Anda di halaman 1dari 68

[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

STEP 7 SUMBATAN JALAN NAFAS


1. bagaimana patofisiologi cedera kepala?
DEFINISI
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi
neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen ( PERDOSSI, 2006 dalam Asrini, 2008 ).

PATOFISIOLOGI
- Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap
yaitu cedera primer dan cedera sekunder.
- Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat
langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses
akselerasi-deselerasi gerakan kepala ( Gennarelli, 1996 dalam Israr
dkk, 2009 ).
- Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar
dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi
kontusio. Lesi kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio
coup, di seberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi,
Sehingga tidak terdapat lesi.
- Jika terdapat lesi, maka lesi tersebut dinamakan lesi
kontusio countercoup. Kepala tidak selalu mengalami akselerasi
linear, bahkan akselerasi yang sering dialami oleh kepala akibat
trauma kapitis adalah akselerasi rotatorik. Bagaimana caranya terjadi
lesi pada akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara
terinci.
- Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti
secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan
densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak
(substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat
dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada
tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003
dalam Israr dkk,2009).
- Cedera percepatan aselerasi terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

- Cedera perlambatan deselerasi adalah bila kepala membentur


objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau
tanah
-
- Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus
pembengkakan dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya
efek kaskade, yang efeknya merusak otak. Cedera sekunder terjadi
dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera awal.
- Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon
dalam pola tertentu yang dapat diperkirakan, menyebabkan
berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel.
- Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara
berlebihan, kelainan aliran kalsium, produksi laktat, dan perubahan
pompa natrium pada dinding sel yang berperan dalam terjadinya
kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak.
- Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit
ke menit pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa
dan oksigen, dan sangat rentaN terhadap cedera metabolik bila
suplai terhenti. Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan
sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang
tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa daerah
tertentu dalam otak ( Lombardo, 2003 ).
- Pada penderita cedera kepala berat dengan hiperglikemia akan men
ghasilkan lebih banyak glutamat
- . Selain itu akibat hiperglikemia dapat pula terjadi penurunan aliran
darah ke otak akibat hiperosmolalitas darah serta terganggunya
- fosforilasi oksidatif dan produksi ATP. Keadaan hipoksia sete lah
cedera kepala,
- glukosa akan mengalami metabolisme anaerob menjadi asam
laktat dan hasil akhirnya akan menyebabkan terjadinya asidosis
intraseluler dan ekstraseluler yang akan menyebabkan terjadinya
kerusakan neuron, jaringan glia dan jaringan vaskuler.
- Dikatakan pada orang dengan cidera kepala yang mengalami
hiperglikemi mengalami hiperglikemi akan mengalami
hiperosmolaritas yang mengakibatkan penurunan oksigen sebesar
18% dan penurunan aliran darah ke otak sebesar 17 %
http://eprints.undip.ac.id/29403/3/Bab_2.pdf
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

2. patofisiologi akibat sumbatan jalan nafas?


- Adanya sumbatan jalan nafas kesulitan bernafas pasien akan
berusaha untuk bernafas sehingga ada kelelahan dari otot
pernafasan yang akan menyebabkan penumpukan sisa pembakaran
O2 ( Co2 ). CO2 yang tinggi akan mempengaruhi ssp yang nantinya
akan menekan pusat nafas sehingga hentu nafas.
- Bisa juga karena terhentinya aliran darah ke otak dari jantung yang
menagalami dekompensasi oksigen akibat gagal nafas iskemik
pada otak sehingga ada penurunan kesadaran.

IPD FK UI

3. cara mengidentifikasi sumbatan jalan nafas?


o Manifestasi klinis sumbatan jln napas

Tanda
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Sumbatan total

Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.


Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra
klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada
pada inspirasi
Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan
ventilasi buatan

Korban biasanya tidak dapat bernafas, berbicara atau batuk dan


biasanya tampak memegangi leher

Saturasi oksigen akan cepat turun dan otak akan mengalami


kekurangan oksigen >>kehilangan kesadaran dan kematian

Sumbatan parsial

Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing


dan whizing.
Ada retraksi dada

Korban mungkin masih mampu bernafas, namun kualitas


pernafasannya bisa baik atau buruk

Pada korban dengann pernafasan yang masih baik >> anjurkan untuk
batuk dengann kuat sampai benda keluar

Bila sumbatan partial menetap >> aktifkan sistem emergency

Obstruksi partial dengann pernafasan buruk >> diperlakukan seperti


sumbatan jalan nafas komplit.

Obstruksi Komplit

Korban biasanya tidak dapat bernafas, berbicara atau batuk dan


biasanya tampak memegangi leher
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Saturasi oksigen akan cepat turun dan otak akan mengalami


kekurangan oksigen >>kehilangan kesadaran dan kematian

Gejala
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun)
o Penatalaksanaan sumbatan jln napas

Bila dicurigai ada benda asing dijalan nafas atas, mulut harus
dibuka dgn paksa dan mengeluarkan benda asing tersebut.

Ada 3 cara untuk membuka mulut dengan paksa :

a. Gerakan jari menyilang (untuk mandibula yg agak lemas)


Penolong pada verteks atau samping kepala penderita.

Jari telunjuk penolong dimasukkan kedalam sudut mulut


penderita dan tekankan jari tersebut pada gigi geligi atasnya.
Kemudian tekanlah gigi geligi bawah dengan ibu jari yg
menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa
membuka.

b. Gerak jari dibelakang gigi geligi (untuk mandibula yg kaku)


Masukkan satu jari telunjuk diantara pipi dan gigi geligi
penderita dan ganjalkan ujung jari telunjuk tadi dibelakang
molar terakhir,

c. Gerak angkat mandibula lidah (untuk mandibula yg sangat


lemas)
Ibu jari penolong dimasukkan ke dalam mulut dan faring
penderita dan dgn ujung ibu jari penolong dasar lidah
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

diangkat. jari-jari yg lain memegang mandibula tadi pada dagu


dan mengangkatnya ke depan

(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof.


DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP) dan
http://www.muslimedica.com/2012/09/kegawatdaruratan-
sumbatan-jalan-nafas.html

Prognosis
Ada kesulitan bernafas :
o RR meningkat
o Hipoksi terlalau lama kelelhan otot-otot penumpukan
CO2
o Mempengaruhi SSP menekan pusat nafas henti nafas
o Aliran udara tidak lancar penurunan kesadaran
o Jantung henti jantung

PRIMARY SURVEY

1 Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-
B-C-D ( Airway - Breathing - Circulation - Disability ). Keempat
poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan
dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.

