Disusun oleh :
3010130687
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada
anak dibawah 5 tahun.
Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka
kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3
tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare
di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin nutrisi untuk
mencegah virus menganggu pertumbuhan akibat diare.
Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik di negara
berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut penelitian Soenarto yati dkk
pada anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60% disebabkan oleh Rotavirus.
Diare juga erat hubunganya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anorexia dan berkurangnya
kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan
akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. IDENTITAS PASIEN
- 3 hari yang lalu pasien mencret lebih dari 6 kali sehari, tiap kali mencret ±
¼ cangkir konsistensi lembek cair, warna kekuningan, ada ampas, bau
asam, tidak ada lendir, tidak ada darah, nyemprot (+). Daerah di sekitar
anus memerah. BAK jumlah dan keseringan normal seperti biasa.
Penderita mual (+) muntah 1x kali berisi seperti apa yang dimakan dan
yang diminum. Makan dan minum masih mau.
- 2 hari yang lalu pasien mengalami demam naik turun, tidak kejang, tidak
menggigil, tidak disertai batuk pilek, tidak sesak. Penderita sudah
diperiksakan ke dokter dan sudah diberi minum obat, tetapi demam timbul
kembali beberapa jam setelahnya. Pasien juga masih mencret lebih dari 6
kali sehari, masih mual, muntah (-), tidak kejang, tidak menggigil, tidak
batuk, tidak pilek, tangan dan kaki tidak dingin. BAK lancar, jumlah
cukup, warna kuning. Pasien menjadi sulit makan, namun minum ASI
atau air putih masih mau.
- Saat dibawa ke IGD RSISA pasien masih demam, masih mencret lebih
dari 6 kali sehari, masih mual, muntah (-). Anak tampak rewel dan merasa
kehauasan saat diberi minum. Sebelum mencret tidak riwayat ganti produk
susu atau mencoba makanan baru, namun orang tua pasien mengakui
bahwa keluarganya sering membeli makanan / jajan di luar.
DATA KHUSUS
1. Riwayat Perinatal
Anak laki-laki lahir dari ibu P3A0 hamil 39 minggu, antenatal care
teratur, penyakit kehamilan tidak ada, masa gestasi cukup bulan, lahir di
bidan, cara persalinan spontan, anak lahir langsung menangis dan warna
kemerahan. Berat badan lahir 3150 gram.
2. Riwayat Makan-Minum
Anak diberikan ASI dan tambahan susu formula sejak lahir sampai
sekarang. Umur 6 bulan selain ASI, pasien mendapat makanan pendamping
berupa bubur susu, umur 8 bulan mendapat makanan pendamping berupa nasi
tim dan sayur. Anak makan 3 – 4 kali sehari.
1,10
2,70
0,8
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : -
b. Nadi :
Frekuensi : 108x/menit,
Irama : Reguler
Isi&Tegangan : Cukup
Ekualitas : Equal
c. Laju Pernapasan : 24x/menit
d. Suhu : 36,7 oC (Axila)
3. Status Internus
a. Kepala : Mesocephale, UUB menutup
b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
c. Kulit : Tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor kulit melambat
d. Mata : Mata cekung (+), Air mata (+), Konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-)
e. Hidung : Epistaksis (-), Nafas cuping hidung ( -/-), sekret (-)
f. Telinga : Discharge ( -)
g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (+), Lidah kotor(-)
h. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Tenggorok : Faring hiperemis (-) T1-T1
j. Thorak :
PULMO :
Inspeksi : Simetris
Statis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
Dinamis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra,
Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SD Vesikuler, ST Wheezing (-/-), Ronki (-/-)
COR :
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Iktus tak teraba, Thril (-)
Auskultasi :
Frekwensi : 108x/menit
Irama : Reguler
Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
Bising : (-)
k. Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : Nyeri Tekan (-) pada region epigastrium
Hati, Limpa : Teraba ¼ - ¼ blank heart, S.0
Turgor : Lambat
l. Alat kelamin : Laki-laki
m. Anorectal : Dalam batas normal, perianal kemerahan (+)
n. Anggota Gerak : Atas Bawah
Capilary refill : < 2” < 2”
Akral dingin : -/- -/-
R. Fisiologis : +/+ +/+
R. Patologis : -/- -/-
