%. Kejadian diare tersebar pada semua
kelompok umur anak dengan prevalensi tertinggi pada anak usia balita (16,7%).
Menurut Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2007, rata-rata jumlah kasus
diare anak usia balita per tahun diatas 40%. Di kotamadya Semarang sebanyak
12.413 kasus diare terdapat pada anak balita.

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals /


MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun
1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), dan
Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi
penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin nutrisi untuk
mencegah virus menganggu pertumbuhan akibat diare.

Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik di negara
berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut penelitian Soenarto yati dkk
pada anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60% disebabkan oleh Rotavirus.

Diare juga erat hubunganya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anorexia dan berkurangnya
kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan
akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak.
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama Penderita : An. AA


a. Umur : 1 Tahun 0 Bulan 17 Hari
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Alamat : Sembungharjo, Semarang
d. Masuk RS : 28 Desember 2017
e. No. RM : 01338XXXX

2. Nama Ayah : Tn. AK


a. Umur : 34 tahun
b. Pendidikan : SMA
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Alamat : Sembungharjo, Semarang

3. Nama Ibu : Ny. Y


a. Umur : 31 tahun
b. Pendidikan : SMA
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Alamat : Sembungharjo, Semarang
B. DATA DASAR (Aloanamnesis 28 Desember 2017 jam 16.00 di Baitunnisa 1)

Keluhan Utama: Mencret > 6x

Riwayat Penyakit Sekarang:

- 3 hari yang lalu pasien mencret lebih dari 6 kali sehari, tiap kali mencret ±
¼ cangkir konsistensi lembek cair, warna kekuningan, ada ampas, bau
asam, tidak ada lendir, tidak ada darah, nyemprot (+). Daerah di sekitar
anus memerah. BAK jumlah dan keseringan normal seperti biasa.
Penderita mual (+) muntah 1x kali berisi seperti apa yang dimakan dan
yang diminum. Makan dan minum masih mau.
- 2 hari yang lalu pasien mengalami demam naik turun, tidak kejang, tidak
menggigil, tidak disertai batuk pilek, tidak sesak. Penderita sudah
diperiksakan ke dokter dan sudah diberi minum obat, tetapi demam timbul
kembali beberapa jam setelahnya. Pasien juga masih mencret lebih dari 6
kali sehari, masih mual, muntah (-), tidak kejang, tidak menggigil, tidak
batuk, tidak pilek, tangan dan kaki tidak dingin. BAK lancar, jumlah
cukup, warna kuning. Pasien menjadi sulit makan, namun minum ASI
atau air putih masih mau.
- Saat dibawa ke IGD RSISA pasien masih demam, masih mencret lebih
dari 6 kali sehari, masih mual, muntah (-). Anak tampak rewel dan merasa
kehauasan saat diberi minum. Sebelum mencret tidak riwayat ganti produk
susu atau mencoba makanan baru, namun orang tua pasien mengakui
bahwa keluarganya sering membeli makanan / jajan di luar.

Setelah masuk bangsal anak:

- 1 hari setelah dirawat di bangsal, anak masih demam dan mencret


berbentuk cair 3 kali/hari, @1/4 gelas belimbing, bentuk cair, ampas (+),
warna kuning, nyemprot (+), lendir (-) darah (-) bau asam (+), anak
masih tampak lemah dan belum banyak makan maupun minum.

- 2 hari setelah dirawat di bangsal, mencret menjadi 2 kali/hari, bentuk cair,


ampas (+), warna kuning, lendir (-) darah (-) bau asam (+) dan demam
sudah turun. Makan dan minum sudah mau, masih muntah 1x.

- 3 hari setelah dirawat di bangsal, pasien sudah tidak mencret, demam


tidak ada, mual dan muntah (-). Anak diperbolehkan pulang.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak menderita sakit yang sama sebelumnya.


Pasien pernah menderita panas, batuk dan pilek sebelumnya diakui.
Penyakit anak yang pernah diderita :

 Faringitis : +  Enteritis : Disangkal


 Bronchitis : Disangkal  Disentri Basilar : Disangkal
 Pneumonia : Disangkal  Disentri Amoeba : Disangkal
 Morbili : Disangkal  Thip.Abdominalis : Disangkal
 Pertusis : Disangkal  Cacingan : Disangkal
 Varicella : Disangkal  Operasi : Disangkal
 Difteri : Disangkal  Trauma : Disangkal
 Malaria : Disangkal  Reaksi Obat/Alergi : Disangkal
 Polio : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Kedua kakak pasien pernah mengalami sakit yang serupa sebelumnya.

