Oleh :
Alfrid Luis Pasumbung
Thresye Anjela Souhuwat
Pembimbing
Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan
menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada
anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia
anak, demikian juga pemerolehan bahasa bertambah melalui proses
perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di
mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak
Pendahuluan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang
paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala intinya meliputi
tingkat atensi, aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan.
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut menjadikan
ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa kanak-kanak.
40-50% kasus ADHD menetap pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila
menetap sampai remaja, dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan
remaja dan gangguan kepribadian anti-sosial. Orang dewasa dengan ADHD sering
bertengkar dengan pimpinannya dan dalam melaksanakan tugasnya seringkali
terlihat tidak tekun4
02 Tinjaun Pustaka
Gangguan Bahasa & Berbicara o DEFINISI
Sensoris Motoris
Masuk ke lubang
telinga luar
Mendengar Timbul getaran
pembicaraan Reseptor
pada membran sensoris (Coclea)
timpani
Rangsangan impuls
diteruskan ketiga diteruskan saraf
Telinga bagian
tulang kecil VIII ke area
dalam
dalam telinga pendengaran
tengah primer di otak
Area wernick
Area motorik di otak
Proses bicara
Dikirim ke lobus
temporal kiri untuk
diproses
Proses ekspresif – Proses encode
Tahap protolinguitik
Tahap linguistic
• 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan
perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari
lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.
Perkembangan Pragmatik
Perkembangan Semantik
Perkembangan Morfologi
Perkembangan Fonologi
Perkembangan bahasa ekspresif
dan reseptif
2. Sistem masukan/input
3. Sistem pusat bicara dan
bahasa
4. Sistem produksi
Faktor Internal
• Pola asuh
• Lingkungan verbal
• Otitis media
Klasifikasi dan Gejala
Berdasarkan Patofisiologi Rapin dan Allen (dikutip
dari Klein, 1991) membagi kelainan bahasa pada anak
menjadi 6 subtipe
1. 2 Primer Ekspresif:
• - disfraksia verbal
• - gangguan defisit produksi fonologi
2. 2 Defisit represif dan ekspresif
• - gangguan campuran ekspresif-represif
• - disfasia verbal auditori agnosia
3. 2 Defisit bahasa yang lebih berat
• - gangguan leksikal-sintaksis
• - gangguan semantik-pragmatik
Menurut Aram DM (1987) dan Towne (1983), dicurigai
adanya gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada
anak, jika ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap suara
yang datang dari belakang atau samping.
Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri
Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, dada, dan
sebagainya.
Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)
pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buat kata
Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai pembendaharaan kata yang sangat sedikit/tidak
mempunyai kata-kata huruf z pada frase
pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.
Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana
Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar keluarganya
Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untk cat, ba untuk ban,
dan lain-lain)
Epidemiologi
Amerika Serikat diperkirakan sebanyak 3-5% pada anak usia sekolah
Di Indonesia diperkirakan ADHD terjadi sebanyak 9000 kasus
Anak laki-laki : Perempuan (4 : 1)
Onset gejala < 7 tahun dan berlangsung lebih dari 6 bulan
Patogenesis & Psikopatologi
ADHD
Disfungsi korteks
Genetik/ lingkungan/ Gangguan proses
prefrontal & parietal
Faktor Biologik regulasi perilakuc
gangliabasalis
Korteks Pengaturan
Serebri Emosi
Ganglia Pengaturan
Basalis Tingkah Laku
Gejala
Klinis
Tabel Gejala Klinis ADHD ( Attention Defocot Hyperactivity)
I
Diagnosis
Prognosis
03
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AZ
No. RM : 489099
Umur : 3 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Koya
Suku : Jawa
Agama : Islam
02
Laporan
Kasus
Anamnesis : Anamnesa dilakukan secara heteroanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal
16 Februari pukul 11.00 WIT
RPS :
Pasien datang ke Poli klinik Rehabilitasi Medik RSUD Jayapura diantar oleh ibunya
dengan keluhan belum dapat berbicara dengan lancar. Ibu Pasien mengatakan bahwa pasien
mulai berbicara pada saat umur 3 tahun dan hanya dapat mengucapkan kata “mama” hingga
saat ini. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya belum dapat berbicara dengan lancar dan
berbicara namun dengan artikulasi yang tidak jelas (tidak dapat dimengerti).
Laporan Kasus
Menurut Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien juga hanya bisa mengoceh namun tidak
berbentuk kata dari kata-kata yang diucapkan. Berdasarkan keterangan ibu sebelumnya
pasien juga bahwa pasien tidak bisa fokus jika diajak berbicara atau berinteraksi. Pasien juga
sering melakukan sesuatu atau bermain sendiri. Pasien juga sangat aktif jika dibandingkan
dengan teman sebayanya sehingga tidak bisa diam di satu tempat, hanya dapat bertahan
pada suatu mainan sekitar 5 menit kemudian akan berpindah ke hal lain.
RPD : RPK :
1. Riwayat Kejang : (-) 1. Riwayat Kejang : (-)
2. Riwayat Asma : (-) 2. Riwayat Asma : (-)
3. Riwayat Trauma : (-) 3. Riwayat Trauma : (-)
4. Riwayat Alergi : (-) 4. Riwayat Alergi : (-)
5. Riwayat Serumen Obstruksi : (+) 5. Riwayat Hipertensi : (-)
Laporan Kasus
Riwayat Antenatal
Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya. Tidak ada riwayat keguguran.
