EVANS SYNDROME
Pembimbing :
dr. Dina Garniasih, Sp. A
Disusun oleh :
Josephine Clara Meivina
07120120075
1.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di bangsal anak lantai 6 Rumah Sakit Umum Siloam
pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 10:25 WIB secara autoanamnesis dan
alloanamnesis dengan ibu pasien.
Keluhan Utama
Perdarahan pervaginam terus menerus sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit.
2
Nyeri dirasakan saat pasien mengeluarkan gumpalan darah dalam jumlah yang
banyak. Menurut pasien, dalam sehari pasien dapat merasakan nyeri perut sampai
dengan 5 kali yang hilang timbul. Keluhan mual dan muntah disangkal. Pasien
juga mengeluh adanya lebam berwarna kemerahan pada kaki, paha, dan tangan
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak menyadari hal tersebut sebelumnya sehingga
pasien tidak tahu lebam tersebut muncul di bagian tubuh yang mana awalnya.
Lebam ini tidak disertai dengan nyeri tekan dan riwayat trauma disangkal. Tiga
hari sebelum masuk rumah sakit, pasien juga mengatakan timbul bintik-bintik
berwarna kemerahan, di mana timbul di sekujur tubuh terutama kaki, paha, dan
tangan. Bintik-bintik ini muncul bersamaan berukuran kurang lebih 0,5 cm, tanpa
disertai rasa gatal maupun nyeri.
Keluhan lain seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, ruam pada wajah,
sariawan berulang, dan penurunan berat badan disangkal. Pasien mengaku bahwa
keluhan ini baru pertama kali muncul. Pasien juga mengaku tidak pernah
menerima transfusi darah dan tidak mengonsumsi obat apapun. BAK dan BAB
lancar dan tidak ada perubahan warna maupun konsistensi. Pasien sudah mencoba
memeriksakan keluhannya ke klinik dokter. Saat itu dokter tidak menjelaskan
mengenai kondisi penyakit pasien, namun memberi obat berupa obat untuk
menghentikan perdarahan, dan obat penambah darah. Pasien lupa nama obat yang
diberikan. Pasien mengaku tidak ada perbaikan setelah meminum obat tersebut.
3
Di keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat
perdarahan sulit berhenti, alergi, asma, atau TBC disangkal.
Riwayat Kehamilan
P4A0, tidak ada masalah selama kehamilan seperti infeksi, mual dan muntah
hebat, kejang, tekanan darah tinggi, kencing manis, maupun perdarahan. Ibu
pasien mengatakan bahwa ia jarang kehamilannya ke bidan dan jarang
mengkonsumsi vitamin (zat besi dan asam folat) yang diberikan. Ibu belum
pernah menerima vaksin tetanus toxoid saat hamil.
Kesan: Kehamilan cukup bulan, tanpa komplikasi.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan dengan ASI
sampai dengan 2 tahun. Pada usia 1 tahun, pasien sudah makan makanan keluarga
(nasi dengan tahu). Sehari-harinya pasien makan sebanyak 3x sehari dengan lauk
tahu atau tempe diselingi camilan seperti buah atau biskuit sebanyak 2-3x sehari.
Pasien mengaku jarang mengonsumsi daging sapi, ayam, maupun ikan. Pasien
juga mengaku tidak suka sayur namun pasien masih suka mengonsumsi papaya
hampir setiap harinya. Pasien sangat suka mengonsumsi mie instan, dalam
seminggu pasien bisa memakan mie instan sebanyak 2 kali. Pasien mengaku porsi
makan saat ini sebanyak 1 piring makan dewasa dan selalu habis.
Kesan: Nutrisi pasien kurang. Kuantitas cukup dengan kualitas kurang.
4
Riwayat Tumbuh Kembang
Gerakan Kasar duduk usia 6 bulan, berdiri berpegangan usia 10 bulan,
berdiri tanpa bantuan dan berjalan sejak usia 1 tahun.
Gerakan Halus menggenggam barang dengan kuat usia 6 bulan,
mencoret-coret buku dengan spidol usia 1 tahun.
Komunikasi/Berbicara memanggil ibu dan ayah usia 10 bulan
Sosial dan memegang sikat gigi dan menggosoknya sendiri usia 4
Kemandirian tahun, bermain bersama teman-teman sebaya usia 5 tahun
Pasien sekarang duduk di kelas 6 SD. Pasien merupakan anak yang aktif dan
dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik, namun karena keluhan ini
pasien merasa sulit berkonsentrasi terhadap pelajaran di sekolah. Pasien juga
dapat bersosialisasi dengan baik.
Kesan: Tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang, tumbuh kembang sesuai
usia.