Riwayat Sosio ekonomi:


Pasien dirumah tinggal bersama kedua orang tua, dan dua kakaknya. Ayah pasien
bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Pasien dirumah sehari-hari diasuh oleh ibunya. Lingkungan tempat tinggal terlihat
cukup bersih. Biaya perawatan ditanggung BPJS non pbi kelas II.

Kesan ekonomi : Cukup

DATA KHUSUS

1. Riwayat Perinatal

Anak laki-laki lahir dari ibu P3A0 hamil 39 minggu, antenatal care
teratur, penyakit kehamilan tidak ada, masa gestasi cukup bulan, lahir di
bidan, cara persalinan spontan, anak lahir langsung menangis dan warna
kemerahan. Berat badan lahir 3150 gram.

Kesan: neonatal aterm, vigorous baby.

2. Riwayat Makan-Minum

Anak diberikan ASI dan tambahan susu formula sejak lahir sampai
sekarang. Umur 6 bulan selain ASI, pasien mendapat makanan pendamping
berupa bubur susu, umur 8 bulan mendapat makanan pendamping berupa nasi
tim dan sayur. Anak makan 3 – 4 kali sehari.

Kesan : Kualitas dan kuantitas diit baik

3. Riwayat Imunisasi Dasar

No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar


1. BCG 1x 1 bulan
2. Polio 3x 0, 2, 4 bulan
3. Hepatitis B 3x 0,2,4
4. DPT 2x 2, 4 bulan
5. Campak 1x 9 bulan
Kesan Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur

4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Senyum (usia 1 bulan)
Miring (usia 3 bulan)
Tengkurap (usia 4 bulan)
Duduk (usia 6 bulan)
Merangkak (usia 7 bulan)
Berdiri berpegangan (usia 9 bulan)
Berjalan, bersuara (usia 11 bulan)

Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur

5. Pemeriksaan Status Gizi (Z-Score)


Diketahui :
 Anak laki-laki
 Umur 1 tahun
 BB 7,9 kg
 PB 73 cm

WAZ = BB/U = (7,9 – 10,2) = – 2,09 (normal)

1,10

HAZ = TB/U = (73 – 76,1) = – 1,14 ( normal)

2,70

WHZ = BB/TB = (7,9 – 9,3) = – 1,75 (normal)

0,8

Kesan : Status Gizi baik


6. Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua

Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan. Saat ini ibu steril.

1. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 28 Desember 2017 Jam 16.00 WIB

Anak laki-laki, BB 7,9 kg, PB 72 cm.

1. Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, tampak lemah.

2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : -
b. Nadi :
 Frekuensi : 108x/menit,
 Irama : Reguler
 Isi&Tegangan : Cukup
 Ekualitas : Equal
c. Laju Pernapasan : 24x/menit
d. Suhu : 36,7 oC (Axila)

3. Status Internus
a. Kepala : Mesocephale, UUB menutup
b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
c. Kulit : Tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor kulit melambat
d. Mata : Mata cekung (+), Air mata (+), Konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-)
e. Hidung : Epistaksis (-), Nafas cuping hidung ( -/-), sekret (-)
f. Telinga : Discharge ( -)
g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (+), Lidah kotor(-)
h. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Tenggorok : Faring hiperemis (-) T1-T1
j. Thorak :
PULMO :
 Inspeksi : Simetris
Statis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
Dinamis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra,
 Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama
 Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : SD Vesikuler, ST Wheezing (-/-), Ronki (-/-)
COR :
 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Palpasi : Iktus tak teraba, Thril (-)
 Auskultasi :
Frekwensi : 108x/menit
Irama : Reguler
Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
Bising : (-)
k. Abdomen :
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
 Perkusi : Hipertimpani
 Palpasi : Nyeri Tekan (-) pada region epigastrium
 Hati, Limpa : Teraba ¼ - ¼ blank heart, S.0
 Turgor : Lambat
l. Alat kelamin : Laki-laki
m. Anorectal : Dalam batas normal, perianal kemerahan (+)
n. Anggota Gerak : Atas Bawah
 Capilary refill : < 2” < 2”
 Akral dingin : -/- -/-
 R. Fisiologis : +/+ +/+
 R. Patologis : -/- -/-
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( 29 Desember 2017 )

