Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyebab utama anak dirawat di rumah

sakit, serta penyebab utama kematian di Asia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis adanya panas tinggi

mendadak disertai kebocoran plasma dan perdarahan yang bertendensi menimbulkan renjatan

dan kematian. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan re-emerging disease dan endemis

di seluruh negara beriklim tropis di dunia. Penyakit ini juga bisa ditemukan di kawasan

subtropis. Meskipun begitu, Asia Tenggara merupakan daerah dengan angka kejadian

tertinggi yang terutama menyerang anak-anak. Berdasarkan data WHO, 250.000 hingga

500.000 kasus DBD terjadi setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 22.000 jiwa.

Di Indonesia penyakit ini menempati urutan ke-19 penyebab kematian semua umur.

Angka kejadian penyakit DBD di suatu Kabupaten di Jawa Tengah cukup tinggi, yaitu

pada tahun 2008 sebesar 585 kasus, tahun 2009 sebesar 470 kasus, dan tahun 2010 sebesar

637 kasus. Pada tahun 2011, angka kejadian penyakit DBD sebesar 219 kasus, dengan

jumlah kematian karena DBD sebanyak 2 kasus. Hal ini memperlihatkan angka kejadian

penyakit DBD pada tahun 2011 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah

kasus tahun 2010.


B. TUJUAN
Pada makalah ini diajukan satu kasus anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)

yang dirawat di RSUD Pandan Arang Boyolali. Penyajian kasus ini bertujuan untuk

mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, penatalaksanaan di rumah sakit, dan

pengelolaan secara komprehensif dan holistik pada pasien dengan Demam Berdarah Dengue.
C. MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu tenaga medis untuk belajar

menegakkan diagnosis, melakukan penatalaksanaan di rumah sakit, dan pengelolaan secara

komprehensif dan holistik pada pasien dengan Demam Thypoid dan Demam Berdarah

Dengue.

BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. C. A. T
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Cemara no.27 rt 08/ rw 01 Banaran, Boyolali

Nama Ayah : Tn. T.A


Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1

Nama Ibu : Ny. M


Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA

Bangsal : Merbabu - Edelweiss


No. CM : 16509924
Masuk RS : 11 Februari 2016

B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesa dengan ibu pasien dilakukan pada hari Kamis, 11 Februari 2016 pukul
10.00 WIB di IGD dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan Utama : Demam
b. Keluhan Tambahan : mual, dan sakit perut
c. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk RS anak mengalami demam semlenget, semakin hari
demam dirasa semakin tinggi terutama pada sore dan malam hari. Saat demam tidak
menggigil, tidak kejang, tidak berkeringat pada malam hari, tidak sesak nafas, tidak
mimisan, gusi tidak berdarah, tidak nyeri sendi, dan tidak ada bintik-bintik merah.
Nafsu makan mulai turun sedangkan minum masih mau. Berak seperti biasa, 1 x/hari,
warna kekuningan, konsistensi lembek, tidak ada darah dan lendir. Kencing lancar
seperti biasa 3-4 x/hari, warna kuning jernih, jumlah cukup, tidak nyeri saat kencing.
3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasa semakin tinggi dibandingkan
hari sebelumnya, Menurut ibunya saat tidur mengigau, biasanya tidak pernah
mengigau. Oleh ibunya anak diperiksakan ke bidan dan diberi obat penurun panas,
namun demam hanya turun beberapa saat. Berak dan kencing masih seperti biasa.
2 hari sebelum masuk rumah sakit, panas semakin tinggi. Menurut ibunya anak
jadi kelihatan lemas dan lesu, tidur-tiduran terus. Anak juga merasakan perutnya sakit
terutama di ulu hati, setiap kemasukan makanan apapun, sehingga menjadi malas
makan, tetapi masih mau minum air putih sedikit-sedikit. Berak tidak keluar, kencing
seperti biasa.
1 hari sebelum masuk RS anak demam lebih tinggi dari sebelumnya, anak
tidak mau makan dan minum karena terasa mual. Perutnya terasa sakit. Orangtua
khawatir maka anak dibawa ke IGD RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali.
Anak atau anggota keluarga bukan berasal dari daerah endemis malaria dan tidak
pernah berpergian ke daerah endemis malaria.
Riwayat sering batuk tidak sembuh-sembuh disangkal, riwayat demam
semlenget lebih dari 3 minggu disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau
turun disangkal, riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau berdarah disangkal,
riwayat berkeringat pada malam hari disangkal.
Riwayat kencing seperti biasa, warna kuning jernih dan jumlah cukup. Saat
kencing anak juga tidak rewel dan tidak menangis. Riwayat kencing tidak puas
(anyang-anyangan) disangkal. Riwayat sering jajan di sekolah diakui.
Setelah Masuk Rumah Sakit
1 hari setelah dirawat dirumah sakit anak masih dalam keadaan lemas, sudah tidak
panas, masih sedikit pusing, badan masih terasa pegal-pegal, lengan bahu kiri masih
terasa nyeri, masih mual tapi tidak muntah, masih nyeri ulu hati, nyeri tekan perut bagian
tengah, masih batuk tapi tidak pilek, perut masih terasa kembung, perut masih terasa sakit
(krues-krues), BAB 1x/ hari warna kekuningan, cair, tidak ada lendir dan darah, BAK
seperti biasa, nafsu makan dan minum masih berkurang, tidak mimisan, gusi tidak
berdarah, tidak nyeri sendi, dan tidak ada bintik-bintik merah.. Pada pemeriksaan
laboratorium darah rutin yang dilakukan pada hari pertama perawatan di rumah sakit,
didapatkan adanya hemokonsentrasi dan jumlah trombosit yang jauh dibawah dibawah
normal.
2 hari setelah dirawat dirumah sakit masih sedikit pusing, badan masih terasa pegal-
pegal, masih mual, masih nyeri ulu hati dan nyeri tekan perut bagian tengah, masih
sedikit batuk, perut sudah tidak kembung, BAB 1x/ hari warna kekuningan, sudah
lembek, tidak ada lendir dan darah, BAK seperti biasa, nafsu makan dan minum masih
sedikit, tidak mimisan, gusi tidak berdarah, tidak nyeri sendi, dan tidak ada bintik-bintik
merah. 2 hari pertama perawatan di rumah sakit, pasien dirawat di bangsal Merbabu. Di
hari itu juga pada saat dilakukan pemeriksaan pada pasien terdapat tanda-tanda syok
seperti kaki dan tangan dingin dingin, tekanan darah menuru dan setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah rutin pada hari ke 2 perawatan, didapatkan jumlah
trombosit kembali menurun dari hari sebelumnya sehingga pasien dipindah untuk dirawat
diruang Edelweiss agar bisa dipantau/ diawasi secara ketat.

