Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyebab utama anak dirawat di rumah
sakit, serta penyebab utama kematian di Asia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis adanya panas tinggi
mendadak disertai kebocoran plasma dan perdarahan yang bertendensi menimbulkan renjatan
dan kematian. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan re-emerging disease dan endemis
di seluruh negara beriklim tropis di dunia. Penyakit ini juga bisa ditemukan di kawasan
subtropis. Meskipun begitu, Asia Tenggara merupakan daerah dengan angka kejadian
tertinggi yang terutama menyerang anak-anak. Berdasarkan data WHO, 250.000 hingga
500.000 kasus DBD terjadi setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 22.000 jiwa.
Di Indonesia penyakit ini menempati urutan ke-19 penyebab kematian semua umur.
Angka kejadian penyakit DBD di suatu Kabupaten di Jawa Tengah cukup tinggi, yaitu
pada tahun 2008 sebesar 585 kasus, tahun 2009 sebesar 470 kasus, dan tahun 2010 sebesar
637 kasus. Pada tahun 2011, angka kejadian penyakit DBD sebesar 219 kasus, dengan
jumlah kematian karena DBD sebanyak 2 kasus. Hal ini memperlihatkan angka kejadian
penyakit DBD pada tahun 2011 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah
yang dirawat di RSUD Pandan Arang Boyolali. Penyajian kasus ini bertujuan untuk
mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, penatalaksanaan di rumah sakit, dan
pengelolaan secara komprehensif dan holistik pada pasien dengan Demam Berdarah Dengue.
C. MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu tenaga medis untuk belajar
komprehensif dan holistik pada pasien dengan Demam Thypoid dan Demam Berdarah
Dengue.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. C. A. T
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Cemara no.27 rt 08/ rw 01 Banaran, Boyolali
B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesa dengan ibu pasien dilakukan pada hari Kamis, 11 Februari 2016 pukul
10.00 WIB di IGD dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan Utama : Demam
b. Keluhan Tambahan : mual, dan sakit perut
c. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk RS anak mengalami demam semlenget, semakin hari
demam dirasa semakin tinggi terutama pada sore dan malam hari. Saat demam tidak
menggigil, tidak kejang, tidak berkeringat pada malam hari, tidak sesak nafas, tidak
mimisan, gusi tidak berdarah, tidak nyeri sendi, dan tidak ada bintik-bintik merah.
Nafsu makan mulai turun sedangkan minum masih mau. Berak seperti biasa, 1 x/hari,
warna kekuningan, konsistensi lembek, tidak ada darah dan lendir. Kencing lancar
seperti biasa 3-4 x/hari, warna kuning jernih, jumlah cukup, tidak nyeri saat kencing.
3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasa semakin tinggi dibandingkan
hari sebelumnya, Menurut ibunya saat tidur mengigau, biasanya tidak pernah
mengigau. Oleh ibunya anak diperiksakan ke bidan dan diberi obat penurun panas,
namun demam hanya turun beberapa saat. Berak dan kencing masih seperti biasa.
2 hari sebelum masuk rumah sakit, panas semakin tinggi. Menurut ibunya anak
jadi kelihatan lemas dan lesu, tidur-tiduran terus. Anak juga merasakan perutnya sakit
terutama di ulu hati, setiap kemasukan makanan apapun, sehingga menjadi malas
makan, tetapi masih mau minum air putih sedikit-sedikit. Berak tidak keluar, kencing
seperti biasa.
1 hari sebelum masuk RS anak demam lebih tinggi dari sebelumnya, anak
tidak mau makan dan minum karena terasa mual. Perutnya terasa sakit. Orangtua
khawatir maka anak dibawa ke IGD RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali.
Anak atau anggota keluarga bukan berasal dari daerah endemis malaria dan tidak
pernah berpergian ke daerah endemis malaria.
Riwayat sering batuk tidak sembuh-sembuh disangkal, riwayat demam
semlenget lebih dari 3 minggu disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau
turun disangkal, riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau berdarah disangkal,
riwayat berkeringat pada malam hari disangkal.