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( 29 Desember 2017 )
Darah:
Widal
Salmonella Typhi O : Positif 1/160
Sal. Paratyphi A O : Negatif
Sal. Paratyphi B O : Negatif
Sal. Paratyphi C O : Negatif
Salmonella Typhi H : Negatif
Sal. Paratyphi A H : Negatif
Sal. Paratyphi B H : Positif 1/160
Sal. Paratyphi C H : Negatif
3. ASSESTMENT
a. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
b. Gizi Baik
4. INITIAL PLAN
DD:
Infeksi parenteral
Infeksi enteral
Alergi
Keracunan
IP Dx
S :-
O : Px Darah Rutin, Px. Kimia Darah, Px. Feses rutin, Sudan III,
Benzidin test
IP Tx:
IP Mx
KU, TTV, tanda dehidrasi ( turgor, mencret, muntah, diuresis)
IP Ex
a. Menjelaskan kepada ibu tentang penyakit, perjalanan penyakit, serta
tindakan yang akan dilakukan
b. Istirahat cukup
c. Minum obat secara teratur dan tepat waktu
d. Menjaga pola makan yang cukup gizi dan higienis
e. Makan makanan yang dimasak terlebih dahulu
f. Menjaga lingkungan dan kebersihan diri (Jaga kebersihan tangan, alat
makan)
g. Berikan anak lebih banyak minum (Bisa diberikan oralit)
Assestment: Gizi Baik
DD :
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
IP Dx
S : Kualitas dan kuantitas makanan sehari-hari
O : Penilaian Klinis Gizi dan data antropometri
IP Tx
Kebutuhan kalori anak usia 12 bulan, BB 7,9 kg
Kebutuhan kalorinya (60,9 x 7,9) – 54 = 427.11 kkal
Terdiri dari :
Karbohidrat : 60% x 427.11 = 256.26 kkal
Lemak : 35% x 427.11 = 149.48 kkal
Protein : 5% x 427.11 = 21.35 kkal
IP Mx
a. Penimbangan berat badan secara rutin dan teratur
b. Pengukuran tinggi badan satu tahun sekali
IP Ex
a. Makan teratur
b. Asupan makanan yang bergizi
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
d. Menimbang BB secara rutin
FOLLOW UP
Tanggal S 0 A P
TINJAUAN PUSTAKA
I. DIARE AKUT
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih dari biasanya dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian
disebabkan karena dehidrasi. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa
disertai lendir dan darah.
ETIOLOGI
a. Faktor makanan
Makanan busuk, mengandung racun
Perubahan susunan makanan yang mendadak, sering terjadi pada bayi-
bayi
Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi
b. Faktor infeksi
Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti infeksi
saluran pernafasan, ISK, otitis media akut, Tonsilofaringitis,
Bronkopneumoni. Keadaan terutama pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak
Infeksi bakteri
Vibrio Cholera, E.coli, Salmonella, Shigella
Infeksi virus
Rotavirus, adenovirus
Infeksi parasit
Protozoa (Entamoeba hystolica, Giardia lamdia)
Cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris)
c. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi karbohidrat atau gula adalah ketidakmampuan untuk
mencerna dan menyerap (absorb) gula-gula. Malabsorbsi gula-gula
yang paling dikenal terjadi dengan kekurangan lactase (juga dikenal
sebagai intoleransi lactose atau susu) dimana produk-produk susu yang
mengandung gula susu, lactose, menjurus pada diare. Lactose tidak
diurai dalam usus karena ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang
normalnya mengurai lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap
kedalam tubuh. Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan
menarik air (dengan osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada
diare. Meskipun lactose adalah bentuk yang paling umum dari
malabsorbsi gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin
menyebabkan diare, termasuk fructose dan sorbitol.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan untuk mencerna atau
menyerap lemak. Malabsorbsi lemak mungkin terjadi karena sekresi-
sekresi pankreas yang berkurang yang adalah perlu untuk pencernaan
lemak yang normal (contohnya, disebabkan oleh pankreatits atau
kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari lapisan dari usus kecil
yang mencegah penyerapan dari lemak yang telah dicerna (contohnya,
penyakit celiac). Lemak yang tidak tercerna memasuki bagian terakhir
dari usus kecil dan usus besar dimana bakter-bakteri merubahnya
kedalam senyawa-senyawa (kimia-kimia) yang menyebabkan air
disekresikan oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan melalui usus kecil
dan usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada malabsorbsi dari
lemak.
