Pembimbing:
dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A
dr. Hartono, Sp.A
dr. Slamet Widi, Sp.A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
Disusun Oleh :
Afrina Lusia (01.210.6070)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. E
Umur
: 11 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
1
Alamat
Nama Ayah
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
: Tn. Z
: 28 tahun
: Pekerja Garmen
: SMA
Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
: Ny. J
: 21 tahun
: Ibu Rumah Tangga
: SMA
Bangsal
No CM
Masuk RS
: ICU
: 25.67.83
: 5 Juni 2014 pukul 19:26 WIB
Bangsal
No CM
Pindah Ruang
: Parikesit
: 25.67.83
: 7 Juni 2014 pukul 16:30 WIB
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 6 Juni 2014 pukul
20.15 WIB di ruang ICU dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan utama
: Mencret
Keluhan tambahan : Demam, muntah dan batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sebelum masuk RS:
+ 5 SMRS ibu pasien mengatakan anaknya mengeluhkan mencret sehari
kurang lebih 8x mencret sebanyak 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning,
tidak ada lendir, ada ampas, tidak nyemprot, tidak ada darah. Berbau amis
dan tengik disangkal, dan anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang
air besar dan saat membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Setiap hari
ibu menggantikan pampers kurang lebih 8x sehari. Riwayat mencret karena
makan es cincau yang dibelikan ayahnya. Ibu pasien juga mengatakan
anaknya mengeluhkan demam naik turun, demam tinggi saat malam hari,
tidak mengigau, tidak menggigil, dan tidak kejang. Ibu pasien lalu membawa
anaknya ke Puskesmas 1 kali dan diberi obat penurun panas, tetapi keesokan
harinya pasien kembali panas.
2
sudah tidak muntah. Pasien juga masih batuk berdahak, tidak tampak sesak.
2 hari setelah perawatan pasien dipindahkan ke ruangan parikesit pukul 16.30
WIB. Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak demam, tetapi masih
mengalami BAB cair 4x dalam sehari berwarna kuning, ampas sudah lebih
banyak, volume sekitar 1/4 gelas belimbing. BAB diakui tidak nyemprot,
tidak berlendir, dan tidak disertai darah. Bau amis dan tengik disangkal, dan
anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang air besar dan saat
membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Buang air kecil sudah seperti
biasa. Nafsu makan pasien menurun, tetapi pasien mau minum, pasien tidak
sudah lebih banyak, volume sekitar 1/4 gelas belimbing. BAB diakui tidak
nyemprot, tidak berlendir, dan tidak disertai darah. Bau amis dan tengik
disangkal, dan anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang air besar dan
saat membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Buang air kecil sudah
seperti biasa. Nafsu makan pasien menurun, tetapi pasien mau minum, pasien
menurun, hanya mau makan bubur sumsum, tetapi masih mau minum.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit serupa : (-)
Riwayat kejang (+) Saat pasien berumur 3 bulan sebelum operasi
hidrosefalus mengalami kejang 1x saat pasien tertidur di rumah saat
tertidur malam hari. Kejang terjadi kurang dari 5 menit, ketika mengalami
kejang hanya tangan yang bergerak-gerak. Selama kejang pasien tidak
disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Kelahiran
Persalinan
: Lahir secara spontan di RSUD Kota Semarang
Usia dalam kandungan
: 30 minggu
Berat Badan Lahir
: 1300 gr
Panjang Badan
: 40 cm
Kesan : neonatus preterm dengan berat badan lahir rendah, kecil masa kehamilan
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 1300 gram, panjang badan lahir 40 cm, lingkar kepala dan
lingkar dada ibu tidak ingat. Berat badan sekarang 6,2 kg, panjang badan sekarang
68 cm. Lingkar kepala sekarang 49 cm.
Perkembangan :
Senyum
: ibu lupa
Miring
: ibu lupa
Tengkurap
: belum bisa
Duduk
: belum bisa
Berdiri
: belum bisa
Berjalan
: belum bisa
Lari
: belum bisa
Tempe/tahu
Telur
Ayam
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan kurang.
Riwayat Imunisasi :
BCG
DPT
: 3 x (2, 4, 6 bulan)
Polio
: 4 x (0, 2, 4, 6 bulan)
Hepatitis B
: 3 x (0, 1, 6 bulan)
Campak
: 1x (9 bulan)
Ayah
1
26 th
Islam
SMA
Sehat
Ibu
1
19 th
Islam
SMA
Sehat
Data Perumahan :
Kepemilikan rumah : rumah orang tua pasien.
Keadaan rumah : dinding rumah tembok, 3 kamar tidur, tiap kamar terdapat
jendela dan lubang ventilasi, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 dapur. Limbah
dibuang ke selokan sekitar. Sumber air minum adalah air PDAM. Sumber air
untuk mandi dan mencuci adalah air PDAM. Keadaan lingkungan : rumah saling
berhimpitan dengan tetangga lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 6 Juni 2014 pukul 20.15 WIB.
Anak laki-laki usia 11 bulan, berat badan 6,2 kg, panjang badan 68 cm.
Keadaan umum :
Composmentis, kurang aktif, tanda-tanda dehidrasi (+), tampak sakit sedang, gizi
buruk.
Tanda vital :
Tekanan darah
HR (Nadi)
RR (Laju Nafas)
Suhu
: tidak dilakukan
: 125 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 44 x/menit, reguler
: 37,3oC (axilla)
Status Internus
o Kepala
o
o
o
o
Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial
gallop (-)
o Paru - paru
Inspeksi
o Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
: bising usus (+) meningkat
o Perkusi
: timpani
o Palpasi
: supel, hepatosplenomegali (-),
o Alat kelamin
: Jenis kelamin laki-laki, tidak hiperemis, tidak ditemukan
adanya kelainan
o Anorektal
o Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-/Akral sianosis
-/-/Kuku :
-spoon nail
-/-/-jari tabuh
-/-/Oedem
-/-/CRT
<2
<2
o Kulit
: Turgor kembali lambat ( >2), ikterik (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
5/06/14
8/06/14
Pemeriksaan
Hematologi rutin
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Hasil
10,8 g/dL
34,50 %
17.800 /l
935.000 /l
Kimia Klinik
GDS
Natrium
Kalium
Kalsium
228 mg/dL
154
5,6
1,33
Serologi
Widal
S typhi O
S typhi H
Negative
Negative
Feses Rutin
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Hijau
Lembek
8
Bau
Lendir
Darah
Mikroskopis
Protein faeces
Karbohidrat
Lemak
Eritrosit
Amoeba
Telur cacing
Leukosit
Khas
Positif
Negative
Negative
Negative
Pos (+1)
2-4
Negative
Negative
0-2
4. Pemeriksaan Khusus
Data Antropometri :
Anak laki-laki, usia 11 bulan
Berat badan : 6,2 kg
Panjang badan : 68 cm
Pemeriksaan status gizi (Z score) :
WAZ = BB median = 6,2 9,9 = -3,7 berat badan sangat rendah (gizi buruk)
SD
1,00
HAZ = PB median = 68 74,9 = -2,5 (pendek)
SD
2,7
WHZ = BB median = 6,2 8 = -2,25 (kurus)
SD
0,8
Kesan : status gizi buruk dan perawakan pendek dan kurus
C. RESUME
+ 5 SMRS ibu pasien mengatakan anaknya mengeluhkan mencret sehari
kurang lebih 8x mencret sebanyak 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning,
Riwayat mencret karena makan es cincau yang dibelikan ayahnya. Ibu pasien
juga mengatakan anaknya mengeluhkan demam naik turun, demam tinggi
saat malam hari. Ibu pasien lalu membawa anaknya ke Puskesmas 1 kali dan
diberi obat penurun panas, tetapi keesokan harinya pasien kembali panas.
+ 3 SMRS pasien juga batuk tidak berdahak. Ibu pasien mengatakan anaknya
sering muntah jika makan nasi, buah, sayur atau lauk pauk dan hanya mau
makan bubur yang dicampur dengan susu formula atau dengan susu formula
saja dan minum air putih. Karena panas, muntah dan diare tidak juga reda,
akhirnya ibu pasien membawa pasien ke RSUD Kota Semarang.
Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial
gallop (-)
o Paru - paru
Inspeksi
o
o
o
wheezing -/Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
: bising usus (+) meningkat
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepatosplenomegali (-),
Alat kelamin
: Jenis kelamin laki-laki, tidak hiperemis, tidak ditemukan
adanya kelainan
o Anorektal
o Kulit
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin :
Tanggal
5/06/14
Pemeriksaan
Hematologi rutin
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Kimia Klinik
GDS
Natrium
Hasil
10,8 g/dL
34,50 %
17.800 /l
935.000 /l
228 mg/dL
11
Kalium
Kalsium
Serologi
Widal
S typhi O
S typhi H
8/06/14
Feses Rutin
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Bau
Lendir
Darah
Mikroskopis
Protein faeces
Karbohidrat
Lemak
Eritrosit
Amoeba
Telur cacing
Leukosit
154
5,6
1,33
Negative
Negative
Hijau
Lembek
Khas
Positif
Negative
Negative
Negative
Pos (+1)
2-4
Negative
Negative
0-2
Pemeriksaan Khusus
Status Gizi
: status gizi buruk
D. DIAGNOSIS BANDING
1) Hidrosefalus
o Komunikans (tanpa obstruksi)
o Non komunikans (obstruksi)
2) Gastro Enteritis Dehidrasi Sedang
o Menurut Patofisiologi
Diare Osmotik
Diare Sekretorik
o Menurut Onset
Akut
Kronik
o Menurut derajat dehidrasi
Gastroenteritis tanpa tanda dehidrasi
Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan-sedang
12
Non Infeksi
Psikis
Makanan
Diet :
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad bonam
H. USULAN
13
NASEHAT
1. Menjelaskan kepada ibu atau keluarga pasien tentang penyakit yang diderita
oleh pasien
2. Edukasi kepada orang tua agar lebih menjaga kebersihan
3. Jaga kebersihan anak dan lingkungan.
4. Biasakan mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan
setelah buang air besar dan buang air kecil.
5. Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera bawa ke
pelayanan kesehatan.
6. Minum obat yang diberikan sesuai anjuran dokter.
7. Memberikan makan-makanan yang bergizi dalam jumlah kecil dan frekuensi
sering, terutama pada pagi hari ketika nafsu makan anak mungkin lebih baik
8. Biasakan mencuci botol dengan air mengalir,sikat kemudian direbus.
9. Edukasi kepada orang tua untuk selalu melatih perkembangan motorik anak
10. Kontrol secara rutin di fasilitas kesehatan minimal 2x setahun, untuk
memantau kondisi klinis, pertumbuhan, asupan gizi, dan status imunisasi
11. Membersihkan mulut setiap setelah makan, jika timbul luka dimulut
bersihkan mulut minimal 4x sehari dengan menggunakan dengan kain bersih
yang digulung seperti sumbu dan dibasahi dengan air bersih atau larutan
garam.
HIDROSEFALUS
14
Pendahuluan
kelahiran hidup; insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti
persis karena berbagai gangguan yang dapat menyebabkan kondisi tersebut.
sekitar 100,000 shunts digunakan setiap tahunnya di beberapa Negara, namun
sedikit informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Jika hidrosefalus tidak
ditatalaksana, kematian dapat terjadi akibat sekunder tonsilar herniasi akibat
kompresi sel otak dan menyebabkan respiratory arrest.
Ketergantungan shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus yang
ditatalaksana dan
50%
pada
anak
anak
dengan hydrocephalus
tipe
puncak terjadi pada masa bayi dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan.
Puncak lain yang terjadi di masa dewasa, sebagian besar dihasilkan dari NPH.
Hidrosefalus Dewasa dijumpai
sekitar
kasus hidrosefalus.
Landasan Teori
o Anatomi dan Fisiologi
1. Ruangan cairan serebrospinal (CSS)
15
CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid
yang meliputi seluruh susunan saraf CSS yang dibentuk di dalam system
ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke peredaran darah melalui
kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh sususan saraf
pusat. Hubungan antara system ventrikel dan ruang subarachnoid adalah
melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah
lateral ventrikel IV. Sebagian besar cairan serebrospinalis yang dihasilkan
oleh pleksus koroidalis di dalam ventrikel otak akan mengalir ke foramen
Monro ke ventrikel III, kemudian melalui akuaduktus Sylvius ke ventrikel
IV. Dari sana likuor mengalir melalui foramen Magendi dan Luschka ke
sisterna magna dan rongga subarachnoid di bagian cranial maupun spinal.
Penyerapan terjadi melalui vilus arakhnoid yang berhubungan dengan
system vena seperti sinus venosus serebral.
2. Produksi LCS
16
Pleksus
koroidideus
menghasilkan
sekitar
70%
cairan
ICP
>
20
mmHg
sebagai
ambang
batas
untuk
17
Compliance
merupakan
indikator
toleransi
otak
terhadap
dramatis
pada
tekanan/
kurvavolume,
menyebabkan
kejang
CPP <40 mmHg adalah prediktor yang bermakna dari mortalitas pada
anak dengan TBI
Definisi Penyakit
18
Istilah yang berasal dari bahasa Yunani "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala, sehingga kondisi ini sering dikenal dengan
"kepala air adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal
dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruangsubdural.
Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup
sering terjadi pada bayi baru lahir dan balita. Hidrosefalus adalah kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209)
Hidrosefalus, yang juga dikenal sebagai air di dalam otak, adalah
kondisi medis yang ditandai dengan penimbunan abnormal dari cairan di
dalam tulang tengkorak, menyebabkan tekanan berlebihan pada otak yang
dapat berakibat fatal apabila tidak dirawat (Persiffy, 2014)
Manifestasi Klinis
Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang ditandai oleh volume
Etiologi
19
gejala hidrosefalus
pada bulan-bulan
dengan
20
kepustakaan
dilaporkan
terjadi
hidrosefalus
akibat
Patofisiologi Hidrosefalus
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga
mekanisme yaitu; produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi
aliran liquor, peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari
tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intracranial sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbs. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun
hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbs. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda beda tiap saat tiap
saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1. Kompensasi sistem serebrovascular
2. Redistribusi dari liquor serebrospinal atau cairan ekstraseluler
atau kedunya dalam susunan sistem saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak,
gangguan viskoelastisitas otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat
adanya regangan abnormal pada sutura cranial.
22
Manifestasi Klinis
23
normal berbeda untuk bayi prematur dan bayi cukup bulan. Pertumbuhan
kepala normal pada bayi baru lahir
Lahir
35 cm
3 bulan
41 cm
6 bulan
44 cm
9 bulan
46 cm
12 bulan
47 cm
18 bulan
48,5 cm
Studi laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan darah yang spesifik untuk
menunjukkan hidrosefalus. Test genetic dan konseling di rekomendasikan
jika terdapat kemungkinan hidrosefalus secara genetic.
Evaluasi cerebrospinal fluid (CSF) pada kondisi posthemorrhagic
dan postmeningitic hidrosefalus untuk melihat konsentrasi protein dan
untuk meniadakan residual infeksi.
Studi Imaging
Pada foto Rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang
membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura
melebar, yang menjadi alat diagnostic terpilih pada kasus ini adalah CT
25
scan kepala dimana sistem ventrikel dan seluruh isi intrakranial dapat
tampak lebih terperinci, serta dalam memperkirakan prognosa kasus. MRI
sebenarnya juga merupakan pemeriksaan diagnostic terpilih untuk kasus
kasus yang efektif. Namun, mengingat waktu pemeriksaan yang cukup
lama sehingga pada bayi perlu dilakukan pembiusan.
Gambar 2. Gambaran CT-scan pada penderita hidrosefalus
Ukuran keduatemporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat. Dengan
tidak adanya hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat.
26
Eksudat
hypoattenuation periventricular
(CT)
atau
Penatalaksanaan
Pada sebagian penderita, pembesaran kepala berhenti sendiri
(arrested hydrocephalus) mungkin oleh rekanalisasi ruang subarachnoid
atau kompensasi pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah
belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor
yang masih bisa diangkat.
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu6; Mengurangi
produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis, dengan
tindakan reseksi atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan,
Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
27
Penanganan sementara
Terapi konservatif
medikamentasa
kemungkinan
pulihnya
gangguan
hemodinamik
tersebut;
besar
pasien
hidrosefalus
memerlukan
shunting,
resiko akan
Perubahan Visual
febris, letargi, somnolen, dan ubun ubun menonjol. Anak-anak yang lebih
tua dan orang dewasa biasa dengan gejala dengan sakit kepala, febris,
vomitus, dan meningismus. Dengan
shunt
shunt
termasuk; septicemia,
Kompliaksi
dari
Lumboperitoneal
shunt
termasuk;
GASTROENTERITIS
Definisi
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir.
Etiologi Diare
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :
32
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis.
Keadaan teruta pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
3. Faktor malabsorbsi :
yang menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar.
Lintasan melalui usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat
ketika ada malabsorbsi dari lemak.
Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian
di negara berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun
pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk
infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris
dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
Patofisisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic.
Gejala gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic,
dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
35
36
sebagai tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air
matang
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan
- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat
Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu
37
cangkir/gelas
jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.
- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
Beri tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis :
- umur <6 bulan : tablet (10 mg) perhari
- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari
Lanjutkan pemeberian makanan
Kapan harus kembali
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Usia
<4 bulan
4-11 bulan
12-23
5.4 tahun
5-14tahun
>15 tahun
bulan
Berat
<5 kg
5-7,9 kg
8-10,9 kg
11-15,9 kg
16-29,9 kg
>30 kg
200-400
400-600
600-800
800-1200
1200-2200
2200-4000
badan
Jumlah
(ml)
Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi
penilaian dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana
terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang
sebelum pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan
berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3
jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6
bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak
38
menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan
cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang
tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah
member makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI.
Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10
hari.
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau
ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai
berikut.
Umur
Pemberian
30ml/kgBB selama
Bayi
(bibawah
umur12 1 jam*
pertama Pemebrian
berikut
70ml/kgBB selama
5 jam
bulan)
Anak (12 bulan sampai 5 30 menit*
2 jam
tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik,
beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera
setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali
bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian
pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Dukungan Nutrisi
39
Makanan diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat, untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak
terjadi gizi buruk.
Suplementasi Zinc
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak, zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
besar ketika anak mengalami diare. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam
pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran
cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air
dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc
cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena
tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang
memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada
anak
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangai kebijakan bersama
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan zinc selama 10-14 hari.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan . Penelitian yang
dilakukan selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan
diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti
menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.
-
Untuk anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
atau oralit
Antibiotik Selektif
Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang
disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik
E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,
Penyebab
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera
Shigella Disentri
Ciprofloxacin 15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam 20 mg/kg BB
4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone
50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis
Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
41
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia
(dengan
gejala
meteorismus,
hipotoni
otot,
lemah,
Hipoglikemi
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
Prognosis
Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada
penyakit penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani sesuai
dengan kondisi umum pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang
paling penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat
berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta yang memberatkan keadaan pasien
maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan
terhadap diare.10Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan
pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan
penanganan yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya.
42
GIZI
A.
Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali
bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi
bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam
proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan
salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu,
ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun
43
Penyakit.
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara
negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman
anak
tersebut
akan
mengalami
gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan.
D. Manifestasi Klinis
Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya:
1.
Pertumbuhan
44
rontok
Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak
kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas,
6.
7.
8.
9.
E.
1.
2.
3.
F.
4. Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan susu
menjelang waktu makan
5. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan
bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam untuk
meningkatkan selera makan
7. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan
secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
penyimpangan
pertumbuhan
dan
perkembangan
pada anak merupakan tema global utama dalam pelayanan kesehatan anak
secara modern. Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir telah
dilaksanakan diberbagai negara maju, dan semakin meningkatnya jumlah
negara-negara berkembang yang menjalankan program untuk mengidentifikasi
kelainan pada anak. Kegiatan deteksi dimaksudkan untuk penapisan /
penjaringan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak, dan pengkajian
faktor risiko yang mempengaruhi sehingga tindakan intervensi dapat dilakukan
sedini mungkin.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada
usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase
46
penting
untuk
= 2 X BB lahir
1 tahun
= 3 X BB lahir
2 tahun = 4 X BB lahir
pra sekolah = 2 kg / tahun
47
3. Lingkar Kepala
-
6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
10 ahun : 53 cm
dewasa : 55-57 cm
-
Berat otak BBL adalah 1/4 berat otak orang dewasa tapi jumlah selnya
sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.
Efektif uuntuk mengetahui keadaan gizi atau tumbuh kembang anak pra
sekolah yaitu 1-3 tahun.
Lengan harus dalam keadaan tergantung bebas dan lingkar metlin tidak
ketat dan tidak longgar.
kembang
anak
berlangsung
secara
teratur,
saling
dewasa.
Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola
tertentu. Tanuwijaya (2003) memaparkan tentang tahapan tumbuh kembang
anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa postnatal. Setiap
masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi,
fisiologi, biokimia, dan karakternya.
49
50
Berguman, memekik
Belajar memindahkan objek dari tangan yang satu ke tangan yang lain
51
Berceloteh
Belajar keberadaan objek -- bahwa sesuatu ada bahkan kalau mereka tidak
dapat melihatnya
53
dalam (internal)
Pertumbuhan dan
-
dan
faktor
luar
(eksternal/lingkungan).
suatu
ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih
cepat
dewasa
dibanding
laki-laki. Pada
masa
pubertas
banyak
lingkungan
dalam darah
makanan
ibu.
dan
pertumbuhan
kemampuan
anak
Indonesia
saluran
cerna. Hasil
(Sunawang,
2002)
penelitian
bahan
tentang
menunjukkan bahwa
kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab
gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi
yang salah, dan penyakit infeksi. Perkembangan
oleh
stimulasi
keluarga,
dan
misalnya
anak
juga
dipengaruhi
penyediaan
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dlam
mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak
dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor lain yang tidak dapat
dilepaskan
dari
pertumbuhan
dan
limfoid
agak
berbeda
dengan
dari
bagian
tubuh
lainnya,
tersendiri,
disusul pacu tumbuh pesat pada usia remaja. (Tanuwijaya, 2003; Meadow &
55
awal
perkembangan
anak
yang
akan
pelayanan
kesehatan
anak,
masalah
penyimpangan
tumbuh
2.
No
Diagnosis
1. Developmental delay
Jumlah kasus
205
2. Speech delay
190
3. Motoric delay
133
4. Down Syndrome
45
5. Cerebral palsy
33
6. Microcephaly
22
7. Autism / ADHD
20
8. Epilepsy
14
9. Hydrocephalus
13
12
Dikutip dari Irmawati M, Listyandarini H. Jumlah penderita baru rawat jalan Klinik Tumbuh
Kembang Anak RSU Dr.Soetomo Surabaya tahun 2005. ( belum dipublikasi ).
57
USG untuk
b. Anthropometri :
Ukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkaran kepala,lingkaran
lengan, lingkaran dada, panjang lengan/tungkai. Data-data pengukuran
yang dilakukan dengan tepat dan benar diplot dan dibandingkan dengan
standard yang sudah disepakati untuk negara bersangkutan atau oleh
WHO untuk digunakan.
sebagai
melambatnya
kecepatan
tumbuh
yang
perkembangan
anak
dengan
screening
58
riwayat
keluarga,
riwayat
medik
dan
hasil
pemeriksaan
2.) Pemeriksaan
Stanford
Binnet atau lainnya.
Pilihlah test yang paling dikuasai oleh pemeriksa.
60
scan/MRI.
Laboratorium : Darah(umum atau hormonal), urine
anak
termasuk
kategori
Normal
atau
Perlu dipersiapkan
Kongenital.
Pola makan (ASI, formula, PASI, makanan padat) Buang air besar
& kencing :
Diare,
konstipasi,
muntah,
kesukaran
kencing.
Pola
Riwayat perkembangan
B. Evaluasi Lanjut:
Pemeriksaan
laboratorium
atas
indikasi
pemeriksaan
feces
untuk Malabsorpsi pada diare (clini test untuk karbohidrat, floating test
untuk lemak), proteinuria pada sindroma nefrotik
C. Pengobatan :
pendampingan ahli gizi, kerja sama dengan tenaga lulusan Akademi Gizi
bisa berperan membantu keberhasilan pengobatan
- Stimulasi perkembangan anak harus diajarkan pada orang tua
yang kurang memahami cara-caranya. Dukungan moril untuk
pengasuh agar konsisten dalam mengasuh anak dengan gagal
tumbuh membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Perbaikan
nutrisi terlambat dapat mempengaruhi jangka panjang kondisi
anak.
-
dan
pemeriksaan
fisik
untuk
identifikasi
adanya
gangguan
pendengaran,
kejadian
kekerasan
- Penggunaan alat skrining awal kemampuan berbahasa.
- Test Daya Dengar., dengan ELMS (Early Language Milestone Scale)
B. Evaluasi lanjut :
- Pemeriksaan audiologi oleh konsultan ahli THT yang berpengalaman.
- Pemeriksaan yang berkaitan dengan kelainan pada syaraf : EEG atau
CT Scan
/MRI atas indikasi apabila terdapat riwayat kejang, asfiksia, dan
infeksi pada SSP.
- Pemeriksaan adanya kelainan perilaku anak (Autism /ADHD)
- Identifikasi dan rujukan
63
C. Diagnosis
Menetapkan klasifikasi penyimpangan berbahasa/bicara : Ekspresif,
Reseptif dan Kesukaran bicara: biasanya merupakan efek jangka pendek
dan jangka panjang OM(otitis media)
D. Intervensi/ Pengobatan
1). Konservatif
2). Aktif terhadap keadaan yang akut, bila keadaan tenang dianjurkan
ke Rumah Sakit yang pelayanan sudah lengkap dengan speech therapy
(terapi wicara)
3).Pada Autism / ADHD perlu secara multidisiplin dengan
Pskolog
dan
Psikiater
dan
Rehabilitasi
Medik,
serta
64
65
BULAN
April 2013
Mei 2013
Juni 2013
Juli 2013
Agustus 2013
September 2013
Oktober 2013
November 2013
Desember 2013
Januari 2014
Februari 2014
Maret 2014
April 2014
Mei 2014
Juni 2014
BERAT BADAN
1300 gram
1700 gram
2000 gram
2900 gram
3500 gram
4000 gram
5100 gram
5100 gram
5500 gram
5900 gram
6600 gram
7100 gram
6200 gram
66
: 6,2 kg
Panjang Badan
: 68 cm
Lingkar Kepala
: 49 cm
Tanggal 7-6-2014
S:
KU : diare sehari 4 x, ampas (+), cair (+)
KT : batuk (+), panas (-)
HR :140x/menit
RR :35x/menit
T:35,9C
N:i/t cukup
Th/
Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv
Po
Tanggal 8-6-2014
68
S:
KU : diare sehari (-)
KT : batuk (+), panas (-)
HR :100x/menit
RR :36x/menit
T:36,2C
N:i/t cukup
Th/
Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv
Po
Tanggal 9-6-2014
S:
KU : diare sehari 2x, ampas (+)
KT : batuk (-), panas (-)
HR :106x/menit
RR :33x/menit
T:36,6C
N:i/t cukup
Th/
Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv
Po
69
Tanggal 10-6-2014
S:
KU : sudah tidak adakeluhan
KT : sudah tidak ada keluhan
HR :120x/menit
RR :36x/menit
T:36,6C
N:i/t cukup
Th/
Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv
Po
70
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, C.L, Sowden, L.A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri
(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F, dan Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan
Pedoman
Untuk
Perencanaan
dan
Pendokumentasian
Medscape
reference.
April
2010.
Available
at
72