Algortima Dasar PPGD

1 Ada pasien tidak sadar


2 Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3 Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4 Cek kesadaran pasien
5 Lakukan dengan metode AVPU
- A --> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
- V --> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara
keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.
- P --> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling
mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu
dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga
areal diatas mata
(supra orbital).
- U --> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien
masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
- Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk
menelpon ambulans (118) dengan memberitahukan :
Jumlah korban
Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6 Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju
bagian atas agar
dada terlihat
7 Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati
kepala sejajar
dengan bahu pasien
8 Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
- Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
- Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari
sepeda motor)
9 Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian
leher Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

cedera pada tulang


belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat
berbahaya karena disini tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital
manusia (bernapas, denyut jantung)
a Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and
Chin Lift.

Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat
tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan
melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan
posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan
napas korban.
b Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien,
jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust

c Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut


pada tulang belakang bagian leher pasien.
Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi
Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.

FASE I : Tunjangan hidup dasar (Basic Life Support) yaitu


prosedur pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas,
henti nafas dan henti jantung, dan bagaimana melakukan RKP

secara benar.

Terdiri dari :

A(airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.

B(breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.

C(circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kom-

Lantas kita Lakukan Prinsip ABC !!!!


A (Airway) Jalan napasB (Breathing) NapasnyaC
(Circulation) Denyut nadi
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Apa yang dilakukan di A - AIRWAY ???


Periksa jalan napas korban dengan cara :
Membuka mulut korban dengan 2 jari, lihat apakah ada benda
asing, lidah yang drop atau darah. Kemudian taruh tangan
penolong diatas jidat dan bawah dagu korban dan dongakkan
kepalanya, hiperfleksi - (Head tilt chin lift), kalau kita curiga
ada fraktur servikal maka pakai model jaw trust. Dan buka
jalan napas

10 breathing
Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah


gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada
suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan
sebagian)

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian


jalan nafas :

a Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya


kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar
suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-
finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari
mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke
bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

b Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada


kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah
cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai
namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk
menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

c Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena


pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama
tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.
Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada
jalan napas, maka dapat dilakukan :
a Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan
telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung
b Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti
gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.

c Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas


dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

tangan kearah dalam atas.

Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari
korban?

11 Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi


pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20
kali permenit
12 Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap
melakukan Look Listen and Feel
13 Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail
tentang nafas bantuan dibawah)
14 Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang
nafas buatan dibawah)
15 Setelah itu C CIRCULATION ???
Kalau ada denyut nadi, korban hanya henti napas maka lanjutkan
Pulmonary Recusitation dengan berikan napas mulut ke mulut sampai 1
menit (berarti 12 kali), sampai napas OK (satu siklus).

Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-cardiac
pulmonary resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan di kunci
dengan telapak tangan yang lain di tulang dada (sternum) bisa
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

sejajar/segaris antara putting payudara atau 3 jari diatas tulang muda di


bawah sternum (prosessus xypoid), letakkan kedua bahu anda sejajar dan
lakukan kompresi jantung.

Kompresi dilakukan dengan kedalaman 4 5 cm dengan 30 kompresi


(dulu 15, yang terbaru 30 kompresi). Mau 1 atau 2 penolong semua 30
kompresi per siklus. Ini dilakukan selama 4 siklus (kurang lebih 1 menit
menjadi 100 kompresi).

Di Inggris sendiri setelah 30 kompresi tidak dilakukan ventilasi (2 bantuan


napas mulut mulut), sedang di AS tetap , 30 kompresi : 2 Ventilasi.

Setelah 4 siklus tadi, cek kembali denyut nadi karotis sampai bantuan
Ambulance datang, atau ada respon pasien, atau pasien terlihat mati
biologis tanda-tanda rigor mortis.

16 Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis


yang terletak di leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di
tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai terhambat
oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

selama 10 detik.

17 Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E ,
figure F pada bayi), [detil tentang pijat jantung dijelaskan di bawah] diikuti
dengan nafas buatan(figure A,B dan C)[detil tentang nafas buatan
dijelaskan di bawah],ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas
buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

18 Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika
teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak
teraba ulangi poin nomer 17.
19 Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c Bantuan sudah datang
d Teraba denyut nadi karotis
20 Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda
shock pada pasien :
a Denyut nadi >100 kali per menit
b Telapak tangan basah dingin dan pucat
c Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara
menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik,
lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna
ujung kuku merah lagi)
21 Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan
mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

darah akan lebih banyak ke jantung

22 Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock


menghilang
23 Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan
cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena
dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien
dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat
memburuk secara tiba-tiba.

4. apa saja penyebab sumbatan jalan nafas?

Sebab Terjadinya obstruksi :

1. Trauma

Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau


kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di
tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.

2. Benda Asing

Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda
sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu,
digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau
dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini
biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan oleh berbagai biji-
bijian dan tulang ikan tg tdk teratur bentuknya.

b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam saluran
nafas maka dibagi atas :

Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di
dalam bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda
asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena
tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut
dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring

Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena
diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi
bronkhus sehingga menjadi besar

(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H.


Tabrani Rab)

Sumbatan Jalan Nafas Total


Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 10 menit dapat mengakibatkan
asfiksi ( kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas dan
henti jantung.

Sumbatan jalan Nafas partial


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Bila tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak,


sembab paru, kepayahan henti nafas dan henti jantung sekunder.

(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof.


DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP)

Penyebab sumbatan yg lain :

Edem jalan nafas


Dapat disebabkan karena infeksi (difteri), reaksi alergi atau
reaksi instrumentasi (pemasangan endotrakeal, bronkoskopi)
dan trauma tumpul
Tumor
Kista laring,papiloma laring,Ca laring; biasa sumbatan terjadi
perlahan-lahan
Spasme otot laring
Tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abductor paralysis) ;
terutama bilateral
Kelaianan kongenital
Laringeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeomalasia
Sumber : Kedaruratan medik, dr. Agus Purwadianto dan dr.
Budi Sampurna, edisi revisi th 2000

Obstruksi yg terjadi dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Obstruksi total
Terjadi perubahan yg akut berupa hipoksemia yg menyebabkan
terjadinya kegagalan pernafasan secara cepat. Sementara
kegagalan pernafasan sendiri menyebabkan terjadinya
kegagalan fungsi kardiovaskuler dan menyebabkan pula
terjadinya kegagalan SSP dimana penderita kehilangan
kesadaran secara cepat diikuti dengan kelemahan motorik
bahkan mungkin pula terdapat renjatan (seizure0. Kegagalan
fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi darah dimana
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

terdapat hipoksemia, hiperkapnia, dan lambat laun terjadi


asidosis respiratorik dan metabolik

b. Fenomena Check Valve


yaitu udara dapat masuk, tetapi tdk keluar. keadaan ini
menyebabkan terjadinya empisema paru, bahkan dapat terjadi
empisema mediastinum atau empisema subkutan

c. Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan


saluran nafas dari 3 bentuk keadaan ini, Obstruksi total adalah
keadaan yg terberat dan memerlukan tindakan yg cepat.
dalam keadaan PCO2 tinggi dgn kecepatan pernafasan
30/menit dlm usaha kompensasi maksimal. Di atas keadaan ini,
pasien tidak dapat mentoleransi. Bila terjadi hipoksemia,
menandakan fase permulaan terjadinya kegagalan pernafasan.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H.
Tabrani Rab)

Benda Asing di Laring

Berdasarkan tingkat obstruksi yg trjdi pda saluran nafas dibagi


mnjdi 3 bagian, yaitu :

a. Dimana obstruksi yg tjd dpt menganggu ventilasi, maka hanya


ditemukan wheezing tanpa ditemukan gangguan pada
parenkim paru
b. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve
phenomen atau empisema paru
c. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr. H. Tabrani
Rab)

o Derajat2 (stadium) sumbatan jln napas


Dapat dibagi atas 4 stadium (Jackson):
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

I. Sesak napas, stridor inspirator, retraksi suprastrenal; KU


masih baik
II. Gejala stadium I + retraksi epigastrium; penderita mulai
gelisah
III. Gejala stadium II + retraksi supra/infraklavikular, penderita
sangat gelisah dan sianotik
IV. Gejala stadium III + retraksi interkostal, penderita
berusaha sekuat tenaga untuk menghirup udara; lama-
kelamaan terjadi paralisis pusat pernapasan, penderita
menjadi apatik kemudian meninggal.
(Kedaruratan Medik, Dr. Agus Purwadianto & Dr.
Budi Sampurna)

5. macam macam cedera kepala?

cedera kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak
yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala
yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran bahkan
dapat menyebabkan kematiaan.

Macam-macam cedera kepala


Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam
yaitu:
a. Cedera kepala terbuka
Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya tengkorak
atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan
oleh massa dan bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat
terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringan
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda
tajam/
tembakan, cedera kepala terbuka memungkinkan kuman pathogen
memiliki abses langsung ke otak.

b. Cedera kepala tertutup


Benturan kranial pada jaringan otak didalam tengkorak ialah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang
bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan
tumpah. Cedera kepala tertutup meliputi: kombusio gagar otak,
kontusio memar, dan laserasi.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-ekapurnama-
5391-2-babii.pdf

BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1. Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang rusak tp hanya
kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca
cedera kepala.
2. Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau
terdapat lesi neurologik yg jelas.
3. Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan duramater +
fraktur tl. Tengkorak terbuka.

BERDASARKAN GCS:

1. GCS 13-15 : Cedera kepala ringan CT scan dilakukan bl ada lucid


interval/ riw. kesdran menurun. evaluasi kesadaran, pupil, gejala
fokal serebral + tanda-tanda vital.

2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang prks dan atasi gangg. Nafas,
pernafasan dan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral, leher,
cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.

3. GCS 3-8 : Cedera kepala berat : Cedera multipel. + perdarahan


intrakranial dg GCS ringan /sedang.

(Dr. Wiwin Sundawiyani )

6. bagaimana pengelolaan jalan nafas secara sederhana?


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Airway management

Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan


napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal

Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan


masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenase tubuh

Pemeriksaan Jalan Napas :

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya


retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan


menggunakan pipi penolong

Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan


secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas
dan pernafasan.

Tindakan

Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)


Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang
bawah)
Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Gambar dan penjelasan lihat dibawah.

Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala,


hanya dilakukanmaneuver jaw thrust dengan hati-hati
dan mencegah gerakan leher.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat


dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan
bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam
rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan
jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal
lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau
adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan
udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka
kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan
dilakukanmaneuver Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut


dengan menggunakan teknik cross finger

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas


tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara


mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara


mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

2. Membersihkan jalan nafas

Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing


pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan
darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas
hilang.

Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang


leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu
ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau
dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Gambar 3. Tehnik finger sweep

3. Mengatasi sumbatan nafas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow

Gambar dan penjelasan lihat di bawah!


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia


Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
Kelelahan dan meninggal

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN


NAFAS BEBAS!

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke
depan, posisi leher netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang,


perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan
nafas

Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan
nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala
dan leher korban jangan terganjal!

Chin Lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke


depan
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang


tulang dagu pasien kemudian angkat.

Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat!


Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan


ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga
leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat).


dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi
menutupi jalan nafas.

Jaw thrust

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan


sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan


sumbatan dari benda padat.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah


subdiafragma abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri


atau duduk

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari


pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian
kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung


tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang
jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi


tergeletak (tidak sadar)

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan


muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan
salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di
atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan
kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke
arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada


posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah
langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang


dilakukan sendiri
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan


napas.

Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada


perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum,
genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah
diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat
dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau
belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila


nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali
(hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar
belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Gambar 10. Back blow pada bayi


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang


dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di
bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila
penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik
lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

Assess Action
Airway Buka airway menggunakan teknik
- Apakah jalan napasnya non-invasif (headtilt-chinlift / jaw
terbuka? thrust tanpa mengextensikan
kepala jika duiduga trauma).
Breathing Look, listen, and feel. Jika tak ada
- Apakah respirasinya napas, beri 2x bantuan napas. Beri
adekuat? sekitar 1 detik setiap bantuan
napas. Setiap bantuan napas harus
membuat dada korban terangkat.
Jangan melakukan ventilasi terlalu
cepat atau terlalu banyak
(volume).
Circulation Periksa pulsasi a. Carotis (dewasa)
- Apakah ada pulsasi? atau a. Femoralis / a. brachialis
(infant) paling tidak 5 detik tapi
tidak lebih lama dari 10 detik.
Defibrillation Siapkan shock jika ada indikasi.
- Jika pulsasi tidak ada, Ikuti segera setiap shock dengan
periksa bila ada irama CPR, mulai dengan kompresi dada.
yang shockable maka
gunakan defibrillator atau
AED (Automated External
Defibrillation)
Sumber : ACLS Provider Manual. AHA, 2006
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Pembebasan Benda Asing yang Menyebabkan Obstruksi Jalan Napas

Dewasa Anak Infant

Pastikan bahwa Pastikan bahwa korban Pastikan bahwa korban


korban memang memang tersedak memang tersedak.
tersedak Periksa onset kesulitas
bernapas, silent cough,
kelemahan, atau silent
Heimlich maneuver cry
Heimlich maneuver

Jika korban tak sadar, Beri > 5x tepukan pada


Jika korban tak sadar, aktifkan EMS, lakukan punggung dan > 5x
aktifkan EMS, lakukan prosedur CPR dorongan pada dada
prosedur CPR

