EPILEPSI
Oleh :
Stoyarenski A
FAA 110 003
Pembimbing :
dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.RM
dr. Tagor Sibarani
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
kejang berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan bangkita epilepsi adalah manifestasi klinis
yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang abnormal dan berlebih dari
sekelompok neuron. Manifestasi klinik ini terjadi secara tiba-tiba dan sementara
berupa perubahan perilaku yang stereoptipik, dapat menimbulkan gangguan
kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom, ataupun psikis.
Prevalensi epilepsi berkisar antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi
8,2 per 1000 penduduk. Sedangkan angka insidensi epilepsi di negara berkembang
mencapai 50-70 kasus per 10.000 penduduk. Indonesia dengan jumlah penduduk
220 juta maka diperkirakan jumlah pasien epilepsi berkisar antara 1,1-8,8 juta.
Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak cukup inggi, menurun pada usia dewasa
muda dan pertengahan. Kemudian meningkat kembali pada usia lanjut.
Sedangkan menurut jenis kelamin, epilepsi mengenai laki-laki 1,1-1,5 lebih
banyak di bandingkan perempuan.
Tidak jarang penyakit epilepsi ini mengakibatkan kematian. Angka
kematian pertahun adalah 2 per 10.000. hal ni dapat berhubungan langsung
dengan kejang, misalnya ketika terjadi serangan kejang yang tidak terkontrol, dan
di antara serangan pasien tidak sadar, atau jika terjadi cedera akibat kecelakaan
atau trauma. Fenomena kematian mendadak yang terjadi pada penderita epilepsi
diasumsikan berhubungan dengan aktivitas kejang dan kemungkinan besar karena
disfungsi kardiorespirasi
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
Primary Survey
An. A, perempuan
Vital sign
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 18x/menit
Suhu
: 37,2
Airway
Breathing
Circulation
Dissability
pupil
isokor
+/+
dengan
diameter
3mm/3mm.
Evaluasi masalah :
Identitas Penderita
Nama
: An. A
Usia
: 8 tahun
BB
: 14kg
Agama
: Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat
: Jl.Dr.Panarung
III. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 17 Januari 2016 pukul. 19.30
wib.
1. Keluhan Utama : kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa oleh keluarga dengan dikeluhkan kejang yang terjadi lebih
dari 2x. Kejang terjadi saat pasien tidur, dengan seluruh kaki-tangan yang
kaku dan mata memandang ke atas. Kejang terjadi selama 10 menit
dengan jarak antara kejang pertama dan kedua 24 jam kemudian.
Sebelum kejang pasien ada muntah 2x isi makanan.. setelah kejang
pasien tidur. Riwayat kejang (+) sejak umur 8 bulan, tidak pernah
kontrol, tidak pernah berobat ke dokter. Riw epilepsi dalam keluarga
disangkal, demam (-) mencret (-). Tidak ada penyakit lain yang diderita
sekarang. Riw. Trauma kepala (-)
Pusing (-), pingsan (-), amnesia (-)
BAK (+) tidak ada keluhan, nyeri saat BAK (-).
BAB normal.
IV.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
2. Tanda vital
Nadi
Suhu
Respirasi
3. Kepala
4. Leher
5. Thoraks
a. Paru
Inspeksi
18
kali/menit,
jenis
pernapasan
torakoabdominal.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
6. Abdomen
7. Ekstremitas
(-).
: Akral hangat, CRT < 2 detik, reflek fisiologis (+),
reflek patologis (-)
V.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
VI.
WBC
: 13,58/uL
Natrim
: 171 mmol/L
RBC
: 4,76/uL
Kalium
: 3,62 mmol/L
HGB
: 11,2 g/dL
Clorida
: 91 mmol/L
PLT
: 786/uL
GDS
: 138 mg/dL
Diagnosis Banding
Epilepsi
Kejang Demam
Bangkitan Psikogenik/konversi
VIII. Penatalaksanaan
Oksigenasi O2 2 lpm
IVFD D51/2NS 15 tpm
Stesolid rectal 10 mg
Depakene Syr (15mg/kgBB/hari) 2 x 3cc
Ondansentron 3x3mg/hr
Obs. TTV
IX.
Usulan
Obs. Kejang berulang
Pemeriksaan EEG
X.
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB III
LANDASAN TEORI
DEFINISI
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti
serangan. Dahulu masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh
jahat dan dipercaya juga bahwa epilepsi merupakan penyakit yang bersifat
suci. Latar belakang munculnya mitos dan rasa takut terhadap epilepsi
berasal hal tersebut. Mitos tersebut mempengaruhi sikap masyarakat dan
menyulitkan upaya penanganan penderita epilepsi dalam kehidupan
normal.Penyakit tersebut sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 2000
sebelum Masehi. Orang pertama yang berhasil mengenal epilepsi sebagai
gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi merupakan penyakit yang
didasari oleh adanya gangguan di otak adalah Hipokrates. Epilepsi
merupakan kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di
seluruh dunia.
1) Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian
kecil dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada
satu sisi atau satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih
baik.
kejang
motorik
fokal,
femnomena
20 detik dan
diikuti oleh fase klonik yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase
tonik, tampak jelas fenomena otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil,
pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung.
e. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang
yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami
jatuh akibat hilangnya keseimbangan.
Diagnosis
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinis
dengan hasil pemeriksaan EEG atau radiologis. Namun demikian, bila
secara kebetulan melihat serangan yang sedang berlangsung maka epilepsi
(klinis) sudah dapat ditegakkan.
1) Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah terpening dalam melakukan
diagnosis epilepsi. Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara
cermat, rinci, dan menyeluruh karena pemeriksa hampir tidak pernah
menyaksikan serangan yang dialami penderita. Anamnesis dapat
memunculkan informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran,
ensefalitis,
malformasi
vaskuler, meningitis,
gangguan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal yaitu :
a. Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan
oksigenasi otak yang adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin,
mencegah kejang berulang, dan mencari faktor penyebab. Serangan kejang
umumnya berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Pengelolaan pertama
untuk serangan kejang dapat diberikan diazepam per rektal dengan dosis 5
mg bila berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila berat badan anak > 10
kg. Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang setelah selang waktu
5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika setelah dua kali pemberian
diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita dianjurkan
untuk dibawa ke rumah sakit.
b. Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita
epilepsi terbebas dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang
berlangsung mengakibatkan kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel
otak. Apabila kejang terjadi terus menerus maka kerusakan sel-sel otak
akan semakin meluas dan mengakibatkan menurunnya kemampuan
intelegensi penderita. Karena itu, upaya terbaik untuk mengatasi kejang
harus dilakukan terapi sedini dan seagresif mungkin. Pengobatan epilepsi
dikatakan berhasil dan penderita dinyatakan sembuh apabila serangan
epilepsi dapat dicegah atau dikontrol dengan obatobatan sampai pasien
tersebut 2 tahun bebas kejang. Secara umum ada tiga terapi epilepsi, yaitu
1) Terapi medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani
penderita epilepsi yang baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE)
baku yang biasa diberikan di Indonesia adalah obat golongan fenitoin,
Pertolongan Pertama
Tahap tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain :
a. Jauhkan penderita dari benda -
BAB IV
PEMBAHASAN
Epilepsi merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan kejang
berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan
yang dimaksud dengan bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang
disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang abnormal dan berlebih dari sekelompok
neuron. Hal ini sesuai dengan kriteria pada pasien kejang yang terjadi lebih dari
2x. Kejang terjadi saat pasien tidur, dengan seluruh kaki-tangan yang kaku dan
mata memandang ke atas. Kejang terjadi selama 10 menit dengan jarak antara
kejang pertama dan kedua 24 jam kemudian.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan dalam batas normal. Di mana
pada teori manifestasi klinis berlangsung secara tiba-tiba berupa gangguan
kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom, ataupun psikis hanya terjadi pada
saat terjadi kejang. Namun untuk memastikan epilepsi ini perlu dilakukan
pemeriksaan EEG sebagai golden standar pada pemeriksaan penunjang epilepsi.
Pada pasien ini diberikan tatalaksana stesolid. Stesolid adalah obat
diazepam yang diberikan melalui anus sangat cepat diserap oleh selaput lendir
rektum/ onset 17 menit. Dosis untuk anak <10 kg 5 mg, jika >10 kg 10 mg.
Selain itu, pasien juga diberikan depakene syrup. Depakene syr adalah
obat asam valproat yang termasuk dalam asam karbolik. Obat ini merupakan
monoterapi pada kejang parsial komplek, KI : gngg. Hepar, mitokondria disorder,
urea cycle disorder.
Pemberian Ondansentron pada pasien ini bertujuan untuk mencegah mualmuntah pada pasien. Di mana ondansentron bekerja sebagai antagonis 5-HT3.
BAB V
KESIMPULAN
Demikian telah dilaporkan suatu kasus Epilepsi dari seorang pasien
perempuan, An. A usia 8 tahun dengan keluhan utama kejang.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Selama perawatan, An. A diberikan terapi cairan,
pemberian obat-obatan untuk keluhan simptomatik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
1-48
Bazil CW, Mrel MJ, Pedley TA. Epylepsy in : Rowland LP, editor. Merritts