d. Riwayat Penyakit Dahulu :


Anak tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Anak pernah panas tapi tidak
pernah sampai dirawat di rumah sakit. Riwayat alergi disangkal. Riwayat penyakit
bawaan disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan sekitar :


Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini dan tidak ada tetangga
maupun teman sekolah yang menderita seperti ini.

f. Riwayat kehamilan dan pemeliharaan Prenatal


Selama hamil, ibu rutin memeriksakan kandungnnya ke bidan > 4x dan obat-obatan
yang diminum tablet tambah darah, kalsium dan vitamin. Ibu mendapatkan suntikan
TT sebanyak 2x. Ibu menyangkal adanya riwayat trauma, riwayat di pijat, riwayat
tekanan darah tinggi dan kencing manis, riwayat minum jamu-jamuan selama
kehamilan.
Kesan : pemeliharaan prenatal baik

g. Riwayat Persalinan
Berat badan lahir dari ibu P2 A0, hamil aterm. Bayi lahir secara spontan, ditolong oleh
bidan. Bayi lahir langsung menangis dan berwarna merah. Berat badan bayi saat lahir
3100 gram, panjang badan 49 cm, ibu lupa lingkar kepala dan lingkar dada saat anak
lahir.
Kesan : neonatus aterm, vigrous baby.

h. Riwayat Keluarga Berencana


Ibu pasien secara teratur mengikuti program Keluarga Berencana IUD.

i. Riwayat Postnatal
Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat imunisasi dasar
lengkap.
j. Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x diberikan saat umur 1 bulan, Scar ( + ) di lengan kanan atas.
DPT : pernah, 3 x.
Polio : pernah, 4x.
Hepatitis B : pernah, 4 x.
Campak : pernah, 1 x.
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur tanpa bukti KMS.

k. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak


Riwayat pertumbuhan
Berat badan saat lahir 3100 gram dan panjang badan saat lahir 49 cm. Berat badan
sekarang 12 kg dan panjang badan saat ini adalah 95 cm.
Riwayat perkembangan
Senyum : ibu lupa
Miring : ibu lupa
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : ibu lupa
Gigi keluar : ibu lupa
Merangkak : ibu lupa
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 12 bulan
Lari : ibu lupa
Bicara : 15 bulan
Saat ini anak berusia 4 tahun, anak berada dalam tingkat pendidikan PAUD. Tidak
ada gangguan perkembangan mental dan emosi.
Kesan : pertumbuhan gizi kurang dengan perawakan kurus dan perkembangan anak
sesuai dengan umur.

