Anda di halaman 1dari 171

ANATOMI, FISIOLOGI DAN

PEMERIKSAAN TELINGA

Pembimbing:
dr Agustina, Sp.THT-KL
dr. Rosmini, Sp.THT-KL

Oleh:
Ledi Diana
Neil Anthon Rumbino
Oktovina Dimara
Shinta Bela Rahayaan
Thresye Anjela Souhuwat
PENDAHULUAN
 Terdiri dari 2 organ:

• Pendengaran (auditivus /
auditus) untuk
komunikasi

• Keseimbangan (status /
vestibuler)  untuk
keseimbangan tubuh /
orientasi tubuh terhadap
sekitar
Pembagian
 Telinga luar
Aurikula
Meatus Akustikus Eksternus
Membrana Timpani
 Telinga tengah
Kavum Timpani
Tuba Eustachius
Antrum & sel-sel mastoid
 Telinga dalam
Koklea
Labirin Vestibuler
AURIS EKSTERNA
● Aurikula = pina = daun telinga
 Bentuk pipih, berlekuk
 Kerangka tulang rawan (kartilago atau kondrium), kecuali lobulus
 Diliputi kulit yang melekat pada perikondrium

Pada proses mendengar:

Aurikula berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang suara


dan mengarahkannya ke dalam Meatus Acustikus Eksternus (MAE)
Aurikula:
● Meatus Akustikus
Eksternus (MAE):

 Bentuk tabung bengkok,


seperti huruf S, penampang ±
0,5 cm, panjang ± 2,5 – 3 cm
 1/3 lateral rangka tulang
rawan (pars kartilago)
 kulit berambut
 kelenjar sebasea
 Kelenjar
seruminosa
 2/3 medial rangka tulang
(pars osseus)
 kulit tidak
berambut
Lanjutan...

● Rambut halus dan serumen berfungsi


untuk mencegah serangga kecil masuk

Pada proses mendengar :

 melanjutkan gelombang suara

 meresonansi (± 12-15 dB)

● MAE ini juga berfungsi sebagai buffer


terhadap perubahan kelembaban dan
temperatur yang dapat mengganggu
elastisitas membran timpani
MEMBRAN TIMPANI:

Selaput putih mutiara


Bentuk oval – kerucut
Terdiri dari:
●  Pars flaksida (2 lapis)
●  Pars tensa/ mambran Schrapnell (3
lapis)
●#Membran Timpani kanan: Refleks cahaya
arah jam 5
●#Membran Timpani kiri: Refleks cahaya
arah jam 7
Lanjutan...

MEMBRANA TIMPANI
BAGIAN LATERAL / LUAR

- margo timpani
- pars tensa
- pars flasida
- prosesus brevis
- plica maleolaris anterior
- plica maleolaris posterior
- manubrium malei
- umbo
- refleks cahaya
LANJUTAN...
● Membran timpani (bergetar saat adanya
suara)
● Terdiri dari jaringan fibrosa elastis
● Dibagi 4 kwadran ; atas depan, atas belakang,
bawah depan dan bawah belakang
● Berfungsi menerima getaran suara dan
meneruskannya pada tulang pendengaran
● Gelombang udara disalurkan melalui 3 tulang
auditori; maleus, incus, dan stapes
● Merupakan tulang terkecil pada tubuh
manusia
● Berfungsi menurunkan amplitudo getaran
yang diterima dari membran timpani dan
meneruskannya ke jendela oval
AURIS MEDIA

 Kavum Timpani
Terbagi atas 3 bagian :
1. Epitimpanum/attic/resesus
epitimpanikus
2. Meso timpanum
3. Hipotimpanum/resesus
hipotimpanikus
KAVUM TIMPANI
●Merupakan kotak 6 dinding yang dibentuk oleh:

• Lateral : membran timpani

• Medial : promontorium  labirin

• Superior : tegmen timpani  fosa kranii media


(lobus temporalis)

• Inferior : bulbus vena jugularis

• Anterior : muara tuba Eustachius, arteri


karotis interna posterior

• Posterior: aditus ad antrum, antrum, sel-sel


mastoid
AURIS MEDIA

 Isi kavum timpani

• Osikula : maleus, inkus, stapes


• Muskulus : tensor timpani, stapedius
• Lain-lain : ligamen, saraf (korda
timpani)

Pada proses mendengar


 membran timpani & osikulae 
memperkuat gelombang bunyi 25 – 30 kali
(±27 kali)
 M. tensor timpani & m. stapedius 
mengurangi gelombang bunyi yang terlalu
keras
OSIKULA
1. Maleus :
●caput (head)
●serviks (neck)
●manubrium malei (handle of maleus)
●processus brevis
2. Incus :
●corpus
●processus brevis (short process of incus)
●processus longus (long process of incus)
3.Stapes :
●caput (head)
●serviks (neck)
●crura anterior dan posterior
●foot plate
LANJUTAN....

● Didalam kavum timpani terdapat 2 buah musculus :


 m.tensor timpani
 m.stapedius
● Fungsi kedua otot ini untuk mengatur
ketegangan tulang pendengaran
● Bekerja antagonis
● Mukosa yang meliputi kavum timpani disebut mukoperiost
TUBA EUSTACHIUS

MenghubungkankavumtimpanidengannasofaringUntuk:

• drainase
• ventilasi(pertahankantekananudaradanoksigenasi)

Disebutjuga:

• tuba auditiva eustachii


• tuba faringotimpanika

Berbentuk huruf S, panjangnya 3,5 cm


• Terbagiatas:
• bagian tulang ( 1/3 bagian )
• bagian tulang rawan ( 2/3 bagian )
• Antaraduabagianinimenyempitdisebut: isthmus
LANJUTAN...
● Fungsinya : Supaya udar dapat masuk kekavum
timpani, tidak ada perbedaan tekanan antara kavum
timpani dan udara di liang telinga ( ini dapat
dilakukan waktu menelan: m. levator dan tensor
velipalatini )
● Pada anak kecil :
- pendek
- lebar
- letaknya mendatar maka radang mudah menjalar
dari nasofaring ke telinga tengah (otitis media)
● Terdiri atas epitel silinder berlapis dengan sel
lendir,disini terdapat silia dgn pergerakanya kearah
faring
● Sekitar ostium tuba terdapat jaringan limfoit yang
dinamakan tonsil tuba
PROSSESUS MASTOIDEUS
• Antrum mastoid
• Aditus ad antrum
• Pneumatisasi mastoid
- mulai tahun pertama sampai usia 4-6 th
- mastoid tip menonjol akibat tarikan
m.sternocleidomastoid
Derajat pneumatisasi nya terbagi atas :
1. Sklerotik (kompakta) tidak ada air cell
2. Spongiosa: air cell kecil-kecil
3. Pneumatisasi yang luas : air cell besar-besar
ORGANO AUDITUS O R G A N O S TAT U S

• Skala vestibuli (Perillimf) Utrikulus Makula artikuli


• Skala media (Endollimf) Sakulus Makula sakuli
• Skala timpani (Perillimf) Tiga kanalis semisirkularis
• Membrana Reissner  Superior
• Membrna Basiler  Posterior
• Organo corti  Laterar
• Ganglion spiralis N. Vestibularis
• N.cochlearis endollimf
• Berisi cairan dan terletak didalam
tulang temporal
• Terdiri dari 2 bagian : AURIS INTERNA
- Labirin tulang : Tulang berliku
berisi cairan perillimf, terbagi
menjadi 3 bagian :
* Vestibuli
* Canalis semisirkularis
* Koklea
- Labirin Membranosa :
serangkaian saluran berongga
yang terletak di dalam labirin
tulang. Mengandung endollimf
Labirin Tulang Labirin Membranosa

• Mengandung cairan endollimf


• Vestibula : bagian sentral labirin • Utrikulus dan sakulus dihubungkan dengan
tulang yang menhubungkan canalis ductus endolimf
semisirkularis dengan koklea • Duktus semisirkularis mengandung endolimf,
terletak dalam canalis semisirkularis yang
• Kanalis semisirkularis : Menonjol mengandung perillimf
pada posterior vestibula • Utrikulus dan sakulus mengandung reseptor
ekuilibrium statis dan dinamis.
• Utrikulus terhubung dengan canalis
• Koklea : reseptor pendengaran
semisirkularis, sakulus terhubung dengan
duktus koklearis dalam koklea.
Cokhlea
• Membentuk dua setengah lingkaran disekitar
inti tulang sentral
• 3 ruang :
- skala vestibuli – M.Reisner
- skala media
- skala timpani – M.Baslier
TELINGA LUAR

TELINGA TENGAH
Fisiologi Telinga

TELINGA DALAM
TELINGA TENGAH
TELINGA LUAR
• Funsi : transmisi getaran suara yang
• Aurikula : menangkap
terkumpul pada membran timpani.
dan meneruskan
• Penyesuaian impedans (Kontraksi
gelombang suara ke
M.Stapedius)
MAE
- transmisi udara
• Membran timpani
● Refleks otot telinga tengah
berfungsi memisakan
- menyokong tulang pendenganran
telinga luar dan dalam
- protektif
● Tuba eustachii
- Menyeimbangkan tekanan udara
Triangular
fossa - menghubungkan telinga tengah dan
faring
● Tulang pendengaran membentuk sistem
pengungkit – suara ke fenestra ovalis.
AURIS INTERNA

Fungsi telinga dalam :


- Tranduksi gearan suara menjadi
Implus saraf – Koklea
- Keseibangan – Vestibular
Cokhlea

• Pada permukaan memmbrana balier,


terletak organo corti yang
mengandung sel sensitive, yaitu sel
rambut
• Sel rambut merupakan reseptor aktif
yang membangkitkan implus saraf
sebagai respon terhadap getaran suara
ORGAN CORTI Membran sektorial
Organ Corti
Membran Reissner
Duktus Koklea

Ligamen
spiral

Dari tingkap
lonjong

Ganglion

Ke tingkap
Membran
bulat
basal

Serabut saraf Rambut sel luar

Rambut sel dalam


FISIOLOGI PENDENGARAN

Tulang
Pendengaran
+ 55 mm2
> 25 – 30 db
2400 Hz
Seperti Piston Telinga dalam

> 10 – db, Menggerakkan

2 – 4 khz Fenesstra ovate


Fisiologi pendengaran
Proses pendengaran
● Gelombang suara melewati MAE dan membentuk getaran dalam membran timpani. Getaran
kemudian menjalar di sepanjang osikel telinga menuju fenestra vestibulum, mendorong
masuk dan membentuk gelombang tekanan pada skala vestibuli.
● Gelombang tekanan pada skala vestibuli menjalar sampai ke skala tympani dan menyebabkan
fenestra koklea menonjol keluar.
● Getaran yang dihantarkan menyebabkan gelombang getaran pada membran basiler secara
bertahap melebar dari stapes sampai helikoterma. Ujung membran yang sempit bergerak
untuk merespon seluruh frekwensi bunyi.
● Gerakan membran basiler juga menyebabkan sel rambut, menjadi lengkung yang akhirnya
memicu implus saraf
• Presepsi auditif terjadi setelah
proses sensori atau sensasi auditif.
Sensori auditif diaktifkan oleh
adanya rangsang bunyi atau suara.
Presepsi auditif berkaitan dengan
kemampuan otak untuk memproses
dan menginterpretasikan bunyi atau
suara yang didengar oleh telinga.
Skalavestibuli Helikotrem Skala tympani,
,berisiperilimf a berisi perilimf

FISIOLOGI Ductuscochleari
Menggerakkan
membran

MENDENGAR
s, berisi endolimf
basilaris

Energi
Menggetark mekanikelektr
N VIII, Nukleus
anorgankorti o kimia Cochlearis

Kita dapat Kortek


pendengaran (area
mendengar brodman 41, 42)
FISIOLOGI MENDENGAR

Getarantulang-
Gelombang suara Getaranmembrantimpani
tulangtelingatengah

Gerakan cairan di dalam


Getaran jendela oval Getaran membran basilaris
koklea

Perubahan posisi rambut-


rambut tersebut dalam Perubahan kecepatan
kaitannya dengan membran Perubahan potensial pembentukan potensial aksi
tektorial di atasnya tempat berjenjang di sel-sel resptor yang terbentuk di saraf
rambut-rambut tersebut auditorius
terbenam
PEMERIKSAAN FISIK
TELINGA
A
N
A
T
M
N
E
E
S
I
S
S
D
A
B
N

E
P
E
R
M
E
R
B
I
K
IS
A
S
A
N
IF
K
I
S

PEMERIKSAAN
I
K

FISIK TELINGA

A
U
D
I
O
M
E
T
R
I
ANAMNESA TELINGA

● Keluhan utama :
1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli)

2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)

3. Rasa pusing yang berputar/Dizziness (vertigo)

4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)

5. Keluar cairan dari telinga (otore)


GANGGUAN PENDENGARAN (TULI)
○ Bagaimana Onsetnya? Tiba-tiba? Perlahan? Kapan pertama kali dirasakan?
Dan sudah berapa lama ?

○ Telinga Sebelah mana? Kanan? Kiri? Keduanya?

○ Apakah Pendengaran membaik? Bertambah buruk? atau bergantian (kadang


dapat memburuk dan kembali membaik)?

○ Apakah anda tidak dapat mendengar suara? sunyi? Berisik? bergumam?


Ataukah ada gangguan pemahaman terhadap pembicaraan? Dalam situasi
seperti apa biasanya terjadi?

○ Apakah ada riwayat penyakit lain (infeksi, virus, jamur) yang berhubungan
dengan gangguan pendengaran? Trauma kepala? Paparan suara bising/keras?
Penggunaan obat-obatan?
Lanjutan...
○ Apakah ada riwayat campak, mumps, influenza, meningitis, sifilis, penyakit virus berat,
penggunaan obat ototoksik seperti kanamisin, streptomisin, gentamisin atau pemakaian diuretik
maupun obat pengencer darah seperti aspirin?

○ Riwayat gangguan dan kerusakan pendengaran dalam keluarga?

○ Riwayat sakit dan kesulitan dalam kehamilan dan melahirkan? Postnatal dan pasca natal

○ Ada riwayat penyakit telinga dan pembedahan telinga?

○ Paparan pekerjaan? Militer? Rekreasi? Paparan suara bising dan keras lainnya

○ Hambatan sosial, pekerjaan dan pendidikan yang timbul akibat gangguan pendengaran?
○ Sifat bising? Berdering? Berdenging?
TELINGA Bernada Tinggi? Mengaum?

BERBUNYI Menggumam? Mendesis (seperti uap yang

(TINITUS) terlepas) atau berdenyut (senada dengan


denyut nadi)?

○ Kapan pertama kali timbul? Terdengar


sepanjang waktu? Atau hanya dikeadaan
sunyi?