Malabsorbsi protein
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar
tinja penderita.
factor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare dan dapat
meningkatkan penularan enteropatogen, antara lain:
Tidak diberikan ASI eksklusif pada 4-6 bulan pertama kehidupan
Penggunaan botol susu
Penyimpanan makanan masak pada suhu kamar
Penggunaan air minum yang tercemar
Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
Tidak membuang tinja anak atau bayi dengan benar
Selain hal-hal tersebut, faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk
terjadinya diare dan terjadinya gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya
keasaman lambung, menurunnnya motilitas usus, menderita campak dalam 4
minggu terakhir dan factor genetik.
PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
a. Gangguan Osmotic
Akibat makanan yang tidak dapat diserap, tekanan osmotic dalam lumen
usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit kedalam
lumen usus. Isi lumen usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan invasif
Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare.
MEKANISME
GEJALA KLINIK
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan dan
sering disertai dengan asidosis metabolik karena hilangan basa. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan
elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,
dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5-10% dan dehidrasi
berat bila penurunan lebih dari 10%.
Derajat Dehidrasi
PENATALAKSANAAN
Terdapat Lima Lintas Tata Laksana yaitu :
Rehidrasi
Dukungan nutrisi
Suplementasi zink
Antibiotik Selektif
Edukasi orang tua
Rehidrasi
Rencana Terapi A (tanpa tanda dehidrasi) mengobati diare dirumah
Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi :
1. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti larutan oralit,
makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan air matang. Gunakan larutan
oralit untuk anak.
2. Beri larutan sebanyak anak mau
3. Teruskan pemberian larutan oralit hingga diare berhenti
Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut :
1. Buang air besar cair sering kali
2. Muntah berulang-ulang
3. Sangat haus sekali
4. Makan atau minum sedikit
5. Demam
6. Tinja berdarah
Berikan 1 sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih
lama (misalnya 1 sendok tiap 2-3 menit)
Bila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk
memeberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cairan pertama atau
kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oral
Dukungan Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah
agar tidak menjadi gizi buruk. ASI tetap diberikan selama terjadinya diare
pada diare cair akut maupun pada diare akut berdarah dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya.
Suplementasi Zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga
dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak :
Anak-anak < umur 6 bulan : 10mg (1/2 tab)
Anak-anak > umur 6 bulan : 20 mg (1 tab)
Cara pemberian Zinc
Untuk bayi Dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau
oralit.
Untuk anak yang lebih besar dapat dikunyah atau dilarutkan.
Zinc berfungsi untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh dan
regenerasi sel enterosit
Antibiotik Selektif
Obat pilihan untuk pengobatan diare yang disebabkan infeksi enteral dan
parenteral adalah golongan Quinolon seperti Siprofloksasin dengan dosis 30-
50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pada kasus ini pasien
diberikan cefotaxim dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Tabel Antibiotika pada diare
Dari anamnesa diketahui bahwa pasien juga mengalami demam yang naik
turun sejak 2 hari, tidak kejang, tidak menggigil, tidak disertai batuk pilek, tidak
sesak, tidak ada keluhan sakit telinga. Dari hasil anamnesa tersebut dapat
menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi parenteral.
Pada kasus ini pasien mengalami buang air besar sebanyak lebih dari 6 kali
dengan konsistensi lembek cair, ada ampas dan berlangsung selama 3 hari. Pasien
tidak mengalami berak dengan lendir dan darah sehingga bukan termasuk golongan
diare yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, parasit (amoeba), dan Shigella
disentri.
Pada pasien anak AA usia 12 bulan dinyatakan menderita diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang karena pasien keadaan umumnya lemas, kasadaran
composmentis, turgor kulit kembali lambat, mata cekung, dan tampak kehausan.
Tirah baring
Minum obat teratur.
Makan makanan yang bergizi.
Di rumah :
Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera bawa ke
pelayanan kesehatan
Jika diare berikan banyak minum, terutama minum oralit
Edukasi kepada orang tua agar anak makan makanan bergizi.
HOME VISITE
Masalah Lingkungan Pasien:
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pada pasien anak AA umur 12 bulan didiagnosa Diare Akut dengan Dehidrasi
Ringan Sedang, karena dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratoris terdapat tanda-tanda yang termasuk kriteria Diare akut dengan Dehidrasi
Ringan Sedang.
Terapi yang meliputi aspek cairan, aspek dietetik dan medikamentosa sudah
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA