Anda di halaman 1dari 11

GANGGUAN BERBAHASA AFASIA MOTORIK PADA PENDERITA

GANGGUAN TUMOR KEPALA PADA USIA DEWASA

Ahmad Drani
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Aceh Barat
Blang Bale, Meulaboh, Indonesia
(ahmaddrani58@gmail.com)

Abstract
The purpose of this study is to describe language disorders (motor aphasia). The details of the
purpose of the study are to describe language disorders (Motor Aphasia), to describe the causes of
language disorders (Motor Aphasia), to describe how the use of language in people with language
disorders (Motor Aphasia). The research method used in this study is a qualitative method. The results
of this study indicate that 56-year-old aphasia sufferers who are the subjects of this study can tell news,
question, command, and single sentence sentences. Aphasia patients aged 56 years in general are able
to speak sentences in the pattern of SP, PS, PK.
Kuci Words: Interference, Language, Aphasia

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gangguan berbahasa (Afasia Motorik).
Adapun rincian dari tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan gangguan berbahasa (Afasia
Motorik), untuk mendeskripsikan penyebab gangguan berbahasa (Afasia Motorik), untuk
mendeskripsikan bagaimana penggunaan bahasa pada pengidap gangguan berbahasa (Afasia
Motorik). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penderita afasia usia 56 tahun yang menjadi subjek penelitian ini
dapat menuturkan kalimat berita, tanya, perintah, dan kalimat tunggal. Penderita afasia usia 56 tahun
secara umum sudah mampu menuturkan kalimat dengan pola S-P, P-S, P-K.
Kata Kuci: Gangguan, Berbahasa, Afasia

PENDAHULUAN mulanya ucapan tiruannya itu cuma mirip


tetapi lambat laun akan menjadi tegas dan
Bahasa sebagai “satu sistem jelas. Proses memproduksi kata-kata itu
lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang berlangsung terus berjalan dengan proses
kemudian lazim ditambah dengan “yang pengembangan, pengenalan, dan
digunakan oleh sekelompok anggota pengertian (gnosis dan kognisis). Dalam
masyarakat untuk berinteraksi dan perkembangan itu kata-kata akan menjadi
mengidentifikasi diri.” Caher (2009). perkataan yang merupakan abstraksi atau
Berbahasa berarti berkomunikasi kata-kata yang mengandung makna.
dengan menggunaakan suatu bahasa. Umpamanya, kata ayam menjadi simbol
Bagaimana kemampuan berbahasa dikuasai dari binatang berkaki dua yang bersayap,
manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan tetapi tidak terbang seperti burung. Dia
perkembangan manusia yang baru lahir itu. hidup dan berjalan di atas bumi seperti
Kanak-kanak yang lahir dengan alat anjing, tetapi tidak menggonggong,
artikulasi dan auditori yang akan dapat melainkan berkokok.
mendengar kata-kata dengan baik dan juga
akan dapat menirukan kata-kata itu. Pada
1
Setingkat lebih maju lagi kemudian sebaliknya. Maka terdapatlah orang-orang
kata ayam diasosiasikan dengan jenis, kidal atau tidak kidal.
kegunaan, kualitas, dan sebagainya. Belahan otak (hemisferium) yang
Dengan demikian, kemampuan untuk memiliki organisasi neuronal yang lebih
diferensiasi antara ayam jantan dan betina, sempurna itu dikenal sebagai hemisferium
ayam kampong dan ayam negri, daging yang dominan. Dalam pertumbuhan dan
ayam dan daging sapi, sudah diperoleh. perkembangan otak pembentukan daerah
Proses berbicara dan mengerti bahasa Broca dan Wernicke terjadi pada
adalah proses serebral, yang berarti proses hemisferium yang dominan. Pada orang
ekspresi verbal dan komperhensi auditorik kidal hemisferium kananlah yang dominan,
itu dilaksanakan oleh sel-sel saraf di otak dan pada orang yang tidak kidal,
yang disebut neuron. hemisferium kirilah yang dominan.
Proses neuron di otak ini sangat Otak mempunyai setangkup daerah
rumit sekali untuk bisa dipahami. reseptif auditorik primer (1), setangkup
Barangkali kalau disedehanakan bisa kita daerah reseptif sekunder (4), setangkup
umpamakan dengan alat komputer yang daerah reseptif visual (5), setangkup daerah
dapat menyimpan (storage) semua motorik suplementer (7), dan setangkup
masukan dalam bentuk sendi elektronik daerah motorik primer (8). Disamping itu
(coding), yang dapat diangkat kembali juga memiliki setunggal daerah pengenalan
(recall) dari simpanan itu. Kemudian alat kembali (kognisio) data auditorik dan
komputer ini mengalihkan sandi itu dalam visual (3), dan setunggal daerah ekspresi
bentuk yang dapat dipahami oleh dunia perkataan (6). Daerah fungsional yang
diluar komputer (decoding). Gudang setunggal berlokasi pada hemisferium yang
tempat penyimpanan sandi ekspresi kata- dominan. Penyaluran impuls dari daerah
kata di otak adalah didaerah broca, fungsional di hemisferium yang tidak
sedangkan gudang tempat penyimpanan dominan ke hemisferium yang dominan
sandi komperhensi kata-kata adalah dilakukan melalui serabut-serabut korpus
didaerah Wernicke. kolasum, yakni serabut asosiasi (yang
Berbahasa, seperti yang sudah menghubungkan) kedua hemisferium. Data
disebutkan diatas, berarti berkomunikasi auditorik (lafal, perkataan) ditangkap di (1)
dengan menggunakan suatu bahasa. Untuk kedua sisi (belahan otak kiri – kanan). Data
dapat berbahasa diperlukan kemampuan itu disampaikan juga kepada (2) sehingga
mengerluarkan kata-kata. Ini berarti, daerah perkataan dapat diidentifikasikan sebagai
broca dan wernicke harus berfungsi dengan simbol bahasa lisan. Pengenalan kembali
baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan (kognisio) lafal perkataan diatas oleh (3)
sekitarnya menyebabkan terjadinya yang juga mengurus proses kognisio
gangguan bahsa yang disebut afasia, dalm lainnya, seperti kognisio visual dan taktil.
hal ini broce sendiri menamai afemia. Inisiasi berbicara sangat mungkin diurus
Perkembangan gerak poluntar pada oleh (3), yang mmemerintahkan (2), untuk
otak yang pada mulanya bersifat kaku dan menghubungi (6), agar mengeluarkan
kasar, kemudian menjadi luwes, ternyata perintah pelaksanaan gerakan otot-otot
tidak terjadi pada kedua belah otak kepada (8), sehingga menghasilkan lafal
(hemisterium) secara sama. Mekanisme perkataan. Sekaligus dengan itu
neuronal yang mendasari penyempurnaan (6),memesankan kepada (7) untuk
gerakan voluntar itu ternyata lebih lengkap mengatur gerakan yang menghasilkan
dan lebih rumit hanya pada salah satu belah perkataan itu berjalan secara terpadu.
otak saja. Oleh karena itu, terdapatlah Dalam hal ini proses berbahasa tulis diatur
orang-orang yang lebih mampu melalui (5) dan (4), yang dalam
menggunakan anggota gerak yang sebelah pembahasan bahasa lisan tidak akan
kiri dari padasebelah kanan, atau disinggung.