○ Terdengar setelah paparan bising ditempat


kerja atau lokasi lain?
RASA PUSING BERPUTAR (VERTIGO)

○ Kepala terasa ringan? Ketidakseimbangan? Rasa seperti berputar? Cenderung ingin


jatuh, Jatuh ke arah mana? Apakah pusing ditentukan oleh posisi kepala? Pusing saat
berbaring? Apakah timbulnya berhubungan dengan bangun terlalu cepat dari
berbaring ?

○ Frekuensi dan lamanya serangan?

○ Apakah pusing bersifat terus menerus atau episodik?

○ Kapan pertama kali pusing dirasakan? Bagaimana? Berapa lama? Sifatnya? Dan
selang waktu antar serangan?
Lanjutan...

○ Ada gejala lain yang timbul bersamaan? Seperti mual? Muntah? Tinitus?
Rasa penuh dalam telinga? Kelemahan? Fluktuasi pendengaran? Kehilangan
kesadaran?

○ Riwayat penyakit telinga? Infeksi? Perforasi? Trauma kepala? Pembedahan


telinga?

○ Riwayat penyakit seperti Diabetes Melitus? Gangguan neurologik?


Arterosklerosis? Hipertensi? Gangguan tiroid? Sifilis? Anemia? Keganasan?
Penyakit jantung? Paru-paru?

○ Riwayat Alergi?
KELUAR CAIRAN
DARI TELINGA Cairan keluar dari satu atau kedua telinga?
(OTORE)

Disertai gatal atau nyeri ?

Sudah berapa lama? Apakah sekret pernah keluar sebelumnya ?


Jumlahnya ? Bentuknya ?

Sekret disertai darah? Purulen? Dan berbau?

Riwayat Infeksi saluran pernafasan bagian atas? Keadaan yang


membuat telinga basah (Berenang?Mandi?Pendarahan?)
NYERI DALAM Bagaimana Sifat nyeri ? Lokasi nyeri ?

TELINGA Nyeri ini merupakan masalah berulang? Seberapa


sering terjadi?

(OTALGIA) Nyeri hanya pada telinga? Nyeri menyebar ketempat


lain ? Atau nyeri berasal dari tempat lain?

Adakah keadaan yang mencetuskan nyeri ?


Mengunyah? Menggigit? Batuk? Menelan? Nyeri alih
dari daerah kepala dan leher ?

Gejala-gejala pada kepala dan leher lainnya?


ALAT-ALAT
PEMERIKSAAN
TELINGA
PERSIAPAN ALAT
PEMERIKSAAN
TELINGA
CARA MEMAKAI
LAMPU KEPALA
● Pasang lampu kepala, sehingga tabung
lampu berada di antara kedua mata.
● Letakkan telapak tangan pada jarak 30
cm didepan mata kanan sedangkan
mata kiri ditutup.
● Proyeksi tabung harus tampak terletak
medial dari proyeksi cahaya dan saling
bersinggungan
diameter proyeksi cahaya kurang lebih
1 cm.
POSISI DUDUK
PASIEN
● Pasien duduk didepan pemeriksa
● Lutut kiri pemeriksa bersentuhan
dengan lutut kiri pasien
● Kepala disentuh dengan ujung jari
● Sewaktu memeriksa telinga yang
kontralateral, hanya posisi kepala
pasien yang diubah
● Kaki serta lutut pemeriksa dan pasien
tetap pada keadaan semula
CARA MEMEGANG
TELINGA
Kanan
● Aurikulum dipegang dengan jari I dan II
tangan kiri
● Jari III, IV dan V di planum mastoid
● Aurikulum ditarik posterosuperior untuk
meluruskan MAE
Kiri
● Aurikulum dipegang dengan jari I dan II
tangan kiri
● Jari III,IV dan V di depan aurikula. Aurikula
ditarik ke ara posterosuperior.
CARA MEMEGANG
OTOSKOP
● Pilih spekulum telinga yang besarnya sama
dengan besar lumen MAE.
● Nyalakan lampu
● Pegang telinga, masukan spekulum/otoskop pada
MAE (spekulum dipegang dengan ibu jari dan
telunjuk) dimasukan hati-hati ke MAE
● Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk
memeriksa telinga kanan dan sebaliknya.
CARA MEMILIN
KAPAS
● Ambil sedikit kapas, letakkan pada
pemilin kapas dengan ujung pemilin
berada ditepi kapas.
● Pilin perlahan-lahan searah jarum jam
● Untuk melepasnya ambil sedikit kapas,
putar berlawanan.
ADA 3 SYARAT UTAMA TES SUARA
BISIK

TES SUARA 1. SYARAT TEMPAT

BISIK 2. SYARAT PEMERIKSA


3. SYARAT PEDERITA
Syarat Tempat
● Ruangannya sunyi.
● Tidak terjadi echo/gema. Caranya dinding tidak ratam terbuat dari soft board atau
tertutup kain horden.
● Jarak minimal 6 meter.
Syarat Pemeriksa
● Pemeriksa membisikkan kita menggunakan cadangan udara paru-paru setelah ekspirasi.
● Pemeriksa membisikkan 1 atau 2 suku kata yang tela dikenal penderita. Biasanya kita
menyebutkan nama benda yang ada disekitar kita.
Syarat Penderita
● Kedua mata penderita kita tutup agar tidak melihat gerakan bibir pemeriksa
● Telinga pasien yang diperiksa, kita hadapkan ke arah pemeriksa
● Telinga pasien yang tidak diperiksa, kita tutup (masking). Caranya tragus
telinga tersebut kita tekan kearah MEA atau kita menyumbatnya dengan
kapas yang telah kita basahi dengan gliserin
● Penderita mengulang dengan keras dan jelas setiap kata yang kita ucapkan.
TEKNIK
PEMERIKSAAN
● Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, hanya
pemeriksa yang boleh berpindah tempat.
● Pertama-tama pemeriksa membisikkan kata pada jarak
1meter dari penderita.
● Pemeriksa lalu mundur pada jarak 2meter dari penderita
bilamana penderita mampu mendengar semua kata yang
kita bisiskkan
● Demikian seterusnya sampai penderita hanya mendengar
80% dari semua kata yang kita ucapkan (4 dari 5 kata)
Jumlah kata yang kita bisiskkan biasanya 5 atau 10.
Jadi tajam pendengaran penderita kita ukur dari jarak antara pemeriksa dengan penderita, dimana
penderita masih mampu mendengar 80% dari semua kata yang kita bisikkan kepadanya.

Kita dapat lebih memastikan tajam pendengaran penderita dengan cara


mengulangi pemeriksaan. Misalnya tajam pendengaran penderita 4 meter.

Kita maju pada jarak meter dari pasien lalu membisikkan 5 kata dan penderita
mampu mendengar semuanya.

Kita kemudian mundur pada jarak 4meter dari penderita lalu membisikkan 5
kata dan penderita masih mampu mendengar kata 80%.
KUANTITATIF (DERAJAT KUALITATIF (JENIS KETULIAN)
KETULIAN)

●Tuli Konduksi
●6m → Normal
●Tuli Persepsi
●> 4m - <6m → Tuli Ringan
●>1m - <4m → Tuli Sedang
●<1m → Tuli Berat

●Bila berteriak didepan penderita tetap tidak mendengar → Tuli Total


TES BISIK ●Digunakan untuk skrining pendengaran → untuk
KOMUNIKASI menapis/memisahkan kelompok pendengaran normal
dan tidak normal pada sejumlah populasi, misalnya pada
uji kesehatan penerimaan mahasisa atau pegawai.