Darah:

Hemoglobin : 10,7 g/dl


Hematokrit : 32,5 %
Leukosit : 29,56 ribu/uL
Trombosit : 405 ribu/uL

Widal
Salmonella Typhi O : Positif 1/160
Sal. Paratyphi A O : Negatif
Sal. Paratyphi B O : Negatif
Sal. Paratyphi C O : Negatif
Salmonella Typhi H : Negatif
Sal. Paratyphi A H : Negatif
Sal. Paratyphi B H : Positif 1/160
Sal. Paratyphi C H : Negatif

3. ASSESTMENT
a. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
b. Gizi Baik

4. INITIAL PLAN

Assestment: Diare akut dehidrasi ringan sedang

DD:

 Infeksi parenteral
 Infeksi enteral
 Alergi
 Keracunan

IP Dx

S :-
O : Px Darah Rutin, Px. Kimia Darah, Px. Feses rutin, Sudan III,
Benzidin test

IP Tx:

 Oralit 3 jam pertama : BB x 75 ml = 7,9 x 75 ml = 592,5 ml


 Usia < 2 tahun cairan tambahan ( oralit 50-100 ml ) tiap kali BAB
 Pemberian tablet Zinc 1x1 selama 10 hari
< 6 bln ½ tab (10mg) per hari
> 6 bln 1 tab (20mg) per hari
 Antipiretik : Paracetamol 10 – 15 ml/kgbb/kali dapat diulang maksimal 6
kali sehari
o PCT tab 78-117 mg tiap kali minum
o Paracetamol syr 120 mg/ 5ml 1 cth prn
 Ondancentron 3x0,5 cc
 Ranitidin 3 x 15 mg
 Lanjutkan pemberian makan / ASI
 Infus RL
Kehilangan cairan 7,5 %  100% - 7,5 % = 92,5 %

BB awal : (100/92,5) X 7,9 kg  8,54 Kg

Kebutuhan cairan sehari : 100 cc x 7,9 Kg = 790 cc

Kebutuhan cairan sehari : 7,5 % x 790 = 59,25

790 + 59,25 = 849,25 / 24 jam = 35/jam = 10 tpm

 IP Mx
 KU, TTV, tanda dehidrasi ( turgor, mencret, muntah, diuresis)

 IP Ex
a. Menjelaskan kepada ibu tentang penyakit, perjalanan penyakit, serta
tindakan yang akan dilakukan
b. Istirahat cukup
c. Minum obat secara teratur dan tepat waktu
d. Menjaga pola makan yang cukup gizi dan higienis
e. Makan makanan yang dimasak terlebih dahulu
f. Menjaga lingkungan dan kebersihan diri (Jaga kebersihan tangan, alat
makan)
g. Berikan anak lebih banyak minum (Bisa diberikan oralit)
Assestment: Gizi Baik

DD :

 Gizi Baik
 Gizi Kurang
 Gizi Buruk
 IP Dx
S : Kualitas dan kuantitas makanan sehari-hari
O : Penilaian Klinis Gizi dan data antropometri
 IP Tx
Kebutuhan kalori anak usia 12 bulan, BB 7,9 kg
Kebutuhan kalorinya (60,9 x 7,9) – 54 = 427.11 kkal
Terdiri dari :
Karbohidrat : 60% x 427.11 = 256.26 kkal
Lemak : 35% x 427.11 = 149.48 kkal
Protein : 5% x 427.11 = 21.35 kkal

 IP Mx
a. Penimbangan berat badan secara rutin dan teratur
b. Pengukuran tinggi badan satu tahun sekali
 IP Ex
a. Makan teratur
b. Asupan makanan yang bergizi
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
d. Menimbang BB secara rutin

FOLLOW UP

Tanggal S 0 A P

28 Panas (+), HR : 120x/menit Diare Infus 2A ½ N 10 tpm


Desembe batuk (-), pilek RR : 26x/menit Vomitus Inj ceftriaxon 2x250 mg
r 2017 (-), mual T: 38,6°C Inj. dexametason 3x1/3 A
muntah (+). BB : 7,9 kg Inj. Ondancentron 3x 1 mg
Makan minum PF PerOral:
(+), BAB dan KU: composmentis, rewel Paracetamol drop 3x0,8 cc
BAK (+) Kepala : mesochepal Lacbon 3x1 tab
Mata : cekung Zink pro syr 1x1 cth
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (+)
Mulut : kering(+)
Thorak :
ParuSD vesikuler
Abdomen : nyeri tekan,
peristaltic meningkat
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
29 Panas , Diare HR : 108x/menit DADRS Paracetamol drop 3x0,8 cc
Desembe (+) mual RR : 24x/menit Leukositosis Zink pro syr 1x1 cth
r 2017 muntah (+) T: 36,7°C Lacbon 3x1 tab
Ibu BB : 7,9 kg Anabion 1x1/2 cth
mengatakan KU: cukup Ambroxol 3x1/4 cth
anaknya Kepala : mesochepal RL 15 tpm
kembung, sulit Mata : CA (-/-), SI (-/-) Inj. Ceftriaxon 2x250 mg
makan Telinga : discharge (-) Inj. Dexametason 3x1/3 A
Hidung : discharge (-) Inj. Ondancetron 3x1 mg
Mulut :kering (+)
Thorak :
ParuSD vesikuler
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)meningkat
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
30 Ibu HR : 100x/menit DADRS Paracetamol drop 3x0,8 cc
Desembe mengatakan RR : 24x/menit Leukositosis Zink pro syr 1x1 cth
r 2017 anaknya sudah T: 36,3°C Lacbon 3x1 tab
tidak diare BB : 7,9 kg Anabion 1x1/2 cth
Demam (-) KU: cukup Ambroxol 3x1/4 cth
Kepala : mesochepal Cefixime 2x1/2 cth
Mata : CA (-/-), SI (-/-) RL 15 tpm
Telinga : discharge (-) Inj. Ceftriaxon 2x250 mg
Hidung : discharge (-) Inj. Dexametason 3x1/3 A
Mulut :kering (-) Inj. Ondancetron 3x1 mg
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. DIARE AKUT

Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih dari biasanya dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian
disebabkan karena dehidrasi. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa
disertai lendir dan darah.

ETIOLOGI

Diare dapat disebabkan oleh :

a. Faktor makanan
 Makanan busuk, mengandung racun
 Perubahan susunan makanan yang mendadak, sering terjadi pada bayi-
bayi
 Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi
b. Faktor infeksi
 Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti infeksi
saluran pernafasan, ISK, otitis media akut, Tonsilofaringitis,
Bronkopneumoni. Keadaan terutama pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
 Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak
 Infeksi bakteri
Vibrio Cholera, E.coli, Salmonella, Shigella
 Infeksi virus
Rotavirus, adenovirus
 Infeksi parasit
Protozoa (Entamoeba hystolica, Giardia lamdia)
Cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris)

Organisme Tipe Jumlah kasus Keberhasilan terapi


dengan antibiotika

Rotavirus Virus Hampir 50% kasus Tidak efektif


yang datang berobat,
5-10% kasus di
masyarakat

ETEC Bakteri Sampai 25% diare di Tidak efektif


semua umur

Tidak ditemukan ---- 25% atau lebih Tidak efektif


mikroorganisme

Shigella Bakteri 1-5% efektif

Campilobacter Bakteri 5-10% Hanya efektif pada


awal sakit

V. kolera Bakteri Di daerah endemic efektif


mungkin
menyebabkan 1-5%
kasus yang terdapat
dipusat ksehatan

Salmonella non Bakteri Sampai 10% Tidak efektif pada


tipoid diare tanpa
komplikasi

c. Faktor malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi karbohidrat atau gula adalah ketidakmampuan untuk
mencerna dan menyerap (absorb) gula-gula. Malabsorbsi gula-gula
yang paling dikenal terjadi dengan kekurangan lactase (juga dikenal
sebagai intoleransi lactose atau susu) dimana produk-produk susu yang
mengandung gula susu, lactose, menjurus pada diare. Lactose tidak
diurai dalam usus karena ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang
normalnya mengurai lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap
kedalam tubuh. Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan
menarik air (dengan osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada
diare. Meskipun lactose adalah bentuk yang paling umum dari
malabsorbsi gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin
menyebabkan diare, termasuk fructose dan sorbitol.
 Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan untuk mencerna atau
menyerap lemak. Malabsorbsi lemak mungkin terjadi karena sekresi-
sekresi pankreas yang berkurang yang adalah perlu untuk pencernaan
lemak yang normal (contohnya, disebabkan oleh pankreatits atau
kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari lapisan dari usus kecil
yang mencegah penyerapan dari lemak yang telah dicerna (contohnya,
penyakit celiac). Lemak yang tidak tercerna memasuki bagian terakhir
dari usus kecil dan usus besar dimana bakter-bakteri merubahnya
kedalam senyawa-senyawa (kimia-kimia) yang menyebabkan air
disekresikan oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan melalui usus kecil
dan usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada malabsorbsi dari
lemak.
 Malabsorbsi protein

Bagan Penyebab Penyakit Diare


CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar
tinja penderita.
factor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare dan dapat
meningkatkan penularan enteropatogen, antara lain:
 Tidak diberikan ASI eksklusif pada 4-6 bulan pertama kehidupan
 Penggunaan botol susu
 Penyimpanan makanan masak pada suhu kamar
 Penggunaan air minum yang tercemar
 Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
 Tidak membuang tinja anak atau bayi dengan benar

Selain hal-hal tersebut, faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk
terjadinya diare dan terjadinya gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya
keasaman lambung, menurunnnya motilitas usus, menderita campak dalam 4
minggu terakhir dan factor genetik.

JENIS - JENIS DIARE


a. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari,
dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair tanpa ada darah.
b. Disentri
Diare yang disertai darah dalam tinja. Akibat penting terjadinya disentri
antara lain ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan
kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri
adalah shigella.
c. Diare parsisten
Diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari.

PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
a. Gangguan Osmotic
Akibat makanan yang tidak dapat diserap, tekanan osmotic dalam lumen
usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit kedalam
lumen usus. Isi lumen usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan invasif
Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare.
MEKANISME

Jasad renik menyebabkan diare melalui sejumlah mekanisme antara lain,


sebagai berikut :
 Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel
vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi
dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan
vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim dissakaridae,
menyebabkan bekurangnya absorbsi disakarida terutama laktosa.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilanya
menjadi matang.
 Bakteri
Penempelan dimucosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus
halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindari diri
dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai
rambut getar, disebut pili atau fibria, yang melekat pada reseptor
dipermukaan usus. Hal ini terjadi misalnya E.coli enterotoksigenik dan
V. Cholerae. Pada beberapa keadaan penempelan dimukosa
dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan
pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan
(misalnya infeksi E.coli enteropatogenik atau enteroaggregasi).
 Toxin yang menyebabkan sekresi E.coli enterotoksigenik, v.choleras
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat
fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili
dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida (cl-) dan kripta, yang
menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel
yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
 Invasi mukosa. Shigella, E coli enteroinvasile dan salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui infasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar dikolon dan bagian distal ileum.
Invasi mungkin ikut dengan pembentukan mikroabses dan ulkus
superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah
putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan
oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan
juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
 Protozoa. Penempelan mukosa, G. Lamblia dan Cryptosporidium
menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili,
yang kemungkinan menyebabkan diare.
 Invasi mukosa E.Histolica menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun
begitu keadaan ini baru terjadi bila strainya sangat ganas. Pada manusia
90% infeksi terjadi bila oleh strain yang tidak ganas : dalam hal ini
tidak ada invasi ke mukosa dan timbul gejala atau tanda-tanda,
meskipun kista amoeba dan tropozoit mungkin ada di dalam tinjanya.

GEJALA KLINIK
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan dan
sering disertai dengan asidosis metabolik karena hilangan basa. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan
elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,
dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5-10% dan dehidrasi
berat bila penurunan lebih dari 10%.

