Anda di halaman 1dari 33

Seksi P2PM

Dinkesprov Jatim
 Pendahuluan

 Epidemiologi

 Situasi Leptospirosis
LEPTOSPIROSIS/ Weill’s Disease

Disebabkan oleh bakteri Leptospira sp


Genus Leptospira terdiri atas:
- Leptospira interrogan (bersifat patogen)
- Leptospira biflexa (non patogen)
-Serologi : > 240 serovars
-Molekuler : genomospecies
Sejumlah serovar / strain diberi nama dengan
nama “Indonesia” (nama orang, tempat dsb)

sarmin, salinem, paidjan, sentot

hardjoprajitno, rachmat, djasiman

medanensis, samaranga, bataviae,

javanica, bindjei, bangkinang etc.


EPIDEMIOLOGi
Distribusi & Insiden

Studi seroprevalensi di Indonesia

Leptospirosis: endemik di Indonesia !

Jawa : Tengah, Barat, Timur, dan Yogyakarta

Sumatra : Utara, Barat, Selatan, Lampung, Bengkulu

Sulawesi : Utara, Selatan.

Kalimantan : Barat, Timur

Bali, Nusa Tenggara Barat


Transmisi Leptospira sp : rodent/mamalia-lingkungan-manusia

www.glean-lepto.org
Transmisi Leptospira dari binatang ke manusia

 Biasanya melalui air yang terkontaminasi bakteri atau


tanah yang lembab
 Bakteri Leptospira masuk ke tubuh manusia memalui
kulit yang luka, lecet atau selaput lendir (mata, mulut,
nasofaring atau esofagus)
 Leptospira dikeluarkan melalui urin binatang yang sakit
atau pembawa bakteri (karier) kedalam lingkungan
 Untuk kehidupan optimal, bakteri Leptospira perlu
lingkungan hidup beriklim hangat dan lembab
HOST :
• Hewan mamalia (Sapi,
Babi, Kuda, Domba,
Kucing, Tikus, anjing
• Manusia

AGENT : Leptospira
intterogans
• 172/200 serovar  19/20
ENVIRONMENT :
serogroup
• Lembab • Kondisi baik : 193 hari
• Banjir • Kering/buruk : 30 menit
• PH 6 – 8 • Urin babi : 60 hari
• Suhu optimum 28 – 30 oC • Urin sapi + air : 35 hari
• Mati pada suhu <7 – 10 • Susu Sapi 30 menit
oC, > 34 – 36 oC • Susu + air : 60 hari
• Mati : panas matahari, sabun,
detergen, desinfektan
 Masa inkubasi leptospirosis :
◦ Antara 2 – 30 hari
 Biasanya rata rata 7 – 10 hari
 AGENT : jumlah, virulensi, patogenitas
kuman

 HOST : kebersihan diri, gizi,usia, jenis


kelamin, sosial ekonomi, luka,
pekerjaan dll

 LINGKUNGAN : genangan air, banjir,


lingkungan budaya,
lingkungan sosial ekonomi
Ʃ TIKUS PCR (+)
TH TRAP
KABUPATEN TERTANG LEPTOSPIRA KET
SUKSES (%)
KAP (%)
2013 BANGKALAN 6 15 16,7 WILAYAH BANJIR

BLITAR 5 10 0

SAMPANG 47 15,7 7,2

KAB. MALANG 9 18 11
2014 LUMAJANG 11 14 0

NGAWI 4 10 50

SAMPANG 22 44 45,5

PONOROGO 8 26,7 0
Ʃ TIKUS TRAP PCR (+)
TH
KABUPATEN TERTANG SUKSES LEPTOSPIRA KET
KAP (%) (%)

2015 GRESIK 8 20 37,5 LEPTOSPIRA PATOGEN,


WILAYAH BANJIR

PACITAN 10 25 70 BUKAN WILAYAH


BANJIR
LEPTOSPIRA PATOGEN
PONOROGO 17 24,2 64,7 BUKAN WILAYAH
BANJIR
LEPTOSPIRA PATOGEN
( URIN KAMBING , SBR
AB LOKASI KASUS )

PAMEKASAN 20 50 70 LEPTOSPIRA
PATOGEN, WILAYAH
BANJIR
Kasus Leptospirosis
Provinsi Jawa Timur tahun 2011 s/d Agustus 2018

2018 (sampai dengan


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
AGUSTUS 2018)
No Kabupaten

P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR


0
1. Ponorogo 30 3 9.7 26 1 3.8 26 0 0.0 0 #### 9 0 0.0 1 0 0.0 12 3 25 0 0 0
0 0 0
2. Sampang 0 0 #### 0 0 #### 96 9 9.4 32 0.0 #### 32 4 12.5 34 0 0.0 73 0 0
0 0 0 1
3. Tulungagung 0 0 #### 2 0 0.0 0 0 #DIV/0! 0 #### #### 0 0 #### 0 0.0 0 0 0
0 0 0
4. Trenggalek 0 0 #### 0 0 #### 1 1 100.0 0 #### #### 1 0 0.0 0 0 #### 2 2 100.0
0 0 0
5. Kota Malang 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 #### #### 322 2 0.6 0 0 #### 0 0 0
0 0 0
6. Malang 0 0 #### 0 0 #### 4 0 0.0 0 #### #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 0
0
7. Gresik 7 7 #### 16 3 18.8 1 1 100.0 14 0.0 15 0 0.0 0 0 #### 0 0 #### 10 2 20.0
0 0 0
8. Surabaya 4 0 0.0 0 0 #### 7 0 0.0 0 #### #### 34 0 0.0 0 0 #### 4 0 0.0
0 0 0
9. Lumajang 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 #### #### 2 0 0.0 0 0 #### 4 0 0
0 0 0 52
10 Pacitan 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 #### #### 6 4 66.7 11 21.2 14 2 14

11 Magetan 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0 1 0 0

12 Kota Probolinggo 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 9 2 22.2 6 3 50.0

13 Bondowoso 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 2 0 0.0 0 0 0

14 Kab Probolinggo 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0 11 1 9.0

15 Kab Ngawi 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0
16 Kab Kediri 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0
17 Sumenep 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0.0
18 Jember 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0.0

Total 42 10 23.8 44 4 9.1 135 11 8.1 46 0 0.0 24 0 0.0 398 10 2.5 109 13 11.9 128 12 9,4
Jumlah kasus Leptospirosis thn 2018
Kediri, 1

Gresik, 10 Surabaya, 4

Kota. Probolinggo, 6

Probolinggo, 11

Trenggalek, 2
Ngawi, 1
Sampang, 73
Pacitan, 14

Sumenep, 1
Magetan, 1
Lumajang, 4
Jember, 1
Jumlah kasus leptospirosis thn 2018

120

100 100 100 100

80
73

60
Jumlah kasus
50
Meninggal
40 CFR(%)

20 20
14
10 11
9
4 6 4
2 3 1 2 1 2 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
Masalah
• Terlambat diagnosis
• Kemampuan tenaga medis masih kurang dalam
deteksi dan penanganan kasus lepto berat
• Kesiapan RS kurang
• Over diagnosis  semua kasus di RDT
• Kurangnya PE yang mendalam
• Timbul kepanikan pada masyarakat dan petugas
• Pencatatan dan pengolah data masih kurang
Mengapa Leptospirosis
sering terlewatkan diagnosisnya ?
• Infeksi bersifat sub-klinis atau tidak spesifik
• Diagnosis klinis tidak mudah, terutama yang ringan
• Sering didiagnosis keliru sbg penyakit demam lain
• Dokter kurang menyadari, tidak berfikir kearah Dx
• Tes diagnostik (RDT) tidak tersedia secara luas
• Ketidaktahuan masyarakat ttg penyakit ini
Leptospirosis
manifestasi klinis

Sindrom klinis
Leptospirosis ringan atau non-ikterik 80-90%
 Flu-like atau demam akut
 Sebagian besar kasus di diagnosis sbg penyakit demam lain
(diagnosis banding: dengue, malaria, hanta, rickettsioses dll)
 Pasien mungkin tidak berobat