Selama CPR, lihat ke Ulangi step 2 sampai


Selama CPR, lihat ke dalam mulut korban, benar-benar efektif
dalam mulut korban, jika memungkinkan atau korban tidak ada
jika memungkinkan gunakan finger sweep respon
gunakan finger untuk mengeluarkan
sweep untuk benda asingnya
mengeluarkan benda
asingnya Jika korban tak sadar,
aktifkan EMS, lakukan
Lanjutkan CPR (5 siklus prosedur CPR
atau 2 menit) sampai
Lanjutkan CPR (5 ALS datang
siklus atau 2 menit)
sampai ALS datang Selama CPR, lihat ke
dalam mulut korban,
jika memungkinkan
gunakan finger sweep
untuk mengeluarkan
benda asingnya
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Lanjutkan CPR (5 siklus


atau 2 menit) sampai
ALS datang

7. Apa hubungannya dengan fr. impresi dengan pasien


mengeluarkan darah dari rongga mulut ?
Ada 2 macam fraktur impresi :
1. Impresi fraktur tertutup : akibat pukulan benda keras yg
mengakibatkan tulang kepala melesak kedlm dg membrkan
tekanan/tdk thdp parenkim otak tanpa mengakibatkan robeknya kulit
kepala dan hub. Dg dunia luar.
2. Impresi fraktur terbuka : impresi tulang kepala + robekan kulit
kepala dan tjd hub. Dg dunia luar, bila impresi hebat dpt tjd ribekan
pada duramater.

Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan
kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio

8. mengapa di dapatkan sianosis ?


Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membran mukosa
berwarna kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin pada
pembuluh darah kecil pada area tersebut. Sianosis biasanya paling
terlihat pada bibir, kuku, dan telinga. Derajat sianosis ditentukan dari
warna dan ketebalan kulit yang terlibat

Ketika deoxygenated hemoglobin darah mencapai antara 4


sampai 6 gm/dl, Sianosis dapat dilihat. Darah ini kebiruan atau ungu
memberikan kulit dan selaput lendir penampilan mereka.

Biasanya sekitar 80-87% saturasi oksigen akan menimbulkan klinis jelas


Sianosis. Namun, dalam kasus di mana tingkat hemoglobin rendah anemia,
saturasi oksigen lebih rendah mungkin muncul sebagai Sianosis.

Tingkat hemoglobin 6 g/dl misalnya menunjukkan Sianosis hanya bila


saturasi oksigen telah turun di bawah 60%. (2)
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Pusat Sianosis
Pusat Sianosis disebabkan oleh penyakit jantung atau paru-paru atau oleh
hemoglobin abnormal jenis seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin dll.
Ini umumnya dipandang sebagai kebiruan atau ungu warna lidah dan lapisan
mulut.

Mungkin ada seiring perifer Sianosis.

Dalam kasus di mana ada tidak ada Sianosis perifer, jari-jari dan jari-jari kaki
hangat menyentuh. Mungkin ada fitur lain seperti breathlessness, dangkal
bernapas, cepat bernapas dll.

Perifer Sianosis
Perifer Sianosis hasil dari penurunan lokal darah sirkulasi di organ-organ
perifer, lengan dan kaki. Ini umumnya terjadi jika darah arteri mandeg terlalu
lama pada anggota badan dan kehilangan sebagian besar dengan oksigen.

Sianosis muncul seperti tingkat deoxygenated darah meningkat pada


pembuluh darah kecil dari jari tangan dan kaki. Ini dapat dilihat di jantung,
shock (lamban atau memperlambat sirkulasi 5darah dengan kehilangan
tekanan darah), paparan suhu dingin dan penyakit sirkulasi darah.

Anggota badan muncul kebiruan dan biasanya dingin untuk menyentuh.


Sianosis perifer paling kuat dalam kuku. Pemanasan dapat mengatasi
Sianosis.

Pusat Sianosis di borns baru juga dapat disebabkan karena gula darah
rendah, magnesium darah rendah dan karena infeksi atau epileptic atau
kejang lain.

Pusat Sianosis orang dewasa


Pusat Sianosis orang dewasa disebabkan karena penyakit pernafasan parah
termasuk:

edema paru-paru,

lumg thromboembolism (dislodgement bekuan darah dan penginapan


di arteri paru-paru),
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

penyakit ketinggian tinggi,

radang paru-paru parah,

akut memutuskan serangan asma,

penyakit paru-paru obstruktif kronis,

akut dewasa pernapasan sindrom stres.

Abnormal varietas hemoglobin dapat mengakibatkan Sianosis.


Methaemoglobinaemia mungkin disebabkan karena kelainan genetik atau
obat-obatan seperti obat antimalarial Primaquin atau antibiotik
sulphonamides.

Sulfhaemoglobinaemia disebabkan karena antibiotik sulphonamides.


Peningkatan sel darah yang disebut polisitemia juga dapat menyebabkan
Sianosis.

Penyebab perifer Sianosis


Penyebab perifer Sianosis meliputi (1-5):

Pusat Sianosis dan sebab-sebab yang dikaitkan dengan perifer Sianosis

Menurun memompa darah oleh hati atau mengurangi jantung output.


Ini dilihat dalam gagal jantung atau shock peredaran darah.

Penyakit sirkulasi seperti trombosis atau embolism.

Penyempitan pembuluh darah dari Tungkai, jari tangan dan kaki. Hal ini
dapat disebabkan oleh:

o eksposur dingin,

o Raynaud's fenomena,

o kejang kapiler kulit kecil atau arteri disebut acrocyanosis,

o erythrocyanosis terjadi pada wanita muda dan sebagai efek


samping dari obat-obatan Pemblokir beta diambil untuk tekanan
darah tinggi.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Ditinjau oleh April Cashin-Garbutt, BA Hons (Cantab)


http://www.Umm.edu/ency/article/001104.htm
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Books/NBK367/

9. mengapa penderita mengeluarkan suara mengorok dan


berkumur?
10. mengapa GCSnya E2M4V2 ? mengapa terjadi penurunan
kesadaran?
GCS menurun hubungan dengan penurunan kesadaran
GCS ( Glasglow coma scale )
Pemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan sistem skoring yang
didasari pada tiga pengukuran, yaitu : pembukaan mata, respon
motorik, dan respon verbal. Skor dari masing-masing komponen
dijumlahkan dan memberikan total nilai GCS. Nilai terendah adalah 3
sedangkan nilai tertinggi adalah 15.
Menurut Japardi (2004), GCS bisa digunakan untuk
mengkategorikan pasien menjadi
GCS < 9 : pasien koma dan cedera kepala berat
GCS 9 13 : cedera kepala sedang
GCS > 13 : cedera kepala ringan
Fungsi utama dari GCS bukan sekedar merupakan interpretasi pada
satu kali pengukuran, tetapi skala ini menyediakan penilaian objektif
terhadap tingkat kesadaran dan dengan melakukan pengulangan
dalam penilaian dapat dinilai apakah terjadi perkembangan ke arah
yang lebih baik atau lebih buruk.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Sumber : repositoryusu.ac.id

Nilai tertinggi scala coma Glasgow : 4+5+6 = 13


Nilai terendah : 1 +1 +1 = 3
Scoring :
15 = composmentis
3 = coma

( Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI )

Scoring :
Ringan : 13 15 poin
Sedang : 9 12 poin
Berat : 3 8 poin
Koma : < 8 poin
IPD FK UI
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

11. mengapa pada pemeriksaan pulse oxymetri tampak Po2


92% dan RR 33x/menit(takipneu), apa artinya?