Status Pubertas
Payudara muncul usia 11 tahun, bulu kemaluan dan bulu ketiak tumbuh saat
menjelang menstruasi yaitu sekitar usia 12 tahun.
Kesan: Perkembangan pubertas sesuai usia. (Tanner 3)
Riwayat Imunisasi
Pasien hanya mendapatkan imunisasi dasar yang ada di Puskesmas, tanpa booster.
Kesan: imunisasi dasar lengkap, booster tidak dilakukan.
5
sinar matahari yang cukup dan ventilasi udara yang baik. Ayah pasien bekerja
sebagai supir truk. Pasien berobat menggunakan BPJS kelas III. Status ekonomi
pasien adalah golongan ekonomi menengah kebawah.
Kesan: Sosial ekonomi menengah kebawah, dan lingkungan pasien baik.
Tanda-tanda Vital
Laju nadi : 87 x/menit, isi cukup, regular, kuat angkat
Laju napas : 18 x/menit, reguler
Suhu : 36,8oC
Tekanan darah: 120/60 mmHg
Status Generalis
Kulit Warna kulit sawo matang
Tidak ada lesi, perdarahan, ataupun jaringan parut
Kepala Normosefali
Ubun-ubun besar datar
Rambut hitam terdistribusi merata, lebat, dan tidak mudah dicabut
Wajah Normal, simetris
Mata Konjungtiva anemis (+/+)
Sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat, isokor dengan ukuran 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Gerakan bola mata ke segala arah normal
Hidung Bentuk normal
Tidak ada sekret dan darah
Telinga Normotia
Tidak ada serumen maupun sekret yang keluar
6
Mulut Bibir tidak sianosis dan lembab
Bibir tampak pucat dan terdapat petechiae pada mukosa buccal (+)
Lidah kotor (-), fasikulasi (-), atrofi (-), petechiae (+)
Gigi lengkap, karies (-), kavitas (-)
Gusi merah (-), bengkak (-)
Tidak ada bau pernapasan
7
WBC 6.11 ribu/μL 3.60 - 11.00
Platelet 11.00 ribu/μL 150.00 - 440.00
MCV 94.30 fL 80.00-100.00
MCH 25.20 pg 26.00-34.00
MCHC 26.70 g/dL 32.00-36.00
1.5. Diagnosis
Diagnosis Kerja
Evans syndrome
Anemia defisiensi besi e.c. chronic blood loss
Diagnosis Banding
ALPS (Autoimmune lymphoproliferative syndrome)
1.6. Tatalaksana
Medikamentosa
1. IVFD RL 500 ml/8 jam
2. IV Asam traneksamat 1x500 mg
3. PRC 1200 cc
8
4. Methylprednisolone 3 x 32mg (PO)
5. Omeprazole 1 x 20 mg (PO)
Non-medikamentosa (edukasi)
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya
2. Mengingatkan waktu untuk kontrol.
3. Mengikutsertakan orangtua untuk memonitor tanda-tanda perdarahan, dan
mengamati perbaikan klinis dari anaknya.
1.7. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
BAB II
FOLLOW UP
Tanggal/waktu Follow up
Perawatan hari S: Perdarahan(-), nyeri perut (-), lemas (+), pusing (+). BAK, dan
ke-2 BAB dalam batas normal. Nafsu makan baik, makan nasi
04 Oktober
9
2017 dengan daging/ayam dan sayur 3x sehari, 1 porsi habis. Minum
air putih 1,5 L per hari.
O: KU/kes: TSS/CM
TTV: Nadi: 81x/menit (reguler, kuat, isi cukup)
TD: 120/70 mmHg
RR : 20x/menit (reguler, kedalaman cukup)
T : 37oC (axilla)
Kepala: normocephali
Mata : KA +/+, SI -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Bibir : pucat (+), petechiae (+)
A:
Evans syndrome dan anemia defisiensi besi e.c chronic blood loss
10
P: IVFD NS 0.9% 500 ml/8 jam
Transfusi PRC 603 ml (3) = 210 ml, 197 ml, dan 196 ml.
Transfusi TC 277 ml/2 jam.
Perawatan hari S: Perdarahan (-), keluhan lemas berkurang, mengaku lebih aktif.
