Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA

AURIKULA SINISTRA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya di SMF THT-KL


Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Disusun oleh:
Dewi Monim, S.Ked
Crisna Olivia Wakum, S.Ked
Oktovina Evi Amelia Dimara, S.Ked
Thresye Anjela Souhuwat, S.Ked

Pembimbing:

dr. Agustina, Sp.THT-KL


dr. Rosmini, Sp.THT-KL

SMF ILMU KESEHATAN THT-KL RSUD JAYAPURA


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAYAPURA 2022

1
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus
dengan judul:

“OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA

AURIKULA SINISTRA “

Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF THT-KL RSUD Dok
II Jayapura Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura

yang dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :
Tempat : RSUD DOK II JAYAPURA

Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

dr. Rosmini, Sp.THT-KL dr.Agustina, Sp.THT-KL

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga terasa sakit. Faktor
yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembaban, penyumbatan
liang telinga tengah, trauma lokal, dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri
masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%),
Streptococcus (22%), Staphylococcus Aureus (15%), dan Bakteriodes (11%). Istilah
otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflamasi kulit dari liang telinga bagian
luar. Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal.
Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat
dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe
infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh Pseudomonas,
Staphylococus, dan Proteus atau jamur.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, di
samping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah
yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim sejuk dan kering. Keadaan panas,
lembab, dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting
untuk terjadinya otitis eksterna. Pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas
dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan
gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun
telinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membrane timpani. Di dalam
telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, stapes. Telinga
dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang
terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.1,2

Gambar 2.1 Anatomi Telinga1

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berleku-lekuk dan


dibungkus oleh kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,
tragus, antitragus, fossa skafoidea, fossa triangularis, konkha dan lobulus.
Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tapi

2
daun telinga yang melengkung disebut tuberkulum telinga (darwn tubercle). Pada
bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior
antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura ini
disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafa. Di depan
antiheliks terdpat konka, yang terdiri atas dua bagian yaitu samba konka, yang
merupakan bagian anterior superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan
kavum konka yang terletak dibawahnya bersebrangan dengan konka, yang
merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum
konka yang terletak dibawahnya bersebrangan dengan konka dan terletak di bawah
krus heliks terdapat tonjolan kecil yang berbentuk segitiga kecil yang disebut tragus
dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.2,3

Gambar 2.2 Anatomi Daun Telinga (Aurikula)1

Auricula terdiri dari potongan kartilago yang ditutupi kulit dan dihubungkan ke
tengkorank oleh oto dan ligamentum vestigial. Meatus acusticus externus
membentuk pipa melengkung seperti “S” yang terbentang dari auricular ke
membran tympani (gendang telinga). Meatus acusticus externa mempunyai
kerangka tulang rawan pada sisi paling laterlanya yang bersambung dengan
auricular.1,2
Saluran ini dilapisi kulit yang melekat erat ke kerangka tulang rawan dan
tulang liang telinga. Kulit ini mengandung banyak glandula ceraminosa dan

3
vibrissae pada bagian terluarnya. Rangka luar dan bagian medial dibentuk oleh pars
tympanica, petrosa dan squamosa ossis temporalis. Os temporal membentuk bagian
dasra dan dinding lateral tengkorak. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan
menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.1,2
Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di
permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin
ke bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak
mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun telinga bagian posterior berasal
dari cabang posterior a.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian kecil
permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga
terutama doperdarahi oleh a.oksipitalis. permukaan depan daun telinga terutama
diperdarahi oleh cabang anterior a.temporalis superficial anterior. Persarafan daun
telinga disuplai oleh cabang-cabgan aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari
pleksus servikali, juga dari cabagng aurikulotemporal saraf trigeminal serta
cabgang auricular n.vagus.1,2
Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang
melengkung, maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma,
benda asing dan efek termal. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang
rawan pada sepertiga luar dan bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang
telinga kira-kira 2,5 cm – 3 cm. Bentuk liang telinga seperti huruf S melar akibat
perbedaan sudut bagian tulang rawan dan bagian tulang karena itu membrane
timpani biasanya tidak dapt terlihat langsung dari luar. Bagiang yang tersempit dari
liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga
bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak.1,2
Pada kulit yang normal di liang telingfa, ada bakteri flora seperti Micrococcus
dan Corynebacterium Sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen
dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahan sifat
serumen, dermatitis, dan perubahan pH di liang telinga. Kulit yang melapisi bagian
kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga mengandung
folikel rambut yang banyak bervariasi antar individu namun ikut membantu
menciptakan suatu sawar dalm laing telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang
sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit

4
langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian
daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak
terdapat ruang untuk ekspansi.1,2
Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke postero lateral
untuk dapat melihat bagiantulang dan membrana timpani. Bersama dengan lapisan
luar membrana timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel
yang dpat memerangkap kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi
pada keadaan tertentu. Kulit uang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada
kulit bagian tulang, selian itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya
bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam
liang telinga.1,2
Anatomi liang telinga bagiang tulang sangat unik karena merupakan satu-
satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa
adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini akan sangat peka, dan tiap
pembengakakn akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.1,2

Gambar 2.3 Membran Timpani Yang Normal2

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan
lateral membrane timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumen
dari isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah
dengan pembentukan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur

5
kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian
kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam
pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatu
faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki
fungsi sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel
dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi
sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada
epidermis. Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran
infeksi. Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke
pembuluh limfe preaurikular di kelenjar limfe servikal bagian superior.1,2,3
Bagain inferior, disalurkan ke infra aurikuler dekat angulus mandibula. Bagian
posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe servikal
bagian superior. Rangsangan pada aurikuler dan meatus akustikus eksternus berasal
dari saraf perifer dan cranial, yaiu dari saraf trigeminus (V), fasil (VII),
glosopharingeal (IX), dan vagus (X).1,2

Gambar 2.4 Anatomi Saluran Telinga2

6
2.2 Otitis Eksterna Sirkumkripta
2.2.1 Definisi
Otitis eksterna merupakan suatu peradangan atau infeksi pada kanalis
auditorius eksternal dan atau daun telinga. Kondisi ini merupakan salah satu
kondisi medis yang paling umum yang biasanya mempengaruhi atlet air.
Individu dengan kondisi alergi, seperti eczema, rhinitis alergi, atau asma,
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena otitis eksterna. Otitis eksterna
diperkirakan mengenai 10% orang pada tahap tertentu dan dapat terjadi akut,
kronik atau bentuk nekrosis.4
Peradangan pada otitis eksterna umumnya di seluruh saluran telinga. Otitis
eksterna akut (<6 minggu), kronis (> 3 bulan), dan nekrosis merupakan bentuk
ganas. Otitis eksterna akut dapat muncul sekali atau mungkin terjadi
kekambuhan, hal ini menyebabkan nyeri dengan aural discharge dan berkaitan
dengan gangguan pendengaran.4
Otitis eksterna akut adalah peradangan pada kanalis auditorius eksternal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Kondisi ini ditandai
dengan nyeri, nyeri tekan, kemerahan, dan pembengkakan pada saluran telinga
eksternal dan terkadang ada eksudat purulen. Otitis eksterna akut dikaitkan
dengan paparan air (kegiatan rekreasi air, mandi, dan berkeringat berlebihan),

trauma lokal, keadaan yang hangat dan lingkungan lembab. 4,5. Otitis eksterna
terbagi menjadi 2 yaitu otitis eksterna akut dan otitis eksterna Akronik/ Maligna.
Sedangkan Otitis eksterna akut terbagi lagi menjadi 2 yaitu otitis eksterna
sirkumkripta (Furunkel) dan otitis eksterna difusa. Otitis eksterna sirkumkripta
merupakan otitis eksterna yang terjadi akibat infeksi folikel rambut dan
peradangan folikel rambut pada 1/3 luar MAE (pars Cartilagenous) tipe
furunkel. Adapun gejalanya berupa nyeri pada telinga, terasa tersumbat dan
sekret serous.
2.2.2 Etiologi
Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. Faktor lainnya adalah maserasi
kulit liang telinga akibat sering berenang atau mandi denga shower, trauma,

7
reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi serumen. Sering terjadi superinfeksi
oleh bakteri piogenik (terutama Pseudomonas atau staohylococcus) dan jamur.6

2.2.3 Patogenesis
Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula
sebagai folikulitis kemudian biasanya meluas menjadi furunkel. Organisme
penyebab biasanya Staphylococcus. Umumnya kasus-kasus ini disebabkan oleh
trauma garukan pada liang telinga. Kadang-kadang furunkel disebabkan oleh
tersumbat serta terinfeksinya kelenjar sebasea di liang telinga. Panas dan lembab
dapat menurunkan daya tahan kulit liang telinga, sehingga frekuensi penyakit ini
agak meningkat pada musim panas.6,7
Pada kasus dini, dapat terlihat pembengkakan dan kemerahan difus didaerah
liang telinga bagian tulang rawan, biasanya posterior atau superior.
Pembengkakan itu dapat menyumbat liang telinga. Setelah terjadi lokalisasi
dapat timbul pustula. Pada keadaan ini terdapat rasa nyeri yang hebat sehingga
pemeriksaan sukar dilakukan. Biasanya tidak terdapat sekret sampai absesnya
pecah. Toksisitas dan adenopati muncul lebih dini karena sifat organisme
penyebab infeksi.6,7

2.2.4 Faktor Predisposisi


Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai
berikut:
1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa
2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan
kelembaban
3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga
secara berlebihan8.

2.2.5 Gejala dan Tanda


1. Nyeri hebat yang diikuti otore purulen, meatus nyeri tekan, tampak
pembengkakan
2. Nyeri tekan pada tragus dan pada tarikan daun telinga
3. Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

8
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:8
1. Anamnesa
Dari anamnesa dapat ditanyakan gejala dan tanda yang dirasakan
penderita.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan liang telinga, pada inspeksi tampak liang telinga
kemerahan, edema. Rasa nyeri juga dijumpai terutama saat menggerakkan
rahang (mengunyah), menekan tragus dan menggerakkan daun telinga.8
1) Adanya inflamasi, hiperemis, edema yang terlihat pada liang telinga
luar dan jaringan lunak periaurikuler.
2) Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan
lunak pada ramus mandibula dan mastoid.
3) Nervus kranialis harus (V-XII) diperiksa.
4) Status menteal harus diperiksa. Gangguan status mental dapat
menunjukkan komplikasi intracranial.
5) Membran timpani biasanya intak.
3. Pemeriksaan Penunjang
Biakan dan tes sensitivitas dari sekret.

2.2.5 Diagnosis Banding


1) Otitis Eksterna Difusa
Pada otitis eksterna difusa, biasanya mengenai kulit liang telinga
duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang
tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas.
Keluhan utama pasien biasanya berupa gatal, keluhan nyeri biasanya jarang
dialami pasien.5
2) Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi
di daerah tersebut. Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang-

9
kadang ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuka sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predipossisi otitis eksterna bakterialis. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan
rasa penuh ditelinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.1 Pengobatannya ialah
dengan membersihkan liang telinga. larutan asam asetat 2% dalam alkohol,
larutan iodin povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran
antibiotik dan steroid yang diteteskan keliang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga antijamur (sebagai salep)
yang dibersihkan secara topikal yang mengandung nistatin, klotrimazol.1

2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis
eksterna antara lain:
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-
hati
2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani
bilamana mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk
mengoleskan obat
3. Pemilihan Pengobatan Lokal
Otitis eksterna sirkumskripta harus diterapi sejak dini untuk
mengurangi edema yang menutupi lumen kanal dengan cara
memasukkan kapas yang berisi obat. Tampon berukuran kecil yang baik
digunakan, karena ujung tampon tidak mendesak dan menekan lumen
kanal. Tampon dimasukkan secara perlahan yang sebelumnya dibasahi
obat. Pasien diinstruksikan untuk mengaplikasikan obat cair
menggunakan kapas sekali atau dua kali sehari. Selama 48 jam tampon
diletakkan di kanal untuk melebarkan ukuran lumen. Kemudian obat
dapat diaplikasikan langsung ke dalam kanal.1,2,8
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar linga telinga tetap bersih
dan kering dan melindunginya dari trauma. Kotoran harus dibersihkan
dengan dari liang telinga dengan irigasi secara lembut. Antibiotika
topikal yang dikombinasikan dengan kortikosteroid dalam bentuk tetes

10
telinga sangat penting. Berikan antibiotika sistemik (biasanya penisilin)
dalam dosis penuh dalam 10 hari jika terdapat tanda-tanda penyebaran
infeksi di luar kulit liang telinga (demam, adenopati, atau selulitis daun
telinga). Kalau dinding furunkel tebal dapat dilakukan insisi, kemudian
dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Selama fase akut,
hindari berenang bila memungkinkan.5
Untuk mengurangi respon inflamasi, alkohol 70% dapat ditambahkan
untuk menjaga kanal tetap bersih dan kering. Pasien disarankan
menggunakan ini setelah telinganya kemasukan air. Antibiotik tetes tidak
boleh digunakan lebih dari 2-3 minggu karena berisiko terjadi dermatitis
kontak. Pasien harus diberitahu untuk kembali apabila telinga mulai
terasa gatal, jangan sampai menunggu terjadinya infeksi yang lebih
parah.6
Ada pun pengobatan otitis eksterna sirkumskripta yang sering di
lakukan yaitu :
1. Abses : aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah
2. Dinding furunkel tebal : insisi dan pasang drain.
3. Terapi topical
a) Antibiotik :
1. Gentamicin Sulfate 3 mg 3-4 tetes/hari
2. Ofloxacin 3 mg untuk Dewasa 6-10 tetes/hari dan untuk
anak 3-5 tetes/hari
b) Antiseptik : asam asetat 2-5 % dalam alcohol
c) Simptomatik (Analgetik)
1. Paracetamol 500mg (3-4x/hari)
2. Ibuprofen 200-400mg(3-4x/hari)
3. Metamizole Na 500mg (3-4x/hari)
4. Asam mefenamat pemberian awal 500mg kemudian 250mg
tiap 6 jam)
2.2.7 Pencegahan
Edukasi juga penting dalam mencegah otitis eksterna sirkumskripta di masa
depan. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan trauma kanal telinga dan

11
menghindari paparan air. Hindari membersihkan liang telinga terlalu sering
maupun menggunakan alat pembersih yang tidak sesuai karena dapat
menyebabkan trauma.

2.2.8 Prognosis
Otitis eksterna sirkumskripta adalah suatu kondisi yang dapat diobati
biasanya sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Otitis eksterna
kronis yang mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna
biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.

12
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Nn. M
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terahir : S1
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kotaraja
Tanggal pemeriksaan : 10-11-2022
No.RM :-

3.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama : Nyeri Pada Telinga Kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga sebelah kiri ± 2 hari
sebelum berobat ke Poli THT, nyeri di rasakan sampai ke bagian kepala.
Pasien juga mengatakan sebelumnya ± 1 minggu telinga terasa gatal dan tidak
enak sehingga pasien membersihkan telinganya dengan cotton buds. Tidak
terdapat cairan yang keluar dari kedua liang telinga. Pendengaran telinga kiri
agak berkurang dan tidak berdenging.. Pasien mengaku sebelumnya tidak
kemasukan air maupun benda asing lainnya ke dalam telinganya. Tidak ada
riwayat berenang sebelumnya. Pasien juga mengatakan ada riwayat minum
obat anti nyeri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal (-)
2. Riwayat Hipertensi : Disangkal (-)
3. Riwayat Diabetes melitus : Disangkal (-)
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal (-)
5. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal (-)

13
6. Riwayat Alergi : Disangkal (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat seperti ini di dalam keluarga : Disangkal (-)
2. Riwayat Hipertensi : Disangkal (-)
3. Riwayat Diabetes melitus : Disangkal (-)
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal (-)
5. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal (-)
6. Riwayat Alergi : Disangkal (-)

E. Riwayat Sosial- Ekonomi


1. Mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang (-)
2. Konsumsi Alkohol (-)
3. Merokok (-)

F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 110/70mmHg
2. Pernafasan : 21 x/menit
3. Suhu : 36,60C
4. Nadi : 80 x/menit
5. SpO2 : 99%

G. Status Generalisata
1. Kepala : Normochepal
2. Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Udem Palpebra (-/-)
3. Kulit : Turgor kulit baik
4. Telinga : Keluar cairan (-), bau (-)
5. Hidung : Tidak terdapat pernapasan cuping hidung (-)
6. Mulut : Dalam batas normal

14
7. Pemeriksaan Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid
(-)
8. Pemeriksaan Thorax
Jantung : Dalam Batas Normal
Paru : Dalam Batas Normal
9. Pemeriksaan Abdomen : Dalam Batas Normal
10. Pemeriksaan Ekstremitas : Dalam Batas Normal

H. Status Lokalis
Organ Dextra Sinistra
a. Telinga
Bentuk Telinga. Normal
Preaurikular
- Kelainan congenital
- -
- Radang dan tumor
- -
- Trauma
- -
- Edema
- -

Auricula
- Kelainan congenital - -
- Hiperemis - -
- Masa - -
- Edema - -
- Nyeri tekan tragus - Ada
- Nyeri tarik - Ada

Retroaurikular - -
- Hiperemis - -
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Sikatriks - -
- Fistel - -

15
- Pembesaran KGB

Kanalis Akustikus
Eksterna -
-
- Kelainan congenital -
-
- Peradangan -
-
- Secret -
-
- Serumen -
-
- Edem -
-
- Jaringan granulasi -
-
- Massa -
-
- Cholesteatoma
Membran timpani Intak Intak
- Warna Putih ke abu-abuan Putih ke abu-abuan
seperti Mutiara seperti mutiara
- Reflek cahaya (+) Tampak pada jam 5 (+) Tampak pada jam 7
- Edem - -
- Hiperemis - (+)
- Retraksi - -
- Bulging - -
- Perforasi - -
- Bula - -
- Sekret Ada Ada
- Abses - Ada
- Gambar

Gambar Otoendoskopi Telinga


Gambar Otoendoskopi Telinga Kiri Pasien, Tampak Furunkel
Kanan Pasien, Tampak Furunkel rambut pada 1/3 MAE dan terlihat
rambut di sertai sekret dan refleks hiperemi, refleks cahaya mengecil
cahaya pada MAE

16
b. Hidung
- Inspeksi Bentuk simetris, Deformitas (-), discharge (-),
hiperemi (-), lesi (-), hematom (-), edema (-)
- Palpasi Deformitas (-), krepitasi (-), Nyeri tekan sinus
paranasal (-) massa (-).
Rinoskopi anterior
- Kavum Nasi Hiperemis (-), sekret Hiperemis (-), sekret
(-), (-),
- Selaput Lendir rambut (-) rambut (-)
- Septum Nasi Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema (-)
- Lantai + dasar hidung (-) Deviasi (-), massa (-)
- Konka inferior Deviasi (-), massa (-) Licin, massa (-)
- Konka media Licin, massa (-) Hiperemis (-), edema
- Meatus nasi media Hiperemis (-), edema (-),
- Polip (-), Hiperemis (-), edema
- Korpus alienum Hiperemis (-), edema (-),
- Massa tumor (-), Sekret (-), polip (-)
Fenomena palatum mole Sekret (-), polip (-) -
- -
- -
-
Endoskopi Hidung

- Konka superior Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema


- Konka Media Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema
- Masa Tidak ada masa Tidak ada masa
- Polip Tidak ada polip Tidak ada polip

17
c. Tenggorok
- Tonsil -
- Dinding faring Hiperemis (-)
- Uvula Hiperemis (-)

I. Kelenjar getah bening leher


- Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran KGB
- Massa : tidak ada

J. Diagnosis kerja
Otitis Eksterna Sirkumskripta Aurikila Sinistra

K. Diagnosis banding
 Otitis Eksterna Difusa
 Impaksi Serumen

L. Pemeriksaan penunjang
Swab telinga untuk dilakukan guna mengetahui jenis kumam penyebab dan
sensitifitas terhadap antibiotik.
M. Terapi
 Ciprofloxacin 2 x 500 mg
 Cetirizine 2 x 10 mg
 Asam Mefenamat 3 x 500 mg

N. Prognosis
Quo Ad vitam : dubia ad bonam
Quo Ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam

18
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Dari kasus didapatkan Pasien perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan
nyeri pada telinga kirinya sejak 2 yang lalu nyeri dirasakan sampai ke bagian
kepala. Sebelumnya pasien mengatakan 1 minggu yang lalu telinga terasa gatal dan
tidak enak sehinggah pasein membersihkan telinganya dengan dengan cotton buds.,
setelah itu ke esokan harinya pasien mengeluh telinga kiri juga mengalami
menurunan pendengar. Tidak terdapat cairan yang keluar dari ke dua liang telingah.

19
Pendengaran teligah kiri agak berkurang dan tidak berdenging. Pasien mengaku
sebelumnya tidak kemasukan air maupun benda asing lain yang masuk ke dalam
telinga nya . tidak ada riwayat berenang sebelumnya. Pasien juga mengatakan ada
riwayat obat anti nyeri. Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat operasi pada
bagian kepala disangkal dan riwayat alergi pada obat tertentu disangkal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan dan kesadaran compos
mentis. Pada membran timpani dapat dinilai. Pemeriksaan pada liang telinga kanan
didapatkan liang telinga sempit, dan terdapat furunkel di 1/3 luar liang telinga dan
didapatkan ada nyeri tekan tragus, nyeri tarik daun telinga, serta nyeri tekan daerah
mastoid.
Hasil anamnesis dari kasus diatas sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
otitis eksterna sirkumskripta merupakan Otitis eksterna yang terlokalisir akibat
infeksi folikel rambut dan peradangan folikel rambut pada 1/3 luar MAE (pars
Cartilagenous) tipe furunkel. Pasien dengan otitis eksterna sirkumskripta memiliki
gejala utama berupa nyeri yang hebat tidak sesuai dengan besar bengkak yang
dirasa. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan
longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium.
Nyeri dapat juga timbul spontan pada saat membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga. Pasien mengeluh terasa sakit pada telinga.
Hasil pemeriksaan fisik dari kasus diatas sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa pada otitis eksterna sirkumskripta ditemukan tanda-tanda berupa edema,
liang telinga menyempit dan nyeri tekan tragus, nyeri tarik daun terlinga, nyeri saat
membuka mulut atau mengunyah serta nyeri tekan daerah mastoid. Gejala
inflamasi pada kanal juga dapat dikeluhkan oleh pasien seperti otalgia, gatal atau
rasa penuh (fullness) dengan atau tanpa gangguan pendengaran atau nyeri rahang.
Tanda inflamasi yang juga dikeluhkan antara lain nyeri tragus, edema yang
menyebar, eritema dengan atau tanpa otorrhea.
Terapi yang diberikan pada kasus ini berupa terapi medikamentosa yaitu
Ciprofloksasin 2x500 mg tab, Asam mefenamat 2x500mg tab dan Cetirizine
2x10mg tab. Ciprofloxacin merupakan obat antibiotik golongan fluoroquinolone.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase IV dan DNA

20
gyrase yang diperlukan oleh bakteri untuk memperbanyak diri. Dengan begitu
bakteri tidak dapat berkembang biak dan lebih mudah dimatikan oleh sistem
kekebalan tubuh. Pada otitis eksterna sirkumskripta didapatkan bakteri aerob
maupun anaerob terbanyak: Staphylococcus Aureus dan Staphylococcus Albus.
Staphylococcus Aureus sensitif terhadap antibiotik amikacin, cefepime,
cefotaxime, ceftriaxone, ciprofloxacin dan metronidazole. Dan resisten terhadap
Ampicillin, Erythromycin, Penicillin dan Tetracyclin. Pemberian terapi pada pasien
adalah cetirizine. Sedangkan, Cetirizine adalah obat golongan antihistamin yang
dapat menghalangi atau mengurangi efek histamin terhadap tubuh dengan memblok
reseptor histamin. Ceterizine merupakan metabolik aktif dari hidrosizin dengan
efek kuat dan panjang ≤ 8-10 jam. Efek anti alergi pada obat ini, atau berkhasiat
sebagai antihistamin juga mampu menghambat sistesis mediator radang. Asam
Mefenamat termasuk dalam golongan OAINS yang bekerja sebagai inhibitor
enzim siklooksigenase 1 dan 2 serta menghambat produksi prostaglandin penyebab
inflamasi dan nyeri terutama pada jaringan perifer. Pada pasien ini diberikan asam
mefenamat saat ke poli THT pasien datang dengan mengeluhkan nyeri pada telinga
sebelah kiri maka diberikan asam mefenamat golongan OAINS yang memberikan
efek analgetik, anti inflamasi dan antipiretik sesuai anjuran dokter spesialis THT-
KL.
Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulan bahwa otitis eksterna
sirkumskripta adalah Otitis eksterna yang terlokalisir akibat infeksi folikel rambut
dan peradangan folikel rambut pada 1/3 luar MAE (pars Cartilagenous) tipe
furunkel. Penegakan diagnosis dilakukan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik
dan terapi sudah benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan
Leher. Jilid 2. Edisi 16. BinaRupaAksara. Jakarta. Hal 236-238.

21
2. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York. 2013.
Hal 25-30.
3. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2010. Hal 58-61
4. Ludman, Harold. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel
publishing. Page : 1-5.
5. MansjoerArif, TriyantiKuspuji, SavitriRakhmi, et all. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius FakultasKedokteranUniversitas
Indonesia. Jakarta.2001. Hal 83-84.
6. McKeason. Otitis Eksterna. Clinical reference system. Available from
http://mdconsult.com.2004
7. Probst R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. Germany. 2006.
Hal : 207 – 209. 218 – 219.
8. Roland, N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe.
9. Rahma N. Indrayani (2020) Penangan agar terhidar dari penyakit otitis eksterna,
prodi kedokteran fakultas kedokteran, universitas sebelas maret, sukarta, Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai