OLEH:
PPDS 1
dr. An Nisaa Novrizka Sari
PEMBIMBING
dr. Sri Budhi Rianawati, Sp. S (K)
non-verbal menggunakan suara, ruang, objek, gerakan, waktu, dan lima panca indera
untuk menyampaikan maksudnya. Komunikasi non-verbal berfokus pada gerak fisik
dan manipulasinya sehingga sering disebut sebagai communicative behaviour, yang
terdiri atas:
tulisan yang sebelumnya intak, karena kerusakan pada otak. Gangguan dalam
berbahasa disebut dengan afasia.
Afasia dapat dibedakan menjadi afasia fluent dan afasia non fluent. Terdapat
delapan jenis sindroma afasia yang umum. Sindroma afasia itu, yaitu afasia Broca,
afasia Global, afasia Wernicke, afasia konduksi, afasia transkortikal campuran, afasia
transkortikal motorik, afasia transkortikal sensorik, dan anomic
3
a. Area Broca
Area Broca terletak pada girus frontalis inferior hemisfer dominan di depan area motorik
primer untuk wajah, bibir dan lidah. Broca terletak pada Area 44 dan berfungsi untuk
merencanakan kata-kata dan mengkoordinasikan gerakan otot bibir, wajah dan lidah.
b. Area Wernicke
Area Wenicke terletak pada girus temporalis superior bagian posterior pada hemisfer
dominan. Wernicke terletak pada daerah 22. Area ini berfungsi untuk komprehensi dari
kata-kata. Gangguan pada area Wernicke akan menyebabkan terganggunya pemahaman
terhadap kata-kata.
c. Fasikulus Arkuatus
Fasikulus arkuatus merupakan serabut asosiasi penting yang menghubungkan antara area
Wernicke dan area Broca, serabut ini membentuk huruf C dan mengelilingi sulkus Sylvii.
Kerusakan pada area ini dapat menyebabkan afasia konduksi.
d. Girus Angularis
Girus Angularis terletak pada area 22 di lobus parietalis inferior hemisfer dominan. Area
ini berfungsi untuk mengubah impuls bahasa visual, taktil, dan gesture menjadi impuls
auditoris yang dikenali oleh area Wernicke. Tulisan yang dibaca diubah menjadi impuls
Anterior circulation
(B)
Area berbahasa divaskularisasi oleh arteri cerebri media. Arteri cerebri media pada
segmen kedua (M2) terbagi menjadi divisi superior dan inferior. Divisi superior
memvaskularisasi area bahasa anterior, sedangkan divisi inferior memvaskularisasi area
(C)
(D)
3.12 Stroke of the entire left hemisphere due to ICA occlusion. The infarct involves the ACA, MCA, and PCA territories. The ACA
territory has infarcted because there is no ACoA and/or due to subfalcine herniation. The PCA territory has infarcted because of mass
effect caused by uncal herniation. Note the spared left-sided territories: midbrain, medial thalamus, rostrum of the corpus callosum, and
some parasagittal cortex.
daerah korteks.
Lateral
lenticulostriate
arteries
Cortical (M3)
segment (MCA)
Sylvian (M2)
segment (MCA)
Cortical (M3)
segment (MCA)
Internal
carotid artery
Horizontal (M1)
segment (MCA)
Cara
Pemeriksa menganalisis apakah pasien menjawab dengan lancar, tidak terbata-bata, dan
spontan.
Hati-hati
o emotional speech: non fluent aphasia kadang juga bisa memaki saat marah
o automatic speech: dapat mengucapkan 1 kata, fragmen kata, stereotipi, kadang dapat
mengucapkan respon sosial umum seperti, halo, dapat pula berkata 123, abc,
maupun lagu umum.
7
Bahasa lisan
Bahasa tulisan
Pada pasien dengan gangguan kelancaran berbicara kadang masih dapat menggunakan
pantomim, mimik, angguk.
Pemeriksaan yang sering menyebabkan bias:
o Pasien dengan gangguan pemahaman tidak boleh diperiksa dengan perintah rumit
seperti, ambil kertas dengan tangan kanan, lipat jadi dua, serahkan dengan tangan
kiri (merupakan pemeriksaan status mental)
o Pasien dengan gangguan pemahaman mungkin dapat meniru gerakan pemeriksa,
sepeti meletakkan telunjuk ke hidung, menjulurkan lidah (bukan fungsi berbahasa
tetapi fungsi di bawah pemahaman)
o Perlu diperiksa disorientasi kanan dan kiri, bagian dari Gertsmann syndrome karena
gangguan pada daerah posterior
c. Pengulangan (Repetition)
Cara:
o Diminta mengulang kata atau beberapa kata
o Diminta untuk menirukan urutan angka, tetapi ada satu angka yang sengaja
dilewati agar tidak terjadi automatic speech
o Diminta untuk mengulang kalimat kompleks
Gangguan pengulangan sering terjadi pada gangguan kelancaran dan pengulangan,
sehingga sehingga dilakukan untuk skrining afasia. Ganguan pengulangan dapat berupa
pengabaian kata, parafasia, maupun gangguan urutan kata. Pemeriksaan normal pada
afasia anomik, transkortikal dan subkortikal
d. Penamaan (Naming)
Cara:
o Pemeriksa menanyakan nama benda sederhana dengan menunjukkan pada pasien,
seperti pulpen, kertas, koin, atau kunci. Bila pasien tidak dapat menyebutkan,
ditanyakan fungsi benda tersebut.
o Perintah menamai warna primer (merah, biru, kuning)
o Pemeriksa menanyakan nama benda dengan diberi pilihan pada kertas afasia
kadang dapat menunjuk dengan tepat.
o Diminta untuk menunjukkan benda yang disebut pemeriksa: jendela
o FAS test: sebutkan kata yang mengandung F/A/S
o Responsive naming: dimana guru bekerja?
Penamaan merupakan satu-satunya modalitas yang terganggu pada afasia anomik,
namun tidak spesifik Kemampuan pasien juga dipengaruhi oleh pendidikan dan
kebudayaan pasien.
e. Membaca (Reading)
Cara:
o Pasien diminta menjawab perintah tertulis yang diberikan pemeriksa secara per oral
9
o Bila tidak dapat, pasien diberi pertanyaan tertulis dengan jawabab ya/ tidak
Kelainan fungsi membaca: aleksia (pada kelainan kogenital disebut sebagai
disleksia). Aleksia dapat terjadi dengan disertai agrafia maupun tanpa agrafia. Aleksia
juga dapat disertai hemianopsia maupun tidak. Kemampuan tergantung pendidikan dan
kebudayaan pasien.
Hati-hati:
o Pemeriksaan untuk membaca bukan perintah untuk membacakan tulisan.
Membacakan
tulisan
merupakan
kemampuan
untuk
copying-repetition-
verbal
Pasien Menulis sesuai contoh
Dapat terganggu bila ada gangguan naming/ parafasia
Menilai koneksi reseptive language area dengan exner writing center
Menilai naming: ditunjukkan benda, diminta menulis apa namanya
Kelainan dalam kemampuan menulis disebut agrafia. Pasien yang tidak memahami
bicara juga terganggu fungsi menulisnya. Gangguan dalam kelancaran bicara namun
dengan fungsi menulis normal disebut verbal apraxia.
10
11
Ciri:
12
Bicara spontan tidak lancar, hanya sedikit (beberapa kata, kalimat pendek, susunan
karpet.
Pemahaman baik
Tidak dapat mengulang
Dapat identifikasi obyek, tetapi tidak dapat menamai
Tidak dapat membaca keras.
Tidak dapat menulis, meskipun pada tangan non paresis. Bila fungsi menulis normal,
disebut verbal apraksia.
2. Afasia Wernicke
Nama lain: afasia fluent, reseptive, sensoris, posterior, atau post rolandic
Lesi: Regio posterior lobus Temporalis Superior yang mengenai korteks asosiasi auditoris,
girus angularis dan girus supramarginal.
Ciri:
13
Kelainan ringan pada pemahaman, berupa sedikit parafasia, disebut mini Wernicke. Kelainan
berat disebut Jargon afasia.
Gambar 8. Area lesi afasia Broca (warna merah muda), afasia Wernicke (warna coklat),
dan afasia global (dibatasi garis putus-putus). Sumber: Campbell, William W. DeJongs The
Neurologic Examination 7th Edition. 2013. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.
3. Afasia Global
Nama lain: afasia total, ekspresif-reseptif, atau afasia komplit.
Lesi: luas, pada seluruh area bahasa peri-sylvii, atau lesi terpisah yang mengenai lobus
frontalis inferior posterior dan lobus temporalis superior posterior. Disebabkan oklusi arteri
carotis interna atau pada proksimal arteri cerebri media.
Ciri:
-
Lesi afasia global dapat meninggalkan gejala sisa yang mirip afasia Broca.
4. Afasia Konduksi
Lesi: jaras yang menghubungkan Wernicke dengan Broca. Sering pada substansia alba pada
girus supramarginal yang mengenai fasukulus arkuatus maupun fasikulus penghubung antar
14
pusat bahasa anterior-posterior lainnya. Dapat terjadi pada kelainan korteks saja, bila terjadi
emboli pada ujung arteri cerebri media.
Ciri:
-
Afasia konduksi sering disebabkan oleh emboli pada cabang terminal arteri serebri media.
Afasia Transkortikal
15
Lesi: border zone infarction, semua lobus frontal, temporal maupun fasikulus arkuatus
normal.
Ciri: pasien afasia dengan fungsi pengulangan yang baik. Pasien hanya mengulang-ngulang
kata-kata pemeriksa. Pasien mungkin masih memiliki kemampuan pengulangan yang sangat
baik, sehingga selalu mengulang apapun yang ia dengar (echolalia). Afasia transkortikal
dibagi menjadi tiga:
- Afasia transkortikal campuran: komprehensif jelek, fluency jelek
- Afasia trankortikal motorik: komprehensif baik, fluency jelek
- Afasia transkortikal sensoris: komprehensif jelek, fluency baik
g. Afasia Subkortikal
Lesi vaskuler pada thalamus, nucleus caudatus, putamen,, substansia alba peri ventrikel, atau
capsula interna pada hemisfer dominan. Pada single-photon emission CT, didapatkan
hipoperfusi kortikal.
a. Anterior syndrome (afasia striatocapsular atau afasia caudatus)
- Bicara disartria lambat
- Kalimat baik, tidak telegrafik
- Pemahaman baik
- Gangguan penamaan
- Repetisi baik
- Disertai hemiplegi
b. Posterior syndrome (afasia thalamus)
- Bicara lancar tanpa disartria
- Pemahaman jelek
- Penamaan jelek
- Repetisi baik
16
- Disertai hemiplegi
h. Gangguan Bahasa Pada Hemisfer Non Dominan
Gangguan bahasa pada hemisfer non dominan menyebabkan gangguan dalam
memberikan irama, penekanan, emosi pada kata-kata. Kelainan berupa hiperprosodi,
hipoprosodi, atau aprosodi. Pasien juga mengalami gangguan dalam memahami
pengertian implisit.
Tabel 2 Jenis Afasia Menurut Benson, Geschwind pada Boston Aphasia Research Centers
Jenis
Fluentl
Compre-
Repetiti
Naming
Reading
Writing
Hensive
Baik
on
Tergangg
Tergangg
Bervariasi
Terganggu
Tergangg
Tergangg
Tergangg
Tergangg
Terganggu
Terganggu
posterior
Fronto
u
Tergangg
u
Bervaria
Baik
Baik
Temporal
Fasikulus
si
Afasia
Motorik/
Tak
Broca/
Lancar
Ekspresif
Wernicke/
Lancar
Reseptif
Isi jelek
Global
Tak
Konduksi
Lancar
Lancar
Terganggu
Terganggu
Baik
Lesi
Frontal
Inferior
Terganggu
Terganggu
Posterior
Temporal
Superior
arkuatus
girus
supramargi
Anomik
Lancar
Baik
Baik
Tergangg
Baik
Terganggu
nal
Girus
angular
Temporal
superior
Baik
Tergangg
Bervariasi
Terganggu
posterior
Peri-silvian
Terganggu
Baik
u
Tergangg
Terganggu
Terganggu
anterior
Peri-silvian
Tergang
Tergangg
Baik
u
Tergangg
Terganggu
Terganggu
al
gu
campuran
Apraksia
Tergang
Baik
Terganggu
Baik
Verbal
gu
Transkortik
Tak
al motorik
Transkortik
Lancar
Lancar
al sensorik
Transkortik
Baik
posterior
u
Tergangg
Tergangg
PEMERIKSAAN APRAKSIA
17
oksipitalis, korteks premotor, dan area Broca 44-45), serabut asosiasi yang menghubungkan
seluruh area kortikal ini, dan lesi korpus kalosum dapat menyebabkan beberapa jenis apraksia.
Diantaranya adalah ketidakmampuan gerak yang sudah pernah dipelajari, dengan manifestasi
bervariasi dari kecerobohan menulis dan menggambar hingga agrafia, yakni suatu kondisi
dimana subjek tidak dapat menulis.
Gambar 8. Area asosiasi lobus parietalis, oksipitalis, dan temporalis. Ketiga lobus ini
berhubungan di regio girus angularis. Area Broca dan Wernicke ditunjukkan tampak pula
jaras asosiasi sekunder tersier, dan dari area asosiasi tersier ke area korteks premotor untuk
bahasa dan untuk wajah serta tangan.
Yang kedua, adalah ketidakmampuan melakukan serangkaian gerak motorik yang
kompleks (sering disebut apraksia transmisif), misal subjek yang biasanya bisa menyikat gigi
18
sendiri, menyisir rambut sendiri, mencuci muka, menali sepatu, tidak bisa melakukan itu
semua dalam rangkaian spesifik ketika diperintahkan (lesinya di girus supramarginalis).
Yang ketiga, hilangnya kemampuan artikulasi (kadang disebut afasia oral) dengan
tidak adanya abnormalitas pada otot-otot bicara seperti ldah, bibir, laring, dan palatum. Subjek
hanya menggunakan sedikit kata dalam percakapan dan mengalami salah eja pada kata-kata
yang umum digunakan atau mengulangi kata-kata tersebut berulang kali (lesinya di area
Broca 44 dan 45 dan di regio lainnya).
Apraksia ideomotor: Apraksia yang paling umum terjadi. Pada apraksia ini terjadi
ketidakmampuan mengubah sebuah ide menjadi suatu aksi. Contohnya, pasien
dengan apraksia ideomotor tidak dapat melakukan pantomim walaupun ia
memahami perintah dan memiliki kemampuan fisik yang normal. Letak lesinya
adalah pada lobus frontal atau lobus parietal hemisfer kiri. Beberapa peneliti
mengatakan bahwa apraksia jenis ini terjadi karena ada lesi yang memutus
hubungan antara area kognitif atau bahasa dengan area motorik.
pasien
tidak
bisa
diminta
berpura-pura
melipat
surat
dan
menempatkannya ke dalam amplop lalu menulis alamat pada amplop tersebut dan
menempel perangko. Berlawanan dengan apraksia ideomotor yang berhubungan
dengan afasia nonfluent, apraksia jenis ini hampir tidak terpisahkan dari dementia.
19
20
serangkaian yang ada, namun tidak dapat melakukan seluruh rangkaian tersebut
dengan benar. Tes : mengirim surat tapi tidak bisa urut-urutannya.
Apraksia buccofasial: Tidak mampu mengerjakan perintah yang melibatkan area
buccofacial. Gerakan spontan (+). Tes: bersiul, batuk, mengeluarkan lidah,
mengerutkan bibir.
Apraksia simpatetik: Penderita mengerti perintah & tidak ada kelemahan pada
tangan satu sisi tapi tidak bisa melakukan krn hemisfer motorik sisi kontrallateral
tidak menerima impuls perintah. Tes: pasien diperintah untuk melambaikan tangan
yang sehat ( pd pasien hemiplegi / hemiparese). Interpretasi: px tidak bisa
melambaikan tangan walaupun tidak ada kelemahan motorik.
Apraksia konstruksional: Keterampilan visuospasial terganggu. Tidak bisa
menggambar bangun ruang (1,2, atau 3 dimensi). Test pemeriksaan sederhana:
gambar segiempat, menggambar 2/3 dimensi, ex: rumah dengan atap dan cerobong
asap.
Apraksia konseptual: Tidak dapat menginat kembali spesifikasi alat dan cara
menggunakannya. Tidak mampu mendeskripsikan fungsi suatu alat.
Dressing apraksia: Dites dengan cara memakai baju Tampak ada bagian tubuh
yang tidak tertutupi baju. Tali sepatu tidak tertali dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Biller, Jose. 2011. DeMyers The Neurologic Examination, 6th Ed. McGraw-Hill.
USA.
2. Daroff, Robert B. 2012. Bradleys Neurology in Clinical Practice, 6th Ed. ch12A: 131148. Elsevier Inc. USA.
22
3. Kaufman, David M. 2013. Kaufmans Clinical Neurology for Psychiatrics, 7th Ed.
ch8: Aphasia and Anosognosia. Elsevier Inc. USA.
4. Campbell, WilliamW. 2013. De Jongs the Neurologic Examination:
Incoporation
the
Fundamental
of
Neuroanatomy
and
Symbolic,
Spontaneous,
and
Pseudo-spontaneous
Nonverbal
23