●Cara :
o Ruang kedap suara
o Dibisikkan 10 kata (dengan intensitas lebih rendah dari tes
bisik konvesional karena jaraknya lebih dekat)
o Untuk memperpanjang jarak pemeriksa dapat menjauhkan
(mulutnya) pemeriksa dengan telinga penderita yang
diperiksa yaitu dengan jalan menoleh atau duduk di
belakang penderita, sambil memberi masking pada
telinga penderita yang diperiksa. Bila mendengar kata betul
80% kata-kata yang dibisikkan → normal.
TES PENALA
(GARPU TALA)
TES GARPU TALA terbagi menjadi 4, yaitu:

TES RINNE
TES RINNE
●Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang
pada satu sisi telinga pasien.
●Cara :
o Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya
tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior MAE)
sampai penderita tidak mendengar kemudian pindahkan cepat
ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar
garpu tala didepan MAE disebut Rinne positif, bila tidak
disebut Rinne negatif.
o Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, dipancangkan pada
planum mastoid kemudian segera pindahkan ke depan MAE
ditanya mana yang lebih keras. Bila lebih keras didepan
disebut Rinne positif , Bila lebih keras dibelakang Rinne
negatif.
INTERPRETASI HASIL

●Normal → Rinne Positif


●Tuli Kondusif → Rinne Negatif
●Tuli Sensori Neural → Rinne Positif

●Kesalahan
● Garpu tala tidak diletakan dengan baik pada tulang mastoid atau miring, terkena rambut, jaringan
lemak tebal,sehingga penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki garpu tala
tersentuh aurikulum.
● Penderita terlambat memberi isyarat aktu garpu tala sudah tidak terdengar lagi sehingga waktu
dipindahkan didepan MAE garpu tala getaran sudah berhenti.
TES WEBER

● Tujuan : Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga


penderita.
● Prinsip : Untuk mengetahui arah lateralisasi bunyi terdengar dimana
garputala frekuensi 512 Hz digetarkan keras
●Ujung Garputala diletakkan pd kening penderita kemudian penderita
diminta membandingkan keras yang kanan / kiri
● Cara:
Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi. Penderita
diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar
atau sama sama mendengar berarti tak ada lateralisasi
●Normal → Tidak ada lateralisasi
INTERPRETASI ●Tuli Kondusif → Mendengar lebih keras ditelinga
yang sakit
HASIL ●Tuli Sensori Neural → Mendengar getaran ditelinga
yang normal

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka


kemungkinannya dapat terjadi kelainan lebih dari satu.
Contohnya, jika terdapat lateralisasi ke kanan dapat
diinterpretasikan :
o Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal
o Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih
berat
o Tuli sensori neural telinga kiri, telinga kanan
normal
o Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih
berat
o Tuli konduksi kanan dan kiri tuli sensori neural
●Tujuan : Membandingkan hantaran
TES tulang pasien dengan pemeriksa.
●Syarat : Telinga pemeriksa harus
SCHAWBACH normal.
●Cara :
 Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan,
kemudian tangkainya diletakkan tegak
lurus pada planum mastoid pemeriksa,
bila pemeriksa sudah tidak mendengar
secepatnya garpu tala dipindahkan ke
mastoid penderita.
 Bila penderita masih mendengar maka
schawbach memanjang, apabila penderita
tidak mendengar terdapat 2 kemungkinan
yaitu schawbach memendek atau normal.
● Untuk membandingkan kedua kemungkinan ini maka
tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu baru ke
pemeriksa.
● Garpu tala 512 Hz dibunyikan lalu diletakkan tegak
lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak
mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan
pada mastoid pemeriksa.
● Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama
normal.
● Bila pemeriksa mendengar berarti schawbach penderita
memendek.
INTEPRETASI HASIL

●Normal → Schawbach Normal


●Tuli Kondusif → Schawbach Memanjang
●Tuli Sensori Neural → Schawbach Memendek

Kesalahan:
● Garpu tala tidak diletakkan dengan benar garpunya tersentuh hingga bunyi menghilang
● Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.
TES BING

Cara:Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai


Interpretasihasil:Lateralisasi ke telinga yang
menutup liang telingaètuli konduktif kira-kira 30
ditutupnormal atau tuli sensorineural.
dB.

Garpu tala digetarkan dan diletakkan


Suara tidak bertambah keras,tuli
pada pertengahan kepala seperti pada tes
konduktif
weber.
TES AUDIOMETRI
Persiapan Pasien:
 Telinga mana yang mampu mendengar lebih jelas
 Telinga mana yang lebih sering digunakan bertelepon
 Pemeriksaan tinnitus
 Daya tahan terhadap suara yang keras
Pemeriksaan Liang Telinga:
 Periksa dan bersihkan liang telinga dari serumen
 Memberikan Instruksi secara singkat dan sederhana
●Penderita menekan tombol (atau mengangkat tangan saat mendengar
sinyal yang diberikan ).
●Saat sinyal tidak terdengar penderita diminta untuk tidak menekan
tombol.
● Penderita duduk dikursi
● Penderita tidak boleh melihat gerakan penderita (minimal menghadap 30º dari posisi
pemeriksa.
PEMBERIAN INSTRUKSI :
● Perintah yang jelas dan sederhana, jelaskan bahwa akan terdengar serangkaian bunyi
yang akan terdengar pada sebelah telinga
● Pasien harus memberikan tanda dan mengangkat tangan, menekan tombol atau
mengatakan “ya” setiap terdengar bunyi bagaimanapun lemahnya.
SELEKSI TELINGA :
● Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu.
●Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah dimulai dengan sinyal nada yang sering
didengar (familiarization) dan Pengukuran ambang pendengaran
2 Cara Menentukkan Nada Familiarization :
● Dengan memulai 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu secara bertahap
meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
● Pemberian nada 1000 Hz pada 40 dB, jika terdengar lakukan pemeriksaan ambang
pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal ditingkatkan intensitas bunyi hingga
50 dB. Dengan menaikan 10 dB hingga terdengar.
Audiometri nada murni
●Uji sensitivitas masing-masing telinga dengan menggunakan alat listrik yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada murni dari frekuensi bunyi yang berbeda-beda, yaitu
125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, dan 8000 Hz dan 2 sumber yaitu : ( 6000 Hz di
periksa bila pada pemeriksaan 4000 dan 8000 Hz ada perbedaan lebih dari 20 dB).
● Sumber pertama : earphone yang ditempelkan pada telinga (AC = Air
Conduction).
● Sumber kedua : suatu osilator atau vibrator hantaran tulang yang ditempelkan
pada mastoid (atau dahi) melalui satu head band (BC = Bone Conduction)
INTERPRETASI AUDIOGRAM :
●Untuk menentukkan derajat ketulian
INTERPRETASI
AUDIOGRAM :
Untuk ●0 – 25 dB : Normal
menentukkan
derajat ketulian ●26 – 40 dB : Tuli Ringan
●41 – 55 dB : Tuli Sedang
●56 – 70 dB : Tuli Sedang Berat
●71 – 90 : Tuli Berat
●> 90 dB : Tuli Sangat Berat
Pemeriksaan
Air Conduction/ Hantaran Udara
bunyi lewat 2
jalur : Suaradirambatkan melalui → udaraliang
telinga → membrane tympani → tulang tulang pendengaran
→ cochlea → N.VIII korteks (selaput otak).

Bone Conduction/ Hantaran Tulang

Gelombang suara di udara langsung menerpa kulit tulang


tengkorak → getaran langsung ke cochlea → N.VIIIkeKorteks.