2
Kajian tentang afasia atau afasialogi Bagaimana kemampuan berbahasa dikuasai
dalam pengembangannya menghasilkan manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan
berbagai taksonomi yang sangat perkembangan manusia yang baru lahir itu.
menbingungkan seperti yang dibuat oleh Dalam perkembangan, kata-kata akan
Benson (1975), Rapin (neurolg kanak- menjadi perkataan yang merupakan
kanak), dan Allen (psikolinguis) (Rapin dan abstraksi atau kata-kata yang mengandung
Allen, 1988); tetapi taksonomi yang telah makna.
disederhanakan oleh Benson, afasia ini Proses gangguan berbicara dan
dibedakan atas afasia ekspresi atau afasia mengerti bahasa adalah proses serebral,
motorik, yang dulu dikenal sebagai afasia yang berarti proses ekspresi verbal dan
tipe Broca, dan afasia reseptif atau afasia komprehensi auditorik itu dilaksanakan
sensorik yang dulu dikenal sebagai afasia oleh sel-sel saraf di otak yang disebut
Wernicke. Maka dari itu, dalam mini riset neuron. Proses neuron di otak ini sangat
ini akan penelitian hanya difokuskan rumit sekali untuk bisa dipahami.
kepada gangguan berbahasa (Afasia Gangguan berbahasa ini secara garis
Motorik). besar dapat di bagi dua. Pertama, akibat
Masalah yang akan diteliti di dalam gangguan faktor medis seperti kelainan
penelitian ini adalah gangguan berbahasa fungsi otak maupun akibat kelainan alat-
yang difokuskan pada gejala afasia alat bicara. Yang kedua akibat faktor
motorik. Adapun permasalahannya adalah lingkungan sosial seperti lingkungan
Apa faktor yang menyebabkan terjadinya kehidupan yang tidak alamiah manusia,
gangguan berbahasa (Afasia Motorik)? semisal tersisih atau terisolasi dari
Tujuannya dari penelitian ini yaitu lingkungan kehidipan masyarakat manusia
mendeskripsikan gangguan berbahasa yang sewajarnya.
(Afasia Motorik). Adapun rincian dari Secara medis menurut Sidharta (1989-
tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 163) gangguan berbahasa dibagi atas tiga
1. Untuk mendeskripsikan gangguan golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2)
berbahasa (Afasia Motorik) gangguan berbahasa, (3) gangguan
2. Untuk mendeskripsikan penyebab berpikir. Ketiga gangguan itu masih bisa
gangguan berbahasa (Afasia Motorik). diatasai kalau penderita gangguan itu
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana mempunyai gangguan daya dengar yang
penggunaan bahasa pada pada normal; bila tidak tentu menjadi sukar atau
pengidap gangguan berbahasa (Afasia sangat sukar.
Motorik). Gangguan berbahasa didefinisikan di
Manfaatnya penelitian ini sini sebagai kesulitan seseorang dalam
diharapkan dapat menjadi bahan rujukan menghasilkan suatu bahasa secara lancar.
untuk melakukan penelitian selanjutnya Geschwind (1981) mengatakan bahwa
mengenai gangguna berbahasa yang penderita afasia motorik mengalami
berfokus pada Afasia Motorik. Mengetahui kesulitan dalam mengucapkan suatu kata
faktor-faktor penyebab seseorang pengidap sehingga penderita menampakkan gejala
gangguan berbahasa (Afasia Motorik). dan ekspresi verbal yang tidak fasih. Hal itu
hasil dari penelitian ini diharapkan mampu disebabkan karena adanya kerusakan pada
menjadi pedoman dalam treatmen dalam medan Broca. Afasia Broca menyerang
terapi penyembuhan gangguan berbahasa korteks motorik hemisfer bagian depan dan
(Afasia Motorik). menyebabkan gangguan mengontrol otot
muka, lidah, dagu, dan juga tekak.
LANDASAN TEORITIS Lumpuhnya otot pertuturan karena
A. Pengertian Gangguan Berbahasa kerusakan saraf motorik di pusat saraf
Berbahasa berarti berkomunikasi menyebabkan penderita mengalami
dengan menggunakan suatu bahasa. gangguan pertuturan.

3
Thomas (dalam sastra 2007:3) B. Macam-macam Gangguan Berbahasa
mengatakan bahwa hemisfer kiri berfungsi
untuk mengatur gerakan tubuh sebelah a. Afasia Motorik
kanan. Ia mengawal indra sebelah kanan Didapati adanya tiga macam afasia motorik
seperti rasa, penglihatan, pendengaran, dan ini, antara lain:
pertuturan lebih kurang 99 persen, serta
1. Afasia motorik Kortikal
mempengaruhi tangan kanan. Sementara
itu, hemisfer kanan berfungsi untuk Tempat menyimpan sandi-sandi
mengatur gerakan bagian tubuh sebelah perkataan adalah korteks daerah broca.
kiri. Menurut Blumstein (dalam sastra Maka apabila gudang penyimpanan itu
2007:3), kesilapan fonologi pada penderita musnah,tidak akan ada lagi perkataan yang
cacat bahasa dapat berupa penggantian dapat dikeluarkan.jadi afasia motoric
fonem, penambahan fonem, penghilangan adalah hilangnya kemampuan untuk
fonem, dan asimilasi. Bentuk asimilasi mengutarakan isi pikiran dengan
dibagi lagi menjadi kesilapan lingkungan menggunakan perkataan. Penderitanya
dan ketidakteraturan. Kesilapan fonologi masih mengerti bahasa lisan dan tulisan,
atau kesilapan penyederhanaan adalah namun ekspresi verbal tidak bisa sama
pengguguran sebuah fonem atau suatu sekali.
bentuk kesilapan fonem. Blumstein
mengatakan bahwa pengguguran tidak 2. Afasia Motorik Subkortikal
hanya berlaku pada sebuah fonem saja, Sandi-sandi perkataan disimpan di
tetapi juga pada beberapa fonem pada kata lapisan permukaan (korteks) daerah
yang sama, bahkan juga pengguguran unsur broca,maka apabila kerusakan terjadi pada
yang berstruktur suku kata. bagian bawahnya (subkortikal) semua
Berbeda dengan Blumstein, Kohn perkataan masih tersimpan utuh di dalam
(dalam sastra 2007:3) mengatakan bahwa gudang. Namun,perkataan itu tidak dapat
asimilasi adalah suatu bentuk kesilapan dikeluarkan karena terputus,sehingga
tersendiri yang menyebabkan terjadinya perintah untuk mengeluarkan perkataan
bentuk kesilapan penambahan dan masih dapat disampaikan ke gudang
penggantian. Konteks fonem lingkungan penyampaian perkataan itu (gudang broca)
dapat mempengaruhi kesilapan sehingga ekspresi verbal masih mungkin
pembentukan fonem, sedangkan kesilapan dengan pancingan jadi penderitanya tidak
tersebut menyebabkan terjadinya dapat mengeluarkan isi pikirannya dengan
penggantian dan penambahan fonem. menggunakan perkataan, tetapi masih bisa
Di dalam hal memproduksi kata, berekspresi verbal dengan membeo.
Kohn (dalam sastra 2007:3) mengatakan
3.Afasia Motorik Transkortikal
bahwa kesilapan fonologi dan kesilapan
proses leksikal mengisyaratkan tiga Afasia motoric transkortikal terjadi
tahapan, yaitu tahap fonologi, tahap karena terganggunya hubungan langsung
fonemik, dan tahap fonetik. Pada tahap antara daerah broca dan wernice. Ini
fonologi, berlangsung pemanggilan berarti,hubungan langsung antara
leksikon fonologi; pada tahap fonemik, pengertian dan ekspresi bahasa terganggu.
terjadi penggambaran segmen berdasarkan Pada umumnya afasia motoric transkortikal
pada bentuk simpanan leksikon; dan pada ini merupakan lesikortikal yang merusak
tahap fonetik, tersusun bentuk artikulator sebagian daerah broca. Jadi penderitanya
fonetik yang disertai dengan informasi dapat mengutarakan perkataan
fonologi yang peka konteks. subtitusinya. Misalnya ,untuk mengatakan
pensil sebagai jawaban atas pertanyaan
“Barang yang saya pegang ini namanya
apa?”. Dia tudak mampu mengeluarkan