O: KU/kes: TSS/CM
ke-3
TTV: Nadi: 82x/menit (reguler, kuat, isi cukup)
05 Oktober
TD: 110/70 mmHg
2017 RR : 18x/menit (reguler, kedalaman cukup)
T : 36.8oC (axilla)
Kepala: normocephali
Mata : KA +/+, SI -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Bibir : pucat (+), petechiae (+)
Lidah : geographic tounge (-), petechiae (+)
THT : sekret (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-), arkus faring
simetris, faring hiperemis (-), KGB (-)
Thorax : pernafasan simetris pada saat statis dan dinamis
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen: datar, supel, BU (+), perkusi timpani 4 kuadran,
nyeri tekan (-), organomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, petechiae
(+)
Hasil pemeriksaan Bone Marrow Puncture:
Sel lemak Sedang
Jumlah Sel Meningkat
Trombopoesis
Jumlah megakariosit Meningkat
Bentuk Muda Positif
Bentuk abnormal (Hipolobulated inti (+), Positif
mikro megakariosit (+)
Hitung Jenis:
Seri myeloid
Blast 3.5%
Progranulosit 2.0%
Mielosit 6.5%
Metamielosit 6.5%
Batang 5.5%
Segmen 10.0%
Basofil 0.0%
Eosinophil 3.0%
Total mieloid 36.0%
Sel Eritroid
Rubriblast 5.0
11
Prorubrisit 7.5
Rubrisit 21.5
Metarubrisit 22.0
Total Eritroid 56.0
M:E ratio 1:1.5
Seri lain
Limfosit 5.5%
Monosit 2.0%
Plasmosit 0.0%
Histiosit 0.5%
Sel Mitosis Negatif
Megaloblast Negatif
Sel yang tidak dikenal Negatif
Sel eritrosit berinti >1 Negatif
Kelainan Morfologi 5.5%
Segmen 10.0%
12
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen: datar, supel, BU (+), perkusi timpani 4 kuadran,
nyeri tekan (-), organomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, petechiae
(+)
A: Evans syndrome dan anemia defisiensi besi e.c chronic blood
loss
P: IV IVFD NS 500 ml/6 jam
Transfusi PRC 1190 ml (6) = 210 ml, 197 ml, 196 ml, 179 ml, 194
ml, dan 214 ml.
Metilprednisolon 3 x 32 mg (PO)
Omeprazol 1 x 20 mg (PO)
Perawatan hari S: tidak ada keluhan. Perdarahan (-), lemas (-)
O: KU/kes: TSR /CM
ke-5
TTV: Nadi: 81x/menit (reguler, kuat, isi cukup)
7 Oktober 2017
TD: 110/60 mmHg
06.30
RR : 20x/menit (reguler, kedalaman cukup)
T : 37.1oC (axilla)
Kepala: normocephali
Mata : KA +/+, SI -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Bibir : pucat (-), petechiae (-)
Lidah : geographic tounge (-), petechiae (-)
THT : sekret (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-), arkus faring
simetris, faring hiperemis (-), KGB (-)
Thorax : pernafasan simetris pada saat statis dan dinamis
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen: datar, supel, BU (+), perkusi timpani 4 kuadran,
nyeri tekan (-), organomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-,
petechiae(+)
Laboratorium 7/10/2017
Darah Lengkap Hasil
Hemoglobin 14.70 g/dl
Hematokrit 46.10 %
RBC 5.62 juta/μL
WBC 15.99 ribu/μL
Differential Count
Basophil 0%
Eosinophil 0%
13
Band Neutrophil 3%
Segment Neutrophil 77%
Lymphocyte 15%
Monocyte 5%
RESUME
14
juga mengeluhkan timbulnya bitnik-bintik berwarna kemerahan disekujur tubuh
tanpa rasa gatal maupun nyeri.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas
normal, konjungtiva anemis, bibir tampak pucat dan terdapat petechiae pada
mukosa buccal dan lidah. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan kadar
hemoglobin, hematokrit, sel darah merah, trombosit, MCH, dan MCHC dibawah
dari nilai normal. Pada pemeriksaan apusan darah tepi didapatkan kesan Anemia
mikrositik hipokrom suspek hemolitik e.c Hb pathy, disertai trombositopeni dan
tanda inflamasi suspek infeksi virus DD/ ITP. Pada pemeriksaan Coomb’s test
didapatkan adanya sensitisasi invivo oleh immune antibody igG dan factor
komplemen C3d.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diagnosis kerja pada pasien
adalah Evans syndrome dengan adanya anemia hemolitik autoimun dan ITP dan
Anemia defisiensi besi e.c. chronic blood loss. Dengan itu pasien mendapatkan
terapi berupa methylprednisolone 3x32 mg dan omeprazole 1 x 20 mg per oral.
Pasien juga menerima transfusi PRC 1190 (6pack) selama perawatan, dan telah
dilakukan juga pemeriksaan pungsi sumsum tulang belakang untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lainnya. Pasien dinyatakan boleh
pulang pada tanggal 7 oktober 2017, dimana pasien sudah tidak ada keluhan
maupun perdarahan dan Hb 14.70g/dL.
15
BAB III
DISKUSI KASUS
16
bintik-bintik berwarna kemerahan, di sekujur tubuh terutama kaki, paha, dan
tangan. Bintik-bintik tersebut berukuran kurang lebih 0.5 cm, tanpa disertai rasa
gatal maupun nyeri. Hal ini dapat menjadi pertanda terjadinya anemia hemolitik
karena pada anemia hemolitik, terjadi peningkatan destruksi dari eritrosit sehingga
dapat bermanifestasi sebagai perdarahan pada kulit dan mukosa.1 Pada pasien
tidak ditemukan adanya riwayat infeksi dan demam, sehingga kemungkinan
infeksi dapat disingkirkan. Pasien juga mengatakan tidak adanya riwayat
perdarahan sebelumnya, dan riwayat perdarahan yang sulit berhenti, sehingga
diagnosis hemofilia dapat disingkirkan. Pada pasien tidak ditemukan adanya
pertanda khas thalasemia seperti facies cooley, organomegali, maupun gangguan
tumbuh kembang. Gejala penyakit autoimun lain seperti SLE seperti ruam kupu-
kupu pada wajah, nyeri pleuritik yang menandakan pleuritis atau pericarditis,
sariwan / oral ulcer, nyeri sendi yang berpindah-pindah, dan foto-sensititvitas
tidak ditemukan pada pasien, walaupun untuk memastikan harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.2
Untuk mengkonfirmasi keadaan pasien maka dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap, apusan darah tepi, dan karena ada
kecurigaan terjadinya anemia hemolitik dilakukan juga pemeriksaan direct
coomb’s test. Pada pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah tepi didapatkan
adanya gambaran anemia mikrositik hipokrom disertai dengan trombositopeni.
Anemia disertai dengan trombositopenia dapat disebabkan oleh produksi
yang menurun seperti pada anemia aplastik, dan leukemia yang menginfiltrasi
sumsum tulang, ataupun peningkatan penghancuran dari trombosit seperti ITP
(Immune-mediated Thrombocytopenic Purpura) atau anemia hemolitik
mikroangiopati seperti Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP) atau
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS).2 Adanya sferosit pada gambaran darah tepi
merupakan ciri khas dari AIHA tipe hangat yang diperantarai oleh Ig-G dimana
menandakan proses hemolisis yang diperantarai oleh imun.1
Pada direct coomb’s test didapatkan sensitisasi invivo oleh immune
antibody IgG dan faktor komplemen C3d. Ditemukan juga antibodi yang reaktif
pada suhu 20OC. Pada pemeriksaan liss coomb’s didapatkan inkompatibilitas
mayor dan minor. Adanya anemia dengan gambaran sel sferosit, disertai dengan
keterlibatan antibody IgG, komplemen C3, dan antibodi pada suhu 20 OC
17
menandakan adanya anemia hemolitik autoimun tipe hangat atau WARM AIHA
yang diperantara oleh imun.3
Gambar 4.1 Penemuan serologi pada anemia hemolitik autoimun
18
Gambar 4.2 Etiologi Anemia hemolitik autoimun sekunder 3
(NIH) ALPS group criteria haruslah dipenuhi untuk mendiagnosis ALPS. Kriteria
apoptosis in vitro Fas mediated lymphocyte. Dimana kriteria ini tidak dapat
dipenuhi pada sindrom evans sesungguhnya.5
19
Gambar 4.3 Perbandingan karakteristik sindrom evans dengan ALPS.
20
dari kriteria klinis seperti umur pasien, beratnya penyakit dan riwayat pengobatan
sebelumnya.
Pengobatan menggunakan siklosporin digunakan dosis 5mg/kg sebanyak 2
kali sehari bisa digunakan bersamaan dengan prednisolon. Menurut Scaradavou
dan Bussel, tingkatan penggunaan obat meliputi, steroid + IVIG; IV steroid,
IVIG, i.v vincristin dan oral danazol; ditambah oral siklosporin.
MMF (Mycophenolate mofetil), adalah inhibitor poten dari inosin
monofosfat dehidrogenase, dan merupakan penghambat proliferasi limfosit. Dosis
yang dipakai berupa 500 g sebanyak 2 kali sehari dan meningkat sampai 1 gr
sebanyak 2 kali sehari sampai 2 minggu.
c. Tatalaksana Lini ketiga
Kebanyakan pasien akan merespon pengobatan lini pertama dan ke dua
setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Untuk lini ketiga dapat diberikan
siklofosfamid, alemtuzumab dan SCT atau Stem Cell Transplantation. Adapun
pemberian terapi pada Evans syndrome dapat dilihat pada gambar 4.4.4
21
DAFTAR PUSTAKA
22