Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat
trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os
pubis (simpiolisis). (Mutaqqin, 2008)

B. Anatomi uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki laki
uretra berjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis
kebagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari
uretra prostatica. Uretra membranosa dan uretra kafernosa. Lapisan
uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa ( lapisan paling dalam ) dan
lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakng simpisis
pubis berjalan miring sedikit kearah anus, panjangnya ± 3-4 cm.
lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunikamuskularis ( sebelah luar
), lapisan spengelosa merupakan pleksus dari vena vena dan lapisan
mukosa ( laipsan sebelah dalam ). Muara uretra pada wanita terletak
pada sebelah atas vagina ( antara klitoris dan vagina ) dan uretra
disini hanya sebagai saluran ekskresi.

C. Etiologi
Etiologi terjadinya rupture uretra dapat disebabkan oleh cedera
eksternal yag meliputi fraktur pelvis atau cedera tarikan (shearing
injury). Selain itu,juga dapat disebabkan oleh cedera iatrogenic,seperti
akibatpemasangan kateter,businasi,dan bedah endoskopi.
Rupture uretra anterior biasana terjadi karena trauma tumpul
(paling sering terjadi) atau trauma tusuk. Dan terdapat sekitar 85%
kasus rupture uretra anteriorpars bulbosa akibat trauma tumpul.

1) Fraktur pelvis
Cedera uretra posteriorutamanya disebabkan oleh fraktur
pelvis. Yang menurutkejadianny,terbagi atas 3 tipe,yaitu:
a) Cedera akibat kompresi anterior-posterior
b) Cedera akibat kompresi lateral
c) Cedera tarikan vertical.

Pada fraktur tipe 1 dan 2 mengenai pelvis bagian


anterior dan biasanya lebih stabil bila dibandingkan dengan
fraktur tipe 3 dengan tipe tarikan vertical. Pada fraktur tipe 3 ini
seringkaliakibat jatuh dari ketinggian,paling berbahaaya dan
bersifattidak stabil. Fraktur pelvis tidak stabil (unstable) meliputi
cedera pelvis anterior disertai kerusakan pada tulang
posteriordan ligamentdi sekitar articulation sacroliaca sehingga
salah satu sisi lebih ke depan disbanding sisi lainnya (fraktur
malgaigne). Cedera uretra posterior terjadi akibat terkena
segmen fraktur atau paling serng karena tarikan ke lateral pada
uretra pars membranaceus dan ligamentum puboprostatika.

2) Cedera tarikan (shearing injury)


Cedera akibat tarikan yang menimbulkan rupture uretra di
sepanjang pars membranaceus (5-10%). Cedera ini terjadi
ketika tarikan yang mendadak akibat migrasike superior dari
buli-buli dan prostat yang menimbulkan tarikan di sepanjang
uretra posterior. Cedera ini juga terjadi pada fraktur pubis
bilateral (straddle fraktur) akibat tarikan terhadap prostat dari
segmen fragmen fraktur berbentuk kupu-kupu sehingga
menimbulkan tarikan pada uretra pars membraneceus

3) Cedera uretra karena pemasangan kateter


Cedera uretra karena kateterisasi dapat meneybabkan
obstruksi karena edema atau bekuan darah. Abses periuretral
atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Ektravasasi urin
dengan atau tanpa darah dapat lebih meluas. Pada
ekstravasasi ini, mudah timbul infiltrate urin yang
mengakibatkan sellulitis dan septisemia bila terjadi infeksi.
4) trauma langsung
a) Luka Tembak
b) Luka Tusuk

D. TANDA DAN GEJALA


1. Retensi urine
2. Keluarnya darah dari meatus uretra
3. Bengkak ato tenderness pada perineum atau skrotum
4. Hematom penis
E. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan
ekstravasasi bahan kontras uretografi retrograde pada
rupture posterior.
b. CT Scan
c. MRI

A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Noc : setelah dilakukan perawatn 3x24 jam kontrol nyeri dapat
meningkat dari skala 3 ( kadang-kadang) ke skala 5 ( konsisten
dengan indikator
1. Mengenali kapan nyeri terjadi
2. Mengendalikan faktor penyebab
3. Melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC :
1. Pemberian analgesik
2. Manajemen nyeri
3. Terapi musik
4. Pengaturan posisi
2. Resiko infeksi
Noc : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pemulihan
pembedahan penyembuhan dapat meningkatkan dari skala 2 ( akut
besar ) ke skala 5 ( tidak ada ) dengan indikator
1. Suhu tubuh
2. Integritas jaringan
3. Penyembuhan luka
Nic :
1. Perawatn sirkumsisi
2. Kontrol infeksi
3. Perawatan luka
4. Manajemen elektrolit / cairan

3 Kerusakan integritas jaringan


NOC: setelah dilakukan perawatn 3x 24 jam integritas jaringan kulit
dan membran mukosa dipertahankan pada skala 3 ( cukup )
ditingkatkan ke skala 5 ( tidak terganggu ) dengan indikator
1. Suhu tubuh
2. Nekrosis
3. Integritas kulit
NIC:
1. Manajemen cairan
2. Perawatan daerah sayatan
3. Perlindungan infeksi
4. Perawatan luka
4.Gangguan Eliminasi urine
NOC : setelah dilakukan perawatan 3x 24 jam eliminasi urine dapat
dipertahankan pada skala 3 (cukup ) ditingkatkan ke skala 5
( tidak tenganggu ) dengan indikator
1. Pola eliminasi
2. Warna urine
3. Nyeri saat berkemih
NIC :
1. Manajemen cairan
2. Bantuan perawatan diri
3. Kontrol infeksi
4. Pengecekan kulit

5. Ansietas

NOC : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam tingkat kecemasan


dapat dipertahankan pada skala 3 ( sedang ) ditingkatkan ke
skala 5 ( tidak ada ). Dengan indikator :
1. Tidak dapat berinstirahat
2. Perasaan gelisah
3. Gangguan tidur
4. Rasa cemas
NIC:
1. Penggurangan kecemasan
2. Terapi relaksasi
3. Terapi musik
4. Teknik menenangkan

Anda mungkin juga menyukai