Cara pemeriksaaan : Menggunakan bone vibrator yang di


pasang di tulang mastoid
Ket :
●Sumbu Y menggambarkan
intensitas suara yang diukur
dalam satuan desibel (dB).
●Sumbu X menggambarkan
frekuensi yang diukur dalam
satuan Hertz (Hz).
●Ada air-bone gap (AB-gap)
Hasil BC : normal ( < 25 dB )
Hasil AC : tidak normal (>25dB)

●Hal ini menggambarkan bahwa


ada kelainan pada telinga bagian
luar sampai tengah.
● BC > 25 dB,
● AC > 25 dB
● Ada air-bone gap
PENYAKIT-PENYAKIT
PADA TELINGA
1. OTITIS EXTERNA 2.SERUMEN OBSTURAN
3.BENDA ASING 4.OTITIS MEDIA 5.OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
TELINGA SUPURATIF AKUT (OMSA) (OMSK)

7.GANGGUAN PENDENGARAN
6.OTITIS MEDIA (TULI SENSORINEURAL, TULI
EFUSA KONDUKSI & TULI CAMPURAN)
1. OTITIS EXTERNA
DEFINISI
• Otitis eksterna adalah radang liang telinga luar (MAE) akut maupun
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.

ETIOLOGI
• Pseudomonas sp (41%), Streptokokus sp (22%), Staphylococcus
Aureus (15%), dan Bakteriodes (11%).
● Berdasarkan RISKESDAS 2013
prevalensi otitis eksterna ditemukan di
Maluku (0.45%) dan terendah di
EPIDEMIOLOGI Kalimantan Timur (0.03%).
● Dapat terjadi pada semua kelompok
umur, namun sering pada anak usia 7-12
tahun.
FAKTOR ● Perubahan pH di liang telinga,
PREDIPOSISI yang biasanya normal atau asam.
Bila pH menjadi basa, proteksi
terhadap infeksi menurun.
● Pada keadaan udara yang hangat
dan lembab, kuman dan jamur
mudah tumbuh.
● Predisposisi otitis eksterna yang
lain adalah trauma ringan ketika
berenang dan trauma akibat
mengorek telinga secara
berlebihan
Bakteri

KLASIFIKASI Otitis
Eksterna
Sirkumkripta
Otitis
Eksterna
Difus
Otitis
Eksterna
Otitis
externa Infeksi Maligna
Jamur
otomikosis
Virus
Herpes
Zoster
Oticus
Otitis
Eksterna
Hemoragik.
Otitis Externa

Otitis Externa
Akut Otitis Externa
Akronik/
Maligna

Otitis eksterna Otitis eksterna


sirkumkripta difusa
(Furunkel)
Otitis Eksterna Sirkumkripta
(Furunculosis)

DEFINISI ETIOLOGI

● Otitis eksterna yang terlokalisir akibat ● Staphylococcus aureus


infeksi folikel rambut dan peradangan ● Staphylococcus albus
folikel rambut pada 1/3 luar MAE (pars
Cartilagenous) tipe furunkel
● Nyeri pada telinga, terasa tersumbat
dan sekret serous
DIAGNOSIS

ANAMNESIS
● Rasa nyeri yang hebat
● Nyeri timbul saat tragus ditekan, aurikula ditarik, dan gerakan mandibula waktu membuka mulut
(sendi temporomandibula), keluhan penurunan penderangan bila furunkel menutup liang telinga.
● Tuli konduktif : bila furunkel besar dan menyumbat MAE.
● Nyeri dan pembesaran kelenjar limfe periaurikuler.
PEMERIKSAAN FISIK
● Tampak furunkel pada 1/3 MAE.
● Tampak tragus sakit dan bengkak disertai nyeri yang hebat pada tulang rawan
● Sekret jika terjadi ruptur abses
OTITIS EKSTERNA
SIRKUMPKRIPTA
TATALAKSANA

● Abses → aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah


● Dinding furunkel tebal → insisi dan pasang drain.
● Terapi topical : Antibiotik : Salep polymixin B atau bacitracin
● Antiseptik : asam asetat 2-5 % dalam alcohol
Terapi Simptomatik (Analgetik)
● Paracetamol 500mg (3-4x/hari)
● Ibuprofen200-400mg(3-4x/hari)
● Metamizole Na 500mg (3-4x/hari)
● Asam mefenamat pemberian awal 500mg kemudian 250mg tiap 6 jam)
OTITIS DEFINISI
● Peradangan yang mengenai
EKSTERNA kulit liang telinga 2/3 dalam.
DIFUSA ETIOLOGI
(SWIMMER’S ● Bakteri Pseudomonas, E.coli,
dan Staphylococcus aureus →
EAR) yang tersering

FAKTOR PREDISPOSIS
●Cuaca yang panas dan lembab →
pertumbuhan patogen meningkat
●Trauma kulit meatus disertai
infeksi bakteri pathogen.
GAMBARAN KLINIS

Anamnesa Pemeriksaan Fisik


● Otalgia ● Tampak kulit liang telinga hiperemis disertai
● Gatal di liang telinga edema yang tidak jelas batasnya.
● Keluarnya sekret telinga ● Nyeri tekan tragus
berbau ● Liang telinga sangat sempit
● Gangguan pendengaran ● Kadang KGB regional membesar disertai
nyeri tekan.
● Terdapat sekret yang berbau tidak
bercampur lendir (musin)
● Pendengaran normal atau sedikit berkurang
TAHAPAN OTITIS EKSTERNA DIFUSA

PRE-INFLAMATORY
Edema stratum korneum,
penyumbatan kelenjar sebaseus
dan apokrin sehingga terjadi
aural fullness dan rasa gatal

INFLAMATORY AKUT
OTITIS EXTERNA DIFUSA

Gambar karbunkel yang menutupi MAE


TATALAKSANA
Membersihkan liang telinga. Memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang
telinga. Pilihan antibiotik yang dipakai adalah campuran polimiksin B, Neomisin,
hidrokortison dan anestesi topikal.

Analgetik
Antibiotik sistemik
• Paracetamol 500mg (3-4x/hari)
• Cefixime 50-100mg (2x/hari)
• Amoxilin 250-500mg tiap 8 jam
• Erytromisin 250-500mg tiap 6 jam
• Ciprofloxacin 500mg (2x/hari)
• Levofloxacin 500mg (1x/hari)
Otitis Externa Maligna (OEM)

DEFINISI
●Merupakan keadaan agresif dari infeksi jaringan lunak luar dan struktur sekitarnya,
secara cepat menyebar ke periosteum dan skull base yang mengancam nyawa.Biasanya
terjadi pada orangtua dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe I dan II, dan
imunkompromised. Merupakan tahap akhir infeksi berat dari MAE dan berkembang dari
selulitis, kondritis, periostitis, osteotitis dan akhirnya osteomyelitis.
ETIOLOGI
●PseudAomonas aeruginosa
PATOGENESIS

Pada penderita DM → pH serumen lebih tinggi dibanding


Peradangan meluas secara progresif kelapisan
pH serumen nondiabetik → lebih mudah terjadi otitis
subkutis, tulang rawan dan ke tulang disekitarnya →
eksterna → faktor imunocompromize → otitis eksterna
maligna. kondritis, osteitis dan osteomielitis.
Diagnosis pasti :
●Rasa gatal di liang telinga, Nyeri
hebat, eksudasi, granulasi, edema
KAE Jika terkena saraf fasialis →
parese N. VII
GAMBARAN ●Status diabetes dan
imunokompromise, kultur (+)
KLINIS pseudomonas aeruginosa

●Pemeriksaan telinga :
●Edema MAE ,Tampak banyak sekret
MAE tertutup oleh jaringan granulasi
OTITIS EKSTERNA MALIGNA
TATALAKSANA
● Antibiotik dosis tinggi yang efektif untuk Pseudomonas aeruginosa.
● Pada keadaan lebih berat antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan
aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.
● Golongan aminoglikosida : (amikasi) dewasa: 15 mg/kg 1 kali sehari atau dibagi menjadi dua
dosis. Dosis maksimal 1,5 g/hari. Lama durasi terapi 7-10 hari.
● Tindakan pembersihan luka (debridement) secara radikal.
SERUMEN OBSTURAN
PENDAHULUAN

● Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga
● Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena
kelenjar tersebut ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak tetapi
kadang kering
● Fungsi serumen sebagai proteksi, pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk
dikeluarkan dari membrana timpani, pelumas
PATOFISIOLOGI

Karena gangguan dari mekanisme pembersihan

Serumen yang menumpuk

Pembersihan liang telinga yang tidak tepat

Menyebabkan impaksi

Obstruksi serumen pada liang telinga


GEJALA KLINIS

Pendengaranberkurang

Rasanyeritimbulbilaserumenkeras
danmenekandindingliangtelinga

Telingaberdengung(Tinitus)

Pusing(Vertigo)bilaserumentelahm
enekanmembrantimpani
DIAGNOSIS

• Dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang


telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau
kehitaman
• Konsistensi dari serumen dapat bervariasi
TATALAKSANA

Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau
kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat
konsistensinya. Serumen yang lembek dibersihkan dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga sehingga
dikuatirkan menimbulkan trauma pada membrane timpani sewaktu mengeluarkannya,
dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
Sebelum melakukan irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada (riwayat) perforasi pada
membrane timpani
● Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga waktu
singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain hydrogen peroksida, debrox,
dan cerumenex
BENDA ASING
TELINGA
DEFINISI

● Terdapatnya benda asing pada liang telinga yang pada keadaan normal tidak
dijumpai

● Sering terjadi pada:


1) Anak kecil Tersering pada anak berusia < 5 tahun
2) Orang dewasa dengan keterbelakangan mental
ETIOLOGI

Benda asing yang masuk ke liang Faktor pada anak : rasa ingin tahu (curiosity),
ketertarikan pada benda-benda kecil, keinginan Pada dewasa :kecelakaan/ketidaksengajaan
telinga dapat berupa benda mati
untuk bersenang-senang (fun making), atau karena gangguan jiwa(cotton bud yang
organik dan non organik, atau benda retardasi mental dan ADHD(Attention Deficit tertinggal,potongankorekapi,patahanpensil).
hidup Hyperactivity Disorder)
JENIS BENDA ASING Bendamati:
• Cacing
• Nyamuk
• Serangga
• dll
- Non Organik:batrei,batu,kancing,dll

-Organik:kacang,daun,kayu,dll

Benda hidup:
Pasien berusaha
Masuknya
Menimbulkan mengeluarkan
benda asing ke
perasaan benda asing
PATOFISIOLOGI kanalis
auditorius
tersumbat pada tersebut dan
telinga Menyebabkan :benda asing
eksterna
Gangguan makin terdorong
Laserasi kulit
pendengaran
&amp; melukai
Rasa nyeri
membran
telinga/otalgia
timpani
Adanya resiko
terjadinya infeksi
GEJALA KLINIS Otalgia

Otorea

Gangguan pendengaran

Merasa tidak enak ditelinga

Ulserasi

Pembengkakan
DIAGNOSIS

ANAMNESIS • Adanya riwayat masuk benda asing keliang telinga

PEMERIKSAAN
• Tampak adanya benda asing ditelinga
FISIK

PEMERIKSAAN
• Benda asing berupa logam X-ray, CT scan
PENUNJANG
TATALAKSANA

BENDA MATI
BENDA HIDUP
 Binatang dalam liang telinga di matikan dengan  Benda kecil dapat ditarik dengan tang/cunam atau dapat di
irigasi
memasukan tampon basah keliang telinga lalu di
tetesi cairan (misal rivanol atau obat anestesi lokal) ±  Benda besar ditarik dengan pengait serumen
10 menit.  Baterai jam harus dikeluarkan segera jika adanya
kegawatan, karena lembab dan akan cair sehingga dapat
menyebabkan nekrosis jaringan komplikasinya.
 Setelah binatangnya mati dapat dikeluarkan dengan
pinset atau irigasi dengan air bersih yang hangat.
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
DEFINISI
• Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah yang terjadi dalam waktu yang
singkat, < 3 minggu

• Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah

• Otitis media (OM) ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia
ETIOLOGI

● Kuman penyebab utama pada OMSA


adalah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
haemolitikus, stafilakokus aureus,
Pneumokokus.

• Haemofillus influenza sering ditemukan pada


anak yang berusia dibawah 5 tahun.
Stadium oklusi tuba eustachius

• Retraksi membran timpani, kadang membran timpati tampak normal / berwarna keruh pucat

Stadium hiperemis (presupurasi)

• Nyeri dan rasa penuh di telinga, demam, pemeriksaan otoskop : infeksi pada membran timpani (hiperemis)

Stadium supurasi

• Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

Stadium perforasi

• Keluar sekret dari telinga, sakit ↓, demam ↓, gangguan pendengaran ↑, pemeriksaan otoskop : sekret + ruptur membran
timpani

Stadium resolusi

• Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi, maka secret akan berkurang dan mengering.
Membran timpani normal Stadium hiperemis

Stadium supurasi Stadium perforasi


○Nyeri
○Demam
○Malaise
GEJALA KLINIS
○Nyeri kepala di samping nyeri telinga (kadang)
○Anoreksia (anak)
○Seluruh/sebagian membran timpani merah dan
menonjol
○Rasa penuh di telinga dan penurunan
pendengaran
Pemeriksaan Fisik

- Otoskopi: otitis media serosa membrane timpani tampak berwarna kekuningan


sedangkan otitis media mukoid tampak kusam dan keruh. Maleus tampak pendek,
retraksi dan berwarna putih kapur. Air fluid level tanda cairan serous di cavum
timpani, pantulan cahaya yang berkurang / menghilang

- Rinoskopi

- Pemeriksaan garpu tala


Pemeriksaan Penunjang

- Radiologi: CT Scan atau MRI

- Kultur untuk memastikan apakah otitis media serosa atau otitis media supurativa
tapi jarang dilakukan karena anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah cukup
sensitive dan spesifik
TATALAKSANA
 Sesuai stadiumnya :

1) Stadium Oklusi : tujuan untuk mengembalikan fungsi tuba eustachius secepatnya . Diberikan
HCl Efedrin 0,5% untuk anak <12 tahun, 1% untuk anak umur >12 tahun atau dewasa, dan
antibiotika bila penyebabnya adalah bakteri.
2) Stadium hiperemis : diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgetik. Antibiotik yang
dianjurkan adalah golongan ampicillin dan penisilin
3) Stadium Supurasi : selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh.
4) Stadium perforasi : diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik
yang adekuat.
5) Stadium Resolusi : membran timpani berangsur normal kembali, bila tidak terjadi resolusi
antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu.
Miringotomi
Definisi
 Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drainase secret
dari liang telinga tengah ke telinga luar.

 Tindakan ini biasanya dilakukan untuk menangani kondisi-kondisi seperti Otitis media supuratif akut
stadium supurasi yang biasanya di tandai dengan demam dan nyeri.

