PATOFISIOLOGI
- Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap
yaitu cedera primer dan cedera sekunder.
- Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat
langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses
akselerasi-deselerasi gerakan kepala ( Gennarelli, 1996 dalam Israr
dkk, 2009 ).
- Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar
dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi
kontusio. Lesi kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio
coup, di seberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi,
Sehingga tidak terdapat lesi.
- Jika terdapat lesi, maka lesi tersebut dinamakan lesi
kontusio countercoup. Kepala tidak selalu mengalami akselerasi
linear, bahkan akselerasi yang sering dialami oleh kepala akibat
trauma kapitis adalah akselerasi rotatorik. Bagaimana caranya terjadi
lesi pada akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara
terinci.
- Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti
secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan
densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak
(substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat
dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada
tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003
dalam Israr dkk,2009).
- Cedera percepatan aselerasi terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
IPD FK UI
Tanda
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Sumbatan total
Sumbatan parsial
Pada korban dengann pernafasan yang masih baik >> anjurkan untuk
batuk dengann kuat sampai benda keluar
Obstruksi Komplit
Gejala
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun)
o Penatalaksanaan sumbatan jln napas
Bila dicurigai ada benda asing dijalan nafas atas, mulut harus
dibuka dgn paksa dan mengeluarkan benda asing tersebut.
Prognosis
Ada kesulitan bernafas :
o RR meningkat
o Hipoksi terlalau lama kelelhan otot-otot penumpukan
CO2
o Mempengaruhi SSP menekan pusat nafas henti nafas
o Aliran udara tidak lancar penurunan kesadaran
o Jantung henti jantung
PRIMARY SURVEY
1 Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-
B-C-D ( Airway - Breathing - Circulation - Disability ). Keempat
poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan
dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.
menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.
- P --> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling
mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu
dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga
areal diatas mata
(supra orbital).
- U --> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien
masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
- Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk
menelpon ambulans (118) dengan memberitahukan :
Jumlah korban
Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6 Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju
bagian atas agar
dada terlihat
7 Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati
kepala sejajar
dengan bahu pasien
8 Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
- Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
- Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari
sepeda motor)
9 Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian
leher Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat
tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan
melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan
posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan
napas korban.
b Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien,
jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
secara benar.
Terdiri dari :
10 breathing
Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari
korban?
Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-cardiac
pulmonary resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan di kunci
dengan telapak tangan yang lain di tulang dada (sternum) bisa
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Setelah 4 siklus tadi, cek kembali denyut nadi karotis sampai bantuan
Ambulance datang, atau ada respon pasien, atau pasien terlihat mati
biologis tanda-tanda rigor mortis.
selama 10 detik.
17 Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E ,
figure F pada bayi), [detil tentang pijat jantung dijelaskan di bawah] diikuti
dengan nafas buatan(figure A,B dan C)[detil tentang nafas buatan
dijelaskan di bawah],ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas
buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
18 Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika
teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak
teraba ulangi poin nomer 17.
19 Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c Bantuan sudah datang
d Teraba denyut nadi karotis
20 Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda
shock pada pasien :
a Denyut nadi >100 kali per menit
b Telapak tangan basah dingin dan pucat
c Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara
menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik,
lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna
ujung kuku merah lagi)
21 Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan
mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
1. Trauma
2. Benda Asing
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda
sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu,
digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau
dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini
biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan oleh berbagai biji-
bijian dan tulang ikan tg tdk teratur bentuknya.
b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam saluran
nafas maka dibagi atas :
Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di
dalam bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda
asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena
tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut
dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring
Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena
diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi
bronkhus sehingga menjadi besar
a. Obstruksi total
Terjadi perubahan yg akut berupa hipoksemia yg menyebabkan
terjadinya kegagalan pernafasan secara cepat. Sementara
kegagalan pernafasan sendiri menyebabkan terjadinya
kegagalan fungsi kardiovaskuler dan menyebabkan pula
terjadinya kegagalan SSP dimana penderita kehilangan
kesadaran secara cepat diikuti dengan kelemahan motorik
bahkan mungkin pula terdapat renjatan (seizure0. Kegagalan
fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi darah dimana
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
cedera kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak
yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala
yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran bahkan
dapat menyebabkan kematiaan.
otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda
tajam/
tembakan, cedera kepala terbuka memungkinkan kuman pathogen
memiliki abses langsung ke otak.
BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1. Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang rusak tp hanya
kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca
cedera kepala.
2. Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau
terdapat lesi neurologik yg jelas.
3. Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan duramater +
fraktur tl. Tengkorak terbuka.
BERDASARKAN GCS:
2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang prks dan atasi gangg. Nafas,
pernafasan dan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral, leher,
cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.
Airway management
Tindakan
Cara melakukannya :
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke
depan, posisi leher netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan.
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan
nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala
dan leher korban jangan terganjal!
Chin Lift
Head Tilt
Jaw thrust
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Assess Action
Airway Buka airway menggunakan teknik
- Apakah jalan napasnya non-invasif (headtilt-chinlift / jaw
terbuka? thrust tanpa mengextensikan
kepala jika duiduga trauma).
Breathing Look, listen, and feel. Jika tak ada
- Apakah respirasinya napas, beri 2x bantuan napas. Beri
adekuat? sekitar 1 detik setiap bantuan
napas. Setiap bantuan napas harus
membuat dada korban terangkat.
Jangan melakukan ventilasi terlalu
cepat atau terlalu banyak
(volume).
Circulation Periksa pulsasi a. Carotis (dewasa)
- Apakah ada pulsasi? atau a. Femoralis / a. brachialis
(infant) paling tidak 5 detik tapi
tidak lebih lama dari 10 detik.
Defibrillation Siapkan shock jika ada indikasi.
- Jika pulsasi tidak ada, Ikuti segera setiap shock dengan
periksa bila ada irama CPR, mulai dengan kompresi dada.
yang shockable maka
gunakan defibrillator atau
AED (Automated External
Defibrillation)
Sumber : ACLS Provider Manual. AHA, 2006
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan
kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio
Pusat Sianosis
Pusat Sianosis disebabkan oleh penyakit jantung atau paru-paru atau oleh
hemoglobin abnormal jenis seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin dll.
Ini umumnya dipandang sebagai kebiruan atau ungu warna lidah dan lapisan
mulut.
Dalam kasus di mana ada tidak ada Sianosis perifer, jari-jari dan jari-jari kaki
hangat menyentuh. Mungkin ada fitur lain seperti breathlessness, dangkal
bernapas, cepat bernapas dll.
Perifer Sianosis
Perifer Sianosis hasil dari penurunan lokal darah sirkulasi di organ-organ
perifer, lengan dan kaki. Ini umumnya terjadi jika darah arteri mandeg terlalu
lama pada anggota badan dan kehilangan sebagian besar dengan oksigen.
Pusat Sianosis di borns baru juga dapat disebabkan karena gula darah
rendah, magnesium darah rendah dan karena infeksi atau epileptic atau
kejang lain.
edema paru-paru,
Penyempitan pembuluh darah dari Tungkai, jari tangan dan kaki. Hal ini
dapat disebabkan oleh:
o eksposur dingin,
o Raynaud's fenomena,
Sumber : repositoryusu.ac.id
Scoring :
Ringan : 13 15 poin
Sedang : 9 12 poin
Berat : 3 8 poin
Koma : < 8 poin
IPD FK UI
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Definisi
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
2. Tujuan
- Mencegah hipoksia
3. Prosedur
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2
dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2
sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
PaO2 istirahat 55-59 mmHg dengan saturasi oksigen 89% pada salah
satu keadaan:
Kontraindikasi
Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)
b. Rebreathing mask
mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-
12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO 2 yang rendah. (Asmadi,
2009:33)
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi
dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi,
2008:68)
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-
6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
Bag-Valve-Mask
(Ambubag)
Airway management
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Tindakan
Cara melakukannya :
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau
dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan
nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala
dan leher korban jangan terganjal!
Chin Lift
Head Tilt
Jaw thrust
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya
Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai
berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
Nafas spontan
Tidak ada reflek muntah
Pasien tidak sadar , tidak mampu maneuver manual
2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun
semi sadar karena dapat merangsang muntah, spasme laring.
Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
Pasien dengan adanya reflek batuk dan muntah masih ada
18. teknik pemasangan Oropharyngeal airway?
Prinsip Pencegahan Infeksi
Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu
dari peralatan dan juga lingkungan bersih dalam melakukan prosedur
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
bagian terbuka dari jalan napas. Harus berhati- hati untuk menjamin
pasien tidak cegukan terhadap jalan napas ketika direkatkan pada
tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan
napas dan karena itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.
L. Evaluasi
1) Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat
menyebabkan muntah-muntah pada pasien yang sensitif dan
karenanya harus digunakan hanya pada pasien tidak sadar.
2) Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan
rongga mulut
3) Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang
memerlukanpelepasan jalan napas untuk memberikan perawatan oral.
19. mengapa kondisi pasien semakin memburuk paahal
sudah dilakukan tindakan ?
20. kemungkinan apa saja yang terdapat pada pasien ini
(DD)?
21. teknik pemasangan definitive airway?
22. Indikasi dan kontra indikasi definitive airway?
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Airway
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada
posisi netral
Breathing
Penilaian ulang ABC harus dilakukan lagi jika kondisi pasien tidak
stabil
http://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_
INDO.pdf
Algorithm
- Menggunakan prinsip Airway BLS (Ingat : Head Tilt, Chin Lift, Jaw
Thrust, Suction/Finger Swap, back blow, abdominal thrust, chest thrust)
- Lihat adakah jejas di atas bahu trauma di kepala, leher, dsb
Multiple trauma?
- Curiga cedera cervical, bila:
o Jejas di atas clavicula
o Multiple trauma
o Mode of injury
o Defisit neurologis fokal
- Alat :
o Sementara:
Nasopharyngeal tube (bila masih ada reflex muntah).
Ukuran: diameter sesuai dengan jari kelingking kanan
pasien
Oropharyngeal tube (Mayo) mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka & menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas pada
orang tidak sadar, GCS <8 (reflex muntah menurun/tidak
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Sungkup oksigen
Sungkup sederhana
Sungkup ini dirancang untuk menambah kadar oksigen pada udara
pernapasan pasien, umumnya untuk meningkatkan kadar oksigen
dengan konsentrasi sedang. Fraksi oksigen yang dapat dicapai yaitu 40
60 %. Flow rate yang diberikan 4- 12 L/menit.
Komponen :
Bagian badan sungkup yang dilengkapi dengan lubang hidung di kedua
sisinya.
Bagian lain dihubungkan dengan pipa ke sumber oksigen
Pipa elastik untuk mengikat sungkup pada wajah pasien.
Mekanisme kerja :
Udara luar masuk dan udara ekshalasi keluar melalui lubang-lubang
pada kedua sisi badan sungkup
Oksigen masuk melalui sisi lubang yang lain
Konsentrasi akhir dari oksigen yang dihirup tergantung dari pola
pernapasan pasien dan tingginya liter oksigen yang diberikan serta
besarnya kebocoran dari sisi sungkup yang tidak melekat erat di wajah
pasien.
Oleh karena flow dari oksigen yang diberikan cukup tinggi maka hawa
ekshalasi pasien segera akan didorong keluar dari dalam sungkup
melalui lubang, pada kedua sisi sungkup, maka dari itu tidak ada udara
ekshalasi yang terhirup kembali dan ini tidak akan meningkatkan ruang
mati.
Penilaian
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen adalah dengan
evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan analisis gas darah.
Tanda ventilasi diukur dari tidal volume, jumlah pernapasan dan
bantuan otot-otot pernapasan.
Tanda vital kardiovaskuler termasuk denyut nadi, tekanan darah,
kondisi perfusi jaringan, tingkat kesadaran termasuk produksi urine.
Kesimpulan
Terapi oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksemia, menurunkan
kerja miokard dan otot-otot pernapasan.
Masing-masing teknik dan alat yang digunakan untuk pemberian terapi
oksigen mempunyai kekurangan dan kelebihan. Teknik dan alat yang
dipakai tergantung kebutuhan pasien.
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen dengan
evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan darah arteri.
Pengertian
Pulse Oxymeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen
dalam darah (SpO2). Selain itu alat ini dilengkapi juga dengan
pengukur detak jantung (HR= heart rate) pasien. Alat Pulse Oxymeter pada
umumnya digunakan di rumah sakit (ICU, NICU) atau homecare yan
diperuntukkan bagi pasien stroke, kanker, bayi prematur atau pasien
berkondisi khusus yang harus dipantau kadar oksigennya agar tetap stabil.
Alat ini memancarkan cahaya ke jaringan seperti jari, jempol kaki, atau pada
anak kecil, seluruh bagian tangan atau kaki. Saturasi oksigen diukur pada
pembuluh arteri kecil, oleh sebab itu disebut arterial oxygen saturation
(SaO2).
Cara penggunaannya adalah dengan cara salah satu jari tangan pasien
dipasang penjepit khusus yang terdapat sensor infra-red yg sangat sensitif
untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah sekaligus pengukur detak
jantung pasien yang dapat dilihat pada layar monitor (LED) yang terdapat
pada alat.
Main Unit, yang terdiri dari Menu Pengatur (setting menu), seperti :
Set Alarm, Time, Pengaturan Kadar Maksimum dan Minimum SPO2 dan
HR, dll.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
Finger Sensor : penjepit khusus untuk dipasang pada jari pasien. Alat
khusus berbentuk Penjepit yang dilengkapi infra-red untuk sensor yg
sangat sensitif untuk mengukur kadar oksigen dalam tubuh pasien.
Antara penjepit jari dengan alat oximeter dihubungkan dengan kabel.
http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/2013/06/pulse-oxymeter/
http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=h
tml&buku_id=35726&obyek_id=4
dr. Heri Dwi Purnomo, SpAn, Mkes Bag / SMF Anestesiologi &
Terapi Intensif , FK UNS / RSUD Dr. Moewardi
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]
40-59mmHg hipoksemi
sedang
pH 7,35-7,45 normal
<7,35 asidemia
>7,45 alkaemia
Mengantuk