l. Riwayat Makanan dan Minuman


- 0 6 bulan :ASI semau anak + 12x sehari.
- 6 bulan 9 bulan :ASI semau anak, bubur nasi , sayur, dan lauk lunak
(telur/ati/ikan) 3x sehari @ mangkok kecil tidak habis dimakan. Ati dan ikan
jarang diberikan. Di beri bubur susu promina tidak mau.
- 9 bulan sekarang :ASI, bubur nasi, sayur, dan lauk lunak (telur/ati/ikan) 3x sehari
@ 1 mangkok kecil habis dimakan.
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi 3x/hari @ 1 piring
Sayur 1-2x/hari, porsi tidak teratur
Daging/ayam 1-2x/minggu, porsi tidak teratur
Telur 1-2x/hari, porsi tidak teratur
Ikan 1x/minggu @ 1 potong
Buah 2x/minggu, porsi tidak teratur
Tempe/tahu 1x/hari @ 1 potong
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan cukup.

m. Riwayat Keluarga Berencana


Ibu pasien sedang mengikuti KB IUD sejak pasien berusia 6 bulan.

n. Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai PNS. Ibu pasien tidak bekerja. Menanggung 2 orang
anak yang belum mandiri.
Biaya pengobatan ditanggung BPJS Kelas I.
Kesan : Sosial ekonomi mampu.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 11 Februari 2016, pukul 10.00 WIB di bangsal Dahlia.
Kesan umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, lemah, gizi baik dan tidak tampak tanda
perdarahan spontan.
Tanda-tanda vital
Nadi : 92 x / menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20x / menit
Suhu : 38,0 0C (axilla)
Status Internus
Kepala : Mesocephale, Rambut hitam tidak mudah dicabut.
Rambut : Rambut hitam terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut.
Mata : Oedem palpebra (-/-) conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Hidung : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-) secret (-/-)
Telinga : Discharge (-/-)
Mulut : bibir kering (+), lidah kotor (-), tepi hiperemis, tremor perifer lidah
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Tenggorok : T0-T0, hiperemis (-), detritus melebar (-), faring hiperemis (+)
Thorax
o Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak melebar, teraba di ICS V 2 cm medial linea
midclavicularis sinistra.
Perkusi: Redup
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea mid clavicula sinistra
Kesan : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

o Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra = hemithorax sinistra, Retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra.
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara Dasar : vesikuler
Suara Tambahan : rhonki (-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-)
Abdomen
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Timpani (+), pekak alih(-), pekak sisi(-)
o Palpasi : Supel, nyeri tekan pada regio epigastrium (+), defance muskular (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : Laki-laki, fimosis (-)
Anorektal : Dalam batas normal

Ekstremitas Superior Inferior


Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
CRT <2 <2

Kulit : petechie (-), uji rumple leed (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 11 Februari 2016


Darah
Hb : 11.4 gr/ dl (Normal : 11.5-13.5g/dL)
Hematokrit : 33.1 % (Normal : 34-40%)
Jumlah leukosit: 8000/uL (Normal : 4.8-10.8/uL)
Jumlah Trombosit: 96000/uL (Normal : 150.000-400.000)
Kesan: Trombositopenia

V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri :
Status Gizi
Anak perempuan usia 4 tahun
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 95 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :

WAZ = BB - Median = 12 16.0 = -2.35 SD ( Gizi Kurang)


SD 1.70
HAZ = TB - Median = 95 101.6 = -1.65 SD ( Normal )
SD 4.00

WHZ = BB - Median = 12 14.5 = -2.03 SD ( Gizi Kurang)


SD 1.2

Kesan : Keadaan gizi anak kurang dengan perawakan normal.

VI. RESUME

Telah diperiksa seorang anak perempuan usia 4 tahun berat badan 12 kg, dengan keluhan
demam sejak 4 hari yang lalu. Demam tanpa disertai kejang ataupun menggigil. Anak juga
mengeluh mual tanpa muntah dan nyeri perut di ulu hati. Nafsu makan anak berkurang,
namun anak masih mau minum. Anak juga malas beraktifitas, sehari-hari hanya tidur-
tiduran. Buang air besar terakhir 3 hari yang lalu, sedangkan buang air kecil seperti biasa,
tidak ada nyeri saat buang air kecil. Anak atau anggota keluarga bukan berasal dari daerah
endemis malaria dan tidak pernah berpergian ke daerah endemis malaria. Riwayat sering
batuk tidak sembuh-sembuh disangkal, riwayat demam semlenget lebih dari 3 minggu
disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau turun disangkal, riwayat kontak dengan
penderita batuk lama atau berdarah disangkal, riwayat berkeringat pada malam hari
disangkal. Riwayat kencing seperti biasa, warna kuning jernih dan jumlah cukup. Saat
kencing anak juga tidak rewel dan tidak menangis. Riwayat kencing tidak puas (anyang-
anyangan) disangkal. Riwayat sering jajan di sekolah diakui. Riwayat mendapat imunisasi
thypoid dissangkal. Tidak ada anggota keluarga atau tetangga yang mengalami keluhan
serupa.
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 11 Februari 2016 didapatkan :
Kesan umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang, kurang aktif, tampak lemas, gizi kurang.
Tanda-tanda vital
Nadi : 92 x / menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24x / menit
Suhu : 36 0C (axilla)
Patologis
Mulut : bibir kering, lidah kotor di tengah, tepi hiperemis, tremor pada perifer
lidah
Abdomen : nyeri tekan di kuadran epigastrium (+)
Kulit : rumple leed (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 11 Februari 2016
Darah
Kesan: trombositopenia
Widal : tes widal (+)