Leptospirosis berat atau ikterik 10-20%


Weil`s disease (Sindrom Weil)  CFR is 5 - 30%

Ikterus, perdarahan dan gagal ginjal adalah


indikator utama Leptospirosis berat
Jumlah kasus yang dilaporkan dibawah angka semestinya
Sebagian besar laporan dari RS (hospital-based report only)

Sebagian besar kasus bersifat atipikal, ringan, non ikterik)


 Tidak dikenal atau di diagnosis keliru  under-reported
Leptospirosis anikterik
mirip penyakit demam akut lain

Influenza Malaria tanpa komplikasi

Infeksi dengue HIV seroconversion illness

Infeksi hantavirus Rickettsiosis

Demam tifoid Infeksi mononukleosis

Meningitis Infeksi bakteri/virus lainnya


Tes diagnostik untuk leptospirosis
Lama sakit <10 hari Lama sakit >10 hari
Sens % Spec % Sens % Spec %
MAT 69 99 94 99
ELISA 57 96 84 99
RDT 66 93 81 96
Lateral Flow

Gold standard PCR dg target SecY gene HL Smits et al, 1997

RDT berdasarkan deteksi IgM anti Leptospira sp


sebaiknya digunakan untuk kasus/pasien dengan demam 5 hari keatas

RDT sebaiknya disediakan di Puskesmas/RS di daerah endemik Lepto


bagian paket pemeriksaan Lab untuk etiologi demam akut
Solusi
• Penguatan SDM,
• Sarana dan Prasarana Diagnosa
• Penyuluhan masyakat
• Kerja sama lintas sektor
• Penguatan surveilans
Tatalaksana Kasus
• Pengobatan dengan antibiotik yang sesuai
dilakukan sejak kasus SUSPEK DITEGAKKAN
secara klinis.

Terapi untuk Leptospirosis ringan :


Pilihan :
• Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari
• Kecuali : anak, ibu hamil, bila ada
kontraindikasi doksisiklin
Alternatif ( bila tidak dapat diberikan
Doksisiklin )
1. Amoksisilin 3 x 500/hari pada orang dewasa
2. Atau 10-20 mg/kgBB pada anak selama 7 hari
3. Bila alergi amoksisilin dapat diberikan
Makrolid
Terapi kasus leptospirosis berat
• Ceftriaxon 1 – 2 gram IV selama 7 hari
• Penisilin Prokain 1,5 juta unit IM per 6 jam
selama 7 hari
• Ampisilin 4 x 1 gram IV per hari selama 7 hari
• Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi
seperti gagal ginjal, pendarahan organ (paru,
saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok
dan gangguan neurologi
Profilaksis
Saat ini belum ada kebijakan kemenkes perihal
tatacara profilaksis, mengingat leptospirosis
apabila cepat dalam diagnosa relatif mudah
disembuhkan dengan antibiotik
Upaya yang sudah dilakukan Dinkes
Prov jatim
• 1. Membuat surat kewaspadaan Kejadian
Leptospirosis kepada Dinkes Kab/kota di
Jawa Timur
• 2. Menyediakan RDT kepada Dinkes/Rumah
sakit yang membutuhkan
• 3. Sosialisasi Leptospirosis kepada Dinkes
Kab/Kota melalui workshop, pertemuan
• 4. Pendampingan dalam penanggulangan KLB
Leptospirosis
Upaya yang akan dilakukan Dinkes
Prov Jatim
• 1. Bersurat lagi ke Dinkes Kab/Kota tentang
kewaspadaan Leptospirosis
• 2. Alokasi RDT Leptospirosis kepada Kab/Kota
yang belum pernah melaporkan kasus
Leptospirosis
• 3. Supervisi ke Dinkes/RS untuk dapat
menemukan dan mendiagnosa leptospirosis
• 4. Berkoordinasi dengan instansi lainnya
dalam upaya pencegahan dan
pengendalian Leptospirosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai