Anda di halaman 1dari 72

CBD I

SEORANG ANAK DENGAN HIDROSEFALUS, DIARE AKUT


DEHIDRASI SEDANG, DEVELOPMENTAL DELAY DAN STATUS GIZI
BURUK

Pembimbing:
dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A
dr. Hartono, Sp.A
dr. Slamet Widi, Sp.A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
Disusun Oleh :
Afrina Lusia (01.210.6070)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. E
Umur
: 11 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
1

Alamat

: Sumberejo RT/RW 04/05, Tembalang Semarang

Nama Ayah
Umur
Pekerjaan
Pendidikan

: Tn. Z
: 28 tahun
: Pekerja Garmen
: SMA

Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
Pendidikan

: Ny. J
: 21 tahun
: Ibu Rumah Tangga
: SMA

Bangsal
No CM
Masuk RS

: ICU
: 25.67.83
: 5 Juni 2014 pukul 19:26 WIB

Bangsal
No CM
Pindah Ruang

: Parikesit
: 25.67.83
: 7 Juni 2014 pukul 16:30 WIB

B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 6 Juni 2014 pukul
20.15 WIB di ruang ICU dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan utama
: Mencret
Keluhan tambahan : Demam, muntah dan batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sebelum masuk RS:
+ 5 SMRS ibu pasien mengatakan anaknya mengeluhkan mencret sehari
kurang lebih 8x mencret sebanyak 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning,
tidak ada lendir, ada ampas, tidak nyemprot, tidak ada darah. Berbau amis
dan tengik disangkal, dan anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang
air besar dan saat membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Setiap hari
ibu menggantikan pampers kurang lebih 8x sehari. Riwayat mencret karena
makan es cincau yang dibelikan ayahnya. Ibu pasien juga mengatakan
anaknya mengeluhkan demam naik turun, demam tinggi saat malam hari,
tidak mengigau, tidak menggigil, dan tidak kejang. Ibu pasien lalu membawa
anaknya ke Puskesmas 1 kali dan diberi obat penurun panas, tetapi keesokan
harinya pasien kembali panas.
2

+ 3 SMRS ibu pasien juga mengatakan anaknya mengeluh batuk tidak


berdahak, tidak berdarah dan tidak ngekel, waktu tidak menentu bisa pagi,
siang, sore atau malam hari. Ibu pasien mengatakan anaknya sering muntah
jika makan nasi, buah, sayur atau lauk pauk dan hanya mau makan bubur
yang dicampur dengan susu formula atau dengan susu formula saja dan

minum air putih. Kencing pasien banyak.


+ 1 SMRS ibu pasien mengatakan keluhan diare masih ada dan muntah tidak
juga reda, akhirnya ibu pasien membawa pasien ke RSUD Kota Semarang.

Setelah masuk RS:


Kamis 5 Juni 2014 pukul 19.26 WIB pasien datang ke IGD RSUD Kota

Semarang, dan disarankan untuk mondok dan menjalani perawatan di ICU


Sehari setelah perawatan, demam sudah turun, ibu pasien juga mengeluh
anaknya masih mengalami BAB cair 3x dalam sehari berwarna kuning, ada
ampas sedikit, volume sekitar 1/2 gelas belimbing. BAB diakui tidak
nyemprot, tidak berlendir, dan tidak disertai darah. Bau amis dan tengik
disangkal, dan anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang air besar dan
saat membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Buang air kecil sudah
seperti biasa. Nafsu makan pasien menurun, tetapi pasien mau minum. Psien

sudah tidak muntah. Pasien juga masih batuk berdahak, tidak tampak sesak.
2 hari setelah perawatan pasien dipindahkan ke ruangan parikesit pukul 16.30
WIB. Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak demam, tetapi masih
mengalami BAB cair 4x dalam sehari berwarna kuning, ampas sudah lebih
banyak, volume sekitar 1/4 gelas belimbing. BAB diakui tidak nyemprot,
tidak berlendir, dan tidak disertai darah. Bau amis dan tengik disangkal, dan
anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang air besar dan saat
membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Buang air kecil sudah seperti
biasa. Nafsu makan pasien menurun, tetapi pasien mau minum, pasien tidak

muntah. Pasien masih batuk dan tidak tampak sesak.


3 hari setelah perawatan Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak demam,
tetapi masih mengalami BAB cair 2x dalam sehari berwarna kuning, ampas

sudah lebih banyak, volume sekitar 1/4 gelas belimbing. BAB diakui tidak
nyemprot, tidak berlendir, dan tidak disertai darah. Bau amis dan tengik
disangkal, dan anak tidak menangis sebelum dan sewaktu buang air besar dan
saat membersihkan dubur tidak tampak kemerahan. Buang air kecil sudah
seperti biasa. Nafsu makan pasien menurun, tetapi pasien mau minum, pasien

tidak muntah. Pasien masih batuk dan tidak tampak sesak.


4 hari setelah perawatan Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak mencret
lagi, tidak demam, pasien tidak muntah, pasien sudah tidak batuk dan tidak
tampak sesak, buang air kecil sudah seperti biasa. Nafsu makan pasien

menurun, hanya mau makan bubur sumsum, tetapi masih mau minum.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit serupa : (-)
Riwayat kejang (+) Saat pasien berumur 3 bulan sebelum operasi
hidrosefalus mengalami kejang 1x saat pasien tertidur di rumah saat
tertidur malam hari. Kejang terjadi kurang dari 5 menit, ketika mengalami
kejang hanya tangan yang bergerak-gerak. Selama kejang pasien tidak

sadar. Sebelum kejang pasien tidak mengeluh panas


Riwayat operasi (+) pemasangan shunt oleh karena hidrosefalus umur 3
bulan sebanyak 2x. Pasien dirawat inap selama 1 bulan di RSUP Kariadi

Semarang dengan diagnose hidrosefalus


Riwayat CT Scan kepala 3x di RSUP Kariadi
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Tifoid : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Sakit serupa diakui ibu pasien dan adik kembar pasien dan menjalani rawat
inap di RSUD Kota Semarang.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Ayah pasien bekerja di perusahaan garmen sebagai pegawai biasa.
Sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga. 1 rumah dihuni 10 orang. Ada 3 kamar.
Keluarga pasien tinggal di desa. Sumber air PDAM dan pencahayaan rumah
cukup. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
Kesan : sosial ekonomi cukup.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Ibu tidak teratu dalam memeriksakan kandungannya ke bidan. Selama hamil ibu
mengaku mendapat imunisasi TT 1x di bidan. Riwayat perdarahan saat hamil
4

disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Kelahiran
Persalinan
: Lahir secara spontan di RSUD Kota Semarang
Usia dalam kandungan
: 30 minggu
Berat Badan Lahir
: 1300 gr
Panjang Badan
: 40 cm
Kesan : neonatus preterm dengan berat badan lahir rendah, kecil masa kehamilan
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 1300 gram, panjang badan lahir 40 cm, lingkar kepala dan
lingkar dada ibu tidak ingat. Berat badan sekarang 6,2 kg, panjang badan sekarang
68 cm. Lingkar kepala sekarang 49 cm.
Perkembangan :

Senyum

: ibu lupa

Miring

: ibu lupa

Tengkurap

: belum bisa

Duduk

: belum bisa

Berdiri

: belum bisa

Berjalan

: belum bisa

Lari

: belum bisa

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak tidak sesuai dengan umur.


Riwayat Makan dan Minum Anak :

Pasien mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir. ASI eksklusi diberikan


sejak sejak umur 0 bulan sampai 6 bulan.

Mulai usia 6 bulan sampai sekarang diberikan makanan pendamping


berupa bubur instant dan susu formula.
Jenis Makanan
Bubur
Sayur

Frekuensi dan Jumlah


3x/hari @1 mangkuk makan bayi
5

Tempe/tahu
Telur
Ayam
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan kurang.
Riwayat Imunisasi :

BCG

: 1 x (1 bulan, scar + di lengan kanan atas)

DPT

: 3 x (2, 4, 6 bulan)

Polio

: 4 x (0, 2, 4, 6 bulan)

Hepatitis B

: 3 x (0, 1, 6 bulan)

Campak

: 1x (9 bulan)

Kesan: Imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu.


Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu mengikuti program KB suntik
Data Keluarga :
Perkawinan ke
Umur saat menikah
Agama
Pendidikan terakhir
Keadaan kesehatan

Ayah
1
26 th
Islam
SMA
Sehat

Ibu
1
19 th
Islam
SMA
Sehat

Data Perumahan :
Kepemilikan rumah : rumah orang tua pasien.
Keadaan rumah : dinding rumah tembok, 3 kamar tidur, tiap kamar terdapat
jendela dan lubang ventilasi, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 dapur. Limbah
dibuang ke selokan sekitar. Sumber air minum adalah air PDAM. Sumber air
untuk mandi dan mencuci adalah air PDAM. Keadaan lingkungan : rumah saling
berhimpitan dengan tetangga lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 6 Juni 2014 pukul 20.15 WIB.
Anak laki-laki usia 11 bulan, berat badan 6,2 kg, panjang badan 68 cm.
Keadaan umum :
Composmentis, kurang aktif, tanda-tanda dehidrasi (+), tampak sakit sedang, gizi
buruk.

Tanda vital :
Tekanan darah
HR (Nadi)
RR (Laju Nafas)
Suhu

: tidak dilakukan
: 125 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 44 x/menit, reguler
: 37,3oC (axilla)

Status Internus
o Kepala

: makrocephale (kepala besar ) dengan kulit kepala menipis,

o
o
o
o

tegang, mengkilat, kepala selalu fleksi


UUB
: melebar, menonjol dan cekung.
Sutura
: melebar dan belum menutup
Rambut
: hitam, jarang, terdistribusi merata, mudah rontok (-)
Mata
: konjungtiva anemis -/-, mata cowong +/+, sclera ikterik -/-

pupil bulat, anisokor -/+, diameter 2mm/3mm, sunset phenomenon (+)


o Hidung
: simetris, sekret -/- , nafas cuping hidung o Telinga
: discharge -/-, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tarik -/o Mulut
: bibir kering (-) , bibir sianosis (-), stomtitis (-), trush (-),
peridonitis sulit dinilai, sarcoma Kaposi (-)
o Tenggorokan
: tonsil T2-T2, mukosa faring hiperemis (-), detritus (-)
o Leher
: Leher normal simetris, tonus leher lemah
o Kelenjar getah bening : preaurikula, submandibula, cervical, supraclavicula,
inguinal teraba membesar (-), kenyal, batas tegas, permukaan rata, dapat
digerakkan, tidak nyeri tekan.
o Thoraks
:
o Jantung
Inspeksi
: tidak terlihat pulsasi ictus cordis

Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial

linea midclavicula sinistra


Perkusi
: batas jantung sulit ditentukan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),

gallop (-)
o Paru - paru
Inspeksi

: pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan

dinamis simetris, retraksi suprastenal (+)


Palpasi
: stem fremitus kana dan kiri tidak dapat dinilai
Perkusi
: sonor di seluruh paru
o Auskultasi
: suara napas vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki -/-,
wheezing -/7

o Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
: bising usus (+) meningkat
o Perkusi
: timpani
o Palpasi
: supel, hepatosplenomegali (-),
o Alat kelamin
: Jenis kelamin laki-laki, tidak hiperemis, tidak ditemukan
adanya kelainan
o Anorektal
o Ekstremitas

: hemoroid eksterna (-)


:

Superior
Inferior
Akral dingin
-/-/Akral sianosis
-/-/Kuku :
-spoon nail
-/-/-jari tabuh
-/-/Oedem
-/-/CRT
<2
<2
o Kulit
: Turgor kembali lambat ( >2), ikterik (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
5/06/14

8/06/14

Pemeriksaan
Hematologi rutin
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit

Hasil
10,8 g/dL
34,50 %
17.800 /l
935.000 /l

Kimia Klinik
GDS
Natrium
Kalium
Kalsium

228 mg/dL
154
5,6
1,33

Serologi
Widal
S typhi O
S typhi H

Negative
Negative

Feses Rutin
Makroskopis
Warna
Konsistensi

Hijau
Lembek
8

Bau
Lendir
Darah
Mikroskopis
Protein faeces
Karbohidrat
Lemak
Eritrosit
Amoeba
Telur cacing
Leukosit

Khas
Positif
Negative
Negative
Negative
Pos (+1)
2-4
Negative
Negative
0-2

4. Pemeriksaan Khusus
Data Antropometri :
Anak laki-laki, usia 11 bulan
Berat badan : 6,2 kg
Panjang badan : 68 cm
Pemeriksaan status gizi (Z score) :
WAZ = BB median = 6,2 9,9 = -3,7 berat badan sangat rendah (gizi buruk)
SD
1,00
HAZ = PB median = 68 74,9 = -2,5 (pendek)
SD
2,7
WHZ = BB median = 6,2 8 = -2,25 (kurus)
SD
0,8
Kesan : status gizi buruk dan perawakan pendek dan kurus
C. RESUME
+ 5 SMRS ibu pasien mengatakan anaknya mengeluhkan mencret sehari
kurang lebih 8x mencret sebanyak 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning,
Riwayat mencret karena makan es cincau yang dibelikan ayahnya. Ibu pasien
juga mengatakan anaknya mengeluhkan demam naik turun, demam tinggi
saat malam hari. Ibu pasien lalu membawa anaknya ke Puskesmas 1 kali dan

diberi obat penurun panas, tetapi keesokan harinya pasien kembali panas.
+ 3 SMRS pasien juga batuk tidak berdahak. Ibu pasien mengatakan anaknya
sering muntah jika makan nasi, buah, sayur atau lauk pauk dan hanya mau
makan bubur yang dicampur dengan susu formula atau dengan susu formula
saja dan minum air putih. Karena panas, muntah dan diare tidak juga reda,
akhirnya ibu pasien membawa pasien ke RSUD Kota Semarang.

Riwayat Penyakit Dahulu :


9

Riwayat sakit serupa : (-)


Riwayat kejang (+) Saat pasien berumur 3 bulan sebelum operasi
hidrosefalus mengalami kejang 1x saat pasien tertidur di rumah saat
tertidur malam hari. Kejang terjadi kurang dari 5 menit, ketika mengalami
kejang hanya tangan yang bergerak-gerak. Selama kejang pasien tidak

sadar. Sebelum kejang pasien tidak mengeluh panas


Riwayat operasi (+) pemasangan shunt oleh karena hidrosefalus umur 3
bulan sebanyak 2x. Pasien dirawat inap selama 1 bulan di RSUP Kariadi

Semarang dengan diagnose hidrosefalus


Riwayat CT Scan kepala 3x di RSUP Kariadi

Riwayat Penyakit Keluarga : Pemeriksaan Fisik


Anak laki-laki usia 11 bulan, berat badan 6,2 kg, panjang badan 68 cm.
Keadaan umum :
Composmentis, kurang aktif, tanda-tanda dehidrasi (+), tampak sakit sedang, gizi
buruk.
Tanda vital :
HR (Nadi)
: 112 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR (Laju Nafas) : 44 x/menit, reguler
Suhu
: 37,1oC (axilla)
Status Internus
o Kepala
o
o
o
o

: kepala besar dengan kulit kepala menipis, tegang,

mengkilat, kepala selalu fleksi


UUB
: melebar, menonjol dan cekung.
Sutura
: melebar dan belum menutup
Rambut
: hitam, jarang, terdistribusi merata, mudah rontok (-)
Mata
: konjungtiva anemis -/-, mata cowong +/+, sclera ikterik -/-

pupil bulat, anisokor -/+, diameter 2mm/3mm, sunset phenomenon (+)


o Hidung
: simetris, sekret -/- , nafas cuping hidung o Telinga
: discharge -/-, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tarik -/o Mulut
: bibir kering (-) , bibir sianosis (-), stomtitis (-), trush (-),
peridonitis sulit dinilai, sarcoma Kaposi (-)
o Tenggorokan
: tonsil T2-T2, mukosa faring hiperemis (-), detritus (-)
o Leher
: Leher normal simetris, tonus leher lemah
10

o Kelenjar getah bening : preaurikula, submandibula, cervical, supraclavicula,


inguinal teraba membesar (-), kenyal, batas tegas, permukaan rata, dapat
digerakkan, tidak nyeri tekan.
o Thoraks
:
o Jantung
Inspeksi
: tidak terlihat pulsasi ictus cordis

Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial

linea midclavicula sinistra


Perkusi
: batas jantung sulit ditentukan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),

gallop (-)
o Paru - paru
Inspeksi

: pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan

dinamis simetris, retraksi suprastenal (+)


Palpasi
: stem fremitus kana dan kiri tidak dapat dinilai
Perkusi
: sonor di seluruh paru
o Auskultasi
: suara napas vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki -/-,
o

o
o
o

wheezing -/Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
: bising usus (+) meningkat
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepatosplenomegali (-),
Alat kelamin
: Jenis kelamin laki-laki, tidak hiperemis, tidak ditemukan

adanya kelainan
o Anorektal
o Kulit

: hemoroid eksterna (-)


: Turgor kembali lambat ( > 2), ikterik (-)

Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin :
Tanggal
5/06/14

Pemeriksaan
Hematologi rutin
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Kimia Klinik
GDS
Natrium

Hasil
10,8 g/dL
34,50 %
17.800 /l
935.000 /l
228 mg/dL

11

Kalium
Kalsium
Serologi
Widal
S typhi O
S typhi H
8/06/14

Feses Rutin
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Bau
Lendir
Darah
Mikroskopis
Protein faeces
Karbohidrat
Lemak
Eritrosit
Amoeba
Telur cacing
Leukosit

154
5,6
1,33

Negative
Negative

Hijau
Lembek
Khas
Positif
Negative
Negative
Negative
Pos (+1)
2-4
Negative
Negative
0-2

Pemeriksaan Khusus
Status Gizi
: status gizi buruk
D. DIAGNOSIS BANDING
1) Hidrosefalus
o Komunikans (tanpa obstruksi)
o Non komunikans (obstruksi)
2) Gastro Enteritis Dehidrasi Sedang
o Menurut Patofisiologi
Diare Osmotik
Diare Sekretorik
o Menurut Onset
Akut
Kronik
o Menurut derajat dehidrasi
Gastroenteritis tanpa tanda dehidrasi
Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan-sedang
12

Gastroenteritis dengan dehidrasi berat


o Menurut Etiologi
Infeksi
Enteral (gastroenteritis)
Bakteri: E. Coli, Salmonella, Shigella
Parasit : Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia
Bakteri: E. Coli, Salmonella, Shigella
Virus : Rotavirus, Adenovirus
Jamur : Kandida
Parenteral : OMA, ISPA

Non Infeksi
Psikis
Makanan

3) Status Gizi Buruk


E. DIAGNOSIS SEMENTARA
I. Hidrosefalus
II. Diare Akut Dehidrasi Sedang
III. Status Gizi Buruk
F. TERAPI (MEDIKAMENTOSA DAN DIETETIK)
Tx/
Infus RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2 x 250 mg iv
Po.

Paracetamol syr 3x 3/4 cth


Ambroxol syr 3x cth
Oralit 50 cc / diare
Zink kid 1 x 1 tab
Lacto B 2 x sachet

Diet :

Diet tinggi kalori, protein


Perbanyak minum
Perbanyak asupan makan makanan bergizi
BBI : 10 kg
Kal : 620 kkal/hari
Prot : 20 gram/hari

G. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam

: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad bonam

H. USULAN
13

Cek ulang darah rutin


Cek ulang feses rutin
Cek Elektrolit (Na, K, Ca)
Cek Gula darah
Konsul bagian gizi

NASEHAT
1. Menjelaskan kepada ibu atau keluarga pasien tentang penyakit yang diderita
oleh pasien
2. Edukasi kepada orang tua agar lebih menjaga kebersihan
3. Jaga kebersihan anak dan lingkungan.
4. Biasakan mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan
setelah buang air besar dan buang air kecil.
5. Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera bawa ke
pelayanan kesehatan.
6. Minum obat yang diberikan sesuai anjuran dokter.
7. Memberikan makan-makanan yang bergizi dalam jumlah kecil dan frekuensi
sering, terutama pada pagi hari ketika nafsu makan anak mungkin lebih baik
8. Biasakan mencuci botol dengan air mengalir,sikat kemudian direbus.
9. Edukasi kepada orang tua untuk selalu melatih perkembangan motorik anak
10. Kontrol secara rutin di fasilitas kesehatan minimal 2x setahun, untuk
memantau kondisi klinis, pertumbuhan, asupan gizi, dan status imunisasi
11. Membersihkan mulut setiap setelah makan, jika timbul luka dimulut
bersihkan mulut minimal 4x sehari dengan menggunakan dengan kain bersih
yang digulung seperti sumbu dan dibasahi dengan air bersih atau larutan
garam.

HIDROSEFALUS

14

Pendahuluan

Insidensi kongenital hidrosefalus

pada United States adalah 3 per 1.000

kelahiran hidup; insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti
persis karena berbagai gangguan yang dapat menyebabkan kondisi tersebut.
sekitar 100,000 shunts digunakan setiap tahunnya di beberapa Negara, namun
sedikit informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Jika hidrosefalus tidak
ditatalaksana, kematian dapat terjadi akibat sekunder tonsilar herniasi akibat
kompresi sel otak dan menyebabkan respiratory arrest.
Ketergantungan shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus yang
ditatalaksana dan

50%

pada

anak

anak

communicant. Pasien tersebut sering datang ke

dengan hydrocephalus

tipe

rumah sakit untuk revisi shunt

atau untuk pengobatan komplikasi shunt atau kegagalan shunt. Gangguan


pengembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak, atau hilangnya fungsi
kognitif pada orang dewasa, merupakan komplikasi pada hidrosefalus yang
tidak di obati. Hal ini dapat menetap setelah pengobatan. Kehilangan visual juga
merupakan penyulit dari hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap
setelah pengobatan.
Insiden hidrosefalus

berdasarkan usia menyajikan kurva bimodal. Satu

puncak terjadi pada masa bayi dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan.
Puncak lain yang terjadi di masa dewasa, sebagian besar dihasilkan dari NPH.
Hidrosefalus Dewasa dijumpai

sekitar

40% dari total

kasus hidrosefalus.

berdasarkan usia tidak dijumpai perbedaan insidensi hidrosefalus.

Landasan Teori
o Anatomi dan Fisiologi
1. Ruangan cairan serebrospinal (CSS)

15

CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid
yang meliputi seluruh susunan saraf CSS yang dibentuk di dalam system
ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke peredaran darah melalui
kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh sususan saraf
pusat. Hubungan antara system ventrikel dan ruang subarachnoid adalah
melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah
lateral ventrikel IV. Sebagian besar cairan serebrospinalis yang dihasilkan
oleh pleksus koroidalis di dalam ventrikel otak akan mengalir ke foramen
Monro ke ventrikel III, kemudian melalui akuaduktus Sylvius ke ventrikel
IV. Dari sana likuor mengalir melalui foramen Magendi dan Luschka ke
sisterna magna dan rongga subarachnoid di bagian cranial maupun spinal.
Penyerapan terjadi melalui vilus arakhnoid yang berhubungan dengan
system vena seperti sinus venosus serebral.

2. Produksi LCS
16

Pleksus

koroidideus

menghasilkan

sekitar

70%

cairan

serebrospinal, dan sisanya di hasilkan oleh pergerakan dari cairan


transepidermal dari otak menuju sistem ventrikel. Rata-rata volume cairan
liqour adalah 90 ml pada anak-anak 4-13 tahun dan 150 ml pada orang
dewasa. Tingkat pembentukan adalah sekitar 0,35 ml / menit atau 500 ml /
hari. Oleh karena itu sekitar 14% dari total volume mengalami absorbsi
setiap satu jam. Tingkat di mana cairan serebrospinal dibentuk tetap relatif
konstan dan menurun hanya sedikit saat tekanan cairan cerebrospinal
meningkatkan.Sebaliknya, tingkat penyerapan meningkat secara signifikan
saat tekanan cairan cerebrospinal melebihi 7 mm Hg. Meskipun
mekanisme absorbsi cairan liquor terganggu, tingkat penyerapan tidak
akan mengalami peningkatan, ini merupakan mekanisme hidrosefalus
progresif.
3. Kompartemen Tekanan dan Aliran Cairan
Kisaran nilai tekanan intrakranial (intracranial pressure/ ICP)
normal bervariasi sesuai dengan usia. Nilai normal adalah kurang dari 10
sampai 15 mmHg untuk orangdewasa dan tua, anak yang lebih besar, 3
sampai 7 mmHg untuk anak-anak yang lebihmuda, dan 1,5-6 mmHg untuk
bayi. ICP dapat bernilai sub-atmosfer pada bayi barulahir. Batas normal
yang biasa digunakan adalah 5 sampai 15 mmHg. Data pediatriksaat ini
mendukung

ICP

>

20

mmHg

sebagai

ambang

batas

untuk

mendefinisikanhipertensi intrakranial yang membutuhkan pengobatan.


Nilai ICP lebih besar dari 40 mmHg yang berkelanjutan menunjukkan
hipertensi intrakranial berat yang mengancamnyawa.

5.Dinamika Tekanan Intrakranial


a. Compliance

17

Compliance

merupakan

indikator

toleransi

otak

terhadap

peningkatan ICP. Ketikacompliance pasien terlewati, akan terjadi


peningkatan

dramatis

pada

tekanan/

kurvavolume,

menyebabkan

peningkatan ICP yang cepat.


b.Aliran darah serebral
Pada otak yang mengalami cedera, aliran darah serebral (cerebral
blood flow/ CBF)diatur untuk memasok oksigen dan substrat yang cukup
ke otak. Faktor fisiologistertentu seperti hiperkarbia, asidosis dan
hipoksemia menyebabkan vasodilatasi, yang menyebabkan peningkatan
CBF. Aktivitas

kejang

dan demam akan meningkatkan tingkat

metabolisme otak dan CBF


c. Tekanan perfusi serebral
Tekanan perfusi serebral (cerebral perfusion pressure/ CPP) adalah
tekanan di mana otak mendapatkan perfusi. CPP memungkinkan
pengukuran tidak langsung terhadap kecukupan CBF. Hal ini dihitung
dengan mengukur perbedaan antara tekanan arteri rata-rata (mean arterial
pressure/ MAP) dan ICP (MAP - ICP), di mana MAP = 1/3 tekanan
sistolik ditambah 2/3 tekanan diastolik.
Nilai CPP normal yang umumnya diterima sebagai tekanan
minimal yang diperlukan untuk mencegah iskemia adalah:
-

orang dewasa > 70 mmHg; anak > 50-60 mmHg;

bayi/ balita > 40-50 mmHg.

CPP <40 mmHg adalah prediktor yang bermakna dari mortalitas pada
anak dengan TBI

Definisi Penyakit
18

Istilah yang berasal dari bahasa Yunani "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala, sehingga kondisi ini sering dikenal dengan
"kepala air adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal
dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruangsubdural.
Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup
sering terjadi pada bayi baru lahir dan balita. Hidrosefalus adalah kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209)
Hidrosefalus, yang juga dikenal sebagai air di dalam otak, adalah
kondisi medis yang ditandai dengan penimbunan abnormal dari cairan di
dalam tulang tengkorak, menyebabkan tekanan berlebihan pada otak yang
dapat berakibat fatal apabila tidak dirawat (Persiffy, 2014)

Manifestasi Klinis
Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang ditandai oleh volume

intrakranial cairan cerebrospinal fuild yang berlebihan. Dapat berupa


communicant dan noncommunicant, tergantung pada apakah atau tidak
hubungan cairan cerebrospinal antara sistem ventrikel dan subarachnoid
space.
1. Hidrosefalus Obstruktif (Non-komunikans)
Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal yang disebabkan
obstruksi pada salah satu

tempat pembentukan likuor, antara pleksus

koroidalis sampai tempat keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen


Magendi dan Luschka.
2. Hidrosefalus Komunikans
Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal tanpa disertai
penyumbatan system ventrikel.

Etiologi
19

Hidrosefalus terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam


system ventrikel atau oleh produksi likuor yang berlebihan. Hidrosefalus
terjadi bila terdapat penyumbatan aliran likuor pada salah satu tempat,
antara tempat pembentukan likuor dalam system ventrikel dan tempat
absorpsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS di bagian proksimal sumbatan.
Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinis adalah
foramen Monro,

foramen Luschka dan Magendi, sisterna magna dan

sisterna basalis. Secara teoritis, pembentukan CSS yang terlalu banyak


dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya terlihat
pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan.
1. Kelainan Bawaaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius,
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan
anak ( 60-90% ). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu atau
abnormal lebih sempit

dari biasa. Umumnya

terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat

gejala hidrosefalus
pada bulan-bulan

pertama setelah lahir.


b. Spina bifida dan cranium bifida,
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan

dengan

sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis, dengan


medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker,
Merupakan atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi
dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system

20

ventrikel, terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya


hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fossa posterior.
d. Kista arakhnoid,
Dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
e. Anomaly pembuluh darah,
Dalam

kepustakaan

dilaporkan

terjadi

hidrosefalus

akibat

aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior


dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat obstruksi
akuaduktus.
2. Infeksi,
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga terjadi
obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjad bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen
terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih
tersebar.
3. Neoplasma,
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak bisa dioperasi maka dapat dilakukan
tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu glioma
21

yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan


ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
5. Perdarahan,
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada
daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari
darah itu sendiri.

Patofisiologi Hidrosefalus
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga
mekanisme yaitu; produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi
aliran liquor, peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari
tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intracranial sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbs. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun
hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbs. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda beda tiap saat tiap
saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1. Kompensasi sistem serebrovascular
2. Redistribusi dari liquor serebrospinal atau cairan ekstraseluler
atau kedunya dalam susunan sistem saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak,
gangguan viskoelastisitas otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat
adanya regangan abnormal pada sutura cranial.

22

Produksi liquor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh


tumor pleksus khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang
berlebihan akan menyebabkan tekanan intracranial meningkat dalam
mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan absorbs liquor,
sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan
mengenai produksi liquor yang berlebihan tanpa

adanya tumor pada

pleksus khoroid, di samping juga akibat hipervitaminosis A.


Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari
kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan liquor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat peningkatan resistensi
aliran cairan liquor adan kecepatan perkembangan gangguan hidrodinamik
berpengaruh pada penampilan klinis

Manifestasi Klinis

Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita8. Gejala


yang tampak berupa gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi6.
Pada pasien hidrosefalus berusia di bawah 2 tahun gejala yang paling
umum tampak adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran
kepala. Makrokrani mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standart di atas ukuran normal,
atau persentil 98 dari kelompok usianya.
Selain itu menentukan telah terjadinya makrokrania juga dapat
dipastikan dengan mengukur lingkaran kepala suboksipito-bregmatikus
dibandingkan dengan lingkaran dada dan angka normal pada usia yang
sama. Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala lingkaran kepala, yaitu
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari
normal. Gejala tekanan intracranial yang meninggi dapat berupa muntah,
nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil
saraf kranialis II pada pemerikaan funduskopi.

23

Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi


intracranial lainnya yaitu :
1. Fontanel anterior yang sangat tegang. Biasanya fontanel
anterior dalam keadaan normal tampak datar atau bahkan sedikit
cekung ke dalam pada bayi dalam posisi berdiri (tidak menangis)
2. Sutura cranium tampak atau teraba melebar
3. Kulit kepala licin mengkilap atau tampak vena vena supervisial
menonjol. Perkusi kepala akan terasa seperti pot bunga yang retak
(cracked pot sign)
4. Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomena) tampak
kedua bola mata deviasi kebawah dan kelopak mata atas tertarik,
sclera tampak di atas iris sehingga iris seakan akan matahari yang
akan terbenan. Fenomena ini seperti halnya tanda perinaud, yang
terdapat gangguan pada daerah tektam. Esotropia akibat parase
n.VI dan kadang terdapat parase pada n. III, dapat menyebabkan
penglihatan ganda dan mempunya resiko bayi menjadi ambliopia.
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran, motoris atau kejang, kadang-kadang gangguan pusat
vital, bergantung kepada kemampuan kepala untuk membesar dalam
mengatasi tekanan intracranial yang meninggi. Bila proses berlangsung
lambat, maka mungkin tidak terdapat gejala neurologis walaupun telah
terdapat pelebaran ventrikel yang belum begitu melebar.
Gejala lainnya yang dapat terjadi ialah spastisistas yang biasanya
melibatkan ekstremitas inferior (sebagai konsekuensi peregangan traktus
pyramidal sekitar ventrikel lateral yang dilatasi) dan berlanjut sebagai
gangguan berjalan, gangguan endoktrin (karena distraksi hipotalamus dan
pituitari stalk oleh dilatasi ventrikel III)
Diagnosis
Pengukuran lingkar kepala fronto-oksipital yang teratur pada bayi
merupakan tindakan terpenting untuk menentukan diagnosis dini.
Pertumbuhan kepala normal paling cepat terjadi pada tiga bulan pertama.
Lingkar kepala akan bertambah kira-kira 2 cm tiap bulannya. Standar
24

normal berbeda untuk bayi prematur dan bayi cukup bulan. Pertumbuhan
kepala normal pada bayi baru lahir

adalah 2 cm / bulan untuk 3 bulan

pertama, 1 cm / bulan untuk 3 bulan kedua dan 0,5 cm / bulan selama


6 bulan berikutnya (lihat tabel 2).
Ukuran rata-rata lingkar kepala

Lahir

35 cm

3 bulan

41 cm

6 bulan

44 cm

9 bulan

46 cm

12 bulan

47 cm

18 bulan

48,5 cm

Studi laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan darah yang spesifik untuk
menunjukkan hidrosefalus. Test genetic dan konseling di rekomendasikan
jika terdapat kemungkinan hidrosefalus secara genetic.
Evaluasi cerebrospinal fluid (CSF) pada kondisi posthemorrhagic
dan postmeningitic hidrosefalus untuk melihat konsentrasi protein dan
untuk meniadakan residual infeksi.

Studi Imaging
Pada foto Rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang
membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura
melebar, yang menjadi alat diagnostic terpilih pada kasus ini adalah CT
25

scan kepala dimana sistem ventrikel dan seluruh isi intrakranial dapat
tampak lebih terperinci, serta dalam memperkirakan prognosa kasus. MRI
sebenarnya juga merupakan pemeriksaan diagnostic terpilih untuk kasus
kasus yang efektif. Namun, mengingat waktu pemeriksaan yang cukup
lama sehingga pada bayi perlu dilakukan pembiusan.
Gambar 2. Gambaran CT-scan pada penderita hidrosefalus

Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan punksi ventrikel melaui


fontanel mayor, dapat menunjukkan tanda peradangan, dan perdarahan
baru atau lama. punksi juga dilakukan untuk menentukan tekanan
ventrikel.
Untrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang yang
mempunyai peran penting dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada
periode perinatal dan pascanatal selama fontanelnya tidak menutup
sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran ventrikel atau perdarahan
dalam ventrikel.
CT-scan/MRI kriteria untuk akut hidrosefalus berupa :
-

Ukuran keduatemporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat. Dengan
tidak adanya hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat.

Rasio terlebar dari frontal horns untuk diameter biparietal maksimal


(yaitu, Evans ratio) lebih besar dari 30% pada hidrosefalus.

26

Eksudat

Transependymal yang diterjemahkan pada gambar sebagai

hypoattenuation periventricular

(CT)

atau

hyperintensity (MRI T2-

weighted and fluid-attenuated inversion recovery [FLAIR] sequences).


-

tanda pada frontal horn dari ventrikel lateral

dan ventrikel ketiga

(misalnya, "Mickey mouse"ventrikel) dapat mengindikasikan obstruksi


aqueductal.
CT-scan/MRI criteria untuk kronok hidrosefalus berupa :
-

Temporal horns tidak begitu menonjol dari pada kasus akut

Ventrikel ketiga dapat mengalami herniasi ke dalam sella tursica.

Macrocrania (misalnya, occipitofrontal circumference >98th percentile)


dapat di jumpai.

Corpus callosum dapat mengalami atrofi (tampilan terbaik pada potongan


sagittal MRI)

Penatalaksanaan
Pada sebagian penderita, pembesaran kepala berhenti sendiri
(arrested hydrocephalus) mungkin oleh rekanalisasi ruang subarachnoid
atau kompensasi pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah
belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor
yang masih bisa diangkat.
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu6; Mengurangi
produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis, dengan
tindakan reseksi atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan,
Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
27

absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subarachnoid.


Misalnya, ventrikulo-sisternostomi Torkildsen pada stenosis akuaduktus.
Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi
fungsi absorpsi, Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial

Penanganan sementara
Terapi konservatif

medikamentasa

ditujukan untuk mebatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid


(asetazolamide 100 mg/kgBB/hari; furosemid 1,2 mg/kgBB/hari) atau
upaya meningkatkan resorpsinya (isorbid). Terapi diatas hanya bersifat
sementara sebelum dilakukan terapi defenitif diterapkan atau bila ada
harapan

kemungkinan

pulihnya

gangguan

hemodinamik

tersebut;

sebaliknya terapi ini tidak efektif untuk pengobatan jangka panjang


mengingat adanya resiko terjadinya gangguan metabolik.
Drainase liqouor eksternal dilakukan dengan memasang kateter
ventrikuler yang kemudian dihubungka dengan suatu kantong drain
eksternal. Keadaan ini dilakukan untuk penderita yang berpotensi menjadi
hidrosefalus (hidrosefalus transisi) atau yang sedang mengalami infeksi.
Keterbatasan tindakan ini adalah adanya ancaman kontaminasi liquor dan
penderita harus selalu dipantau secara ketat8. Cara lain yang mirip dengan
metode ini adalah puksi ventrikel yang dilakukan berulang kali untuk
mengatasi pembesaran ventrikel yang terjadi.

Penanganan Alternatif (selain shunting)


Tindakan alternative selain operasi pintas (shunting) diterapkan khususnya
bagi kasus kasus yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel
28

termasuk juga saluran keluar ventrikel IV (misal; stenosis akuaduktus,


tumor fossa posterior, kista arakhnoid). Dalam hal ini maka tindakan
terapeutik semacam ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, walaupun
kadang lebih rumit daripada memasang shunt, mengingat restorasi aliran
liqour menuju keadaan atau mendeteksi normal selalu lebih baik daripada
suatu drainase yang artifisiel. \
Terapi etiologic. Penanganan terhadap etiologi hidrosefalus
merupakan strategi terbaik; seperti antara lain; pengontrolan kasus yang
mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang
mengganggu aliran liquor, pembersihan sisa darah dalam liquor atau
perbaikan suatu malformasi. Pada beberapa kasus diharuskan untuk
melakukan terapi sementara terlebih dahulu sebelum diketahui secara pasti
lesi penyebab; atau masih memerlukan tindakan operasi shunting karena
kasus yang mempunyai etiologi multifactor atau mengalami gangguan
aliran liquor skunder.

Operasi pemasangan pintas (shunting)


Sebagian

besar

pasien

hidrosefalus

memerlukan

shunting,

bertujuan membuat aliran loquor baru (ventrikel atau lumbar) dengan


kavitas drainase (seperti; peritoneum, atrium kanan, pleura). Pada anak
anak lokasi kavitas yang terpilih adalah rongga peritoneum, mengingat
mampu menampung kateter yang cukup panjang sehingga dapat
menyesuaikan pertumbuhan anak serta resiko terjadi infeksi relatifd lebih
kecil dibanding rongga jantung. Biasanya cairan LCS didrainasi dari
ventrikel, namun terkadang pada hidrosefalus kommunikan ada yang
didrain ke rongga subarachnoid lumbar.
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga komponen yaitu; kateter
proksimal, katub (dengan/tanpa reservior), dan kateter distal. Komponen
29

bahan dasarnya adalah elastomer silicon. Pemilihan pemakaian didasarkan


atas pertimbangan mengenai penyembuhan kulit yangd alam hal ini sesuai
dengan usia penderita, berat badan, ketebalan kulit dan ukuran kepala.
Sistem hidrodinamik
Shunt

tetap berfungsi pada tekanan yang tinggi, sedang dan

rendah, dan pilihan ditetapkan sesuai dengan ukuran ventrikel, status


pasien (vegetative, normal) pathogenesis hidrosefalus, dan proses
evolusi penyakit. Penempatan reservoir shunt umunya dipasang di frontal
atau temporo-oksipital yang kemudian disalurkan di bawah kulit . tehnik
operasi penempatan shunt didasarkan pada pertimbangan anatomis dan
potensi kontaminasi yang mungkin terjadi. Terdapat dua hal yang perlu
diorbservasi pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang
dipasang.
Komplikasi shunt dikategorikan menjadi tiga komplikasi yaitu;
infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional, yang disebabkan
jumlah aliran yang tidak adekuat. Infeksi meningkatkan

resiko akan

kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. Kegagalan


mekanis mencakup komplikasi komplikasi seperti; oklusi aliran di dalam
shunt (proksimal katub atau distal), diskoneksi atau putusnya shunt,
migrasi dari tempat semula, tempat pemasangan yang tidak tepat.
Kegagalan fungsional dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah
kurang lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat
menimbulkan komplikasi

lanjutan seperti terjadinya efusi subdural,

kraniosinostosis, lokulasi ventrikel, hipotensi ortostatik


.
Komplikasi
30

Berhubungan dengan progresifitas hidrosefalus


-

Perubahan Visual

Oklusi dari arteri cerebral posterior akibat proses skunder dari


transtentorial herniasi

kronik papil udema akibat kerusakan nervus optikus.

Dilatasi dari ventrikel ke tiga dengan kompresi area kiasma optikum.

Disfungsi cognitive dan inkontunensia

Berhubungan dengan pengobatan


o Electrolit imbalance
o Metabolic acidosis

Berhungan dengan terapi bedah


o Tanda dan gejala dari peningkatan tekanan intracranial dapat disebabkan
oleh gangguan pada shunt.
o Subdural hematoma atau subdural hygroma akibat skunder dari
overshunting. Nyeri kepala dan tanda neurologis fokal dapat dijumpai.
o Tatalaksana kejangn dengan dengan obat antiepilepsi.
o Okkasional Infeksi pada shunt dapat asimtomatik. pada neonates, dapat
bermanifestasi sebagai perubahan

pola makan, irritabilitas, vomiting,

febris, letargi, somnolen, dan ubun ubun menonjol. Anak-anak yang lebih
tua dan orang dewasa biasa dengan gejala dengan sakit kepala, febris,
vomitus, dan meningismus. Dengan

ventriculoperitoneal (VP) shunts,

sakit perut dapat terjadi.


31

o Shunts dapat bertindak sebagai saluran untuk metastasis extraneural


tumor tertentu (misalnya, medulloblastoma).
o Komplikasi dari VP

shunt

termasuk; peritonitis, hernia inguinal,

perforasi organ abdomen, obtruksi usus, volvulus, dan CSF asites.


o Komplikasi dari ventriculoatrial (VA)

shunt

termasuk; septicemia,

shunt embolus, endocarditis, dan hipertensi pulmunal.

Kompliaksi

dari

Lumboperitoneal

shunt

termasuk;

radiculopathy dan arachnoiditis

GASTROENTERITIS
Definisi
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir.
Etiologi Diare
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :

Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella,


campylobacter, yersenia, aeromonas

Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotairus, astrovirus

Infeksi parasit : cacing (ascaris , trichiuris, oxyuris, strongyloides

Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas


homonis

32

Jamur : candida albicans

2. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis.
Keadaan teruta pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

3. Faktor malabsorbsi :

Malabsorbsi Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula


adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gulagula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan
kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu)
dimana produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose,
menjurus pada diare. Lactose tidak diurai dalam usus karena
ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang normalnya mengurai
lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam tubuh.
Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik air
(dengan osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare.
Meskipun lactose adalah bentuk yang paling umum dari malabsorbsi
gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin menyebabkan diare,
termasuk fructose dan sorbitol.

Malabsorbsi Lemak. Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan


untuk mencerna atau menyerap lemak. Malabsorbsi lemak mungkin
terjadi karena sekresi-sekresi pankreas yang berkurang yang adalah
perlu untuk pencernaan lemak yang normal (contohnya, disebabkan
oleh pankreatits atau kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari
lapisan dari usus kecil yang mencegah penyerapan dari lemak yang
telah dicerna (contohnya, penyakit celiac). Lemak yang tidak tercerna
memasuki bagian terakhir dari usus kecil dan usus besar dimana
bakter-bakteri merubahnya kedalam senyawa-senyawa (kimia-kimia)
33

yang menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar.
Lintasan melalui usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat
ketika ada malabsorbsi dari lemak.

Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian
di negara berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun
pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk
infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris
dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

Patofisisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak


dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Gangguan sekresi : akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding


usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
34

rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan


isi rongga usus

Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic.
Gejala gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic,
dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
35

dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi


berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen
antara lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala
neurolgik dari infeksi usus bias berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta
rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom
yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena
mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seprti:enteric virus,
bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya
penderita tidak panas atu hanya subfebris, nyeri perutperiumbilikal tidak berat,
watery diare, menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh
karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi
tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.

36

Tatalaksana Diare menurut WHO


a. Rehidrasi
b. Dukungan nutrisi
c. Suplementasi Zinc
d. Antibiotik Selektif
e. Edukasi orang tua
Rehidrasi
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Jelaskan pada ibu:
- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan
tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada
-

setiap kali pemberian.


jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang

sebagai tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air

matang
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan
- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat
Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu
37

berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai


tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari:
- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
- >2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB
Katakan pada ibu
- agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/
-

cangkir/gelas
jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.
- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
Beri tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis :
- umur <6 bulan : tablet (10 mg) perhari
- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari
Lanjutkan pemeberian makanan
Kapan harus kembali
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Usia

<4 bulan

4-11 bulan

12-23

5.4 tahun

5-14tahun

>15 tahun

bulan
Berat

<5 kg

5-7,9 kg

8-10,9 kg

11-15,9 kg

16-29,9 kg

>30 kg

200-400

400-600

600-800

800-1200

1200-2200

2200-4000

badan
Jumlah
(ml)
Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi
penilaian dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana
terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang
sebelum pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan
berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3
jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6
bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak
38

menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan
cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang
tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah
member makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI.
Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10
hari.
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau
ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai
berikut.
Umur

Pemberian
30ml/kgBB selama

Bayi

(bibawah

umur12 1 jam*

pertama Pemebrian

berikut

70ml/kgBB selama
5 jam

bulan)
Anak (12 bulan sampai 5 30 menit*

2 jam

tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik,
beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera
setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali
bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian
pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Dukungan Nutrisi

39

Makanan diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat, untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak
terjadi gizi buruk.
Suplementasi Zinc
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak, zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
besar ketika anak mengalami diare. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam
pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran
cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air
dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc
cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena
tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang
memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada
anak
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangai kebijakan bersama
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan zinc selama 10-14 hari.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan . Penelitian yang
dilakukan selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan
diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti
menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.
-

. Dosis zinc untuk anak-anak:


anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh
dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit.
40

Untuk anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
atau oralit
Antibiotik Selektif
Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang
disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik
E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,
Penyebab

Antibiotik pilihan

Alternatif

Kolera

Tetracycline 12,5 mg/kgBB


4x sehari selama 3 hari

Erythromycin 12,5 mg/kgBB


4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri

Ciprofloxacin 15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam 20 mg/kg BB
4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone
50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis

Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)

Edukasi Orang tua


Nasihat pada orang tua untuk segera kembali bila ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering
atau belum membaik.

Komplikasi pada Diare


Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti :

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

41

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia

(dengan

gejala

meteorismus,

hipotoni

otot,

lemah,

bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram).

Hipoglikemi

Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase


karena kerusakan vili mukosa usus halus.

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

Prognosis
Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada
penyakit penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani sesuai
dengan kondisi umum pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang
paling penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat
berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta yang memberatkan keadaan pasien
maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan
terhadap diare.10Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan
pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan
penanganan yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya.

42

GIZI
A.

Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali
bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi
bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam
proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan
salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu,
ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun

43

berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan


seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buahbuahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan
untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.
Defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapatkan makanan
cukup bergizi dalam waktu lama.
B. Etiologi
1.
Jumlah makanan yang di makan kurang.
Asupan makanan yang kurang diantara lain disebabkan oleh :
a. Tidak tersedianya makanan secara adekuat
b. Anak tidak cukup mendapat gizi seimbang
c. Pola makan yang salah
2.

Penyakit.
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara
negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman

endemisitas penyakit tertentu.


C. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi
kurang umumnya terjadi pada balita dengan keadaan lahir BBLR (bayi berat lahir
rendah) atau dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Tidak tercukupinya
makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan
kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi
kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk atau kurang energi kalori. Pada
akhirnya

anak

tersebut

akan

mengalami

gangguan

pertumbuhan

dan

perkembangan.
D. Manifestasi Klinis
Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya:
1.
Pertumbuhan

44

Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan


sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi
2.

rontok
Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak
kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas,

dan merasa lemas


3.
Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang
infeksi seperti batuk, pilek dan diare
4.
Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen
5.

seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat


Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak

6.

tenang, cengeng dan apatis.


Perubahan rambut dan kulit
Rambut kepala mudah dicabut dan tampak kusam, kering, halur, jarang
dan berubah warna. Sedangkan pada kulit terapat garis-garis kulit yang lebih

7.
8.
9.

E.
1.
2.
3.
F.

dalam dan lebar, hiperpigmentasi serta bersisik.


Pembesaran hati
Anemia
Kelainan kimia darah
Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit
meninggi, dan kadar kolesterol serum rendah.
Komplikasi
Malnutrisi Energi Protein (MEP) berat yang dikenal dengan:
Kwashiorkor
Marasmus
Marasmik-kwashiorkor
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang :
1. Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan, vitamin
dan mineral.
2. Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)
3.

Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan


dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga
45

4. Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan susu
menjelang waktu makan
5. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan
bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam untuk
meningkatkan selera makan
7. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan
secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK


Deteksi dini

penyimpangan

pertumbuhan

dan

perkembangan

pada anak merupakan tema global utama dalam pelayanan kesehatan anak
secara modern. Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir telah
dilaksanakan diberbagai negara maju, dan semakin meningkatnya jumlah
negara-negara berkembang yang menjalankan program untuk mengidentifikasi
kelainan pada anak. Kegiatan deteksi dimaksudkan untuk penapisan /
penjaringan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak, dan pengkajian
faktor risiko yang mempengaruhi sehingga tindakan intervensi dapat dilakukan
sedini mungkin.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada
usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase
46

Golden Age. Golden age merupakan masa yang sangat

penting

untuk

memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin


dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang
sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik,
psikologi, dan sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua.
Selain itu pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan
posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan tentang deteksi
dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh orang tua, guru,
dan masyarakat.
Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang ditandai
dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh, karena adanya pertambahan
dan pembesaran sel-sel. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat dapat
diketahui dengan mengukur berat badan, panjang badan/tinggi badan, linngkar
kepala dan lingkar lengan atas, umur tulang, dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Sedangkan perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan
(skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Antopometri
1. Berat Badan
-

Berat badan BBL normal adalah 2500-4000 gr.

Penurunan fisiologis 5-10% selama 10 hari pertama

Perkiraan berat badan :


5 bulan

= 2 X BB lahir

1 tahun

= 3 X BB lahir

2 tahun = 4 X BB lahir
pra sekolah = 2 kg / tahun
47

Growth spurt (Pacu tumbuh) :


Anak perempuan: 8-18 tahun
Anak laki-laki : 10-20 tahun

Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi


yang baik :
Triwulan pertama : 700 - 1000 gr
Triwulan kedua : 500 - 600 gr
Triwulan ketiga : 350 - 450 gr
Triwulan keempat : 250 - 350 gr

Formula berat badan :


BB = 8 + 2n Kg
n : jumlah umur dalam tahun

2. Panjang Badan/Tinggi Badan


-

Panjang badan BBl normal 48-50 cm.

Kenaikan tinggi badan pada tahun 1 peratama :


Triwulan pertama : 10 cm
Triwulan kedua : 6 cm
Triwulan ketiga : 5 cm
Triwulan keempat : 4 cm

Perkiraan panjang badan :


1 tahun = 1,5 X PB lahir
4 tahun = 2 X PB lahir
6 tahun = 1,5 X TB 1 tahun
13 tahun = 3 X PB lahir
Dewasa = 3,5 X PB lahir atau 2 X TB 2 tahun

Fomula tinggi badan anak lebih dari 3 tahun :


TB = 80 = 5n cm
n : jumlah umur dalam tahun

3. Lingkar Kepala
-

Berhubungan dengan isi ruang tengkorak (Pertumbuhan otak).

Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)

Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.

Perkiraan lingkar kepala :


48

6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
10 ahun : 53 cm
dewasa : 55-57 cm
-

Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, begitu juga


sebaliknya.

Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6


bulan pertama setelah lahir, setalah itu hanya terjadi pembesaran sel-sel
otak saja.

Berat otak BBL adalah 1/4 berat otak orang dewasa tapi jumlah selnya
sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.

4. Lingkar Lengan Atas


-

Lingkar lengan atas BBL adalah 9,5-13,5 cm.

Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak


terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh disbandingkan berat badan.

Efektif uuntuk mengetahui keadaan gizi atau tumbuh kembang anak pra
sekolah yaitu 1-3 tahun.

Alat yang digunkan adalah pita ukur/metlin.

Diukur pada pertengahan lengan kiri bagian atas.

Lengan harus dalam keadaan tergantung bebas dan lingkar metlin tidak
ketat dan tidak longgar.

Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Tumbuh

kembang

anak

berlangsung

secara

teratur,

saling

berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai

dewasa.

Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola
tertentu. Tanuwijaya (2003) memaparkan tentang tahapan tumbuh kembang
anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa postnatal. Setiap
masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi,
fisiologi, biokimia, dan karakternya.

49

Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa


ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio
adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa
fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran.
Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode
pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa
bayi yaitu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2
6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum
terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam masa selanjutnya yaitu masa
sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 10 tahun, sedangkan laki-laki
berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau
masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan
berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertasa
pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.
Perkembangan Menurut Milestone
Pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 1 bulan

Menggerakkan kepala dari sisi ke sisi pada saat posisi tengkurap

Cengkraman yang kuat

Menatap tangan dan jari-jari

Mengikuti gerakan dengan mata

Proses perkembangan pada bayi bulan ke-2

Menahan kepala dan leher sebentar pada saat telungkup

Membuka dan menutup tangan, pukulan diarahkan tanpa arah

50

Mulai bermain dengan jari-jari, membuat asosiasi (menangis berarti


digendong atau diberi makan)

Tersenyum dengan responsif, mengadakan kontak mata

Pertumbuhan bayi usia 3 bulan

Meraih dan mengambil objek, kepala tegak saat digendong, mulai


merasakan beban pada kaki

Mengenggam objek dengan tangan, mengisap ibu jari dan meninju

Berguman, memekik

Menirukan anda saat anda menjulurkan lidah, mulai tertawa

Perkembangan bayi umur 4 bulan

Mendorong badan ke atas dengan tangan pada posisi telungkup, duduk


bertumpu pada lengan

Mengambil objek, menggenggam seperti menggunakan sarung tangan

Tertawa keras, mengamati dengan akurat

Menikmati bermain dan mungkin menangis ketika dihentikan, mengangkat


lengan sebagai isyarat "gendonglah aku"

Proses pertumbuhan dan perkembangan bayi bulan ke-5

Mulai berguling ke salah satu sisi badan

Belajar memindahkan objek dari tangan yang satu ke tangan yang lain

51

Meniup raspberry (menyemburkan busa)

Menjangkau mama atau papa dan menangis kalau ditinggal

Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan

Berguling ke sisi kiri dan kanan

Memakai tangan untuk menyambar objek kecil

Berceloteh

Mengenali wajah pengasuh, keluarga dan teman yang sudah akrab

Pertumbuhan bayi bulan ke-7

Bergerak sedikit - mulai merangkak

Belajar menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya

Berceloteh dengan cara yang lebih kompleks

Merespon ekspresi emosi orang lain

Proses perkembangan bayi bulan ke-8

Duduk tanpa dibantu

Mulai bertepuk tangan

Merespon kata-kata yang sudah akrab, melihat ketika dipanggil

Bermain permainan interaktif seperti cilukba

Pertumbuhan bayi bulan ke-9


52

Mungkin mencoba naik/merangkak ke atas tangga

Menguasai genggaman cubit

Belajar keberadaan objek -- bahwa sesuatu ada bahkan kalau mereka tidak
dapat melihatnya

Sedang takut-takutnya sama orang asing

Perkembangan pada bayi bulan ke-10

Menarik diri untuk berdiri

Menyusun dan mengurutkan mainan

Melambaikan bye-bye dan mengangkat tangan untuk mengatakan "naik"

Belajar memahami sebab akibat. Contoh: saya menangis, mama datang

Proses pertumbuhan bayi bulan ke-11

Menjelajah menggunakan perabotan

Membalik halaman saat anda membaca

Memanggil mama atau papa dengan "mama" atau " dada"

Perkembangan bayi bulan ke-12

Berdiri tanpa dibantu dan mungkin memulai langkah pertama

Membantu pada saat dipakaikan baju (memasukkan tangan ke lengan


baju)

53

Mengucapkan kira-kira 2 sampai 3 kata (biasanya "mama" dan"dada")

Bermain permainan meniru seperti pura-pura sedang nelpon


Perkembangan bayi bulan ke 13-15 Bulan

Berjalan, gemar mencorat-coret di mana-mana, dinding, berlagak seolah


bisa lancar memegang buku, minum dari gelas, mampu menggabungkan
dua kata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu faktor

dalam (internal)

Pertumbuhan dan
-

dan

faktor

luar

(eksternal/lingkungan).

perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.

Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga,


umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak
yang terlahir dari

suatu

ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai

ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih
cepat

dewasa

dibanding

laki-laki. Pada

masa

pubertas

wanitaumumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah


melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat.
Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang terlihat pada anak
yang menderita Sindroma Down.
-

Selain faktor internal, faktor eksternal/ lingkungan juga mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh faktor
yang

banyak

lingkungan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi.


Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat
54

dalam darah
makanan

ibu.

dan

pertumbuhan

Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya

kemampuan
anak

Indonesia

saluran

cerna. Hasil

(Sunawang,

2002)

penelitian

bahan
tentang

menunjukkan bahwa

kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab
gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi
yang salah, dan penyakit infeksi. Perkembangan
oleh

stimulasi

keluarga,

dan

misalnya

anak

juga

dipengaruhi

psikologis. Rangsangan/stimulasi khususnya dalam


dengan

penyediaan

alat mainan, sosialisasi anak,

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dlam
mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak
dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor lain yang tidak dapat

dilepaskan

dari

pertumbuhan

dan

perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan


dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya
pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, neural,
limfoid, serta reproduksi. Organ-organ yang mengikuti pola umum adalah
tulang panjang, otot skelet, sistem pencernaan, pernafasan, peredaran darah,
volume darah.
Perkembangan otak bersama tulang-tulang yang melindunginya, mata, dan
telinga berlangsung lebih dini. Otak bayi yang baru dilahirkan telah mempunyai
berat 25% berat otak dewasa, 75% berat otak dewasa pada umur 2 tahun, dan
pada umur 10 tahun telah mencapai 95% berat otak dewasa. Pertumbuhan
jaringan

limfoid

agak

berbeda

dengan

dari

bagian

tubuh

lainnya,

pertumbuhan mencapai maksimum sebelum remaja kemudian menurun hingga


mencapai ukuran dewasa. Sedangkan organ-organ reproduksi tumbuh mengikuti
pola

tersendiri,

yaitu pertumbuhan lambat pada usia pra remaja, kemudian

disusul pacu tumbuh pesat pada usia remaja. (Tanuwijaya, 2003; Meadow &
55

Newell, 2002; Cameron, 2002 ). Perbedaan empat pola pertumbuhan tersebut


tergambar dalam kurva di bawah ini.Kurva pertumbuhan jaringan dan organ
yang memperlihatkan 4 pola pertumbuhan (Dikutip dari Cameron, 2002).
Usia dini merupakan fase

awal

perkembangan

anak

yang

akan

menentukan perkembangan pada fase selanjutnya. Perkembangan anak pada fase


awal terbagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar,
motorik halus dan penglihatan, berbicara dan bahasa, serta sosial emosi dan
perilaku. Jika terjadi kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain.
Masalah Penyimpangan Tumbuh Kembang
Sesuai dengan definisi proses

tumbuh (pertumbuhan) yaitu

perobahan ukuran fisik dan struktur tubuh,

dan proses kembang

(perkembangan) yaitu perobahan fungsi dan pematangan organ, psikomotor,


dan perilaku anak dari tahap intra uterine hingga dewasa. Oleh karena itu yang
dimaksud penyimpangan tumbuh kembangpun perlu ditelaah masalahnya dari
proses yang berlangsung sejak intra uterine hingga dewasa pula. Dalam
praktek

pelayanan

kesehatan

anak,

masalah

penyimpangan

tumbuh

kembang secara praktis dapat dibagi 2 yaitu :


1.

Penyimpangan pertumbuhan dengan menggunakan tolok ukur


pertumbuhan.: Ukuran tubuh (anthropometri) dan bentuk morfologi
yang menyimpang dari normal.

2.

Penyimpangan perkembangan dengan menggunakan tolok ukur


perkembangan

a). Motorik kasar


b). Motorik halus
c).Kepribadian sosial
d). Bahasa
Telah diketahui bersama bahwa pada kurva distribusi normal dari
Gauss terdapat kelompok mayoritas dalam batas normal, kemudian
56

terdapat kelompok yang menyimpang lambat atau cepat (gambar1).


Begitu pula perkembangan yang dibandingkan dengan milestones baku
(standard).
Masalah penyimpangan tumbuh kembang anak yang terjadi dimasyarakat
memang sangatlah bervariasi, sebagai ilustrasi dapat dikaji sepuluh macam
kasus yang terbanyak ditemukan pada penderita baru rawat jalan klinik
4

Tumbuh Kembang RS Dr.Soetomo tahun 2005 (tabel 1).

Tabel 1. Urutan 10 macam kasus terbanyak penderita rawat jalan baru


klinik tumbuh kembang anak dan remaja , Unit Rawat jalan RSU
Dr.Soetomo 2005

No
Diagnosis
1. Developmental delay

Jumlah kasus
205

2. Speech delay

190

3. Motoric delay

133

4. Down Syndrome

45

5. Cerebral palsy

33

6. Microcephaly

22

7. Autism / ADHD

20

8. Epilepsy

14

9. Hydrocephalus

13

10. Mental Retardation

12

Dikutip dari Irmawati M, Listyandarini H. Jumlah penderita baru rawat jalan Klinik Tumbuh
Kembang Anak RSU Dr.Soetomo Surabaya tahun 2005. ( belum dipublikasi ).

Penyimpangan Pertumbuhan anak

Penyimpangan pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara


pemantauan dan pemeriksaan seksama sejak kehamilan misalnya dengan

57

memperhatikan kenaikan berat badan ibu setiap bulan dan

USG untuk

kemungkinan kelainan organik.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai tanda adanya penyimpangan
pertumbuhan, perlu dideteksi secara teliti.

a. Bentuk tubuh , ukuran, simetris atau tidak :


kepala (fontanella, pembengkakan ), muka (posisi mata,bentuk
palpebra, pupil, lensa, telinga, bentuk mandibula, maxilla, hidung dan
bibir), dada/thorax, jarak puting susu, umbilicus, otot perut, vertebra
scoliosis/kyphosis, spina dan posisi serta
adanya anus. Pada remaja; bentuk dan ukuran genitalia,payu dara,
rambut pubis dan axilla.

b. Anthropometri :
Ukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkaran kepala,lingkaran
lengan, lingkaran dada, panjang lengan/tungkai. Data-data pengukuran
yang dilakukan dengan tepat dan benar diplot dan dibandingkan dengan
standard yang sudah disepakati untuk negara bersangkutan atau oleh
WHO untuk digunakan.

c. Gagal tumbuh (Failure to thrive)


Terminologi ini sekarang disebut juga sebagai Growth Deficiency
didefinisikan
mengakibatkan

sebagai

melambatnya

kecepatan

tumbuh

yang

garis pertumbuhan memotong 2 garis persentil

pertumbuhan dibawahnya pada kurva pertumbuhan anak (gambar 3).


Penyimpangan perkembangan anak

Penilaian perkembangan anak meliputi identifikasi dini masalahmasalah

perkembangan

anak

dengan

screening

58

(skrining/penapisan/penjaringan) dan surveillance ukuran standard atau non


standard, yang juga digabungkan dengan informasi tentang perkembangan
sosial,

riwayat

keluarga,

riwayat

medik

dan

hasil

pemeriksaan

mediknya . Penyimpangan perkembangan biasanya dibahas bersama-sama


dengan penyimpangan perilaku dalam bab yang sama, dengan kelainan yang
sangat luas variasinya.
Tolok ukur perkembangan meliputi motorik kasar, halus, berbahasa,
perilaku sosial dipakai dalam skrining pada Denver Developmental Screening
Test (DDST) dan Denver II misalnya. Sedangkan untuk IQ(Intelligence
Qotient, SQ (Social Qotient),EQ (Emotional Qotient) yang dilakukan oleh para
psikolog diperlukan untuk menetapkan batas-batas kemampuan kurang, normal,
atau berbakat (pada gifted children), pada test pemilihan sekolah/pendidikan
yang tepat (placement test).

atau semacam fit and proper test pada orang

dewasa. Dikatakan terdapat penyimpangan perkembangan apabila kemampuan


anak tidak sesuai dengan tolok ukur (milestones) anak normal.
Dalam survai diperoleh dari informasi kepedulian orang tua terhadap
perkembangan dan perilaku anaknya.
Kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan perkembangan anak
:
1. Emosi dan perilaku
2. Berbicara dan berbahasa
3. Ketrampilan sosial dan menolong diri sendiri
4. Motorik kasar
5. Motorik halus
6. Membandingkan dengan lingkungan
7. Masalah anak yang orang tuanya tidak mengeluh
Tatatlaksana Penyimpangan Tumbuh Kembang
1.) Anannesa

Keluhan orang tua dan riwayat tumbuh kembang (lisan


dan tertulis/kuesioner skrining perkembangan anak
59

2.) Pemeriksaan

Observasi dan pemeriksaan (bentuk muka, tubuh, tindak


tanduk anak, hubungan anak dengan orang

tuanya/pengasuhnya, sikap anak terhadap pemeriksa).


Pengukuran anthropometri :
Rutin :Tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala,
lingkaran lengan. Atas indikasi :
Lingkaran dada, panjang lengan (armspan), panjang
tungkai, tebal kulit (skinfold).

3.) Penilaian pertumbuhan

Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan standard


yang
dipakai:
1. PB /U, PB/BB,BB/U NCHS/CDC 2000
2. BB/U KMS WHO
3. Lingkaran kepala Nellhaus
4. Lingkaran lengan (Depkes RI)
5. Lingkaran dada, panjang lengan/tungkai :buku referens
Untuk anak normal ataukah untuk keadaan khusus
(Sindroma Down atau Achondroplasia), Kartu Menuju
Sehat/Buku KIA.

4.) Penilaian maturitas

Pertumbuhan pubertas (Tanner) :


Anak perempuan (payu dara, haid, rambut pubis) Anak

laki-laki ( testis, penis, rambut pubis)


Umur tulang (bone age).

5.) Penilaian perkembangan

Skrining dengan instrumen Denver II, Munchen, Bayley ,

Stanford
Binnet atau lainnya.
Pilihlah test yang paling dikuasai oleh pemeriksa.

60

6.) Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi

Radiologi :Umur Tulang ( Bone Age), Foto tengkorak, CT

scan/MRI.
Laboratorium : Darah(umum atau hormonal), urine

tergantung penyakit atau kelainan organik yang mendasari.


Fungsi Pendengaran (TDD)
Fungsi Penglihatan(TDL), Funduskopi,Lapang pandang

Pemeriksaan otot (EMG).

7.) Klasifikasi/Diagnosis Kerja

Setelah dilakukan skrining kemudian perlu ditetapkan


apakah

anak

termasuk

kategori

Normal

atau

menyimpang ( terlambat atau terlalu cepat dibandingkan


dengan standard/milestones)
8.) Rujukan

Menetapkan indikasi rujukan.: Kemana ? Persiapan apa


saja ?

Apabila penderita tidak bisa dikirim ? Penggunaan


telemedicine?

Perlu dipersiapkan

pada intervensi/tindakan invasif:

Information for consent dan disusul dengan informed


consent ?
Contoh kasus :
I. Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)
A. Evaluasi awal
Anamnes dan pemeriksaan fisik untuk identifikasi penyebabnya

Fokus pada kelainan tubuh yang sering menyebabkan


termasuk kekerasan dan penelantaran anak.

Riwayat kelahiran : Hasil skrining neonatus, IUGR, anoxia, infeksi


61

Kongenital.

Makanan dan gizi : Kesukaran menelan, mengunyah, menelan.

Pola makan (ASI, formula, PASI, makanan padat) Buang air besar
& kencing :

Diare,

konstipasi,

muntah,

kesukaran

kencing.

Pola

Pertumbuhan : Gunakan kurva pertumbuhan KMS / NCHS


Infeksi berulang, Masuk Rumah Sakit, faktor resiko HIV.

Riwayat perkembangan

Faktor sosial dan keluarga : komposisi keluarga, status ekonomi,


dukungan, stres, penyakit keturunan, berat badan dan tinggi badan
keluarga lainnya.

B. Evaluasi Lanjut:

Catatan diet ( kalori, protein,mikronutrien,dan pola makan) selama 3 hari


secara prospektif.

Pemeriksaan

laboratorium

atas

indikasi

pemeriksaan

feces

untuk Malabsorpsi pada diare (clini test untuk karbohidrat, floating test
untuk lemak), proteinuria pada sindroma nefrotik

Muntah-muntah yang menjurus pada penyebab : gastrointestinal,


metabolik, neurologik, infeksi dan ginjal.

Waktu untuk evaluasi tergantung berat ringannya gejala dan


tingkatan gagal tumbuh.

C. Pengobatan :

Sasaran pengobatan adalah diet dan pola makan anak, perkembangan


anak, ketrampilan pengasuhnya, dan penyakit organik yang ditemukan.

Diet dengan kalori tinggi 150% dari kebutuhan kalori/BB ideal/hari

Pemantauan secara ketat selama 1-2 minggu pertama, dan


memperhatikan kenaikan berat badan yang dicapai. Diperlukan
62

pendampingan ahli gizi, kerja sama dengan tenaga lulusan Akademi Gizi
bisa berperan membantu keberhasilan pengobatan
- Stimulasi perkembangan anak harus diajarkan pada orang tua
yang kurang memahami cara-caranya. Dukungan moril untuk
pengasuh agar konsisten dalam mengasuh anak dengan gagal
tumbuh membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Perbaikan
nutrisi terlambat dapat mempengaruhi jangka panjang kondisi
anak.
-

Untuk menjamin perbaikan holistik mungkin dapat


diupayakan suatu tempat penitipan anak sementara (day
care)

II. Terlambat Bicara (Speech Delay)


A. Evaluasi awal :
Anamnesa

dan

pemeriksaan

fisik

untuk

identifikasi

penyebabnya,catatan hasil skrining neonatus sampai usia 3 bulan untuk


kecurigaan
frekuensi

adanya

gangguan

pendengaran,

kejadian

sakit telinga/mengeluarkan cairan atau trauma karena

kekerasan
- Penggunaan alat skrining awal kemampuan berbahasa.
- Test Daya Dengar., dengan ELMS (Early Language Milestone Scale)

B. Evaluasi lanjut :
- Pemeriksaan audiologi oleh konsultan ahli THT yang berpengalaman.
- Pemeriksaan yang berkaitan dengan kelainan pada syaraf : EEG atau
CT Scan
/MRI atas indikasi apabila terdapat riwayat kejang, asfiksia, dan
infeksi pada SSP.
- Pemeriksaan adanya kelainan perilaku anak (Autism /ADHD)
- Identifikasi dan rujukan

63

C. Diagnosis
Menetapkan klasifikasi penyimpangan berbahasa/bicara : Ekspresif,
Reseptif dan Kesukaran bicara: biasanya merupakan efek jangka pendek
dan jangka panjang OM(otitis media)

pada usia sampai 2 tahun.

D. Intervensi/ Pengobatan
1). Konservatif
2). Aktif terhadap keadaan yang akut, bila keadaan tenang dianjurkan
ke Rumah Sakit yang pelayanan sudah lengkap dengan speech therapy
(terapi wicara)
3).Pada Autism / ADHD perlu secara multidisiplin dengan
Pskolog

dan

Psikiater

dan

Rehabilitasi

Medik,

serta

peningkatan interaksi anak dengan orang tuanya.


4). Konseling apabila diperlukan Alat Bantu Dengar.

64

Grafik KMS Balita

65

Data Berat Badan Umur 0-11 bulan

BULAN
April 2013
Mei 2013
Juni 2013
Juli 2013
Agustus 2013
September 2013
Oktober 2013
November 2013
Desember 2013
Januari 2014
Februari 2014
Maret 2014
April 2014
Mei 2014
Juni 2014

BERAT BADAN
1300 gram
1700 gram
2000 gram
2900 gram
3500 gram
4000 gram
5100 gram
5100 gram
5500 gram
5900 gram
6600 gram
7100 gram
6200 gram

66

Grafik Lingkar Kepala Bayi


Anak laki-laki, usia 11 bulan
Berat Badan

: 6,2 kg

Panjang Badan

: 68 cm

Lingkar Kepala

: 49 cm

Follow up pasien An. Egi Saputra (11 bulan)


Tanggal 6-6-2014
S:
67

KU : diare dialami sejak 5 hari


KT : muntah dan demam dialami sejak 5 hari
HR : 140x/menit
RR :44x/menit
T:38,2C
N:i/t cukup
Th/ O2 nasal 2 L/menit
Inf. RL 10 tpm
Po

: Zinc syr 1x20mg


PCT 3X cth
Inj. Ranitidin

Tanggal 7-6-2014
S:
KU : diare sehari 4 x, ampas (+), cair (+)
KT : batuk (+), panas (-)
HR :140x/menit
RR :35x/menit
T:35,9C
N:i/t cukup
Th/

Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv

Po

: Zinc pro 1x20mg


PCT 3X cth
Oralit 50 cc/ diare
Lacto B 2 X sachet

Tanggal 8-6-2014
68

S:
KU : diare sehari (-)
KT : batuk (+), panas (-)
HR :100x/menit
RR :36x/menit
T:36,2C
N:i/t cukup
Th/

Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv

Po

: Zinc pro 1x20mg


PCT 3X cth
Oralit 50 cc/ diare
Lacto B 2 X sachet

Tanggal 9-6-2014
S:
KU : diare sehari 2x, ampas (+)
KT : batuk (-), panas (-)
HR :106x/menit
RR :33x/menit
T:36,6C
N:i/t cukup
Th/

Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv

Po

: Zinc pro 1x20mg


PCT 3X cth

69

Tanggal 10-6-2014
S:
KU : sudah tidak adakeluhan
KT : sudah tidak ada keluhan
HR :120x/menit
RR :36x/menit
T:36,6C
N:i/t cukup
Th/

Inf. RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x250 mg iv

Po

: Zinc pro 1x20mg


PCT 3X cth

70

DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, C.L, Sowden, L.A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri
(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F, dan Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan

Pedoman

Untuk

Perencanaan

dan

Pendokumentasian

Perawatan Pasien (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC

3. Espay A J, Murro A M, Talavera F, Caselli R J, Benbadis S R, Crysta H A.


Hydrocephalus.

Medscape

reference.

April

2010.

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview#showall last update


18 april 2011.
4. http://eprints.uny.ac.id/4226/2/deteksi_dini_gangguan_tumbang.pdf
5. http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/tumbuh-kembang-anak.pdf
6. http://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf
7. http://www.academia.edu/3642139/1_Pengertian_penyakit_hidrosefalus
8. http://www.anakku.net/milestone-0-15-bulan.html
9. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions
diseases/hidrosefalus-_-9510001031430
10. Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
11. Nusalam, Susilaningrum, R. Utami, S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Cetakan I. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
71

12. Rekate HL. A contemporary definition and classification of hydrocephalus.


Semin Pediatr Neurol. Mar 2009;16(1):9-15.
13. Soeparman, Sarwono Waspadji; Ilmu Penyakit Dlaam Jilid II, Balai

Penerbit FKUI Jakarta; 1990; hal. 393-441.


14. Speer, morgan, kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik
Dengan Clinical Pathaway. Edisi ke-3. Jakarta : EGC
15. Suriadi, Yulliani, rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi ke-2.
Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya
16. Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
2: Cetakan Ke-11. Jakarta : Percetakan Infomedika
17. Wong, L.donna, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol : 2.
Jakarta : EGC.

72

Anda mungkin juga menyukai