Tabel Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab

Gejala Rotavir Shigella Salmone ETEC EIEC Kole


klinik us lla ra
Masa 7-72 24-48 jam 6-72 jam 6-72 6-72 47-72
tunas jam jam jam jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - -
munta
h
Nyeri Tenesm Tenesmus Tenesmu Tenes Serin
perut us kramp s-kolik mus - g
kram kram
Nyeri - + + - - -
kepala
Laman 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
ya
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit banyak Sedik Bany
it ak
Frekuens 5-10/ >10x/ Sering sering Serin Terus
i hari hari g mener
us

Konsiste Cair Lembe Lembek Cair Lemb Cair


nsi k ek
sering
Darah - ± Kadang - + -

Bau Langu Busuk + - Amis


khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak  Mera Seper
hijau hijau berwarna h- ti
hijau aircuc
ian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorek Kejang Sepsis + Meteorism Infeks ±
sia ± us i
sistem
ik

Derajat Dehidrasi

Gejala Keadaa Mata Mulu Rasa Kulit Penurun Estimasi


dan n t/ Haus an BB Def.
tanda Umum Lida Cairan
h
Tanpa Baik, norm Basah Minu Dicubit <5 % 50%
dehidrasi sadar al m kembal
norm i cepat
al,
tidak
haus
Dehidrasi Gelisah, Ceku Kerin Tamp Kemba 5-10% 50-100%
Ringan- rewel ng g ak li
sedang kehau lambat
san
Dehidrasi Latergis Sanga Sanga Sulit, Kemba >10% >100%
berat , t t tidak li
kesadara cekun kerin bisa sangat
n g dan g minu lambat
menuru kerin m
n g

PENATALAKSANAAN
Terdapat Lima Lintas Tata Laksana yaitu :
 Rehidrasi
 Dukungan nutrisi
 Suplementasi zink
 Antibiotik Selektif
 Edukasi orang tua

 Rehidrasi
Rencana Terapi A (tanpa tanda dehidrasi)  mengobati diare dirumah
Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi :
1. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti larutan oralit,
makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan air matang. Gunakan larutan
oralit untuk anak.
2. Beri larutan sebanyak anak mau
3. Teruskan pemberian larutan oralit hingga diare berhenti
Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut :
1. Buang air besar cair sering kali
2. Muntah berulang-ulang
3. Sangat haus sekali
4. Makan atau minum sedikit
5. Demam
6. Tinja berdarah

 Anak harus diberi oralit di rumah apabila :


o Setelah mendapat rencana terapi B atau C
o Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare
memburuk
o Memberikan oralit kepad semua anak dengan diare yang
datang ke petugas kesehatan merupakan kebijakan pemerintah
Ketentuan pemberian Oralit Formula Baru :

 Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru


 Larutak 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam
 Berikan oralit kepada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan : untuk anak berumur kurang dari 2 tahun berikan 50-100 ml
tiap kali buang air besar. Untuk anak lebih dari 2 tahun atau lebih,
berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar.
 Jika dalam 24 jam persediaan oralit itu masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
Tunjukkan kepada ibu cara member oralit:

 Berikan 1 sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun
 Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
 Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih
lama (misalnya 1 sendok tiap 2-3 menit)
 Bila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk
memeberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cairan pertama atau
kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oral
 Dukungan Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah
agar tidak menjadi gizi buruk. ASI tetap diberikan selama terjadinya diare
pada diare cair akut maupun pada diare akut berdarah dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya.

 Suplementasi Zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga
dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak :
 Anak-anak < umur 6 bulan : 10mg (1/2 tab)
 Anak-anak > umur 6 bulan : 20 mg (1 tab)
Cara pemberian Zinc
 Untuk bayi Dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau
oralit.
 Untuk anak yang lebih besar dapat dikunyah atau dilarutkan.
Zinc berfungsi untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh dan
regenerasi sel enterosit

 Antibiotik Selektif
Obat pilihan untuk pengobatan diare yang disebabkan infeksi enteral dan
parenteral adalah golongan Quinolon seperti Siprofloksasin dengan dosis 30-
50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pada kasus ini pasien
diberikan cefotaxim dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Tabel Antibiotika pada diare

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif


Kolera Tetracycline 12,5 Erythromycin12,5
mg/kgBB4x sehari mg/kgBB4x sehari
selama 3 hari selama 3 hari
Shigella dysentery Ciprofloxacin15 Pivmecillinam20
mg/kgBB2x sehari mg/kgBB4x sehari
selama 3 hari selama 5
hariCeftriaxone50-100
mg/kgBB1x sehari IM
selama 2-5hari
Amoebiasis Metronidazole10
mg/kgBB3x sehari
selama 5 hari (10hari
pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole10
mg/kgBB3x sehari
selama 5 hari

EDUKASI PADA ORANG TUA


Nasihat pada ibu untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering
atau belum. Indikasi untuk rawat inap pada diare akut adalah malnutrisi, usia
kurang dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya
dehidrasi dan disentri yang datang dengan komplikasi.
PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Penderita dipulangkan
apabil aibu sudah dapat/sanggup membuat/memberikan oralit kepada anak
dengan cukup walaupun diare masih berlangsung dan diare bermasalah atau
dengan penyakit penyerta sudah diketahui dan diobati
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien anak AA 12 bulan dengan riwayat penyakit sekarang 3 hari penderita


mencret lebih dari 6 kali sehari, konsistensi lembek cair, warna kuning, ada ampas
sedikit, bau asam, tidak ada lendir, tidak ada darah, nyemprot. Daerah di sekitar anus
memerah. Banyaknya mencret kira-kira @ ¼ gelas belimbing. BAK masih seperti
biasanya kira-kira lebih dari 3 kali sehari. Penderita juga disertai muntah 1 kali berisi
seperti apa yang dimakan dan yang diminum. Makan dan minum masih mau.

Dari anamnesa diketahui bahwa pasien juga mengalami demam yang naik
turun sejak 2 hari, tidak kejang, tidak menggigil, tidak disertai batuk pilek, tidak
sesak, tidak ada keluhan sakit telinga. Dari hasil anamnesa tersebut dapat
menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi parenteral.

Pada kasus ini pasien mengalami buang air besar sebanyak lebih dari 6 kali
dengan konsistensi lembek cair, ada ampas dan berlangsung selama 3 hari. Pasien
tidak mengalami berak dengan lendir dan darah sehingga bukan termasuk golongan
diare yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, parasit (amoeba), dan Shigella
disentri.

Pada pasien anak AA usia 12 bulan dinyatakan menderita diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang karena pasien keadaan umumnya lemas, kasadaran
composmentis, turgor kulit kembali lambat, mata cekung, dan tampak kehausan.

Selama menjalani perawatan dirumah sakit pasien mengalami peningkatan


kesehatan diantaranya, frekuensi BAB cair berkurang, demam turun, mau minum
banyak. Nafsu makan bertambah, pasien juga di monitoring KU, TTV dan
rehidrasinya, serta kemungkinan terjadinya komplikasi.

Pasien diberi edukasi yaitu :


Di RS

 Tirah baring
 Minum obat teratur.
 Makan makanan yang bergizi.
Di rumah :

Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera bawa ke
pelayanan kesehatan
Jika diare berikan banyak minum, terutama minum oralit
Edukasi kepada orang tua agar anak makan makanan bergizi.
HOME VISITE
Masalah Lingkungan Pasien:

 Lantai rumah ada yang masih diplester


 Dapur kebersihannya terlihat kurang

Edukasi Home Visite:

 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar


 Makan dan minum dengan air bersih yang sudah matang
 Menjaga higienitas perorangan dengan mencuci tangan
BAB V

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Pada pasien anak AA umur 12 bulan didiagnosa Diare Akut dengan Dehidrasi
Ringan Sedang, karena dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratoris terdapat tanda-tanda yang termasuk kriteria Diare akut dengan Dehidrasi
Ringan Sedang.

Terapi yang meliputi aspek cairan, aspek dietetik dan medikamentosa sudah
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan


masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003
hal 29
2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric
Diagnosis Little Brown and Company 1990;20 – 23.
3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in
Children Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 – 274
4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp
AM,Hofman JIE,Ed Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall
international,inc hal 1034-36
5. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi
ke2 Jakarta 1994: Balai penerbit FK-UI hal 51-76
6. Buku Ajar respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta .
2010.hal.330-332
7. Ed. Nelson, waldo E. dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Ed 15.
Jakarta: EGC. Hal. 1483
8. Fahy JV,Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function
andDysfunction. New England of Jurnal Medicine. Vol 363. No.23. Dec 2,
2010.
9. Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis.Ann Intern Med
2008;133: 981–991
10. Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis :ACCP
Evidence-Based Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2006;129;95S-
103S.

Anda mungkin juga menyukai