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Observasi febris :
DHF
Malaria
Infeksi saluran kemih
Chikungunya
2. Status gizi kurang

VIII. DIAGNOSIS SEMENTARA


I. DHF Grade I
II. Status gizi kurang

IX. INITIAL PLAN

DHF Grade I
- Ip. Dx :
i. S: -
ii. O: foto thorax RLD, Dengue IgM-IgG

- Ip. Tx :
i. Infus RL
= 7 cc x 12 kg x 15 = 21 tpm makro
60
ii. Inj. Ranitidin 2 x 10 mg

iii. Parasetamol
Dosis parasetamol: 10 15 mg/kgBB/kali, maksimal 6 kali pemberian
Dosis anak kg: 120 180 mg
Dosis harian: 3 x 1 cth

- Ip. Mx: Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok, perdarahan, Hb,
Ht, trombosit tiap
hari
- Ip. Ex:
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa anak mengalamai demam berdarah sehingga
terapi yang dilakukan adalah terapi cairan dan obat penurun panas. Pemberian cairan
dilakukan lewat infus dan dipantau secara ketat.
- Menjelaskan rencana program pemeriksaan bahwa anak akan diambil darahnya setiap
hari untuk mengetahui perkembangan penyakit maupun perbaikan kondisi.
- Berkerja sama dengan orang tua dalam mengawasi tanda-tanda bahaya seperti sakit
perut, nyeri tekan pada perut, muntah terus-menerus, perdarahan mukosa (mimisan,
gusi berdarah, bintik-bintik di kulit seperti digigit nyamuk), penumpukan cairan
(sesak, kelopak mata bengkak, perut membesar), lemah, kaki dan tangan dingin, buang
air kecil berkurang.
- Menganjurkan agar anak banyak makan dan minum
- Kompres dengan air hangat bila anak panas
- Menghimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan 4M plus: Menguras
tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-barang
bekas, dan memantau jentik. Abatisasi pada kolam atau tempat penampungan air yang
sulit dikuras, dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik, bubuk abate
dapat dibeli di apotek.

XI. PROGNOSA
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad fungsionam : Ad bonam
- Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM BERDARAH DENGUE

A DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN 4. (5)

B ETIOLOGI
Virus dengue termasuk dalam kelompok arbovirus B dikenal 4 serotipe virus
dengue yaitu serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti
(6,7)
. Sampai saat ini masih dianut teori The Secondary Heterologis Infectiun Hypothesis
(Infeksi Sekunder) yang mengatakan bahwa seseorang akan menderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) apabila mendapatkan infeksi berulang oleh serotipe virus dengue yang
(5)
berbeda dalam jangka waktu tertentu yang berkisar antara 6 bulan-5 tahun . Infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Virus dengue juga
dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aehopictus dan Aedes Polynesiensy meski vektor ini
kurang berperan (7).
C MANIFESTASI KLINIS(8)
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimptomatik, penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue,
demam berdarah dengue, sampai dengue syok syndrome.

1.Demam dengue (DD) dengan atau tanpa perdarahan. Kondisi ini ditandai dengan demam
akut selama 2-7 hari, disertai 2 atau lebih gambaran klinis berupa nyeri kepala, nyeri di
belakang bola mata, nyeri otot/sendi,mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam berbentuk
makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari), kemudian menghilang
tanpa bekas dan selanjutnya timbul kembali ruam merah halus pada hari ke-6 dan 7
terutama di daerah kaki, telapak kaki, dan tangan, disertai halo putih dan terasa gatal
(convalescent rash).

2 Demam berdarah dengue (DBD) dengan atau tanpa terjadinya syok/renjatan. Renjatan adalah
kegagalan sirkulasi akibat adanya kebocoran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya plasma dalam pembuluh darah.
Diagnosis DBD menurut WHO 1997 berdasarkan kriteria :

Kriteria Klinis:

1 Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari.