4
perkataan itu. Namun, mampu untuk , Alat bicara yang baik akan
mengeluarkan perkataan ,”itu ,tu ,tu ,tu mempermudah berbahasa dengan baik.
,untuk menulis.” Afasia ini disebut juga Namun, mereka yang memiliki kelainan
afasia nominative. fungsi otak dan bicaranya, tentu
mempunyai kesulitan dalam berbahasa,
b. Afasia Sensorik baik produktif maupun reseptif. Inilah yang
Penyebab terjadinya afasia sensorik di sebut sebagai gangguan berbahasa.
adalah akibat adanya kerusakan pada Gangguan-gangguan berbahasa
lesikortikal di daerah Wernicke pada tersebut sebenarnya akan sangat
hemisferium yang dominan. Daerah itu mempengaruhi proses berkomunikasi dan
terletak di kawasan asosiatif anatara daerah berbahasa. Banyak faktor yang
visual, daerah sensonik, daerah motorik, mempengaruhi dan menyebabkan adanya
dan daerah pendengaran. Kerusakan di gangguan berbahasa, kemudian faktor-
daerah Wernicke ini menyebabkan bukan faktor tersebut akan menimbulkan
saja pengertian dari apa yang didengar gangguan berbahasa.
(pengertian auditorik) terganggu, tetapi Aphasia merujuk pada suatu kondisi
juga pengertian dari apa yang dilihat dimana anak gagal menguasai ucapan-
(pengertian visual) ikut terganggu. Jadi, ucapan bermakna pada rentang usia 3
penderita afasia sensorik ini kehilangan tahunan. Banyak faktor yang diduga dapat
pengertian bahasa lisan dan bahasa tulis. menyebabkan kondisi tersebut, antara lain
Namun, dia masih memiliki curah verbal gangguan organ bicara, keterbelakangan
meskipun hal itu tidak dipahami oleh mental, ketulian, atau sikap orang tua yang
dirinya sendiri maupun oleh orang lain. terlalu protektif terhadap anak sehingga
Curah verbalnya itu merupakan tidak mengijinkan anak untuk bersosialisasi
bahasa baru (neologisme) yang tidak dengan teman sebayanya. Namun faktor
dipahami oleh siapa pun. Curah verbalnya yang disinyalir sebagai penyebab utama
itu sendiri dari kata-kata, ada yang mirip, penyakit ini adalah kerusakan pada sistem
ada yang tepat dengan perkataan bahasa saraf otak.
apapun. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
Neologisme itu diucapkannya cidera pada kulit otak yang terjadi karena
dengan irama,irama,nada,dan melodi yang kecelakaan, benturan yang keras, atau
sesuia dengan bahasa asing yang ada. Sikap stroke. Gangguan ini bersifat multi dimensi,
mereka pun wajar-wajar saja, seakan-akan sehingga kemampuan menggunakan atau
dia berdialog dalam bahasa yang saling menguasai simbol seolah-olah lenyap.
dimengerti. Dia bersikap biasa, tidak Parahnya ketidakmampuan yang
tegang, marah, atau depresif. diakibatkan bergantung dari letak cidera
Sesungguhnya apa yang diucapkannya atau luka, umur serta kondisi kesehatan
maupun apa yang didengarnya (bahasa ketika terjadinya cidera tersebut.
verbal yang normal), keduanya sama sekali Anak yang menderita Aphasia sejak
tidak dipahaminya. lahir mengalami kesulitan dengan bahasa
ucapan. Mereka yang Receptive Aphasia
C. Gejala dan Faktor Penyebab Afasia mempunyai kesulitan yang parah dalam
Bahasa adalah alat komunikasi mengerti kata-kata dan mengerti
antara anggota masyarakat berupa simbol percakapan. Anak dengan Executive
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap Aphasia dapat mengerti dengan cukup baik
manusia. Berbahasa merupakan proses tetapi mempunyai kesulitan membuat
mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses katakata untuk dirinya sendiri.
berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan Anak yang Receptive Aphasia
perasaan yang dilakukan oleh otak manusia kelihatannya dapat membingungkan
untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. dengan anak yang autistic khususnya bila

5
mereka sudah sama-sama remaja karena Tanda dan gejala yang timbul dari
mereka juga cenderung untuk mengabaikan tiap jenis penyakit afasia juga mungkin
suara dan menjadi anak yang menyendiri. akan berbeda.
Anak yang Executive Aphasia biasanya Penyebab umumnya, penyakit afasia
lebih responsif dan lebih memasyarakat, timbul akibat lobus frontal dan temporal
tapi mereka memiliki kesulitan yang sama yang ada dalam otak, khususnya pada sisi
dengan anak yang autistic dalam menirukan kiri otak, mengalami penyusutan (atrofi).
gerakan orang lain dan dalam berbicara. Hal ini akan mempengaruhi pusat bahasa
Kedua kelompok anak yang yang ada dalam otak. Jaringan parut dan
menderita aphasia ini berbeda dengan anak protein yang abnormal juga dapat terjadi.
yang autistic dalam hal dimana mereka Selain itu, penyakit afasia juga dapat
menggunakan mata untuk membantu muncul akibat otak mengalami kerusakan
memahami dunia, dan mereka dapat karena cedera pada kepala, penyakit stroke,
berkomunikasi dengan baik dengan tumor, infeksi, penyumbatan, dan pecahnya
menggunakan cara non-verbal (tanpa kata- pembuluh darah di otak. Akibatnya, suplai
kata). Mungkin juga diketemukan anak darah pada otak akan terganggu dan
yang aphasia dengan cacat tambahan yang menyebabkan sel otak mati. Selain itu, area
sangat mirip dengan anak yang autistic. bahasa yang ada pada otak juga akan
Receptive dan executive aphasia mengalami kerusakan.
merupakan dua dari sekian banyak Tak hanya itu saja, ada beberapa
kekurangan-kekurangan yang muncul pada faktor lain yang dapat menjadi faktor
anak yang autistic. Aphasia dan autism penyebab timbulnya penyakit afasia, yakni:
saling membayangi satu sama lain,
sehingga sangat sulit untuk mengatakan  Mutasi gen tertentu
dalam kelompok yang mana seorang anak  Mutasi gen langka telah dikaitkan
harus ditempatkan. dengan penyakit afasia. Jika ada dari
Antara satu orang dengan orang lain keluarga Anda yang menderita penyakit
akan mengalami perbedaan dalam hal tanda ini, Anda lebih mungkin untuk
dan gejala yang dialami. Tanda dan gejala mengembangkan dan juga
yang muncul tergantung pada bagian mana mengalaminya.
dari pusat bahasa di otak yang mengalami  Penyakit yang menyebabkan
masalah atau kerusakan. Umunya, gejala ketidakmampuan belajar
dan tanda yang akan dialami oleh para  Orang yang mengalami masalah
pengidapnya adalah dalam hal penggunaan memori, misalnya tidak mampu belajar
bahasa. Berikut beberapa jenis gejala yang akibat penyakit tertentu, terutama
dapat ditimbulkan dari penyakit afasia: disleksia, akan berisiko lebih tinggi
mengalami penyakit aphasia. Sebab, hal
 Sering mengucapkan kata-kata yang itu juga mempengaruhi daerah bahasa
tidak dikenali dalam otak.
 Sulit memahami pembicaraan orang
lain 2.4 Pengobatan Penderita Afasia
 Sering menafsirkan bahasa kiasan Penyakit afasia tidak dapat
harafiah disembuhkan. Obat untuk jenis penyakit ini
 Hanya mengucapkan kalimat pendek juga belum ditemukan. Satu-satunya
dan tidak lengkap ketika berbicara pengobatan untuk penyakit afasia adalah
 Sering menggunakan kalimat-kalimat dengan melakukan terapi wicara. Jenis
yang tidak masuk akal ketika berbicara terapi ini dilakukan untuk memulihkan
ataupun menulis keterampilan bahasa dari para pengidapnya.
Biasanya, saat melakukan jenis terapi ini,
Anda akan dibimbing oleh seorang ahli

6
patologi wicara-bahasa. Namun, pemulihan dengan definisi penelitian kualitatif yaitu:
ini akan menghabiskan waktu yang cukup suatu prosedur penelitian yang
lama. Tapi sudah ada banyak orang yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
mengalami kemajuan yang signifikan kata terulis atau lisan dari orang-orang yang
setelah melakukan jenis terapi ini. Namun, berperilaku yang dapat diamati.
sebelum Anda melakukan jenis terapi ini, Subyek penelitian adalah
Anda harus memeriksakan diri ke dokter. keseluruhan dari sumber informasi yang
Biasanya dokter akan melakukan beberapa dapat memberikan data sesuai dengan
jenis pemeriksaan untuk memastikan masalah yang diteliti. Adapun dari subyek
apakah Anda mengidap penyakit afasia atau yang di teliti yaitu:
tidak. Nama : Ibu Maisyarah.
Perlu diketahui, penderita aphasia Jenis Kelamin : Wanita
masih dapat hidup normal seperti anak pada Usia : 56 Tahun
umumnya. Bahkan dari segi fisik, psikis, Alamat : Tanjung beringin, pasar 6,
maupun kapasitas intelektual, dapat kelurahan kebun Lada, Langkat
dikatakan sama dengan anak normal. Bila Sumatera Utara
memang terbukti seorang anak menderita
aphasia, sebagai orang tua, terutama ibu,
diharapkan agar selalu memotivasi mereka
dan jangan pernah membedakan mereka
agar mereka tidak cenderung rendah diri.
Penelitian mengungkapkan, sebagian besar
penderita aphasia yang kurang termotivasi
biasanya suka menarik diri dari pergaulan,
sensitif, sinis, rendah diri, bahkan suka
menjadi pribadi pemurung.
Seringlah mengajak anak untuk
beradu opini, argumen, atau sekadar
berbasa-basi. Jangan sampai jarang
meluangkan waktu untuk berkumpul
bersama keluarga. Anak yang tumbuh
dengan kasih sayang berkecukupan dengan
yang tidak, akan tampak saat usia mereka
remaja nantinya. Anak yang hidup dengan
limpahan kasih sayang dari orangtuanya
secara bijak, akan memiliki tingkat
emosional yang baik dibanding dengan
yang jarang mendapatkan perhatian orang
tua. Meski tidak membawa dampak yang
signifikan terhadap penderita aphasia,
namun secara tidak langsung, akan sedikit
membantu mereka dalam mengatasi
kesulitan berkomunikasinya.

METODE PENELITIAN
Adapun jenis penelitian yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif yaitu: suatu penelitian yang
bertujuan untuk menerangkan fenomena
sosial atau suatu peristiwa. Hal ini sesuai

7
Adapun obyek penelitian tersebut
adalah bagaiamana berbahasa yang
diucapkan oleh Ibu Maisarah dalam
kegiatan berbahasa yang dilakukannya
sehari-hari.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data


Data dikumpulkan dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut:

a. Wawancara
Interview atau wawancara yang
akan sudah dilakukan dalam penelitian ini
adalah bebas terpimpin, yaitu peneliti
mengajukan pertanyaan kepada informan
berdasarkan pedoman interview yang telah
disiapkan secara lengkap dan cermat,
dengan suasana tidak formal. Dalam
wawancara jenis ini lebih harmonis dan
tidak kaku. Informan yang peneliti
butuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah Ibu Maisarah.
Tujuan dari wawancara ini adalah
menemukan aspek-aspek gangguan
berbahasa.

b. Observasi
Observasi merupakan tehnik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif. Metode observasi
nonpartisifan ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang lebih rinci dan
lengkap dengan menggunakan pengamatan
secara seksama dengan cara melibatkan diri
pada komunitas tanpa berpartsifasi dalam
fokus penelitian yang sedang diteliti.
Observasi diklasifikasikan menjadi tiga
cara yaitu: (1) bertindak sebagai pertisipan
dan nonpartisipan, (2) dilakukan secara
Penelitian Kualitatif dapat diartikan terus terang dan (3) dilakukan dengan latar
bahwa penelitian ini tidak menggunakan alami.
statistik sebagai analisis data. Oleh karena
itu data-data yang dikumpulkan tidak Data yang diambil dengan
berupa angka melainkan kata-kata dan Observasi adalah data yang dapat dilihat
tindakan dan segala fenomena yang ketika peneliti melakukan penelitian yaitu
terdapat di lapangan yang berhubungan mengenai keadaan Ibu Maisarah.
dengan gangguan berbahasa yaitu terfokus
pada afasia motorik.

8
c. Dokumentasi (1) Aku depan... sebelah rumah itu.. alah
‘Aku kemaren belanja didekat toko
Dokumentasi adalah data yang Uwe.’
bersumber dari dokumen-dokumen sebagai
laporan tertulis dari peristiwa-peristiwa Kalimat (1) merupakan kalimat
yang isinya terdiri dari penjelasan- berita karena dalam kalimat “Aku
penjelasan dan pemikiran-pemikiran, kedepan..sebelah rumah itu..alah”
peristiwa itu ditulis dengan kesadaran dan memberitahukan suatu informasi kepada
kesengajaan untuk menyiapkan atau peneliti bahwa kemaren ibu Maisyarah
meneruskan keterangan-keterangan belanja ke toko Uweh. Pendapat tersebut
pristiwa, dan bila perlu dilengkapi dengan didukung oleh Kridalaksana (2008:103)
lampiran foto-foto dokumentasi penelitian. yang menjelaskan bahwa kalimat berita
Metode ini digunakan sebagai pelengkap adalah kalimat yang mengandung intonasi
dari metode yang telah disebutkan di atas. berita dan umumnya mengandung makna
Biasanya metode dokumentasi ini selain ‘menyatakan atau memberikan sesuatu’,
menulis juga mengambil gambar lokasi dan kalimat berita diakhiri dengan tanda
yang menjadi objek yang hendak diteliti. titik.
Seperti mengambil gambar gedung, Temuan penelitian ini ternyata juga
pamplet, lokasi ditengah kota atau di sama dengan hasil penelitian
masyarakat tempat berdirinya gedung pasar Dardjowidjojo (2008: 158), yaitu bahasa
yang berdiri dan lain sebagainya. anak penderita afasia tidak sempurna
Dokumentasi ini digunakan untuk karena afasia adalah suatu penyakit wicara
memperoleh data tentang gambaran umum berupa tidak dapat berbicara dengan baik
serta kondisi riil mengenai kondisi layanan karena adanya gangguan pada otaknya.
bimbingan dan konseling di sekolah yang
menjadi objek penelitian ini. b. Kalimat Tanya
Metode dokumentasi dengan Berdasarkan data penelitian, penderita
mengumpulkan data mengenai hal-hal yang afasia dapat menuturkan kalimat berita
diteliti yang berupa catatan, transip, buku, seperti contoh (2).
surat kabar, majalah, notulen rapat dan lain-
lain. Metode ini digunakan untuk (2) Mana... pulak pulak pulak?
menyatukan hasil pengamatan dan pergi kemana pulak?
wawancara yaitu mengenai sejarah, tujuan, Kalimat (2) merupakan kalimat
struktur organisasi dan lain-lain. tanya karena kalimat “Mana... pulak pulak
pulak?” menggunakan kata tanya yang
PEMBAHASAN menunjukkan tempat (ma = ke mana).
Kalimat tanya merupakan suatu kalimat
A. Jenis Kalimat yang dihasilkan oleh yang di dalamnya mengandung suatu
Penderita Afasia pertanyaan. Hal ini didukung oleh pendapat
Berdasarkan hasil penelitian, penderita Manaf (2009:92) yang menyebut kalimat
afasia usia 56 tahun yang menjadi subjek tanya dengan istilah interogatif, yakni
penelitian ini dapat menuturkan kalimat kalimat yang mengandung makna dasar
berita, tanya, perintah, dan kalimat tunggal. pertanyaan.
Setiap jenis kalimat diuraikan berikut ini. Pada dasarnya kalimat ini menurut
pandangan peneliti bahwasanya sewaktu
a. Kalimat Berita
konteks kalimat ini terjadi sewaktu ibu
Berdasarkan data penelitian,
maysrah ingin pergi bersama anaknya,
penderita afasia yang berusia 56 tahun
namun anaknya tidak kunjung datang, jadi
dapat menuturkan kalimat berita seperti
dia ibu Maisyarah bertanya yang mungkin
contoh (1).
dalam bahasa normalnya kemana si Jujul

9
(anaknya ibu Maisyarah) nanti ketinggalan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang
pulak. terdiri atas satu klausa bebas.
b. Kalimat Perintah B. Pola Kalimat yang dihasilkan oleh
Berdasarkan data penelitian, penderita Penderita Afasia
afasia dapat menuturkan kalimat berita Penderita afasia usia 56 tahun secara
seperti contoh (3). umum sudah mampu menuturkan kalimat
dengan pola S-P, P-S, P-K. Data penelitian
(3) A a la! (sabar lah) sekaitan dengan pola kalimat yang berhasil
ditemukan dapat dilihat pada uraian
‘Sabarlah!’
berikut.
Konteks kalimat ini dikeluarkan
oleh ibu Maisyarah yaitu dikarenakan ibu a. Pola S-P
Kalimat dengan pola S-P peneliti
Maisyarah disuruh pulang oleh anaknya,
temukan dalam kalimat yang dihasilkan
lalu ibu Maisyarah mengeluarkan kalimat
oleh penderita afasia seperti contoh (5).
tersebut.
Kalimat (3) merupakan kalimat Isah capek (aku capek)
perintah karena dalam kalimat “Aba la!”
yang dihasilkan oleh penderita afasia di atas S P
merupakan kalimat perintah yaitu subjek
memerintah adiknya untuk bersabar. Unsur pengisi subjeknya adalah
Kalimat perintah disebut juga nomina (nama orang), unsur pengisi
dengan kalimat suruh, yaitu kalimat yang predikat adalah kata kerja. Maksud kalimat
mengandung makna suruhan. Pendapat yang diujarkan anak pada contoh di atas
tersebut didukung oleh pendapat Manaf adalah menginformasikan bahwa ia capek.
(2009:99) menyebut kalimat perintah
b. Pola P-S
sebagai kalimat imperatif, yaitu kalimat
Kalimat dengan pola P-S juga
yang bermakna dasar memerintah.
peneliti temukan dalam kalimat yang
c. Kalimat Tunggal dihasilkan oleh penderita afasia seperti
Berdasarkan data penelitian, anak contoh (6).
penderita afasia dapat menuturkan kalimat
jatuh dia (‘Dia terjatuh.’)
tunggal seperti contoh (4).
P S
(4) Aku masak udah (maksud yang
ditanggapi peneliti aku udah masak) c. Pola P-K
Kalimat (4) merupakan kalimat Kalimat dengan pola P-K juga
tunggal, karena pada kalimat “Aku udah peneliti temukan dalam kalimat yang
masak” hanya terdapat satu klausa bebas. dihasilkan oleh penderita afasia seperti
Konteks dikeluarkan kalimat Aku contoh (7).
masak udah sewaktu peneliti menanyakan
kepada ibu Maisyarah apakah sudah (7) Mana... pulak pulak pulak? pergi
makan? Lalu keluarlah kalimat tersebut. kemana
Berdasarkan data di atas, kalimat
yang dihasilkan oleh penderita afasia PK
merupakan kalimat tunggal, karena kalimat ‘[Jujul anak Ibu Maisyarah] Pergi ke
yang digunakan oleh penderita afasia mana?’
tersebut hanya terdiri dari atas klausa bebas. Unsur pengisi predikatnya adalah kata
Hal ini sesuai dengan pendapat kerja atau kata verba (V), unsur pengisi
Kridalaksana (2008:106) yang menyatakan keterangannya adalah kata tanya yang

10
menunjukkan tempat. Maksud kalimat yang Chaer. Abdul. 2009. Psikolinguistik;
diujarkan tersebut adalah bertanya ingin Kajian Teoritik. Jakarta. Rineka
pergi ke mana seseorang itu. Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008.
Psikolinguistik Pengantar
PENUTUP Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Gangguan berbahasa ini secara Kridalakasana, Harimurti. 2008. Kamus
garis besar dapat di bagi dua. Pertama, Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta:
akibat gangguan faktor medis seperti PT Gramedia Pustaka Utama
kelainan fungsi otak maupun akibat Manaf, A. 2009. Buku Ajar Penyakit
kelainan alat-alat bicara. Yang kedua akibat Dalam: Insulin: Mekanisme Sekresi
faktor lingkungan sosial seperti lingkungan dan Aspek Metabolisme, Jilid III,
kehidupan yang tidak alamiah manusia, edisi 4. Jakarta FK UI.
semisal tersisih atau terisolasi dari Sidharta, Priguna. 1989. “Segi Medis
lingkungan kehidipan masyarakat manusia Gangguan Ekspresi Verbal” dalam
yang sewajarnya. PELLBA 2, ed. Kaswanti Purwo,
Secara medis menurut Sidharta Yogyakarta: Kanisius.
(1989-163) gangguan berbahasa dibagi atas Sastra. Gusti. 2007. Ekspresi Verbal
tiga golongan, yaitu (1) gangguan Penderita Stroke Penutur Bahasa
berbicara, (2) gangguan berbahasa, (3) Minangkabau: Suatu Analisis
gangguan berpikir. Ketiga gangguan itu Neurolinguistik. jurnal Linguistik
masih bisa diatasai kalau penderita Indonesia, Tahun ke 25, No. 2,
gangguan itu mempunyai gangguan daya Agustus 2007
dengar yang normal; bila tidak tentu http://childspeechclinic.wordpress.com/20
menjadi sukar atau sangat sukar. 12/10/01/berbagai-jenis-gangguan-
Berdasarkan hasil penelitian, bicara-bahasa-dan-komunikasi/
penderita afasia usia 56 tahun yang menjadi (diunduh tanggal 20-4-2020)
subjek penelitian ini dapat menuturkan http://cae-indonesia.com/apa-itu-
kalimat berita, tanya, perintah, dan kalimat gangguan-bicara-dan-
tunggal. Penderita afasia usia 56 tahun bahasa/(diunduh tanggal 20-4-2020)
secara umum sudah mampu menuturkan
kalimat dengan pola S-P, P-S, P-K. http://liputan6.com/health/read/671788/ap
hasia-gangguan-pada-otak-yang-
DAFTAR PUSTAKA merusak-kemampuan-berbahasa
(diunduh tanggal 20-4-2020)

11

Anda mungkin juga menyukai