Penurunan konsentrasi oksigen dalam darah perangsangan


kemoreseptor (glomus karotikum dan glomus aortikum)
perangsangan pusat pernafasan RR naik
Nadi naik dan tekanan darah turun
Penurunan oksigen dalam darah hipoksia (jaringan kekurangan
oksigen) aliran darah ke jaringan diperlama (agar jaringan
mendapat pasokan oksigen lebih banyak ) venous return turun
stroke volume menurun Tekanan darah menurun
Tekanan darah menurun merangsang baroreseptor (di glomus
karotikum dan aortikum) merangsang dilatasi arteri sistemik
frekuensi jantung menurun
Mekanismetakikardia
Perdarahan volume darah menurun aliran darah ke jantung
sedikitsimpatikmeningkatkan kontraksi dan daya konduksi
jantungtakikardia
Mekanismehypotensi
Volume darah menurun penurunan tekanan pengisian sirkulasi rata-
rata penurunan aliran balik darah vena ke jantung curah jantung
menurun hypotensi

RR naik karena adanya usaha untuk bernafas oleh karena adanya


sumbatan jalan nafas parsial sehingga selain RR naik nafas juga
dangkal.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I.
Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP)

Nadi naik karena adanya kebutuhan dari jantung akan O2 yang


terhenti dari paru2 oleh karena kesulitan dalam pengambilan oksigen.
Sedangkan tekanan darah turun karena sudah terjadi dekompensasi
pada jantung yang biasanya diikuti oleh penurunan kesadaran.
IPD FK UI

12. mengapa dokter melakukan primary surve , dan


pengolalaan selanjutnya apa ?
13. mengapa pada pasien saturasi O2 menurun ?
14. apa indikasi dilakukan pemasangan O2 rebreathing
mask?
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Definisi

Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas

oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam

paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.

2. Tujuan

- Memenuhi kekurangan oksigen

- Membantu kelancaran metabolisme

- Sebagai tindakan pengobatan

- Mencegah hipoksia

- Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung

3. Prosedur

Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2
dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2
sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

4. Perubahan pola napas.


Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas,
misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan
pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/
berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari
normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan
sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan
oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan
mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari
obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel
tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena
akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam
darah.
(Aryani, 2009:53)

Dalam pemberian oksigen harus memperhatikan apakah pasien betul-betul


membutuhkan oksigen , apakah yang dibutuhkan terapi oksigen jangka
panjang atau jangka pendek.

Indikasi terapi oksigen jangka pendek:


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Hipoksemia akut (PaO2< 60 mmHg: SaO2 < 90%)

Henti jantung dan henti napas

Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)

Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolic (bikarbonat <18


mmol/L)

Indikasi terapi oksigen jangka panjang

PaO2 istirahat 55 mmHg atau saturasi oksigen 88%

PaO2 istirahat 55-59 mmHg dengan saturasi oksigen 89% pada salah
satu keadaan:

Edema karena disebabkan oleh CHF

P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P > 3 mmpada lead II,III,aVF)

Eritrosemian (hematokrit >56%)

PaO2 > 59 mmHg atau oksigen saturasi >89%

Kontraindikasi

Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat


pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan
pada khusus berikut ini

1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang


mulai bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing
dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan
oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-
rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi
yaitu sekitar 90-95%

2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-


muntah

3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal


kanul.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)

Macam Bentuk Masker :

a. Simple face mask

mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8


liter/menit.

b. Rebreathing mask
mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-
12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO 2 yang rendah. (Asmadi,
2009:33)
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

c. Non rebreathing mask


mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan
aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada
saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi
dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi,
2008:68)

Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-
6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)

Tabel 1. Jenis Peralatan dan Konsentrasi Oksigen

JENIS ALAT KONSENTRASI OKSIGEN ALIRAN OKSIGEN


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Nasal kanula 24-32% 2-4 LPM

Simple Face Mask 35-60% 6-8 LPM

Partial Rebreather 35-80% 8-12 LPM

Non Rebrether 50-95/100% 8-12 LPM

Venturi 24-50% 4-10 LPM

Bag-Valve-Mask
(Ambubag)

Tanpa oksigen 21% (udara)

Dengan oksigen 40-60% 8-10 LPM

Dengan reservoir 100% 8-10 LPM

Muhammad Amin, Hood Alsagaff,WBM Taib Saleh,Penyakit Paru


Obstruktif Menahun, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF
Paru RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994
15. bagaimana tekni menggunakan triple airway manuver?

Airway management
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan


napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal

Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan


masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenase tubuh

Pemeriksaan Jalan Napas :

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya


retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan


menggunakan pipi penolong
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan


secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas
dan pernafasan.

Tindakan

Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)


Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang
bawah)
Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Gambar dan penjelasan lihat dibawah.

Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala,


hanya dilakukanmaneuver jaw thrust dengan hati-hati
dan mencegah gerakan leher.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat


dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan
bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam
rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan
jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal
lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau
adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan
udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan


dilakukanmaneuver Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut


dengan menggunakan teknik cross finger

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas


tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara


mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

2. Membersihkan jalan nafas

Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing


pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan
darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas
hilang.

Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang


leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu
ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau
dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Gambar 3. Tehnik finger sweep

3. Mengatasi sumbatan nafas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow

Gambar dan penjelasan lihat di bawah!

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia


Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
Kelelahan dan meninggal

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN


NAFAS BEBAS!

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke


depan, posisi leher netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang,


perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan
nafas

Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan
nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala
dan leher korban jangan terganjal!

Chin Lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke


depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang


tulang dagu pasien kemudian angkat.

Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat!


Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan


ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga
leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat).


dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi
menutupi jalan nafas.

Jaw thrust

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan


sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan


sumbatan dari benda padat.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

16. mengapa dokter mencurigai adanya sumbatan jalan


nafas?
Karena pada pasien tersebut didapatkan mengeluarkan suara seperti
orang mengorok dan berkumur snoring dan gurgling mencurigai
adanya sumbatan jalan nafas

Pada pasien ini mengalami trauma


Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau
kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di
tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas


tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara


mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

17. indikasi dan kontra indikasi pemasangan OPA dan NPA?


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara


mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk
membebaskan jalan nafas. (Medical Dictionary)
Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang
ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang
menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk
membantu ventilasi (Sally Betty,2005)
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau
plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk
menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan
Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx
posterior sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan
oropharyngeal tube yang bentuknya telah disesuaikan dengan palatum
/ langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan jalan
nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk
memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan
oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu pendek pada post
anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang
dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk
menghindari gigitan pada selang endotraceal.

Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai
berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
Nafas spontan
Tidak ada reflek muntah
Pasien tidak sadar , tidak mampu maneuver manual

2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun
semi sadar karena dapat merangsang muntah, spasme laring.
Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
Pasien dengan adanya reflek batuk dan muntah masih ada
18. teknik pemasangan Oropharyngeal airway?
Prinsip Pencegahan Infeksi
Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu
dari peralatan dan juga lingkungan bersih dalam melakukan prosedur
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

tindakan. Untuk perawatan, jaga kebersihan mulut setiap 2 sampai 4


jam jika dibutuhkan.
Oropharyngeal tube dapat direndam di baskom yang telah diisi air
kemudian dibilas dengan larutan hydrogen peroxida dan air.

F. Prinsip / Hal Lain Untuk Pemasangan Oropharyngeal tube


Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke
belakang atau apabila ukuran terlampau panjang, epiglotis akan
tertekan sehingga menyebabkan jalan nafas tersumbat
Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada
karena dapat menyebabkan muntah dan spasme laring.

G. Hal Yang Dikaji Sebelum Tindakan


Hal yang dikaji sebelum tindakan pemasangan oropharyngeal tube
Pastikan pasien dalam keadaan tidak sadar. Pemaksaan pemasangan
alat ini akan menimbulkan gag reflek atau muntah yang mungkin
menyebabkan aspirasi.
Perhatikan dan ukur besarnya oropharyngeal tube yang akan dipakai
Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube
1) cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2) pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin
dilakukan dengan menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan
bagian datar di bibir. Ujung dari jalan napas harus ada di dagu pasien.
3) Masukkan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah
ini.
Balik jalan napas sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai
untuk memasukkan jalan napas ke mulut. Sebagaimana jalan napas
mendekati dinding posterior Faring dekat lidah belakang, putar jalan
napas pada posisi yang seharusnya (180 )
Gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari
terdorong ke belakangmasuk faring posterior. Masukkan jalan napas
oral ke dalam posisi
yang seharusnya dengan bagian atas masuk kebawah dan tidak perlu
diputar.

4) Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan


segera dan masukkan kembali.
5) Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi
bagian datar dari jalan napas, pada bibir pasien. Jangan menutupi
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

bagian terbuka dari jalan napas. Harus berhati- hati untuk menjamin
pasien tidak cegukan terhadap jalan napas ketika direkatkan pada
tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan
napas dan karena itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.

Prosedur perawatan oropharyngeal tube


1) Cuci tangan , gunakan sarung tangan, lakuka perawatan oral pada
sisi rongga mulut yang tidak terhalang oleh pipa
2) Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir
pasien
3) Pegang pipa dalam tanda tersebut dan dengan hati-hati dan cermat
gerakkan pipa kesisi lain dari mulut pasien.
4) Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama.
5) Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan
6) Atur kembali posisi klien
7) Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di
tempat yang disediakan.
8) Evaluasi status pernafasan klien, kenyamanan klien
9) Perawat mencuci tangan

L. Evaluasi
1) Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat
menyebabkan muntah-muntah pada pasien yang sensitif dan
karenanya harus digunakan hanya pada pasien tidak sadar.
2) Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan
rongga mulut
3) Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang
memerlukanpelepasan jalan napas untuk memberikan perawatan oral.
19. mengapa kondisi pasien semakin memburuk paahal
sudah dilakukan tindakan ?
20. kemungkinan apa saja yang terdapat pada pasien ini
(DD)?
21. teknik pemasangan definitive airway?
22. Indikasi dan kontra indikasi definitive airway?
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

23. tujuan dan bagaimana cara melakukan primary surve?


Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure) ini disebut survei primer yang harus selesai dilakukan
dalam 2 - 5 menit.
Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa
akibat banyak sistim yang cedera :

Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan


bernafas dengan bebas ?
Jika ada obstruksi maka lakukan :

Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada
posisi netral

Breathing

Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan


nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :

Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada


Pernafasan buatan

Berikan oksigen jika ada

Penilaian ulang ABC harus dilakukan lagi jika kondisi pasien tidak
stabil

http://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_
INDO.pdf

Pasien tidak sadar

Bebaskan jalan nafas (head tilt, chin lift, jaw Call


thrust)
for help

24. tindakan pengelolaan dasar dan lanjut pada tatalaksana


, retraksi intercosta sumbatan jalan nafas?
Listen : dengarkan, suara tambahan (sumbatan parsial: snoring, g

Basic Life Support

Algorithm

Bernafas Tidak bernafas/Gasping

n nafas bebas beri oksigen/nafas bantuan Pijat jantung


raba
1 siklus
arteri radialis
raba carotis 10

ada tidak ada tidak ada ada

posisi shock pasang infusCPR 30


ekstra
: 2, 2cairan
menit pasang
Nafasmonitor
buatan, teruskan, evaluasi

manajemen shock shockable un-shockable

ALS (ADVANCED LIFE SUPPORT)

Exposure, Evaluasi & Secondary Survey (bleeding, bebat-bidai)


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Advanced Life Support

Advanced Life Support

A : AIRWAY & CERVICAL SPINE CONTROL

- Menggunakan prinsip Airway BLS (Ingat : Head Tilt, Chin Lift, Jaw
Thrust, Suction/Finger Swap, back blow, abdominal thrust, chest thrust)
- Lihat adakah jejas di atas bahu trauma di kepala, leher, dsb
Multiple trauma?
- Curiga cedera cervical, bila:
o Jejas di atas clavicula
o Multiple trauma
o Mode of injury
o Defisit neurologis fokal
- Alat :
o Sementara:
Nasopharyngeal tube (bila masih ada reflex muntah).
Ukuran: diameter sesuai dengan jari kelingking kanan
pasien
Oropharyngeal tube (Mayo) mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka & menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas pada
orang tidak sadar, GCS <8 (reflex muntah menurun/tidak
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

ada). Ukuran: dari sudut bibir ke tragus/submental ke


angulus mandibula
o Definitif:
Endotracheal tube (ETT) untuk intubasi (pemasangan
dibantu STATICS-Scope/Laringoskop & stetoskop, Tube,
Airway tools, Tape, Introducer/stilet, Connector to O2,
Suction & spuit)
Laryngeal mask lebih mudah pemasangannya, mahal
Krikotiroidotomi dengan jarum/pisau metode: Jet
insuflasi (memakai spuit pump yang dilubangi dindingnya,
berguna sebagai klep yang dapat dibuka & ditutup.
Hitungan membuka: 1 (inspirasi), menutup 4 (ekspirasi).
Metode ini dapat menarik lebih banyak O 2, namun sedikit
mengeluarkan CO2, oleh karena itu hanya dapat bertahan
10 menit)
Surgical cricothyroidotomi & trakeostomi melebarkan
lubang krikotiroidotomi dengan pembedahan
o Collar brace
Soft : hanya untuk menopang saja, masih dapat
digerakkan; px rawat jalan
Cara mengukur : ukur dari angulus mandibula ke clavicula
(diukur sebelah samping Collar brace)
Semi-rigid : untuk immobilisasi; bisa cek carotid pulse
masih bisa ukur/gerak sedikit (biasanya untuk orang
kecelakaan)
Cara mengukur : dibuat garis imajiner dari dagu
menyamping; lalu ukur dari garis imajiner tadi ke clavicula
Stabilisasi/fiksasi : Bantal pasir
xa.yimg.com/kq/groups/22967691/1264994378/name/PPG
D
25. apa yang dimaksud dengan advanced airway?