 Pada kondisi ini miringotomi dibutuhkan untuk mengalirkan cairan keluar sehingga penyakit dapat
sembuh dengan baik. Jika tidak, maka seringkali membrana timpani akan robek atau ruptur dengan
spontan yang jika tidak menutup dengan baik akan berkembang menjadi OMSK (Otitis Media Supuratif
Kronik)
Indikasi
 Miringotomi biasanya dilakukan pada otitis media akut stadium supurasi. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis
lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Miringotomi juga dilakukan sebagai terapi komplikasi otitis media
seperti mastoiditis atau paralisis saraf fasialis yang terjadi dalam perjalanan penyakit otitis media.

 Indikasi miringotomi pada otitis media akut yaitu :


1. Nyeri yang menetap setelah 48 jam terapi antibiotik
2. Kemungkinan komplikasi seperti mastoiditis akut atau paralisis saraf fasialis
3. Perkembangan otitis media akut sementara dalam pengobatan antibiotic
4. Perkembangan otitis media pada pasien imunosupresi.

 Akhir-akhir ini, salah satu indikasi tersering untuk miringotomi adalah otitis media serosa kronik yang
menetap dan gagal dengan penanganan medis. Pada kasus demikian, pemasangan tuba ventilasi sering kali
dilakukan pada miringotomi. Tuba ini mencegah penutupan lokasi miringotomi, karena tuba dapat tetap pada
tempatnya hingga 6 bulan. Insisi miringotomi tanpa pemasangan tuba sering kali sembuh dalam 48 jam.
Prosedur dan Teknik Miringotomi
 Tindakan Pra Bedah
1. Tes Darah
2. Tes Pendengaran
3. Pemeriksaan telinga dengan otoskop

 Prosedur Pembedahan

 Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini harus
dilakukan secara avue (dilihat langsung), penderita haru stenang (jika penderita merupakan seorang
anak, anak harus dapat dikuasai) sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik.

 Lokasi miringotomi ialah di kuadran anterior-inferior atau posterior-inferior, sesuai dengan arah serabut
membran timpani.Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Untuk tindakan ini haruslah memakai
lampu kepala yang mempunyai sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan
besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan steril.
 Awalnya, serumen dibersihkan dari liang telinga untuk lapangan
pandangyang lebih baik sekaligus dapat memberikan gambaran
respon dari penderita. Liang telinga kemudian disterilkan dengan
menggunakan alkohol 70% selama 1 menit, setelah itu liang
telinga dikeringkan dengan menggunakan penghisap ( suction).

 Setelah itu, dengan menggunakan miringotom, dilakukan insisi


lurus melengkung sekitar 2 mm pada pars tensa membran timpani.

 Insisi dibuat pada kuadran anteroposterior atau posteriorinferior


untuk menghindari trauma pada rangkaian osikula. Secara teknis
lebih mudah membuat insisi pada kuadran posteroinferior, dan
daerah ini juga kurang peka.
 Pisau tidak boleh dimasukkan lebih dari 2 mm guna mencegah terkenanya dinding medial telinga
tengah, yang dapat menimbulkan nyeridan perdarahan.

 Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah atau tonjolan vena jugulariske dalam basis telinga tengah.
Kerusakan fenestra rotundum dihindari dengan insisihanya melalui membran timpani dan membatasi
kedalaman insisi.

 Setelah berhasil dilakukan insisi, hisap sekret yang keluar dari telinga tengahsampai tidak ada yang
tersisa. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian antibiotik topikal pada liang telinga.
 Pasca Bedah
1. Jika kapas diletakkan diliang telinga untuk drainase pasca pembedahan, ganti
kapas secara teratur 2-3 hari sekali
2. Obat tetes telinga
3. Lakukan aktivitas sehari-hari secara normal
4. Gunakan alat sumbatan ketika mandi, hindari kegiatan berenang atau menyelam.
Komplikasi

1. Perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar


2. Dislokasi tulang pendengaran
3. Trauma pada fenestra rotundum
4. Trauma pada nervus fasialis
5. Trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak).
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
DEFINISI ETIOLOGI

• Merupakan infeksi pada ● Gangguan fungsi tuba eustachius kronis akibat


telinga bagian tengah ISPA,
disertai perforasi membran ● Perforasi membran timpani yang menetap
timpani dan keluarnya ● Metaplasia skuamosa
sekret terus menerus ● Obstruksi telinga tengah dan rongga mastoid
maupun hilang timbul. ● Alergi dan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh
● Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi
• Sekret dapat berbentuk
membran timpani, dapat menjadi OMSK apabila
encer atau kental, bening penanganan tidak tepat, virulensi kuman tinggi,
ataupun nanah. daya tahan tubuh rendah dan higiene buruk.
PATOGENESIS
 Terjadi akibat kelainan tuba eustachius
yang disebabkan oleh fungsi tuba yang
belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang yang relatif besar pada anak
dan posisi tuba yang datar.

 OMSK akibat ISPA, disebabkan bakteri


masuk melalui tuba eustachius yang
datar. Akibatnya sel-sel inflamasi seperti
netrofil, monosit, leukosit, keratrinosit dan
mastosit akan menambah pemeabilitas
pembuluh darah dan keluarnya sekret
yang lebih banyak
KLASIFIKASI ● OMSK tipe benigna/tipe aman
● Proses peradangan terbatas pada mukosa saja
● Biasanya tidak mengenai tulang
● Perforasi terletak di sentral
● Umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya
● Tidak terdapat kolesteatoma

● OMSK tipe maligna


● Disertai kolesteatoma
● Letak perforasi di marginal atau di atik
● Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan
perforasi subtotal
● Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
OMSK BENIGNA
OMSK MALIGNA
Otorrhoe: mucous sampai purulen dan berbau khas.
GEJALA
KLINIS Vertigo

Tinitus

Perforasi membrana timpani

Rasa penuh di telinga

Cholesteatoma.

Fistel atau abses

Gangguan pendengaran
DIAGNOSIS ● Diagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan
dari anamnesa, gejala dan hasil pemeriksaan klinik
pada telinga dengan otoskop dan dibantu oleh
pemeriksaan radiologi atau rontgen mastoid atau
CT scan kepala dilakukan untuk mengetahui adanya
penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga.

● Pemeriksaan bakteriologi dan tes pendengaran


diperlukan untuk evaluasi
PENATALAKSANAAN

1 2 3 4

Prinsip pengobatan OMSK beningna tenang fasilitas  OMSK beningna


tergantung dari jenis • tidak memerlukan memungkinkan aktif
penyakit dan luasnya pengobatan, &gt;&gt;Operasi
• Edukasi •Membersihkan liang
infeksi,dimanapengob rekonstruksi telinga dan kavum
• jangan mengorek telinga
atan dapat dibagi timpani
• air jangan masuk ke
atas: telinga •Pemberian antibiotika
• Konservatif • segera berobat bila •Topikal
•Operasi menderita infeksi saluran
nafas. •Sistemik
TATALAKSANA
TIPE BENIGNA TIPE MALIGNA

• Prinsip terapi ialah konservatif • Prinsip terapi ialah pembedahan,


atau dengan medikamentosa. yaitu mastoidektomi dengan atau
• Bila sekret yang keluar terus tanpa timpanoplasti.
menerus, maka diberikan obat
• Terapi konservatif dengan
pencuci telinga, H2O2 3 %
medikamentosa  terapi sementara
selama 3-5 hari. Setelah sekret
sebelum dilakukan pembedahan.
berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan
memeberikan obat tetes
telinga yang mengandung
antibiotika dan kortikosteroid.
KOMPLIKASI

1. Komplikasi ditelinga tengah :


• Perforasi persisten.
• Erosi tulang pendengaran.
• Paralisis nervus facialis.
• Mastoiditis
2. Komplikasi ditelinga dalam :
• Fistel labirin.
• Labirinitis.
• Tuli saraf (sensorineural).