Selama masa kehamilan riwayat konsumsi minuman beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-),
konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).
Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-), kencing manis (-),
tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-). Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien
rutin di dokter spesialis kandungan.
Selama kontrol kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan
pada ibu dan janin.
Laporan
Kasus
Riwayat Persalinan
o Ibu pasien mengaku bahwa persalinan dilakukan secara sesar karena
pembukaan saat persalinan tidak maju selama di Rumah sakit selama 3 hari .
Pasien lahir cukup bulan, dengan berat badan 3000gr.
Pasien merupakan anak laki-laki berusia 3 tahun 5 bulan datang bersama ibunya ke Poliklinik
Rehabilitasi Medik RSUD Jayapura dengan keluhan keterlambatan berbicara.
Berdasarkan hasil heteroanamnesa yang dilakukan pada tanggal 16 Februari 2023 Ibu Pasien
mengatakan bahwa pasien mulai berbicara pada saat umur 3 tahun dan hanya dapat mengucapkan
kata “mama” hingga saat ini. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya hingga saat ini belum
dapat berbicara dengan lancar dan berbicara namun dengan artikulasi yang tidak jelas (tidak dapat
dimengerti).
Menurut Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien juga hanya bias mengoceh namun tidak
berbentuk kata dari kata-kata yang diucapkan. Berdasarkan keterangan ibu sebelumnya pasien juga
bahwa pasien tidak bias fokus jika diajak berbicara atau berinteraksi.
Pembahasan
Pasien juga sering melakukan sesuatu atau bermain sendiri. Pasien juga sangat aktif jika
dibandingkan dengan teman sebayanya sehingga tidak bias diam di satu tempat, hanya dapat
bertahan pada suatu mainan sekitar 5 menit kemudian akan berpindah ke hal lain.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pada kasus ini yaitu Speech Delayed ec.
ADHD . Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor eksternal (faktor lingkungan)
berpengaruh terhadap perkembangan bicara seorang anak. faktor lingkungan termasuk yang paling
menentukan. faktor lingkungan di mana seorang anak dibesarkan telah lama dikenal sebagai faktor
penting yang menentukan perkembangan anak.
Pembahasan
Salah satu faktor ekternal yang sesuai dengan kasus adalah pola asuh dan lingkungan verbal, Law dkk
juga menemukan bahwa anak yang menerima contoh berbahasa yang tidak adekuat dari keluarga, yang
tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk
berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah.
Sedangkan, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disolder) merupakan sekelompok masalah yang
berkenan dengan perhatian, konsentrasi, impulsivitas dan overaktivitas yang timbul selama masa
kanak-kanak dan muncul pada berbagai keadaan yang menandai adanya suatu sindrom tingkah laku.
Pembahasan 2. Apakah Terapi Pada Pasien Ini Sudah Benar ?
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa serta ADHD pada anak disesuaikan
dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan
terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang tua
pasien. Pendekatan rehabilitasi pada anak dengan Speech Delayed e.c ADHD bersifat
komprehensif.
Pada kasus ini untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius atau berkepanjangan
maka di lakukan terapi wicara dan okupasi. Tujuan dari terapi ini di berikan salah satunya untuk
meningkatkan kemampuan pada anak.
Sedangkan, tujuan rehabilitasi adalah untuk membantu anak-anak dan orang tua menghindari atau
memperkecil kelainan di masa sekolah.
Pembahasan
Metode yang diberikan pun harus sesuai dengan klasifikasi klinis, usia, dan
perkembangan anak. Sehingga pada kasus ini terapi yang diberikan yakni meliputi
edukasi, terapi wicara, terapi okupasi.
Pembahasan
3. Bagaimana Prognosis Dari Pasien Ini ?
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dikatakan
bahwa anak dengan gangguan fonologi biasanya prognosisnya lebih baik. Sedangkan
ganggan bicara pada anak yang intelegensianya normal perkembangan bahasanya lebih
baik daripada anak yang retardasi mental.
05
Kesimpulan
Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran
bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat
cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa.Keterlambatan bicara
dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan
atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan
erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut
dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan dan gangguan bahasa mulai dari bentuk yang sederhana seperti
bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan
untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme
motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Kesimpulan
Deteksi dini ADHD dapat dilakukan dengan melakukan skring pertumbuhan dan
perkembangan. Pendekatan tunggal terhadap ADHD tidak pernah memberikan
hasil yang memuaskan, oleh karena itu perlu dilakukan juga terapi farmakologi,
psikologi dan psikososil, serta pendekatan orang tua untuk membantu
keberhasilan terapi pada pasien ADHD.
Kesimpulan
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara atau bahasa dan ADHD pada
anak, sangat berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan
bicara dan bahasa serta perilaku dari pasien.
Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi
sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan
normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat
mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering
dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitative dibandingkan preventif.Tata
laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak dan orang tua
untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Ganguan
bicara pada anak yang intelegensianya normal perkembangan bahasanya lebih
baik daripada anak yang retardasi mental.
Thanks
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak
akan hilang
(Amsal 23:18)