2 Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut : uji bendung positif (=adanya
minimal 20 buah bintik-bintik perdarahan di kulit lengan dalam diameter 2,5 cm 2 setelah
dilakukan pembendungan aliran darah selama 5 menit), perdarahan mukosa seperti gusi
berdarah atau mimisan, perdarahan bawah kulit, perdarahan saluran cerna.
3 Pembesaran hati
4 Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat, disertai tekanan nadi menurun ( 20
mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sisitolik 80 mmHg), disertai kulit yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.
Kriteria laboratoris:

1 Kadar trombosit < 100.000/uL.


2 Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb :
Hematokrit meningkat > 20 % dari standard sesuai umur dan jenis kelamin
Hematokrit menurun > 20 % setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan
hematokrit sebelumnya.
Adanya tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura (cairan di pembungkus paru-
paru), asites (cairan dalam rongga perut), kadar protein darah menurun.
Diagnosis ditegakkan bila didapatkan 2 atau lebih gejala klinis disertai
trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit. Efusi pleura dan atau
hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemi dan atau terjadi
perdarahan. Pada kasus syok, adanya peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia
mendukung diagnosis DBD.

Manifestasi perdarahan pada penderita DBD pada fase awal mungkin masih belum
tampak, demikian pula hasil pemeriksaan darah tepi (Hb, Ht, leukosit dan trombosit)
mungkin masih dalam batas-batas normal, sehingga sulit membedakannya dengan gejala
penyakit infeksi akut lainnya. Perubahan ini mungkin terjadi dari saat ke saat berikutnya.
Maka pada kasus-kasus yang meragukan dalam menentukan indikasi rawat diperlukan
observasi/ pemeriksaan lanjutan.

Pada seleksi pertama diagnosis ditegakkan berdasarkan atas anamnesis dan


pemeriksaan fisis serta hasil pemeriksaan Hb, Ht, dan jumlah trombosit.
Berdasarkan beratnya penyakit, WHO pada tahun 1997 membagi DBD menjadi 4
derajat yaitu :

DERAJAT GEJALA
1 Demam dll disertai uji bendung positif.
2 Demam dll dengan adanya perdarahan spontan seperti
mimisan atau perdarahan saluran cerna.
3 Gejala demam dll disertai kegagalan sirkulasi darah
yang ditandai dengan tekanan darah menurun, nadi
cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab, tampak
gelisah
4 Syok berat dimana tekanan darah tidak terukur dan
nadi tidak teraba (Dengue Syok Syndrome/DSS)

D PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis DHF hinga kini belum diketahui
secara pasti. Akan tetapi sebagian besar ahli masih menganut The Secondary Heterologius
Infection Hypothesis, yaitu bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang
telah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali mendapat infeksi ulangan dengan tipe
virus yang berlainan dan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang
selanjutnya:
- Akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat C3 dan C5
menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui dinding endotel.
- Mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis,
sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat
dan perdarahan.

E PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah.
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (WHO, 2006)

Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.

F PENATALAKSANAAN
1 Strategi Pengobatan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatis yang didasarkan adanya
perubahan patofisiologi berupa kebocoran plasma dan perdarahan(10).

Tujuan penatalaksanaan DBD dan DSS untuk memperbaiki sirkulasi,


meningkatkan volume plasma dan mencegah timbulnya desiminata intravaskuler
koagulasi (DIC). Jenis cairan dan jumlah yang diberikan merupakan nilai keberhasilan
pengobatan(10).
2 Jenis Cairan yang diberikan
a Larutan Kristaloid
Menurut rekomendasi WHO cairan yang dapat diberikan pada penderita
DHF ialah : Dextrose 5 % dalam larutan Riner Laktat (DS/RL), dextrose 5 %
dalam larutan Ringer Asetat (DS/RA) atau Dextrose 5 % dalam 0,5 Saline
fisiologis (D5-0,5 S) (11).
Cairan yang dianjurkan ialah Dextrose 5 %-0,5 saline (D5 0,5 S).
pemilihan larutan ini karena berdasarkan pertimbangan bahwa pada DHF
perbedaan tekanan osmotik terdistribusi ke ruangan interstitial. Dengan pemberian
D5 %-0,5 Saline yang bersifat hiperosmotik (432 m osm/L) dapat mengurangi
distribusi cairan ke ruangan interstitial. (10)
b Larutan Koloid
Untuk mengatasi syok, selain pemberian cairan kristaloid perlu juga
diberikan cairan koloid yang dapat bertahan lebih lama dalam sirkulasi. Cairan
yang direkomenadikan WHO ialah Dextran 40, plasma dan albumin

3 Penatalaksanaan Rawat Inap


a Tindakan Umum
1 Manipulasi minimal
Tindakan masif dan pengukuran tekanan darah yang dilakukan berulang-
ulang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan vaskuler.

2 Pemantauan secara teratur dan berkala terhadap keadaan umum dan vital sign
(tensi, nadi dan respirasi).
3 Pengawasan terhadap hematokrit dan angka trombosit.

b Penatalaksanaan Kasus Tersangka DBD


Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu :
1 Adalah tanda kedaruratan yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir, tangan
dan kaki dingin, kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran
menurun, muntah darah, berak hitam, maka pasien perlu dirawat (tatalaksana
disesuaikan).
2 Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji torniquet dan hitung
trombosit :
a Bila uji torniquet positif dengan trombosit 100.000 /UL, pasien dirawat
untuk observasi (tatalaksana DBD deraja I).
b Bila uji torniquet negatif dengan trombosit 100.000 /UL atau normal,
pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari
sampai suhu turun. Nilai gejala klinis dan lakukan pemeriksaan Hb, Ht
dan trombosit setiap kali selama anak masih demam. Bila terjadi
penurunan kadar Hb dan atau peningkatan kadar Ht, segera dirawat.
Pasien dianjurkan minum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus
buah dan lain-lain, serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol.
Bila keadaan klinis memburuk (gelisah, ujung hati (tangan dingin) segera
ke rumah sakit).
3 Jika dalam 2 hari demam tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti
perdarahan, muntah gelisah, lemah, dianjurkan segera dibawa berobat ke
dokter atau puskesmas dan rumah sakit.
Tatalaksana Penderita Tersangka DBD
Tersangka DBD

demam tinggi, mendadak terus-menerus


<7 hari tidak disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah & lesu

Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan


periksa uji
tanda syok tourniquet
muntah terus-menerus
kejang
kesadaran menurun
muntah darah uji torniquet (+) uji torniquet (-)
berak hitam

jumlah trombosit jumlah trombosit Rawat jalan


? 100.000/l > 100.000/l
parasetamol
kontrol tiap hari sampai
Rawat jalan demam hilang
Rawat inap
minum banyak 1,5-2 liter/hr
parasetamol
nilai tanda klinis,
kontrol tiap hari sampai demam turun
periksa trombosit &
periksa Hb, Ht, trombosit tiap kali
Ht bila demam
menetap setelah
Perhatian untuk orang tua: hari sakit ke-3
pesan bila timbul tanda syok, yaitu
gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, nyeri
perut, berak hitam, bak kurang

Lab. Hb & Ht naik,


Trombosit turun

Segera bawa ke rumah sakit

c Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat I dan II Tanpa Peningkatan Hematokrit (11)


Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji torniquet pasif (DBD
derajat I) atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBD
derajat II) dapat dikelola sebagai berikut :

1 Apabila pasien masih dapat minum, berikan minum banyak 1-2 liter/hari atau
1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah
air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu atau oralit. Obat antipiretik
(parasetamol) diberikan bila suhu > 38,5 C. Pada anak dengan riwayat
kejang dapat diberikan obat anti konvulsif.
2 Apabila pasien tidak dapat minum atau muntah terus-menerus, sebaiknya
diberikan infus NaCl 0,9 % dan Dextrosa 5 % (1 : 3) dipasang dengan tetesan
rumatan sesuai berat badan. Di samping itu, perlu dilakukan pemeriksaan Hb,
Ht dan trombosit setiap 6-12 jam.
3 Pada tindak lanjut, perhatikan tanda syok, raba hati setiap hari untuk
mengetahui pembesarannya oleh karena pembesaran hati yang disertai nyeri
tekan berhubungan dengan perdarahan saluran cerna. Diuresis diukur tiap 24
jam dan amati perdarahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht dan trombosit diperiksa
tiap 6-12 jam.
4 Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laboratoris, anak
dapat dipulangkan, tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit
menurun, maka infus cairan ditukar dengan ringer laktat dan tetesan
disesuaikan.
Tatalaksana DBD Derajat I dan II tanpa peningkatan hematokrit

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit

Gejala Klinis:
demam 2-7 hari
uji tourniquet positif atau perdarahan spontan
Laboratorium:
Hematokrit tidak meningkat
trombositopeni (ringan)

Pasien tidak dapat minum


Pasien masih dapat minum
Beri minum sebanyak 1-2 liter/hari Pasien muntah terus-menerus
atau satu sendok makan tiap 5 menit
Jenis minuman: air bening, teh manis,
sirup, jus buah, susu, oralit. Pasang infus NaCl 0,9%:
Bila suhu >380C beri parasetamol dekstrosa 5% (1:3), tetesan rumatan sesuai
Bila kejang beri obat antikonvulsif berat badan
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam

Monitor gejala klinis dan laboratorium


Perhatikan tanda syok
Palpasi hati setiap hari Ht naik dan atau trombosit turun
Ukur diuresis setiap hari
Awasi perdarahan
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam
Infus ganti ringer laktat (RL)
(tetesan disesuaikan)

Perbaikan klinis dan laboratoris

Pulang (kriteria pulang)


- tidak demam selama 24 jam tanpa antiprelik
- nafsu makan membaik
- secara klinis tampak perbaikan
- Ht stabil
- tiga hari setelah syok teratasi
- jumlah trombosit > 50.000/ml
- tidak dijumpai distres pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
d Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat II Dengan Peningkatan Hemokonsentrasi
20 % (11).
Pasien DBD derjat II apabila dijumpai demam tinggi, terus-menerus
selama 7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan (paling
tersering perdarahan kulit dan mukosa, yaitu petekie atau mimisan) disertai
penurunan kadar hematokrit.
Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid ringer laktat/ringer
asetat/NaCl 0,9 % atau dekstrose 5 % dalam ringer laktat/NaCl 0,9 % 6-7
ml/kgBB/jam, monitor tanda-tanda vital dan kadar hematokrit serta trombosit tiap
6 jam, selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
1 Apabila selama observasi keadaan umum membaik, yaitu darah stabil tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup dan kadar Ht
cenderung turun minimal dalam 2 x pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan
dikurangi menjadi 5 ml/kg BB/jam. Apabila dalam obstruksi selanjutnya
tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam dan
akhirnya cairan dihentikan pada 24-48 jam.
2 Perlu diingat bahwa sepertiga kasus akan jatuh ke dalam syok. Maka apabila
keadaan klinis pasien tidak ada perbaikan, anak tampak gelisah, diuresis
kurang, tekanan nadi memburuk < 20 mmHg, serta peningkatan Ht,
maka tetesan diberikan menjadi 10 ml/KgBB/jam. Apabila belum terjadi
perbaikan klinis setelah 12 jam, cairan dinaikkan lagi menjadi 15
ml/KgBB/jam. Kemudian dievaluasi 12 jam lagi. Apabila distress pernafasan
menjadi lebih berat dan atau Ht naik maka berikan cairan koloid 20-30
ml/KgBB/jam, tetapi bila Ht turun, berikan transfusi darah segar 10
ml/KgBB/jam. Bila keadaan klinis membaik, maka cairan disesuaikan.
Tatalaksana DBD Derajat I dan II dengan peningkatan Hematokrik 20%.

e Penatalaksanaan Kasus DSS atau DBD Derajat III dan IV (11)


Dengue syok syndrome ialah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat, nadi teraba
kecil, lambat atau tidak teraba, tekanan nadi turun (misalnya sistolik 90 dan
diastolik 80 mmHg, jadi tekanan nadi 20 mmHg, bibir biru, tangan kaki dingin
dan tidak ada produksi urin.
1 Segera beri infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9 %) 20 ml/KgBB.
Secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit), dan oksigen 2 l/menit.
Untuk DSS berat (DHF derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak teratur),
diberikan ringer laktat 20 ml/KgBB bersama koloid. Observasi tensi dan
nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit
dan gula darah.
2 Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
dilanjutkan 20 ml/KgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid
(dekstran 40) sebanyak 10-20 ml/KgBB, maksimal 30 ml/KgBB (koloid
diberikan pada jalur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan
secepatnya). Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi setiap
15 menit dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis. Elektrolit dan
gula darah.
a Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi
> 20 mmHg, nadi urut, maka tetesan cairan dikurangi menjadi
10 /UL/KgBB/jam. Volume 10 ml/KgBB/jam dapat dipertahankan
sampai 24 jam atau sampai klinis stabil dan hematokrit menurun < 40 %.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/KgBB sampai keadaan klinis
dan hematokrit stabil, kemudian secara bertahap cairan
diturunkan 5 ml dan seterusnya 3 ml/KgBB/jam. Dianjurkan
pemeriksaan cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi
klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin dikerjakan tiap jam (usahakan
urin > 1 ml/KgBB/jam, berat jenis urin < 1,020) dan pemeriksaan
hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik.
b Apabila syok belum teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun tetapi
masih > 40 % berikan darah dalam volume kecil 10 ml/kgBB. Apabila
tampak perdarahan masif, berikan darah segar 20 ml/kgBB dan lanjutkan
cairan kristaloid 10 ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan
5-8 cm H2O) pada syok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan
pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.
Tata laksana DBD Grade III dan IV /DSS
4 Kriteria Memulangkan pasien (11)
Pasien dapat dipulangkan apabila semua keadaan di bawah ini :

a Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.


b Nafsu makan membaik.
c Tampak perbaikan secara klinis.
d Hematokrit stabil.
e Tiga hari setelah syok teratasi.
f Trombosit > 50.000 /UL.
g Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).
BAB IV
PEMBAHASAN

Ilustrasi Kasus dan Diagnosis


Pada kasus ini pasien An. C. A. T didiagnosis menderita Demam Berdarah Dengue
Grade I, setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis didapatkan demam tinggi, mendadak selama 4 hari, terus menerus, didapatkan pula
gejala sistemik berupa lemas, mual nyeri perut. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu saat tiba
di rumah sakit 38,0 derajat celcius (fase demam turun-saddle back fever), nadi cepat 100x/menit
dengan isi dan tegangan cukup. Pada pemeriksaan didapatkan adanya uji tourniquet hasil (+).
Pada pemeriksaan penunjang hematokrit menurun sebagai tanda terjadinya perembesan plasma,
serta trombositopenia yang memacu adanya perdarahan. Dari tanda dan gejala yang didapatkan
pasien kemungkinan menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) / Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF).

Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila hal ini terpenuhi:

Kriteria Klinis:
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari.
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut : uji bendung positif
(=adanya minimal 20 buah bintik-bintik perdarahan di kulit lengan dalam diameter
2,5 cm2 setelah dilakukan pembendungan aliran darah selama 5 menit), perdarahan
mukosa seperti gusi berdarah atau mimisan, perdarahan bawah kulit, perdarahan
saluran cerna.
3. Pembesaran hati
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat, disertai tekanan nadi menurun ( 20
mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sisitolik 80 mmHg), disertai kulit yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.
Kriteria laboratoris:
1. Kadar trombosit < 100.000/uL.
2. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb :
Hematokrit meningkat > 20 % dari standard sesuai umur dan jenis kelamin
Hematokrit menurun > 20 % setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan
hematokrit sebelumnya.
Adanya tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura (cairan di pembungkus paru-
paru), asites (cairan dalam rongga perut), kadar protein darah menurun.
An C.A.T sudah memenuhi kriteria di atas, demam 2-7 hari (an. C.A.T
menderita demam 4 hari), trombosit < 100.000/ml (trombosit an. C.A.T 96.000/ ml).
Hematokrit menurun >20% (Ht An. C.A.T 33) Jadi an. C.A.T dapat di diagnosis DBD.
Untuk lebih spesifik guna penatalaksanaan yang tepat WHO mengklasifikasikan
DHF menjadi 4 grade/derajat :
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut
kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai kasus yang terjadi dan tinjauan pustaka yang
ada maka pada laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, yang dilakukan telah tepat dan mengarah ke diagnosis penyakit,
yaitu Demam Berdarah Dengue Grade I, dan penatalaksanaan yang dilakukan telah tepat
dan sesuai dengan kepustakaan yang ada.
Karena itu untuk prognosis pada pasien ini yang dirasa tepat adalah dubia ad
bonam, kerena pasien dapat saja jatuh dalam kondisi syok, dan dapat pula membaik bila
penanganannya tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku kuliah : Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 2 : Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2002 : 593-598
2. Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB
Saunders Co. 2004: 916-919.
3. Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2004 : 1362-
1363
4. Berman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2.
1996 : 970-973.
5. Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008 :368-375
6. Demam tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto
Mangunkusumo. 2007 : 173 -176.
7. http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
8. http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm
9. http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/
10. http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview
11. http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538
12. http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201
13. Rauf S, Artati RD, Meylani. Standar Pelayanan Medik. Ilmu Kesehatan Anak. Universitas
Hasanuddin. Makassar : FK-Unhas. 2009
14. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih SE. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi 3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNPAD. RS.
Hasan Sadikin. 2005. H. 247-54
15. Anonim. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. [serial online] 2013. [cited 2013 july 13].
Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
16. Hassan R, Alatas H, Latief A, Napitipulu PM,Pudjiadi A, Ghazali MV, et al, editors. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Edisi 11. Jakarta : Infomedika Jakarta : 2007 H. 607-
22.
17. Rahayu, Hilmanto D, Setiabudi D. Golongan Darah AB sebagai Faktor Risiko Sindrome
Syok Dengue pada Anak. [serial online] 2008. [cited 2013 july 13]. Available from :
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/602/593
18. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi pada Demam Berdarah Dengue. [serial
online] 2009. [cited 2013 july 13]. Available from :
http://www.dexamedica.com/images/publication_upload090324152955001237863562medi
cinus_maret-mei_2009.pdf
19. Anonim. Refarat Demam Berdarah Dengue. [serial online] 2013. [cited 2013 juli 13].
Available from :http://id.scribd.com/document_downloads/direct/118000858?
extension=pdf&ft=1373732753&lt=1373736363&user_id=30121162&uahk=ZL3i+Bmtcu
gyPR8lkyzMqhxKN5A

Anda mungkin juga menyukai