3. Komplikasi di ekstradural :
• Abses ekstradural.
• Trombosis sinus lateralis
OTITIS MEDIA EFUSA
Otitis Media Efusi

● Disebut juga dengan otitis media non


supuratif otitis media serosa, otitis media
sekretoria, otitis media mukoid.
● Otitis media serosa adalah terdapatnya
cairan di dalam telinga tengah, dengan
membran timpani utuh tanpa adanya
tanda–tanda infeksi disebut juga otitis
media dengan efusi.
● Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut
kental seperti lem disebut otitis media
mukoid.
● Salah satu penyakit yang paling sering
terjadi pada anak.
ETIOLOGI

Gangguan fungsi tuba eustachius,disebabkan oleh


• Hiperplasia adenoid
• Rinitis kronik. Tumor nasofaring
• Defek palatum
Alergi
• Sering pada anak–anak
Infeksi Virus
• Berbagai virus adeno dan rino
Otitis media yang belum sembuh sempurna
Otitis Media
efusi

Akut Kronik

 Sekret berbentuk secara  Sekret berbentuk secara


tiba tiba yang disebabkan bertahap tanpa rasa
gangguan fungsi tuba. nyeri.
 Gejala yang menonjol  Sekret yang keluar
pendengaran berkurang, kental seperti lem (glue
nyeri,sekret tidak kental. ear)
Epidemologi
● Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan anak di
bawah umur 15tahun.

● Data statistik menunjukan 80–90 persen anak prasekolah pernah menderita OME.
Kasus ini berulang (OME rekuren) pun menunjukan prevalensi yang cukup tinggi
terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28 –38 persen.
Patofisiologi
● Transdusi plasma dari pembuluh darah ketelinga tengah yang
terutama disebabkan perbedaan tekanan hidrostatik,efusinya
bersifat encer (akut)
● Otitis media mukoid (glue ear) terjadi akibat sekresi aktiv kelenjar dan
kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah,tuba eustachius
dan, rongga mastoid, efusinya bersifat kental/mukoid (kronik)
Diagnosis

• Telinga terasa penuh (terasa cairan bergerak saat posisi


kepala
Anamnesis • Pendengaran menurun
• Terdengar suara dalam telinga saat menguap atau menelan,
• suara sendiri terdengar lebih nyaring

• OTOSKOPI ; membran timpani berubah warna kekuningan,


Retraksi atau tertarik kedalam , hilangnya reflex
Pemeriksaan fisik cahaya(+),terdapat cairan dalam cavum timpani
• Garputala : tuli kondusif

• Audio gram nada murni


Pemeriksaan • Timpanogram
penunjang • Tes alergi
Terapi
o Medikametosa
1. Antihistamin atau dekongestan
2. Mukolitik
3. Antibiotik
4. Kortikosteroid

o Operatif
1. Myringotomi
2. Pemasangan tube ventilasi
Komplikasi
● Infeksi telinga akut
● Kista di telinga tengah
● Kolesteatoma
● Kerusakan permanen dari telinga dengan hilang fungsi
pendengaran yang parsial/sebagian atau seluruhnya
Prognosis
● Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu,
minggu atau bulan.

● Penatalaksana yang tepat mempercepat proses penyembuhan


GANGGUAN PENDENGARAN
(TULI SENSORINEURAL, TULI KONDUKSI & TULI
CAMPURAN)
GANGGUAN PENDENGARAN

Terbagi atas 3 :
1. Tuli konduktif
2. Tuli sensorineural
3. Tuli campuran (mixed deafness)
1. Tuli konduktif

Terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh


kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah.
Penyakit telinga luar yang dapat menyebabkan tuli konduktif
ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis
externa sirkumskripta, osteoma liang telinga. Sedangkan pada
telinga tengah yang dapat menyebabkan tuli konduktif ialah
tuba katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media,
otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi
tulang pendengaran.
2. Tuli sensorineural

Terdapat gangguan atau kelainan pada telinga dalam, nervus VIII


(vestibulokoklear), atau pada pusat pendengaran. Gangguan yang
terjadi dapat dibedakan berdasarkan lokasi, menjadi tuli koklea dan
retrokoklea.

Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital),


labirintitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin,
garamisin,neomisin, kina, alkohol.
Tuli sensorineural retrokloklea disebabkan oleh neuroma akustik,
tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak,
perdarahan otak dan kelainan otak lainnya.
3. Tuli campuran

Disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli


sensorineural. Tuli campur dapat merupakan suatu penyakit,
misal radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga
dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan,
misalnya tumor nervus VIII (tuli sensorineural) dengan
radang telinga tengah (tuli konduktif)
Derajat ketulian
Derajat Hasil Audiometri

0: Normal 0-25 dB

1: Tuli Ringan 26-40 dB

2: Tuli Sedang 41-55 dB

3: Tuli sedang-berat 56-70 dB

4: Tuli Berat 71-90 dB

5: Tuli sangat berat Lebih dari 90 dB


Tanda & Gejala
Tuli konduktif :
• Kehilangan pendengaran secara tiba-tiba atau berangsur
• Pendengaran kacau
• Sensasi pengap ditelinga
• Pusing
• Telinga kering
• Nyeri di telinga
Tuli sensorineural :
• Kesulitan mendengar suara dengan latar suara bising
• Merasa pusing
• Bermasalah dengan keseimbangan tubuh
• Suara keras terdengar redam
• Kesulitan mendengar suara bernada tinggi
• Telinga berdenging (tinnitus)
Faktor-faktor resiko

Faktor resiko tuli pada orang dewasa :


• Faktor genetik atau terdapat riwayat keluarga dengan tuli
• Penggunaan obat-obatan tertentu yang bersifat ototoksik
• Riwayat infeksi telinga berulang yang tidak diobati dengan baik
• Usia lanjut
• Pajanan bising melebihi ambang batas dalam jangka panjang
• Kondisi medis tertentu atau akibat penyakit kronis
• Pengaruh zat kimia industrial
• Konsumsi alkohol dan rokok
Faktor resiko tuli pada anak-anak :
• Kelainan anatomi
• Riwayat keluarga yang mengalami tuli sejak lahir
• Infeksi kongenital
• Riwayat otitis media berulang selama minimal 3 bulan yang tidak mendapatkan
pengobatan yang adekuat
• Riwayat trauma kepala
• Riwayat kelainan pada saat bayi
• Sindroma
• Mengalami suatu keterlambatan perkembangan berbicara dan berbahasa
Diagnosis
Dengan melakukan anamnesis meliputi :
• Onset terjadinya gangguan pendengaran
• Progresivitas
• Melibatkan satu telinga atau keduanya
• Riwayat pekerjaan
• Infeksi telinga berulang
• Trauma
• Keluhan tambahan lainnya
• Riwayat penyakit lainnya
• Riwayat penggunaan obat yang bersifat ototoksik
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi pada telinga luar hingga telinga tengah dengan bantuan alat otoskop
• Diikuti dengan pemeriksaan garpu tala
• Audiometri dapat dilakukan sebagai salah satu dari pilihan pemeriksaan
penunjang yang tersedia
Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan pada tuli disesuaikan dengan penyebabnya masing-masing.
 Pada tuli konduktif di lakukan pembersihan kotoran telinga, pengobatan infeksi
telinga, pemasangan alat bantu dengar, maupun melalui teknik pembedahan
 Pada tuli sensorineural dilakukan terapi obat-obatan, pemasangan alat bantu
dengar, implan koklea.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai