Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KASUS

“SPEECH DELAYED E.C ADHD (ATTENTION DEFICIT


HYPERACTIVITY DISOLDER”.

Oleh :
Alfrid Luis Pasumbung
Thresye Anjela Souhuwat
Pembimbing

dr. Rini L. Ansanay, Sp.KFR


dr. Octaviany Hidemi Malamassam, Sp.KFR

DEPARTEMEN ILMU REHABILITASI MEDIK RSUD JAYAPURA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2023
01Pendahulu
an
 Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara
adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada
dokter.

 Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan
menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada
anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia
anak, demikian juga pemerolehan bahasa bertambah melalui proses
perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di
mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak
Pendahuluan
 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang
paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala intinya meliputi
tingkat atensi, aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan.

 Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut menjadikan
ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa kanak-kanak.
40-50% kasus ADHD menetap pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila
menetap sampai remaja, dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan
remaja dan gangguan kepribadian anti-sosial. Orang dewasa dengan ADHD sering
bertengkar dengan pimpinannya dan dalam melaksanakan tugasnya seringkali
terlihat tidak tekun4
02 Tinjaun Pustaka
 Gangguan Bahasa & Berbicara o DEFINISI

American Speech-Language Hearing Association Committee on Language


mendefinisikan bahasa sebagai : suatu sistem lambang konvensional yang
kompleks dan dinamis yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan
berkomunikasi.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bahasa didefinisikan sebagai : suatu sistem


lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat
untuk bekerja bersama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Kamus bahasa
Inggris juga memberi definisi yang sama tentang bahasa.

Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang


mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan
menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu
cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa
yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk
berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau
auditorik
Lanjutan
Gangguan perkembangan artikulasi Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk
meliputi kegagalan mengucapkan satu membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan
huruf sampai beberapa huruf, sering untuk menangkap arti kata-kata sehingga
terjadi penghilangan atau penggantian pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik.
bunyi huruf tersebut sehingga Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat
menimbulkan kesan cara bicaranya perkembangan bahasa awal yang normal, dan
seperti anak kecil. memiliki onset setelah trauma kepala atau
gangguan neurologis lain (contohnya kejang).

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas


dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat
pengulangan suara, suku kata atau kata
Epidemiolo
gi • Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah.
Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan
keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada
usia 3-16 tahun. Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi
memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% keterlambatan berbicara,
4,6% keterlambatan bicara dan bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa).
Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja.

• Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir


dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak usia
sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi,
sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu
sekitar 15%.
Proses Fisiologi Bicara
Bicara

Sensoris Motoris

Penglihatan Mengatur laring

Pendengaran Alat-alat artikulasi

Peraba Tindakan artikulasi

Laring bertanggung jawab untuk


pengeluaran suara
Getaran udara
timbul

Masuk ke lubang
telinga luar
Mendengar Timbul getaran
pembicaraan Reseptor
pada membran sensoris (Coclea)
timpani
Rangsangan impuls
diteruskan ketiga diteruskan saraf
Telinga bagian
tulang kecil VIII ke area
dalam
dalam telinga pendengaran
tengah primer di otak

Area wernick
Area motorik di otak

Proses bicara

Getaran vibrasi dari pita


Artikulasi suara yang dibantu oleh
aliran udara dari paru-paru,

Bunyi dibentuk oleh


gerakan bibir, lidah dan
palatum (langit-langit).

Proses bicara diperlukan koordinasi


sistem saraf motoris dan sensoris
dimana organ pendengaran sangat
penting.
Formasi retikulum di
batang otak
Proses reseptif – Proses
dekode
Menyusun tonus
untuk otak
Rangsang
auditori
diterima Menentukan Girus dan area
modalitas Ditangkap oleh asosiasi auditori
thalamus akan memilah
informasi bermakna
Rangsang mana yang masuk.
yang akan Diteruskan ke
diterima otak korteks auditori
pada girus Masukan linguistik
Heschls yang sudah dikode

Dikirim ke lobus
temporal kiri untuk
diproses
Proses ekspresif – Proses encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama


Di antara proses dekode
pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini
dan enkode terdapat
diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan
proses transmisi, yaitu
melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk
pemindahan atau
penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan
penyampaian kode atau
tersebut. Signal kemudian melewati korteks
disebut kode bahasa.
motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi,
Transmisi ini terjadi
fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan
antara mulut pembicara
proses aktif pemilihan lambang dan formulasi
dan telinga pendengar.
pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode
Proses decode-encode
semantik yang dilanjutkan dengan enkode
diatas disimpulkan
gramatika dan berakhir pada enkode fonologi.
sebagai proses
Keseluruhan proses enkode ini terjadi di
komunikasi.
otak/pusat pembicara.
Perkembangan bahasa pada anak
usia di bawah 3 tahun

Secara keseluruhan terlihat


dengan berat kasar otak
yang berubah sangat cepat
dalam 2 tahun pertama
kehidupan. Hal ini
Pada usia sekitar 2 bulan,
disebabkan karena
korteks motorik di lobus frontal
mielinisasi atau
menjadi lebih aktif. Anak
pembentukan selubung
memperoleh lebih banyak
system saraf. Proses
kontrol dalam perilaku motor
mielinisasi ini dikontrol oleh
volusional.
hormon seksual, khususnya
estrogen. Hal ini
menjelaskan kenapa proses
perkembangan bahasa lebih
cepat pada anak perempuan.
Lanjutan
Korteks visual menjadi lebih
aktif pada usia 3 bulan, jadi
anak menjadi lebih fokus
pada benda yang dekat
maupun yang jauh. Selama
separuh periode tahun
pertama korteks frontal dan Diferensiasi otak fetus dimulai
hipokampus menjadi lebih pada minggu ke-16 gestasi.
aktif. Hal ini menyebabkan Selanjutnya maturasi otak
peningkatan kemampuan berbeda dan terefleksikan pada
untuk mengingat stimulasi perilaku bayi saat lahir.
dan hubungan awal antara
kata dan keseluruhan.
Pengalaman dan interaksi
bayi akan membantu anak
mengatur kerangka kerja
otak.
Perkembangan Bicara dan Bahasa pada
Anak Normal (Towne, 1983) Perkembangan
Bicara dan Bahasa pada Anak Normal
(Towne, 1983)
Lundsteen membagi perkembangan
bahasa dalam 3 tahap :10
Tahap pralinguistik
• 0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok.
• 3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma,
da,ba.

Tahap protolinguitik

• 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia


mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-
300).

Tahap linguistic

• 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan
perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari
lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.

Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi


prelinguistik. 0-3 bulan.

Kata-kata pertama : transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan.

Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan


kalimat awal. 9-18 bulan.

Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah


yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan.
Perkembangan bahasa anak menurut komponen-
komponennya

Perkembangan Pragmatik

Perkembangan Semantik

Perkembangan Morfologi

Perkembangan Fonologi
Perkembangan bahasa ekspresif
dan reseptif

Myklebust membagi tahap perkembangan bahasa


berdasarkan komponen ekspresif dan reseptif sebagai berikut:

• Lahir – 9 bulan: anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian


berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.
• Sampai 12 bulan: anak berbahasa reseptif auditorik, belajar mengerti apa yang
dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik misalnya dada,
muh, kemudian menjadi mama, papa.
• Sampai 7 tahun: anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi
auditorik katakata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan
bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah.
• Umur 6 tahun dan seterusnya: anak berbahasa reseptif visual (membaca).
Pada saat masuk sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi
perkataan.
• Umur 6 tahun dan seterusnya: anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan
menulis).
Faktor resiko gangguan perkembangan bicara
dan bahasa
Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas,
semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke
otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab
gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran,
kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom,
autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan
deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi,
status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan
bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organic yang
mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi
motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah
adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya
merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan
belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang
saling berhubungan.
Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara
terbanyak diantaranya adalah retardasi mental,
gangguan pendengaran dan keterlambatan
maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga
disebut keterlambatan bicara fungsional.

Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan


maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering
dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada
keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan
prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak
membaik setelah memasuki usia 2 tahun.
Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa
menurut Blager BF
Penyebab gangguan bicara pada anak menurut
Adam DM (1987)

1. Lingkungan sosial anak

2. Sistem masukan/input
3. Sistem pusat bicara dan
bahasa
4. Sistem produksi
Faktor Internal

• Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor


persepsi, kognisi, genetik dan prematuritas dianggap sebagai
faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak.

Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)

• Pola asuh
• Lingkungan verbal
• Otitis media
Klasifikasi dan Gejala
Berdasarkan Patofisiologi Rapin dan Allen (dikutip
dari Klein, 1991) membagi kelainan bahasa pada anak
menjadi 6 subtipe

1. 2 Primer Ekspresif:
• - disfraksia verbal
• - gangguan defisit produksi fonologi
2. 2 Defisit represif dan ekspresif
• - gangguan campuran ekspresif-represif
• - disfasia verbal auditori agnosia
3. 2 Defisit bahasa yang lebih berat
• - gangguan leksikal-sintaksis
• - gangguan semantik-pragmatik
Menurut Aram DM (1987) dan Towne (1983), dicurigai
adanya gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada
anak, jika ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:

Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap suara
yang datang dari belakang atau samping.

Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri

Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, dada, dan
sebagainya.

Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal

Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)

Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh

pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buat kata
Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai pembendaharaan kata yang sangat sedikit/tidak
mempunyai kata-kata huruf z pada frase

pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.

Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana

Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana

Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar keluarganya

Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untk cat, ba untuk ban,
dan lain-lain)

Setelah usia 4 tahun tidak lanca berbicarra/gagap


Diagnosis gangguan bicara pada anak
Anamnesis
Instrumen penyaring
• Untuk menilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Milestone
Scale (Coplan dan Gleason), atau DDST (pada Denver II penilaian pada sektor
bahasa lebih banyak dari pada DDST yang lama) atau Reseptive-Expresive
Emergent Language Scale. Early Language Milestone Scale cukup sentitif dan
spesifik untuk mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun.
Pemeriksaan Fisik
Pengamatan saat bermain
Pemeriksaan laboratorium
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
• BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran
evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan
traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
• Pemeriksaan audiometrik
Tatalaksana
Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini
dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter,
guru dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat
diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian
medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki
gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus.
Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada para
murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.

Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan


bicara dan bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan
gangguan bicaranya dievaluasi oleh ahli terapi wicara.
Prognosis

Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya.


Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat
menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak
retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada
anak dengan gengguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan
bahwa anak dengan gangguan fonologi biasanya prognosisnya lebih baik.
Sedangkan ganggan bicara pada anak yang intelegensianya normal
perkembangan bahasanya lebih baik daripada anak yang retardasi
mental. Tetapi pada anak dengan gagguan yang multipel, terutama
dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau
kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun,
mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada umur 5,5 tahun.
02 Tinjauan Pustaka

 ADHD (Attention Deficit Hyperactivity)


Definisi
ADHD adalah gangguan kronis pemusatan perhatian & hiperaktivitas (GPPH)
yang berkaitan dengan :
1. Inattention
2. Hyperactivity
3. Impulsive

Epidemiologi
 Amerika Serikat diperkirakan sebanyak 3-5% pada anak usia sekolah
 Di Indonesia diperkirakan ADHD terjadi sebanyak 9000 kasus
 Anak laki-laki : Perempuan (4 : 1)
 Onset gejala < 7 tahun dan berlangsung lebih dari 6 bulan
Patogenesis & Psikopatologi
ADHD

Disfungsi korteks
Genetik/ lingkungan/ Gangguan proses
prefrontal & parietal
Faktor Biologik regulasi perilakuc
gangliabasalis

ADHD (Attention Deficit Inatensi, hiperaktivity Disfungsi Sistem Inhibisi


Hyperactivity) impulsviti dll perilaku
Reseptor
Reseptor
Peranan
Serotonin

Korteks Pengaturan
Serebri Emosi

Ganglia Pengaturan
Basalis Tingkah Laku
Gejala
Klinis
Tabel Gejala Klinis ADHD ( Attention Defocot Hyperactivity)

Intenttion Hyperactivity Impulsive


Mudah bosan pada suatu tugas/ kegiatan Gelisah tidak bias diam di tempat Berbicara berlebihan
kecuali melakukan sesuatu yang Ia sukai duduk
Kesulitan menjaga atensi (konsentrasi) Sering berdiri meninggalkan Menjawab
bangku di kelas pertanyaan sebelum
pertanyaannya
selesai dikatakan
Terlihat seperti tidak mendengar walaupun Sulit untuk bermain dengan Seringkali sulit
diajak berbicara langsung tenang menunggu giliran
Seringkali kehilangan barang dan kesulitan Berbicara tidak bias berhenti Seringkali menyela
untuk mengikuti instruksi atau menganggu
pembicaraan orang
lain
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis

I
Diagnosis
Prognosis
03
Laporan Kasus
  IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AZ
No. RM : 489099
Umur : 3 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Koya
Suku : Jawa
Agama : Islam
02
Laporan
Kasus

 Anamnesis : Anamnesa dilakukan secara heteroanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal
16 Februari pukul 11.00 WIT

 Keluhan : Belum lancar berbicara

 RPS :
Pasien datang ke Poli klinik Rehabilitasi Medik RSUD Jayapura diantar oleh ibunya
dengan keluhan belum dapat berbicara dengan lancar. Ibu Pasien mengatakan bahwa pasien
mulai berbicara pada saat umur 3 tahun dan hanya dapat mengucapkan kata “mama” hingga
saat ini. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya belum dapat berbicara dengan lancar dan
berbicara namun dengan artikulasi yang tidak jelas (tidak dapat dimengerti).
Laporan Kasus
 Menurut Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien juga hanya bisa mengoceh namun tidak
berbentuk kata dari kata-kata yang diucapkan. Berdasarkan keterangan ibu sebelumnya
pasien juga bahwa pasien tidak bisa fokus jika diajak berbicara atau berinteraksi. Pasien juga
sering melakukan sesuatu atau bermain sendiri. Pasien juga sangat aktif jika dibandingkan
dengan teman sebayanya sehingga tidak bisa diam di satu tempat, hanya dapat bertahan
pada suatu mainan sekitar 5 menit kemudian akan berpindah ke hal lain.

RPD : RPK :
1. Riwayat Kejang : (-) 1. Riwayat Kejang : (-)
2. Riwayat Asma : (-) 2. Riwayat Asma : (-)
3. Riwayat Trauma : (-) 3. Riwayat Trauma : (-)
4. Riwayat Alergi : (-) 4. Riwayat Alergi : (-)
5. Riwayat Serumen Obstruksi : (+) 5. Riwayat Hipertensi : (-)
Laporan Kasus
 Riwayat Antenatal

 Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya. Tidak ada riwayat keguguran.

 Selama masa kehamilan riwayat konsumsi minuman beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-),
konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).

 Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-), kencing manis (-),
tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-). Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien
rutin di dokter spesialis kandungan.

 Selama kontrol kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan
pada ibu dan janin.
Laporan
Kasus
 Riwayat Persalinan
o Ibu pasien mengaku bahwa persalinan dilakukan secara sesar karena
pembukaan saat persalinan tidak maju selama di Rumah sakit selama 3 hari .
Pasien lahir cukup bulan, dengan berat badan 3000gr.

 Riwayat Post Natal  Riwayat Development

o  Duduk (Sitting) : bisa sejak + 6 bulan


Bayi lahir dengan SC, menangis spontan,
 Berdiri (Standing) : bisa sejak + 9 bulan
pernafasan spontan, kejang (-), koma (-).  Berjalan (Walking) : bisa sejak + 1 tahun
 Makan dengan tangan : bisa
 Berbicara : bisa sejak + 3 tahun. Kalimat dan
artikulasi belum jelas hingga saat ini
 Sosial : bisa menyebut nama teman dan bermain
dengan sebaya di Paud
Pemeriksaan
Fisik Status Lokalis
Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
Respirasi : 20 x/m
SpO2 : 98% Spontan
SB : 36,8 0 C
Status Lokalis
Diagnosis
 Speech Delayed e.c ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disolder
Diagnosis
Banding
 Autisme
Prognosis
 
Terapi • Qua ad vitam : Bonam
• Edukasi
• Qua ad functionam : Dubia ad Bonam
• Terapi wicara
• Terapi Okupasi • Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam
 
04
Pembahasan 1. Apakah Diagnosis Dari kasus Speech Deleyed dan ADHD
Pada Pasien ini sudah benar ?

 Pasien merupakan anak laki-laki berusia 3 tahun 5 bulan datang bersama ibunya ke Poliklinik
Rehabilitasi Medik RSUD Jayapura dengan keluhan keterlambatan berbicara.
 Berdasarkan hasil heteroanamnesa yang dilakukan pada tanggal 16 Februari 2023 Ibu Pasien
mengatakan bahwa pasien mulai berbicara pada saat umur 3 tahun dan hanya dapat mengucapkan
kata “mama” hingga saat ini. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya hingga saat ini belum
dapat berbicara dengan lancar dan berbicara namun dengan artikulasi yang tidak jelas (tidak dapat
dimengerti).
 Menurut Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien juga hanya bias mengoceh namun tidak
berbentuk kata dari kata-kata yang diucapkan. Berdasarkan keterangan ibu sebelumnya pasien juga
bahwa pasien tidak bias fokus jika diajak berbicara atau berinteraksi.
Pembahasan
 Pasien juga sering melakukan sesuatu atau bermain sendiri. Pasien juga sangat aktif jika
dibandingkan dengan teman sebayanya sehingga tidak bias diam di satu tempat, hanya dapat
bertahan pada suatu mainan sekitar 5 menit kemudian akan berpindah ke hal lain.
 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pada kasus ini yaitu Speech Delayed ec.
ADHD . Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor eksternal (faktor lingkungan)
berpengaruh terhadap perkembangan bicara seorang anak. faktor lingkungan termasuk yang paling
menentukan. faktor lingkungan di mana seorang anak dibesarkan telah lama dikenal sebagai faktor
penting yang menentukan perkembangan anak.
Pembahasan

 Salah satu faktor ekternal yang sesuai dengan kasus adalah pola asuh dan lingkungan verbal, Law dkk
juga menemukan bahwa anak yang menerima contoh berbahasa yang tidak adekuat dari keluarga, yang
tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk
berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah.
 Sedangkan, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disolder) merupakan sekelompok masalah yang
berkenan dengan perhatian, konsentrasi, impulsivitas dan overaktivitas yang timbul selama masa
kanak-kanak dan muncul pada berbagai keadaan yang menandai adanya suatu sindrom tingkah laku.

 
Pembahasan 2. Apakah Terapi Pada Pasien Ini Sudah Benar ?

 Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa serta ADHD pada anak disesuaikan
dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan
terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang tua
pasien. Pendekatan rehabilitasi pada anak dengan Speech Delayed e.c ADHD bersifat
komprehensif.  
 Pada kasus ini untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius atau berkepanjangan
maka di lakukan terapi wicara dan okupasi. Tujuan dari terapi ini di berikan salah satunya untuk
meningkatkan kemampuan pada anak.
 Sedangkan, tujuan rehabilitasi adalah untuk membantu anak-anak dan orang tua menghindari atau
memperkecil kelainan di masa sekolah.
Pembahasan

 Sedangkan pada prinsipnya program rehabilitasi dilakukan harus sedini mungkin


dan dilakukan dengan teratur serta berkesinambungan. Gangguan bicara dan
bahasa serta atensi pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan
pada dasarnya perkembangan bahasa dan atensi dilator belakangi perawatan
primer orang tua dan keluarga terhadap anak.

 Metode yang diberikan pun harus sesuai dengan klasifikasi klinis, usia, dan
perkembangan anak. Sehingga pada kasus ini terapi yang diberikan yakni meliputi
edukasi, terapi wicara, terapi okupasi.
Pembahasan
3. Bagaimana Prognosis Dari Pasien Ini ?
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dikatakan
bahwa anak dengan gangguan fonologi biasanya prognosisnya lebih baik. Sedangkan
ganggan bicara pada anak yang intelegensianya normal perkembangan bahasanya lebih
baik daripada anak yang retardasi mental.
05
Kesimpulan

 Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran
bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat
cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa.Keterlambatan bicara
dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan
atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan
erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut
dan fungsi pendengaran.

 Keterlambatan dan gangguan bahasa mulai dari bentuk yang sederhana seperti
bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan
untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme
motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Kesimpulan

 Sedangkan, ADHD (Attention Deficit HyperactivityDisolder) ini berkaitan dengan


perhatian, konsentrasi, impulsivitas dan overaktivitas yang timbul selama masa
kanak-kanak dan muncul pada berbagai keadaan yang menandai adanya suatu
sindrom tingkah laku.

 Deteksi dini ADHD dapat dilakukan dengan melakukan skring pertumbuhan dan
perkembangan. Pendekatan tunggal terhadap ADHD tidak pernah memberikan
hasil yang memuaskan, oleh karena itu perlu dilakukan juga terapi farmakologi,
psikologi dan psikososil, serta pendekatan orang tua untuk membantu
keberhasilan terapi pada pasien ADHD.
Kesimpulan
 Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara atau bahasa dan ADHD pada
anak, sangat berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan
bicara dan bahasa serta perilaku dari pasien.
 Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi
sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan
normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat
mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering
dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitative dibandingkan preventif.Tata
laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak dan orang tua
untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.
 Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Ganguan
bicara pada anak yang intelegensianya normal perkembangan bahasanya lebih
baik daripada anak yang retardasi mental.
Thanks
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak
akan hilang
(Amsal 23:18)

Anda mungkin juga menyukai