Anda di halaman 1dari 14

LBM 2

“rasa sebah di perut”


STEP 1
1. Sebah: rasa tidak enak di perut.
2. Mual: rasa tidak enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium.
3. Muntah: suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekplusi isi
lambung atau usus atau keduanya, pusat muntah di postrema
medula oblongata didasar ventrikel ke-4.

STEP 2
1. Struktur anatomi, histologi, fisiologi gaster & esofagus ?
2. Bagaimana patofisiologi nyeri ulu hati,mual, muntah, sebah,
sendawa ?
3. Bagaimana hubungan antara keluhan pasien dengan
mengonsumsi obat rematik selama 10 tahun ?
4. Apa interpretasi dari px fisik ?
5. Apa diagnosis (px fisik, penunjang, patogenesis) dan DD
skenario dan manifestasi klinis?
6. Apa saja etiologi dari diagnosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tersebut ?
8. Apa saja komplikasi dari diagnosis ?
STEP 3
1. Struktur anatomi, histologi, fisiologi gaster & esofagus.
Mekanisme apa aja (defensiv dan agresif)?
2. Bagaimana patofisiologi nyeri ulu hati,mual, muntah, sebah,
sendawa ? Sendawa/eruksitasi
Sebah
Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna (kerongkongan
dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan kadang-kadang bau. Timbulnya
suara tersebut disebabkan oleh getaran udara / gas pada katub kerongkongan saat
keluarnya gas. Hal ini merupakan hal yang sangat umum bisa terjadi pada siapa saja, dan
merupakan usaha untuk melepaskan udara yang terperangkap di lambung yang biasanya
menimbulkan ketidak nyamanan di saluran cerna.
Penyebab sendawa:
- Makan/minum terlalu cepat
- Menelan udara
- Minum minuman berkarbonasi
- Obat-obatan tertentu seperti metformin
- Orang yang sedang cemas
- Jika disertai gejala-gejala dispepsia merupakan salah satu tanda penyakit maag
Selain karena banyaknya gas yang terperangkap di lambung sendawa juga dapat disebabkan
karena kebiasaan semata. Untuk beberapa orang sendawa dianggap sebagai suatu cara
untuk mengurangi ketidaknyamanan di perut walaupun bukan karena peningkatan kadar
gas.
Sendawa tidak sesederhana yang dipikirkan, namun berhubungan erat dengan koordinasi
beberapa aktivitas. Laring harus selalu tertutup supaya cairan ataupun makanan yang naik
dari lambung tidak masuk ke paruparu. Saat menelan laring terangkat secara otomatis
dan sejalan dengan itu katup kerongkongan atas terbuka sehingga mempermudah gas
keluar dari kerongkongan ke tenggorokan.Katup kerongkongan bawah juga terbuka
sehingga gas dapat naik dari lambung ke kerongkongan. Saat itu semua terjadi diafragma
turun ketika menarik nafas. Terjadi peningkatan tekanan di rongga perut dan penurunan
tekanan di rongga dada yang menyebabkan keluarnya udara dari lambung (di rongga
perut) ke kerongkongan (di rongga dada).
Jika rasa tidak nyaman di perut bukan karena peningkatan gas , sendawa tidak
menyelesaikan masalah. Jika demikian berarti ada hal lain di perut yang perlu ditatalaksana
dan harus dicari penyebabnya. Sendawa merupakan suatu gejala yang bisa disebabkan
oleh penyakit di saluran cerna dan kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan di
rongga perut.
Sumber : Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-
RSCM), Dr Helmin Agustina Silalahi

1) Nausea (mual)
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan emosi. Tidak
selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai dengan keinginan untuk
muntah yang dirasakan di tenggorokan atau perut, seringkali disertai dengan gejala
hipersalivasi, pucat, berkeringat, takikardia dan anoreksia.
Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus.
Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni relaksasi
sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke dalam lambung. Pada fase nausea ini belum
terjadi peristaltik aktif.
Muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran
gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea.
2) Retching
Retching dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase retching, terjadi kekejangan dan
terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot pernapasan
dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negatif. Pada
waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung, fundus dilatasi
sedangkan antrum dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi
sfingter esofagus atas masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus.
Pada akhir fase retching terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme
yang tadinya sudah masuk ke dalam esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat
berlangsung beberapa siklus.
3) Ekspulsi
Apabila retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot abdomen dan
diafragma, akan berlanjut menjadi muntah, jika tekanan tersebut dapat mengatasi
mekanisme anti refluks dari LES (lower esophageal sphincter). Pada fase ekspulsi ini
pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus relaksasi serta mulut
terbuka. Pada fase ini juga terjadi perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal
serta kontraksi dari diafragma.
Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan positif
intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat dari diafragma
yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke dalam esofagus. Bila ekspulsi
sudah terjadi, tekanan intratorakal kembali positif dan diafragma kembali ke posisi normal.
Sumber : Despopoulos & Silbernagl. 2003. Color Atlas Of Physiology Chapter 9. Elsevier:
Philadelpia
3. Bagaimana hubungan antara keluhan pasien dengan
mengonsumsi obat rematik selama 10 tahun ?

Obat ini mempunyai efek analgesik, antipiretik, antiinflamasi (dosis


tinggi). Pasien banyak diberi resep OAINS dan sangat banyak tablet
aspirin, parasetamol, dan ibuprofen tambahan yang dibeli bebas untuk
terapi sendiri pada sakit kepala, nyeri gigi, gangguan musculoskeletal,
dll.

OAINS mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase


(COX) dan inhibisi sintesis prostaglandin. Dan inhibisi sintesis
prostaglandin dalam mukosa gaster sering menyebabkan kerusakan GIT
(dyspepsia, mual, gastritis). Efek samping yang paling serius adalah
perdarahan GIT dan perforasi. COX terdapat pada jaringan sebagai suatu
isoform konstitusif (COX-1), tetapi sitokin pada lokasi inflamasi
menstimulasi induksi isoform kedua (COX-2). Inhibisi COX-2 diduga
bertanggung jawab untuk efek antiinflamasi OAINS, sementara inhibisi
COX-1 bertanggung jawab untuk toksisistas gastrointestinal

Efek samping OAINS pada GIT. Dalam lambung, COX-1 menghasilkan


prostaglandin (PGE₂ dan PGI₂) yang menstimulasi mucus, sekresi
bikarbonat, dan menyebabkan vasodilatasi (kesemuanya menjaga
mukosa lambung, lihat atas). OAINS nonselektif menghambat COX-1
sehingga mengurangi efek sitoprotektif prostaglandin (menyebabkan
efek serius pada GIT bagian atas, termasuk perdarahan dan ulserasi).
OAINS COX -2 selektif yang baru (colecoxib) mempunyai efek toksisitas
GIT yang jauh lebih sedikit. Selain itu OAINS merusak mukosa secara
local melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa. Efek obat ini juga
terhadap agregasi trombosit akan meningkatkan bahaya perdarahan
ulkus.

Sumber : Neal M. J. 2005. At a Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

4. Apa diagnosis (px fisik, penunjang, patogenesis) dan DD (khas


namnesis, px fisik, patogenesis, proses penyembuhan, etiologi,
faktor presdiposisi)skenario dan manifestasi klinis?
 DD: gastritis, gastroesofagela refluks disease, ulkus
pepticum, karsinoma, dispepsi tukak dan non tukak
Sumber : Kumpulan Kuliah Farmakologi oleh Staf Pengajar Departemen Farmakologi
FK UNSRI

DISPEPSIA

Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang


menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Kata
dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pencernaan yang jelek”
Menurut Konsensus Roma tahun 2000, dispepsia didefinisikan sebagai rasa
sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas

Penyebab timbulnya gejala dispepsia sangat banyak sehingga diklasifikasikan berdasarkan


ada tidaknya penyebab dispepsia yaitu:

Dispepsia Organik: Dispepsia organik adalah Dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya.

a. Dispepsia Tukak

Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri ulu hati. Berkurang atau
bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan makanan. Hanya dengan pemeriksaan
endoskopi dan radiologi dapat menentukan adanya tukak di lambung atau duodenum.

b. Refluks Gastroesofageal
Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal, yaitu rasa panas di dada dan regurgitasi asam
terutama setelah makan.

c. Ulkus Peptik

Ulkus peptik dapat terjadi di esophagus, lambung, duodenum atau pada divertikulum
meckel ileum. Ulkus peptikum timbul akibat kerja getah lambung yang asam terhadap epitel
yang rentan. Penyebab yang tepat masih belum dapat dipastikan

d. Penyakit Saluran Empedu

Sindroma dispepsia ini biasa ditemukan pada penyakit saluran empedu. Rasa nyeri dimulai
dari perut kanan atas atau di ulu hati yang menjalar ke punggung dan bahu kanan

e. Karsinoma

Karsinoma dari saluran makan (esophagus, lambung, pancreas dan kolon) sering
menimbulkan keluhan sindrom dispepsia. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri
perut. Keluhan bertambah berkaitan dengan makanan, anoreksia dan berat badan
menurun.

f. Pankreatitis

Rasa nyeri timbul mendadak yang menjalar ke punggung. Perut terasa makin tegang dan
kembung.

g. Dispepsia pada sindrom malabsorbsi

Pada penderita ini di samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, sering flatus,
kembung, keluhan utama lainnya ialah timbulnya diare yang berlendir.

h. Dispepsia akibat obat-obatan

Banyak macam obat yang dapat menimbulkan rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati
tanpa atau disertai rasa mual dan muntah, misalnya obat golongan NSAIDs, teofilin, digitalis,
antibiotik oral (terutama ampisilin, eritromisin dan lainlain).

i. Gangguan Metabolisme

Diabetes Mellitus dengan neuropati sering timbul komplikasi pengosongan lambung yang
lambat sehingga timbul keluhan nausea, vomitus, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid
mungkin menimbulkan keluhan rasa nyeri di perut dan vomitus, sedangkan hipotiroid
menyebabkan timbulnya hipomotilitas lambung.

j. Dispepsia akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah sejenis kuman yang terdapat dalam lambung dan berkaitan
dengan keganasan lambung. Hal penting dari Helicobacter pylori adalah sifatnya menetap
seumur hidup, selalu aktif dan dapat menular bila tidak dieradikasi. Helicobacter ini diyakini
merusak mekanisme pertahanan pejamu dan merusak jaringan. Helicobacter pylori dapat
merangsang kelenjar mukosa lambung untuk lebih aktif menghasilkan gastrin sehingga
terjadi hipergastrinemia.

Dispepsia Fungsional

Dispepsia fungsional dapat dijelaskan sebagai keluhan dispepsia yang telah berlangsung
dalam beberapa minggu tanpa didapatkan kelainan atau gangguan
struktural/organik/metabolik berdasarkan pemeriksaan klinik, laboratorium, radiology dan
endoskopi. Dalam konsensus Roma II, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai dispepsia
yang berlangsung sebagai berikut : sedikitnya terjadi dalam 12 minggu, tidak harus
berurutan dalam rentang waktu 12 minggu terakhir, terus menerus atau kambuh (perasaan
sakit atau ketidaknyamanan) yang berpusat di perut bagian atas dan tidak ditemukan atau
bukan kelainan organik (pada pemeriksaan endoskopi) yang mungkin menerangkan gejala-
gejalanya

5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tersebut ?


Antasida untuk mengurangi HCl pada lambung, antinausea
6. Apa saja komplikasi dari diagnosis ?
Porforasi esofagus: peningkatan asam lambung terjadi
refluks iritasi mukosa perdarahan  ulkus

Anda mungkin juga menyukai