Anda di halaman 1dari 8

Trauma Maksilofasial

Narasumber

Number 1

Progress Done

SKDI 3B

DD/

1. Trauma maksilofacial

2. Trauma kepala

3. Trauma mandibular
DK/

DK/ Trauma Maksilofacial dengan Cedera Kepala Berat


DASAR DIAGNOSIS

Anamnesis : trauma KLL Tunggal Motor, tidak memakai Helm, luka yang
berdarah di daerah kepala dan lecet-lecet di sekitar luka,

Pemfis : takikardi, takipnea, saturasi Oksigen Menurun, GCS 8 (somnolen),


Korban tidak sadar, Suara Nafas tambahan → Gurgling

Cedera kepala: Ringan (GCS 13-15), Sedang (GCS 9-12), Berat (GCS 3-8)

Primary Survei Tempat kejadian (tidak tepat):

Airway : gurgling à sudah dilakukan pemasangan collar-neck

Breathing : SpO2 menurun à diatasi dengan nasal kanul 10L/mnt à tidak


tepat

Circulation : normotensi, takikardi à diatasi dengan pemasangan 1 line infus


à tidak tepat, karena ini kasus trauma sebaiknya dilakukan pemasangan 2
jalur i.v line untuk resusitasi cairan untuk mencegah terjadinya syok
hipovolemik.

Disability : tidak sadar, GCS 8 (cedera kepala berat)


IKD

Trauma Maksilofasial

Trauma Maksilofasial 1
Trauma yang mengenai wajah dan jaringan seluruhnya (jar. Lunak dan keras)

Lunak : kulit, saraf, glandula parotid, kelopak mata, telinga, mata

Keras :

➔ 1/3 atas wajah : os frontalis, region supraorbital, sinus frontalis

➔ 1/3 tengah : os maksila, os zygomaticum, os nasal, os orbita, os vomer

➔ 1/3 bawah : os mandibular, gigi, os alveolaris


Terdapat tiga pola fraktur tulang sepertiga tengah wajah, yaitu Le Fort I (Guerin’s), II,
dan III.
Klasifikasi Cedera Kepala

Cedera kepala berat : nilai GCS sama/kurang dari 8

Cedera kepala sedang : nilai GCS 9-13

Cedera kepala ringan : nilai GCS 14

Normal : nilai GCS 15

Pengertian Obstruksi → Obstruksi jalan napas adalah kondisi yang menyebabkan


terganggunya aliran udara masuk ke dalam saluran napas melalui mulut dan
hidung (mulut-faring-laring-trakea)

1. obstruksi total : aliran udara tidak ada, gelisah, retraksi otot pernafasan tanpa
ada pengembangan dada

2. obstruksi parsial : suara nafas tambahan, retraksi otot intercosta & suprasternal,
snoring, crowin, gurgling, wheezing
ETIOLOGI

Obstruksi jalan nafas : Trauma jalan nafas, trauma atau kelainan jalan nafas,
trauma leher, trauma maksilofasial, infeksi → edema disekitar laring dan leher,
penurunan kesadaran → tonus otot melemah, aspirasi benda asing atau cairan
lambung/darah

Penurunan Kesadaran : gangguan sirkulasi di otak, infeksi (meningiti, ensefalitis,


abses otak), neoplasma, trauma kepala (biasanya ec KLL)

Tanda dan gejala

1. Look : gelisah, hipoksia, penurunan kesadaran, sianosis, retraksi dan


penggunaan otot nafas tambahan

Trauma Maksilofasial 2
2. Listen : suara tambahan → snoring, gurgling, stridor/crowing,
hoarseness/disponia

3. Feel : krepitasi, hematome udem jaringan

Mekanisme Trauma

Tumpul, kompresi, ledakan, tembus

Pada kasus, pasien tidak menggunakan helm ketika berkendara menggunakan


motor mengalami kecelakaan, kepala bagian dahi terbentur pada batu yang
mengakibatkan adanya trauma pada kepala. (trauma tumpul)

Trauma Maksilofasial 3
Pada kasus : GCS 8 = somnolen, cedera kepala berat
PATOFISOLOGI

Trauma Maksilofasial 4
TATALAKSANA

Prinsip Penatalaksanaan awal meliputi Primary Survei dan Secondary Survei

Primary Survei :

1. Airway (amankan jalan nafas + batasi pergerakan leher)

Stimulasi verbal

Look, feel, listen (menilai apakah ada obstuksi jalan nafas atau tidak)

Pada kasus terdapat Gurgling à obstruksi parsian à suction

1. Breathing dan Ventilation

Menghitung respiratory rate peningkatan RR → menunjukkan ggn airway /


hiperventilasi

Berikan oksigen lewat ETT 4L/mnt (bisa pula menggunakan krikotiroidektomi)

Indikasi ETT :

Pasien tidak bernafas

Pasisn tidak sadar

Tidak dapat mempertahankan jalan nafas

Mencegah terjadinya aspirasi

Trauma Maksilofasial 5
Cedera kepala berat

Hindari pergerakan leher → pasang collar neck

Pada kasus → pemberian oksigen di tkp tidak adekuat sehingga terjadi


perburukan

1. Circulation with hemoragic control

Periksa nadi, TD, dan perfusi perifer, kemudian cari sumber perdarahan

Pada kasus : pasang iv line 2 jalur jarum besar cairan kristaloid (Nacl 0,9% atau
RL) sebanyak 1-2 L, evaluasi tanda vital à mencegah syok hipovolemik

1. Disability

Melihat kesadaran GCS

Pada kasus GCS 8 à cedera kepala berat à pertahankan oksigenasi dan perfusi
yang baik

1. Exposure

Mencegah hipotermi à mengganti pakaian dan menutup dengan selimut.

Pemeriksaan tambahan :

Pulse oxymeter untuk SpO2

Monitoring EKG

Kateter urin → untuk menilai input dan output cairan

Pemeriksaan radiologi

Secondary Survey :

1. Anamnesis

Bila trauma, tanya mekanisme trauma

Riwayat AMPLE

Alergi

Medikasi (obat-obatan yang diminum saat ini)

Past illness (riwayat penyakit/penyerta)

Last meal (makan terakhir)

Event (peristiwa/lingkungan yang terkait dengan cedera)

Trauma Maksilofasial 6
1. Pemeriksaan fisik Head to Toe

2. Re-evaluasi

Lakukan kembali pemeriksaan ABCD setelah secondary survei

1. Terapi definitif/rujukan

Keadaan life saving sudah teratasi

Pasien stabil

Konsul/rujuk pasien secepat mungkin

Pemilihan RS dan dokter yang sesuai (Sp.B dan Sp.S)

Cara transportasi yang sesuai (menggunakan ambulance yang didampingi oleh


nakes)
BHP

Aspek Medikolegal

Jasa Raharja

KUHP

UU 299 Ayat 4

UU No. 29 tahun 2009 tentang lalu lintas → kecelakaan lalu lintas yang tidak
terduga atau tidak sengaja yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian
harta benda

UU No. 29 tahun 2009 pasal 310

1. KLL yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang dipidana


penjara paling lama 6 bulan dan denda paling banyak 1jt rupiah

2. KLL yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang dengan


korban luka ringan dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling
banyak 2jt rupiah

3. KLL yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang dengan


korban luka berat dipidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak 10
jt rupiah

4. KLL yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang dengan


korban meninggal dunia dipidana paling lama 6 tahun dan denda paling
banyak 12 jt rupiah

Aspek Etik

Trauma Maksilofasial 7
Medical Indication → Beneficence

Dokter menerapkan Golden Rule Principle dengan mendiagnosa pasien trauma


maksilofasial dengan cedera kepala berat (GCS 8) secara tepat dan cepat karena
merupakan masalah kedaruratan dan memberikan terapi dengan mengatasi airway

Patient Preference → Autonomi, beneficence

Kewajiban menolong pasien gawat darurat

Karena kondisi pasien tidak capable -> keputusan diambil oleh dokter melihat
kebaikan daripada keburukan
Melaksanakan informed consent

Pasien merupakan pasien dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri namun
karena pasien tidak capable untuk mengambil keputusan sehingga keputusan
diambil oleh dokter yang merawat atau pihak yang berwenang

Quality of Life → Non-maleficence

Menolong pasien emergensi


Melakukan tindakan awal live saving yang tepat dan cepat, jika masalah teratasi
maka tingkat mortalitas akan menurun. setelah pasien stabil baru dilakukan
rujukan/konsulkan pasien kepada Sp.B, Sp.S

Contextual Feature → Justice

Memberlakukan pasien secara universal

Merujuk pasien ke faskes yang lebih memadai yang terdapat dokter spesialis yang
sesuai

Primafacie : Non Maleficence

Trauma Maksilofasial 8

Anda mungkin juga menyukai