BAB 1 :
PENDAHULUAN
Cedera kepala (trauma kapitis) : disfungsi cerebral
Jatuh
Penyebab
Lalu lintas
Kecelakaan kerja
BAB 2 : TINJAUAN
PUSTAKA
Trauma Kepala
Definisi : Trauma mekanik kepala (langsung / tidak langsung)
yang
berakibat kepada gangguan fungsi neurologis,
fungsi fisik,
kognitif, psikososial, bersifat temporer
atau permanen
Patofisiologi
Primer : Benturan secara langsung >>> Peristiwa coup &
contrecoup
- Sekunder : Proses patologis yang timbul sebagai tahap
lanjutan dari
kerusakan otak primer
Fraktur Tengkorak
Hematoma
Epidural
40.000 kasus
per tahun
Lesi Intrakranial
Belum ada data
35 - 45 kasus/
100.000 orang per
tahun
Trauma
Kepala
Hematoma
Subdural
1-3 kasus per
100.000
populasi
Kontusi dan
hematoma
intraserebral
15-30% kasus
Klasifikasi
Cedera Kepala
Menurut
Glasgow Coma
Scale
i) < 8 : berat
ii) 9-12 : sedang
iii) 13-15 : ringan
Cedera
Kranioserebral
Ringan (SKG=13-15)
Cedera
Kranioserebral
Sedang
(SKG=9-12)
Penatalaksanaan
Memantau dan mencegah cedera kepala sekunder
Perbaiki keadaan umum seoptimal mungkin untuk membantu
( tidak
perlu beristirahat)
3. Nyeri kepala berat : ADL sangat terganggu
(perlu
istirahat / dirawat inap)
Terapi medikamentosa
Cairan intravena
Oksigenasi
Hiperventilasi
Pemberian manitol
Steroid
Furosemid
Barbiturat
Antikonvulsan
Indikasi untuk tindakan operatif
Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah
Syok
Suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan
Syok Hipovolemik : Kehilangan cepat cairan yang berakhir pada kegagalan
beberapa
organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang
tidak adekuat
Hemoragik
Kelas Perdarahan
I : Perfusi jaringan masih tidak terganggu
Non Hemoragik
Hilangnya cairan tubuh total
dan keluarnya cairan
intravaskular ke kompartemen
ekstravaskular atau interstitial
Tatalaksana
Langkah Pertama : Mengenal gejala syok
Langkah Kedua : Mengetahui kemungkinan penyebab syok
untuk
Primary Survey
Airway (A)
Memastikan patensi jalan nafas dengan cara:
- Apakah pasien sadar atau tidak, jika pasien dapat bicara dengan
lancar menandakan bahwa jalan nafasnya bebas
- Look, listen, feel (lihat, dengar, rasa)
- Memperhatikan gerak dada
- Memperhatikan penggunaan otot nafas tambahan
Pasien tidak sadar, tonus otot jalan nafas atas dan otot genioglossus
hilang, sehingga lidah akan menyumbat hipofaring dan menyebabkan
obstruksi jalan nafas baik total atau parsial
Adapun tanda-tanda obstruksi jalan nafas dapat berupa:
-
Breathing (B)
Menilai jalan nafas dengan cara :
Look (melihat)
Listen (mendengar)
Feel (merasa)
Jika pernafasan pasien sepertinya tidak adekuat, maka
pertimbangkan :
I. Dekompresi dan drainase dari tension
pneumothorax/hematothorax
II. Menutup luka terbuka pada dada
III. Ventilasi artifisial
IV. Memberikan oksigenasi
Circulation (C)
Tingkat kesadaran
II. Warna kulit
III. Denyut nadi
I.
II.
Exposure (E)
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai
roll
Mencegah hipotermi
a) Pasien sendiri
b) Keluarga ataupun petugas lapangan
c) Riwayat AMPLE (Allergy, Medication, Past Illness, Last Meal,
Event/Environment)
Pemeriksaan Fisik :
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Anamnesis
Ny. D, 24 tahun, datang dengan keluhan utama
penurunan kesadaran yang dialamai pasien 1 jam
sebelum masuk rumah sakit akibat KLL (kecelakaan
lalu lintas), pasien mengendarai sepeda motor dan
diserempet becak, pasien terjatuh terlentang diatas
aspal dengan helm terlepas, pasien langsung
dibawa ke RSUP HAM, selama dalam perjalanan
pasien mengalami kejang seluruh tubuh dan
mengentak dengan durasi 5 menit, mual (-)
muntah proyektil (+). Riwayat sadar diantara dua
pingsan (-). Keluar darah dan cairan dari telinga dan
hidung (-).
Time Sequence
1 Mei 2016
13.11 WIB
Pasien tiba di
IGD RSUPHAM
1 Mei 2016
13.20 WIB
Konsul dan Acc
tindakan anestesi
1 Mei 2016
13.25 WIB
Pasien apnoe dan
mulai tindakan
pemasangan ETT,
OGT, indwelling
catheter
Primary Survey
A (airway)
Kesimpulan
Snoring (-)
Gargling (+)
Crowing (-)
C-spine not
comfirm
Maxillofacial
injury (-)
Airway
unclear
Penanganan
Dilakukan
suction
Pemasangan
ETT
(endotrakeal
tube)
Pemasangan
collar brace
Hasil
Airway clear
C-spine stabil
Primary Survey
Primary
B (breathing)
Kesimpul
an
Inspeksi
Nafas tidak spontan
Thorax simetris tidak
ada bagian yang
ketinggalan
Jejas (-)
Perkusi:
Sonor kedua lapangan
paru
Palpasi:
Stem fremitus sulit
dinilai
Auskultasi
SP/ST: vesikuler/(+)
ronki basah kedua
lapangan paru atas
Apnoe
Survey
Penanganan
Oksigenasi
yang adekuat
dengan bag
valve mask,
monitoring
breathing
Hasil
SaO2: 9899%
Primary Survey
Survey
Primary
C (circulation)
Kesimpul
an
Penanganan
Double IV line
18G, ambil
sampel darah,
cek
laboratorium
IVFD R Sol
30cc/kgBB/30
menit
=1500cc/30
menit
Hasil
Capillary
Refill Time>
2 detik
Akral D/P/K
T/V: halus
TD:
70/50mmH
g
HR = 120
kali/menit,
regular
Primary
Primary Survey
Survey
D (disability)
Kesimpu Penanganan
lan
Hasil
Kesadaran: coma
GCS : 3 (E1,V1,M1)
Pupil isokor, D 5
mm (dilatasi
maksimal), RC -/-,
refleks kornea (-),
dolls eye
phenomenon (-)
Severe
brain
injury
Cegah
trauma
kepala
sekunder
Head up 30o
Evaluate
disability
Primary Survey
E (exposure)
Kesimpu Penanganan
lan
Hasil
hipoter
mi
Temp:
36oC
Pemberian
selimut
Secondary Survey
B1 : airway clear, C-spine stabil, RR: 15x/menit
Secondary Survey
Secondary Survey
History:
A : Allergies
: Tidak dijumpai
M : Medications
: Tidak jelas
P : Past Illness
: Tidak jelas
L : Last Meal
: pukul 08.00
E : Events/ Environment : pasien terjatuh
dari sepeda motor dengan kepala terbentur
aspal dengan kondisi helm sudah terlepas.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis pemeriksaan
Hasil
Rujukan
11,8 g%
1216
23.290 mm3
4,511,0x103
37 %
3844%
220 x103
150450x103
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
FAAL HEMOSTASIS
PT
12,2(13,8) detik
APTT
TT
INR
1,23
GINJAL
Ureum
15 mg/dL
<50 mg/dL
Kreatinin
0,6 mg/dL
0,500,90 mg/dL
4,6g/dL
3,5-5 g/dL
Natrium (Na)
137 mEq/L
135155 mEq/L
Kalium (K)
3,8 mEq/L
3,65,5 mEq/L
Klorida (Cl)
106 mEq/L
96106 mEq/L
124 mg/dL
<200 mg/dL
HATI
Albumin
ELEKTROLIT
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis pemeriksaan
Hasil
Rujukan
KIMIA KLINIK
pH
7,21
7,35-7,45
pCO2
35
38-42
pO2
157
65-100
HCO3
14
22-26
Total CO2
15
19-25
BE
-12,9
(-2)-(+2)
SaO2
99%
95%-100%
FOTO THORAX
EKG
Kesan: sinus rhytem
FOTO KRANIUM
HEAD CT SCAN
Kesimpulan:
bone window
:
intak
Brain window
:
SDH (L) FTP
(frontotemporoparietal) < 1cm
SDH (R) TP (temporoparietal)
<1cm
Sisterna basal tertutup
Midline shift <0,5cm
Diagnosis
Head injury (Subdural Hematom
bilateral)
Rencana tindakan selanjutnya
Rawat konservatif di ICU
FOLLOW UP
S
1 Mei
2016
Jam
14.40
WIB
P
Rencana
pemasangan
CVC
S
1 Mei
2016
Jam
14.40
WIB
O
B4 : Kateter terpasang,
UOP: 20 cc/jam, warna
kuning jernih
B5 : Abdomen: soepel,
peristaltik lemah,
B6 : benjolan kepala
(+), fraktur (-)
A
subdural
hematom
bilateral
S
2 Mei
2016
(IGD)
01.30
WIB
P
Infus
norepinephri
n 3 cc/jam
via siringe
pump
Rawat
konservatif
di ICU
S
2 Mei
2016
(IGD)
01.30
WIB
O
B5 : Abdomen: soepel,
peristaltik lemah,
B6 : benjolan kepala
(+), fraktur (-)
A
subdural
hematom
bilateral
P
Infus
norepinephri
n 6,3 cc/jam
via siringe
pump
Rawat
konservatif
di ICU
S
2 Mei
2016
(IGD)
09.25
WIB
O
Coma (GCS 2T)
B1 : Airway clear,
terintubasi, RR :
14x/menit via bag valve
mask, SP: vesikuler, ST:
ronki , S/G/C: -/-/-, O2
12L/i, SaO2: 75%, Riw.
asma/sesak/batuk/alerg
i: -/-/-/-,
B2 : Akral: D/P/K, TD: -/mmHg, HR: - x/i, T/V:,
CRT: >2 detik, Cardiac
arrest, temp: 34oC
B3 : Sens GCS 2T
(E1M1VT), pupil isokor,
diameter kiri/kanan
5mm (dilatasi
maksimal), RC -/- reflek
kornea -/-
A
cardiac arrest +
subdural
hematom
bilateral
P
RJPO +
bagging +
epineprin
2mg
IVFD Ringer
laktat cor
cepat
Infus
norepinephri
n 3 cc/jam
via siringe
pump
Blanket
warmer
2 Mei
2016
(IGD)
09.25
WIB
B4 : Kateter terpasang,
UOP: 20 cc/jam, warna
kuning jernih
B5 : Abdomen: soepel,
peristaltik lemah,
B6 : Oedem (-), fraktur
(-)
2 Mei
2016
(IGD)
11.00
WIB
RJPO +
subdural
hematom bilateral bagging +
epineprin
2mg
IVFD Ringer
laktat cor
cepat
Infus
norepinephri
n 3 cc/jam
via siringe
pump
Blanket
warmer
DISKUSI
TEORI
Tatalaksana pasien trauma
meliputi primary survey,
secondary survey, terapi
KASUS
PRIMARY SURVEY :
AIRWAY
-Memastikan jalan napas bebas
-Melindungi tulang leher
BREATHING
-Memasang O2 via ETT
CIRCULATION
-Memasang IV line 18 G
-Melakukan resusitasi cairan segera
-Mengukur tekanan darah
-Memasang kateter urine
DISABILITY
-Menilai kesadaran dengan A-V-P-U.
Pasien dalam keadaan unresponse
(GCS 3).
EXPOSURE
-Melepas pakaian
-Memeriksa jejas
-Mencegah hipotermia
DISKUSI
TEORI
Tatalaksana pasien trauma
meliputi primary survey,
secondary survey, terapi
KASUS
SECONDARY SURVEY
DISKUSI
TEORI
KASUS
Berdasarkan pemeriksaan klinis
Klasifikasi perdarahan dibagi
dan tanda-tanda vital, pasien
menjadi 4 kelas berdasarkan
tidak
dapat
digolongkan
jumlah perdarahan dan kondisi
berdasarkan kelas perdarahan
klinis pasien.
karena proses perdarahan terjadi
di dalam intra kranial, resusitasi
carian
diberikan
berdasarkan
guideline ATLS pada trauma
kepala
Resusitasi cairan pada pasien Pasien dengan perdarahan
intrakranial diberi cairan
disesuaikan ATLS brain injury
resusitasi sebanyak 2040cc/kgBB/30-60menit
Pasien diberi carian R Sol
Sebanyak 1500cc dalam waktu
30 menit.
KESIMPULAN
Perempuan, D, usia 24 tahun, datang ke IGD RSUP
HAM pada tanggal 01/05/2016 pukul 13.11 WIB
dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1
jam sebelum masuk rumah sakit akibat KLL
(kecelakaan lalu lintas), pasien mengendarai
sepeda motor dan diserempet becak, pasien
terjatuh terlentang diatas aspal dengan helm
terlepas, pasien langsung dibawa ke RSUP HAM, .
Di IGD, pasien dilakukan primary survey,
secondary survey, dan diberi tatalaksana resusitasi
sesuai dengan guideline ATLS trauma kepala.
TERIMAKASIH