Riwayat kencing seperti biasa, warna kuning jernih dan jumlah cukup. Saat
kencing anak juga tidak rewel dan tidak menangis. Riwayat kencing tidak puas
(anyang-anyangan) disangkal. Riwayat sering jajan di sekolah diakui.
Setelah Masuk Rumah Sakit
1 hari setelah dirawat dirumah sakit anak masih dalam keadaan lemas, sudah tidak
panas, masih sedikit pusing, badan masih terasa pegal-pegal, lengan bahu kiri masih
terasa nyeri, masih mual tapi tidak muntah, masih nyeri ulu hati, nyeri tekan perut bagian
tengah, masih batuk tapi tidak pilek, perut masih terasa kembung, perut masih terasa sakit
(krues-krues), BAB 1x/ hari warna kekuningan, cair, tidak ada lendir dan darah, BAK
seperti biasa, nafsu makan dan minum masih berkurang, tidak mimisan, gusi tidak
berdarah, tidak nyeri sendi, dan tidak ada bintik-bintik merah.. Pada pemeriksaan
laboratorium darah rutin yang dilakukan pada hari pertama perawatan di rumah sakit,
didapatkan adanya hemokonsentrasi dan jumlah trombosit yang jauh dibawah dibawah
normal.
2 hari setelah dirawat dirumah sakit masih sedikit pusing, badan masih terasa pegal-
pegal, masih mual, masih nyeri ulu hati dan nyeri tekan perut bagian tengah, masih
sedikit batuk, perut sudah tidak kembung, BAB 1x/ hari warna kekuningan, sudah
lembek, tidak ada lendir dan darah, BAK seperti biasa, nafsu makan dan minum masih
sedikit, tidak mimisan, gusi tidak berdarah, tidak nyeri sendi, dan tidak ada bintik-bintik
merah. 2 hari pertama perawatan di rumah sakit, pasien dirawat di bangsal Merbabu. Di
hari itu juga pada saat dilakukan pemeriksaan pada pasien terdapat tanda-tanda syok
seperti kaki dan tangan dingin dingin, tekanan darah menuru dan setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah rutin pada hari ke 2 perawatan, didapatkan jumlah
trombosit kembali menurun dari hari sebelumnya sehingga pasien dipindah untuk dirawat
diruang Edelweiss agar bisa dipantau/ diawasi secara ketat.
g. Riwayat Persalinan
Berat badan lahir dari ibu P2 A0, hamil aterm. Bayi lahir secara spontan, ditolong oleh
bidan. Bayi lahir langsung menangis dan berwarna merah. Berat badan bayi saat lahir
3100 gram, panjang badan 49 cm, ibu lupa lingkar kepala dan lingkar dada saat anak
lahir.
Kesan : neonatus aterm, vigrous baby.
i. Riwayat Postnatal
Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat imunisasi dasar
lengkap.
j. Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x diberikan saat umur 1 bulan, Scar ( + ) di lengan kanan atas.
DPT : pernah, 3 x.
Polio : pernah, 4x.
Hepatitis B : pernah, 4 x.
Campak : pernah, 1 x.
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur tanpa bukti KMS.
o Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra = hemithorax sinistra, Retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra.
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara Dasar : vesikuler
Suara Tambahan : rhonki (-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-)
Abdomen
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Timpani (+), pekak alih(-), pekak sisi(-)
o Palpasi : Supel, nyeri tekan pada regio epigastrium (+), defance muskular (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : Laki-laki, fimosis (-)
Anorektal : Dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri :
Status Gizi
Anak perempuan usia 4 tahun
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 95 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
VI. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan usia 4 tahun berat badan 12 kg, dengan keluhan
demam sejak 4 hari yang lalu. Demam tanpa disertai kejang ataupun menggigil. Anak juga
mengeluh mual tanpa muntah dan nyeri perut di ulu hati. Nafsu makan anak berkurang,
namun anak masih mau minum. Anak juga malas beraktifitas, sehari-hari hanya tidur-
tiduran. Buang air besar terakhir 3 hari yang lalu, sedangkan buang air kecil seperti biasa,
tidak ada nyeri saat buang air kecil. Anak atau anggota keluarga bukan berasal dari daerah
endemis malaria dan tidak pernah berpergian ke daerah endemis malaria. Riwayat sering
batuk tidak sembuh-sembuh disangkal, riwayat demam semlenget lebih dari 3 minggu
disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau turun disangkal, riwayat kontak dengan
penderita batuk lama atau berdarah disangkal, riwayat berkeringat pada malam hari
disangkal. Riwayat kencing seperti biasa, warna kuning jernih dan jumlah cukup. Saat
kencing anak juga tidak rewel dan tidak menangis. Riwayat kencing tidak puas (anyang-
anyangan) disangkal. Riwayat sering jajan di sekolah diakui. Riwayat mendapat imunisasi
thypoid dissangkal. Tidak ada anggota keluarga atau tetangga yang mengalami keluhan
serupa.
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 11 Februari 2016 didapatkan :
Kesan umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, kurang aktif, tampak lemas, gizi kurang.
Tanda-tanda vital
Nadi : 92 x / menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24x / menit
Suhu : 36 0C (axilla)
Patologis
Mulut : bibir kering, lidah kotor di tengah, tepi hiperemis, tremor pada perifer
lidah
Abdomen : nyeri tekan di kuadran epigastrium (+)
Kulit : rumple leed (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 11 Februari 2016
Darah
Kesan: trombositopenia
Widal : tes widal (+)
DHF Grade I
- Ip. Dx :
i. S: -
ii. O: foto thorax RLD, Dengue IgM-IgG
- Ip. Tx :
i. Infus RL
= 7 cc x 12 kg x 15 = 21 tpm makro
60
ii. Inj. Ranitidin 2 x 10 mg
iii. Parasetamol
Dosis parasetamol: 10 15 mg/kgBB/kali, maksimal 6 kali pemberian
Dosis anak kg: 120 180 mg
Dosis harian: 3 x 1 cth
- Ip. Mx: Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok, perdarahan, Hb,
Ht, trombosit tiap
hari
- Ip. Ex:
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa anak mengalamai demam berdarah sehingga
terapi yang dilakukan adalah terapi cairan dan obat penurun panas. Pemberian cairan
dilakukan lewat infus dan dipantau secara ketat.
- Menjelaskan rencana program pemeriksaan bahwa anak akan diambil darahnya setiap
hari untuk mengetahui perkembangan penyakit maupun perbaikan kondisi.
- Berkerja sama dengan orang tua dalam mengawasi tanda-tanda bahaya seperti sakit
perut, nyeri tekan pada perut, muntah terus-menerus, perdarahan mukosa (mimisan,
gusi berdarah, bintik-bintik di kulit seperti digigit nyamuk), penumpukan cairan
(sesak, kelopak mata bengkak, perut membesar), lemah, kaki dan tangan dingin, buang
air kecil berkurang.
- Menganjurkan agar anak banyak makan dan minum
- Kompres dengan air hangat bila anak panas
- Menghimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan 4M plus: Menguras
tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-barang
bekas, dan memantau jentik. Abatisasi pada kolam atau tempat penampungan air yang
sulit dikuras, dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik, bubuk abate
dapat dibeli di apotek.
XI. PROGNOSA
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad fungsionam : Ad bonam
- Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN 4. (5)
B ETIOLOGI
Virus dengue termasuk dalam kelompok arbovirus B dikenal 4 serotipe virus
dengue yaitu serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti
(6,7)
. Sampai saat ini masih dianut teori The Secondary Heterologis Infectiun Hypothesis
(Infeksi Sekunder) yang mengatakan bahwa seseorang akan menderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) apabila mendapatkan infeksi berulang oleh serotipe virus dengue yang
(5)
berbeda dalam jangka waktu tertentu yang berkisar antara 6 bulan-5 tahun . Infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Virus dengue juga
dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aehopictus dan Aedes Polynesiensy meski vektor ini
kurang berperan (7).
C MANIFESTASI KLINIS(8)
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimptomatik, penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue,
demam berdarah dengue, sampai dengue syok syndrome.
1.Demam dengue (DD) dengan atau tanpa perdarahan. Kondisi ini ditandai dengan demam
akut selama 2-7 hari, disertai 2 atau lebih gambaran klinis berupa nyeri kepala, nyeri di
belakang bola mata, nyeri otot/sendi,mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam berbentuk
makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari), kemudian menghilang
tanpa bekas dan selanjutnya timbul kembali ruam merah halus pada hari ke-6 dan 7
terutama di daerah kaki, telapak kaki, dan tangan, disertai halo putih dan terasa gatal
(convalescent rash).
2 Demam berdarah dengue (DBD) dengan atau tanpa terjadinya syok/renjatan. Renjatan adalah
kegagalan sirkulasi akibat adanya kebocoran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya plasma dalam pembuluh darah.
Diagnosis DBD menurut WHO 1997 berdasarkan kriteria :
Kriteria Klinis:
Manifestasi perdarahan pada penderita DBD pada fase awal mungkin masih belum
tampak, demikian pula hasil pemeriksaan darah tepi (Hb, Ht, leukosit dan trombosit)
mungkin masih dalam batas-batas normal, sehingga sulit membedakannya dengan gejala
penyakit infeksi akut lainnya. Perubahan ini mungkin terjadi dari saat ke saat berikutnya.
Maka pada kasus-kasus yang meragukan dalam menentukan indikasi rawat diperlukan
observasi/ pemeriksaan lanjutan.
DERAJAT GEJALA
1 Demam dll disertai uji bendung positif.
2 Demam dll dengan adanya perdarahan spontan seperti
mimisan atau perdarahan saluran cerna.
3 Gejala demam dll disertai kegagalan sirkulasi darah
yang ditandai dengan tekanan darah menurun, nadi
cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab, tampak
gelisah
4 Syok berat dimana tekanan darah tidak terukur dan
nadi tidak teraba (Dengue Syok Syndrome/DSS)
D PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis DHF hinga kini belum diketahui
secara pasti. Akan tetapi sebagian besar ahli masih menganut The Secondary Heterologius
Infection Hypothesis, yaitu bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang
telah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali mendapat infeksi ulangan dengan tipe
virus yang berlainan dan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang
selanjutnya:
- Akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat C3 dan C5
menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui dinding endotel.
- Mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis,
sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat
dan perdarahan.
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah.
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (WHO, 2006)
Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.
F PENATALAKSANAAN
1 Strategi Pengobatan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatis yang didasarkan adanya
perubahan patofisiologi berupa kebocoran plasma dan perdarahan(10).
2 Pemantauan secara teratur dan berkala terhadap keadaan umum dan vital sign
(tensi, nadi dan respirasi).
3 Pengawasan terhadap hematokrit dan angka trombosit.
1 Apabila pasien masih dapat minum, berikan minum banyak 1-2 liter/hari atau
1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah
air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu atau oralit. Obat antipiretik
(parasetamol) diberikan bila suhu > 38,5 C. Pada anak dengan riwayat
kejang dapat diberikan obat anti konvulsif.
2 Apabila pasien tidak dapat minum atau muntah terus-menerus, sebaiknya
diberikan infus NaCl 0,9 % dan Dextrosa 5 % (1 : 3) dipasang dengan tetesan
rumatan sesuai berat badan. Di samping itu, perlu dilakukan pemeriksaan Hb,
Ht dan trombosit setiap 6-12 jam.
3 Pada tindak lanjut, perhatikan tanda syok, raba hati setiap hari untuk
mengetahui pembesarannya oleh karena pembesaran hati yang disertai nyeri
tekan berhubungan dengan perdarahan saluran cerna. Diuresis diukur tiap 24
jam dan amati perdarahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht dan trombosit diperiksa
tiap 6-12 jam.
4 Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laboratoris, anak
dapat dipulangkan, tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit
menurun, maka infus cairan ditukar dengan ringer laktat dan tetesan
disesuaikan.
Tatalaksana DBD Derajat I dan II tanpa peningkatan hematokrit
Gejala Klinis:
demam 2-7 hari
uji tourniquet positif atau perdarahan spontan
Laboratorium:
Hematokrit tidak meningkat
trombositopeni (ringan)
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila hal ini terpenuhi:
Kriteria Klinis:
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari.
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut : uji bendung positif
(=adanya minimal 20 buah bintik-bintik perdarahan di kulit lengan dalam diameter
2,5 cm2 setelah dilakukan pembendungan aliran darah selama 5 menit), perdarahan
mukosa seperti gusi berdarah atau mimisan, perdarahan bawah kulit, perdarahan
saluran cerna.
3. Pembesaran hati
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat, disertai tekanan nadi menurun ( 20
mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sisitolik 80 mmHg), disertai kulit yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.
Kriteria laboratoris:
1. Kadar trombosit < 100.000/uL.
2. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb :
Hematokrit meningkat > 20 % dari standard sesuai umur dan jenis kelamin
Hematokrit menurun > 20 % setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan
hematokrit sebelumnya.
Adanya tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura (cairan di pembungkus paru-
paru), asites (cairan dalam rongga perut), kadar protein darah menurun.
An C.A.T sudah memenuhi kriteria di atas, demam 2-7 hari (an. C.A.T
menderita demam 4 hari), trombosit < 100.000/ml (trombosit an. C.A.T 96.000/ ml).
Hematokrit menurun >20% (Ht An. C.A.T 33) Jadi an. C.A.T dapat di diagnosis DBD.
Untuk lebih spesifik guna penatalaksanaan yang tepat WHO mengklasifikasikan
DHF menjadi 4 grade/derajat :
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut
kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai kasus yang terjadi dan tinjauan pustaka yang
ada maka pada laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, yang dilakukan telah tepat dan mengarah ke diagnosis penyakit,
yaitu Demam Berdarah Dengue Grade I, dan penatalaksanaan yang dilakukan telah tepat
dan sesuai dengan kepustakaan yang ada.
Karena itu untuk prognosis pada pasien ini yang dirasa tepat adalah dubia ad
bonam, kerena pasien dapat saja jatuh dalam kondisi syok, dan dapat pula membaik bila
penanganannya tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku kuliah : Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 2 : Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2002 : 593-598
2. Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB
Saunders Co. 2004: 916-919.
3. Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2004 : 1362-
1363
4. Berman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2.
1996 : 970-973.
5. Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008 :368-375
6. Demam tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto
Mangunkusumo. 2007 : 173 -176.
7. http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
8. http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm
9. http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/
10. http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview
11. http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538
12. http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201
13. Rauf S, Artati RD, Meylani. Standar Pelayanan Medik. Ilmu Kesehatan Anak. Universitas
Hasanuddin. Makassar : FK-Unhas. 2009
14. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih SE. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi 3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNPAD. RS.
Hasan Sadikin. 2005. H. 247-54
15. Anonim. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. [serial online] 2013. [cited 2013 july 13].
Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
16. Hassan R, Alatas H, Latief A, Napitipulu PM,Pudjiadi A, Ghazali MV, et al, editors. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Edisi 11. Jakarta : Infomedika Jakarta : 2007 H. 607-
22.
17. Rahayu, Hilmanto D, Setiabudi D. Golongan Darah AB sebagai Faktor Risiko Sindrome
Syok Dengue pada Anak. [serial online] 2008. [cited 2013 july 13]. Available from :
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/602/593
18. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi pada Demam Berdarah Dengue. [serial
online] 2009. [cited 2013 july 13]. Available from :
http://www.dexamedica.com/images/publication_upload090324152955001237863562medi
cinus_maret-mei_2009.pdf
19. Anonim. Refarat Demam Berdarah Dengue. [serial online] 2013. [cited 2013 juli 13].
Available from :http://id.scribd.com/document_downloads/direct/118000858?
extension=pdf&ft=1373732753<=1373736363&user_id=30121162&uahk=ZL3i+Bmtcu
gyPR8lkyzMqhxKN5A