26. indikasi kontra indikasi pemasangan intubasi ET?


27. macam macam alat suplementasi O2?
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

dr. Heri Dwi Purnomo, SpAn, MKes


Bag / SMF Anestesiologi & Terapi Intensif
FK UNS / RSUD Dr. Moewardi

28. tatalaksana terapi O2?


Prinsip Umum terapi oksigen
Sebelum pemberian oksigen harus terlebih dahulu diberitahukan
kepada penderita tentang prosedur, maksud dan manfaat pemberian
oksigen.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Selalu memeriksa tabung, tentang label, isi, flow meter dan


sebagainya. Ingat tidak tertutup kemungkinan pemberian gas yang
salah. Bila terjadi kesalahan (tertukar) biasanya sulit ditangani.
Instruksi terapi oksigen (oleh dokter) harus selalu dicatat distatus
penderita tentang tekanik yang diberikan (kanul atau sungkup), berapa
L/menit, kapan mulai dan sampai kapan diberikan.
Setiap pasien gawat, kadar oksigen yang diberikan harus lebih dari 40-
50 %.
Nasal kanul atau nasal kateter sebaiknya tidak diberikan pada pasien
gawat karena kadar O2 terlalu rendah.
Aliran jangan terputus karena CO2 akan terkumpul cukup tinggi dalam
sungkup, apalagi kalau sistem menggunakan kantong.
Setiap penggunaan sungkup harus melekat erat, tetapi tidak
menyebabkan rasa tercekik atau perasaan tidak nyaman pada pasien.
Jika diperlukan terapi oksigen lebih dari 30 menit sebaiknya digunakan
humidifier. Humidifier mutlak diberikan jika oksigen diberikan langsung
ke trachea (intubasi, tracheostomy).
Pemberian oksigen dengan kanul nasal atau sungkup hanya untuk
penderita yang bernapas spontan sebab pemberian oksigen berapapun
tidak bermanfaat pada pasien yang tidak bernapas atau tidak ada
usaha napas, pada pasien dengan hipoventilasi berat dimana volume
semenit (Minute Volume) terlalu rendah, kecuali jika diberikan dengan
alat bantu napas.
Jangan memberikan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu yang lama
di rung perawatan, hati-hati dengan keracunan oksigen.
Harus selalu memantau setiap perkembangan penderita yang
diberikan oksigen, misalnya apakah tidak tambah sesak atau tambah
gelisah, apakah kanula atau sungkup tetap terpasang dengan baik.
Selalu memeriksa kecukupan oksigen dalam tangki oksigen. Apakah
cukup untuk waktu yang direncanakan.
Cara pemberian
Kanula hidung
Dengan kanula hidung fraksi oksigen (FiO2) yang dapat dicapai 30-40
%. Flow rate yang diberikan cukup 2-4 liter, sebab pemberian flow rate
yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2 lebih dari 40 %,
bahkan hanya pemborosan okasigen, akan menyebabkan iritasi
mukosa hidung dan kurang nyaman bagi pasien.
Dengan kanula hidung pasien masih dapat berbicara, makan dan
minum.
Cara kerja
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Selain oksigen yang diberikan melalui kanula hidung, udara masih


dapat masuk melalui kedua lubang hidung.
Bila pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada
waktu inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian
belakang faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan
melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.

Sungkup oksigen
Sungkup sederhana
Sungkup ini dirancang untuk menambah kadar oksigen pada udara
pernapasan pasien, umumnya untuk meningkatkan kadar oksigen
dengan konsentrasi sedang. Fraksi oksigen yang dapat dicapai yaitu 40
60 %. Flow rate yang diberikan 4- 12 L/menit.
Komponen :
Bagian badan sungkup yang dilengkapi dengan lubang hidung di kedua
sisinya.
Bagian lain dihubungkan dengan pipa ke sumber oksigen
Pipa elastik untuk mengikat sungkup pada wajah pasien.
Mekanisme kerja :
Udara luar masuk dan udara ekshalasi keluar melalui lubang-lubang
pada kedua sisi badan sungkup
Oksigen masuk melalui sisi lubang yang lain
Konsentrasi akhir dari oksigen yang dihirup tergantung dari pola
pernapasan pasien dan tingginya liter oksigen yang diberikan serta
besarnya kebocoran dari sisi sungkup yang tidak melekat erat di wajah
pasien.

Sungkup dengan reservoir rebreathing


Fungsi:
Seperti halnya sungkup sederhana namun dengan sungkup yang
memakai reservoir rebreathing diharapkan tekanan partial oksigen
pada inspirasi dapat lebih tinggi. Fraksi oksigen yang dapat dicapai
yaitu 40-80 %. Flow rate yang diberikan untuk mencapai FiO2 yang
tinggi yaitu 10-12 L/menit.
Komponen :

Sungkup sederhana ditambah reservoir bag.


Mekanisme kerja:
Oksigen aliran tinggi yang diberikan akan mengisi sungkup yang
berlubang-lubang pada kedua sisi dinding. Sungkup menerima okigen
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

yang masuk pada saat ekspirasi hawa ekshalasi mengisi sungkup


campur dengan oksigen yang ada, sedang hawa ekshalasi sebagian
yang lain. Selanjutnya pada inspirasi berikutnya terhisaplah udara luar
yang masuk bercampur dengan udara sisa ekshalasi sebelumnya dan
oksigen dari reservoir bag maupun dari sumber oksigen (tabung).
Sungkup dengan resrvoir non rebreathing
Fungsi:
Tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya saja pada pemakaian
sungkup dengan reservoir non rebreathing ini dapat dicapai tekanan
partial oksigen pada inspirasi lebih tinggi yaitu 90 %. Digunakan aliran
oksigen 10-12 L/menit.
Komponen:
Sungkup sederhana dengan lubang berkatup searah pada kedua
sisinya. Selama dihubungkan dengan sumber oksigen juga terpasang
reservoir bag.
Mekanisme kerja:
Seperti sungkup dengan reservoir bag, namun disini tidak terhirup
ulang hawa ekshalasi sebelumnya.
Sungkup venturi
Fungsi:
Umumnya diberikan untuk memberikan kadar oksigen tinggi dengan
konsentrasi yang tetap. Biasansa hanya diberikan pada penderita
tertentu misalnya penderita penyakit paru obstruktif menahun. Fraksi
oksigen yang dicapai sesuai dengan ukuran dan warna yaitu 24 %, 28
%, 31 %, 35 %, 40 % dan 60 %.
Komponen:
Badan sungkup berlubang-lubang pada kedua sisi sungkup
Ujung atas sungkup dihubungkan dengan alat venturi. Alat ini dibuat
dalam berbagai ukuran warna, sebagai tanda berapa konsentrasi
oksigen yang dapat dicapai.
Adapula alat venturi ini yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
diatur seberapa lubang yang dikehendaki dibentuk sehingga dapat
dicapai konsentrasi oksigen yang sesuai.
Mekanisme kerja:
Oksigen flow yang diberikan tinggi
Oksigen tersebut mengalir melalui bagian yang sempit sehingga
menyebabkan efek venturi yaitu tekanan negatif ditempat tersebut
sehingga hal ini menyebabkan udara luar tersedot masuk melalui
celah-celah alat venturi da bercampur dengan oksigen, sehingga
mencapai konsentrasi yang sesuai.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Oleh karena flow dari oksigen yang diberikan cukup tinggi maka hawa
ekshalasi pasien segera akan didorong keluar dari dalam sungkup
melalui lubang, pada kedua sisi sungkup, maka dari itu tidak ada udara
ekshalasi yang terhirup kembali dan ini tidak akan meningkatkan ruang
mati.
Penilaian
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen adalah dengan
evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan analisis gas darah.
Tanda ventilasi diukur dari tidal volume, jumlah pernapasan dan
bantuan otot-otot pernapasan.
Tanda vital kardiovaskuler termasuk denyut nadi, tekanan darah,
kondisi perfusi jaringan, tingkat kesadaran termasuk produksi urine.

Kesimpulan
Terapi oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksemia, menurunkan
kerja miokard dan otot-otot pernapasan.
Masing-masing teknik dan alat yang digunakan untuk pemberian terapi
oksigen mempunyai kekurangan dan kelebihan. Teknik dan alat yang
dipakai tergantung kebutuhan pasien.
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen dengan
evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan darah arteri.

29. tujuan pemasangan pulse oxymetri?

Pengertian

Pulse Oxymeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen
dalam darah (SpO2). Selain itu alat ini dilengkapi juga dengan
pengukur detak jantung (HR= heart rate) pasien. Alat Pulse Oxymeter pada
umumnya digunakan di rumah sakit (ICU, NICU) atau homecare yan
diperuntukkan bagi pasien stroke, kanker, bayi prematur atau pasien
berkondisi khusus yang harus dipantau kadar oksigennya agar tetap stabil.

Alat ini memancarkan cahaya ke jaringan seperti jari, jempol kaki, atau pada
anak kecil, seluruh bagian tangan atau kaki. Saturasi oksigen diukur pada
pembuluh arteri kecil, oleh sebab itu disebut arterial oxygen saturation
(SaO2).

Pulse Oximeter hanya dapat mengukur saturasi oksigen dalam hemoglobin


[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Pulse Oximetry (SpO2) digunakan sebagai

- standard untuk memonitor hipoksemia di Unit Rawat Intensif (ICU) dan

- sebagai pedoman dalam pemberian terapi pada pasien. SpO2


merupakan metode pemeriksaan yang non invasif untuk mengukur
saturasi oksigen ,

- sangat mudah digunakan dan dapat menunjukkan hasil segera serta


dapat digunakan untuk pengkajian saturasi oksigen secara kontinyu

Contoh perangkat Pulse Pxymeter

Cara penggunaan Pulse oxymeter

Cara penggunaannya adalah dengan cara salah satu jari tangan pasien
dipasang penjepit khusus yang terdapat sensor infra-red yg sangat sensitif
untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah sekaligus pengukur detak
jantung pasien yang dapat dilihat pada layar monitor (LED) yang terdapat
pada alat.

Bagian-bagian pada Pulse Oxymeter antara lain :

Main Unit, yang terdiri dari Menu Pengatur (setting menu), seperti :
Set Alarm, Time, Pengaturan Kadar Maksimum dan Minimum SPO2 dan
HR, dll.
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Set Alarm : untuk mengatur ukuran batas maksimum tinggi atau


rendahnya jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam tubuh pasien. Alarm
akan berbunyi secara otomatis jika kadar oksigen lebih tinggi atau
lebih rendah dari kadar SPO2 dan HR yang telah ditentukan.

Setting alarm diatur sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien.

LED Monitor : berfungsi untuk menampilkan data-data nilai (jumlah)


oksigen dalam tubuh pasien dan juga detak jantung berupa berupa
grafik atau angka.

Finger Sensor : penjepit khusus untuk dipasang pada jari pasien. Alat
khusus berbentuk Penjepit yang dilengkapi infra-red untuk sensor yg
sangat sensitif untuk mengukur kadar oksigen dalam tubuh pasien.
Antara penjepit jari dengan alat oximeter dihubungkan dengan kabel.

Assesories, berupa kabel, charger unit.

http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/2013/06/pulse-oxymeter/

http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=h
tml&buku_id=35726&obyek_id=4

30. interpretasi hasil saturasi O2 pasien ?

dr. Heri Dwi Purnomo, SpAn, Mkes Bag / SMF Anestesiologi &
Terapi Intensif , FK UNS / RSUD Dr. Moewardi
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

31. apasaja derajat Hipoksia?


Petunjuk adanya hipoksia dan hipoksemia

Blood Gas Artery PO2 80-100 mmHg (normal)

60-79 mmHg hipoksemi


ringan

40-59mmHg hipoksemi
sedang

<40 mmHg hipoksemi


berat

SaO2 95%-97% normal

< 90% hipoksemi

pH 7,35-7,45 normal

<7,35 asidemia

>7,45 alkaemia

PaCo2 35-45 mmHg normal

>45 mmHg hipoventilasi

<35 mmHg hiperventilasi

System respirasi Takipneu, volume tidal turun,, dispneu, retraksi otot


nafas, lubang hidung melebar

Saraf pusat Sakit kepala

Kekacauan mental, agitasi

Mudah terangsang, cemas, bereringat

Mengantuk

Kardiovaskuler Mula2 takikardi, kemudian bradikardi jika otot jantung


tidak cukup mendapat O2
[MODUL KGD/LBM 1/SGD 9]

Peningkatan tekanan darah diikuti dengan penurunan


tekanan darah jika tidak segera ditangani

Kulit Sianosis sentral perifer

32. komplikasi lanjut akbiat sumbatan jalan nafas?

Anda mungkin juga menyukai