Oleh:
Wulan Meilani
04054821618101
Pembimbing:
dr. Yusril, Sp.S
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Oleh:
Wulan Meilani
Yuni Paradita Djunaidi
04054821618101
04084821618227
Telah dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sebagai salah satu persyaratan guna
mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Neurologi FK Unsri/RSMH Palembang.
Palembang,
Juli 2016
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul Pemeriksaan Fungsi Luhur
untuk memenuhi tugas laporan Referat yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
kepaniteraan klinik, khususnya dalam Departemen Neurologi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yusril, Sp.S,
selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga referat
ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan referat ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat.
Palembang,
Penulis
Juli 2016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................1
BAB II
2.1
Definisi................................................................................................2
2.2
Epidemiologi......................................................................................2
2.3
Etiologi ..............................................................................................3
2.4
Klasifikasi...........................................................................................3
2.5
Faktor Risiko......................................................................................4
2.6
Patofisiologi .......................................................................................7
2.7
2.8
Diagnosis............................................................................................10
2.9
Penatalaksanaan..................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi luhur yang khas bagi manusia mencakup aktivitas yang memiliki
hubungan dengan kebudayaan, bahasa, ingatan, dan pengertian. Fungsi luhur
berkembang pada manusia melalui mekanisme neuronal yang memungkinkan
penyadaran dan pengenalan segala sesuatu yag berasal dari dunia luar dirinya,
sehingga
menjadi
pengalaman
miliknya,
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
luhur
merupakan
sifat
khas
manusia.
Penelitian
mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fungsi luhur ialah fungsi yang memungkinkan manusia dapat memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Fungsi luhur
adalah suatu fungsi pada manusia yang mengolah dan mengintegrasi persepsi secara
adekuat. Fungsi luhur merupakan hasil pengolahan fungsi kortikal (korteks), dimana
tiap bagian korteks berintegrasi baik antar lobus dalam satu hemisfer maupun antar
hemisfer. Yang dimaksud dengan fungsi luhur yaitu:
1.
Fungsi bahasa
2.
Fungsi visuospasial
3.
Fungsi memori
4.
Fungsi emosi
5.
Fungsi kognitif
Fungsi Bahasa
Secara anatomis ada 3 daerah utama otak untuk fungsi bahasa, yaitu:
a.
1)
2)
dilihat. Seseorang dapat terganggu wicaranya saja atau terganggu bahasa saja.
Perbedaannya yaitu gangguan wicara bersifat perifer, disebabkan kelainan saraf
perifer, otot, dan struktur yang dipakai bicara. Sedangkan gangguan bahasa sifatnya
sentral, disebabkan oleh kelainan korteks cerebri (fungsi luhur).
b. Suatu daerah yang berfungsi ekspresif, area brocca untuk bicara.
Hubungan antara area wernicke dan area brocca melalui serabut fasikulus
arkuatus. Aspek afektif bahasa meliputi yaitu: inotasi bicara dan emosi ekspresi, pusat
bahasa efektif bahasa terdapat pada hemisfer dominan (homologi dengan area wernike
dan area brocca, dihemisfer dominan).
Kerusakan pada daerah temporal non dominan yang homolog dengan area
wernicke akan terjadi gangguan dalam lagu kalimat. Kerusakan pada daerah brocca
akan menjadi dominan yang homolog dengan area brocca akan menjadi gangguan
emosi ekspresi dalam bicara. Bila ada kerusakan hemisfer dominan tidak ada
kesulitan dalam bahasa non verbal, seperti menggunakan isyarat muka, dan tangan
sewaktu bicara.
Bila ada gangguan hemisfer non dominan masih dapat berbahasa dengan tata
bahasa yang benar, tapi tampak berbahasa tanpa lagu kalimat, monoton tanpa
penekanan dan tidak mampu menggunakan isyarat muka, dan tangan sewaktu bicara.
Bila ada gangguan pada hemisfer dominan akan terjadi afasia, yaitu:
a. Ketidakmampuan untuk mengerti bahasa (afasia wernicke-afasia sensorik)
b.
2.
Fungsi Memori
Memori
yaitu
kemampuan
seseorang
untuk
menyimpan
a.
Resepsi
Informasi diterima dan dicatat oleh pusat otak primer, seperti
Retensi
Recall
Proses mengingat kembali informasi yang disimpan.
Immediate memori
Rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik.
Recent memory
Yaitu memori yang disimpan dalam waktu yang beberapa menit, jam
Remote memory
Yaitu memori yang tidak berakar, sukar dilupakan seperti nama sendiri,
nama orang tua, tanggal lahir dan sebagainya. Rentang waktunya bertahuntahun bahkan seusia hidup
Struktur anatomi dalam penyimpanan memori adalah:
a.
Pusat otak primer dan asosiasi ialah korteks serebri, berperan dalam
Sub korteks
1) Hipokampus, bagian lobus temporalis
2) Sistem limbik
Berperan dalam penyimpanan recent memory
3.
Fungsi Emosi
Yang termasuk emosi yaitu rasa senang, marah, sedih, takut, kasih sayang, dan
lain-lain. Emosi penting untuk mempertahankan aktivitas yang penting untuk
kehidupan individu seperti :
a. Makan (feeding)
b.
Berkelahi (fight)
merupakan
perasaan
kompleks
(menyenangkan
atau
tidak
4. Fungsi Kognitif
Kognitif adalah suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurangkurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan fungsi
psikomotor. Fungsi eksekutif melibatkan penalaran, perencanaan, evaluasi, strategi
berpikir. Aspek kognitif bahasa adalah mengenai ekspresi verbal, perbendaharaan
kata, kefasihan dan pemahaman bahasa. Fungsi psikomotor adalah berhubungan
dengan pemrograman dan eksekusi motorik. Semua fungsi kognitif dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti suasana hati (sedih atau gembira), tingkat kewaspadaan dan
tenaga, kesejahteraan fisik dan juga motivasi. Semua proses mental yang digunakan
oleh organisme untuk mengatur informasi seperti memperoleh input dari lingkungan
(persepsi), memilih (perhatian), mewakili (pemahaman) dan menyimpan (memori)
informasi dan akhirnya menggunakan pengetahuan ini untuk menuntun perilaku
(penalaran dan koordinasi output motorik).
5. Fungsi Visuospasial
Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti
menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal : lingkaran, kubus) dan
menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan
lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan. Menggambar jam
sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif
dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal.
Gangguan visuospasial sering timbul dini pada demensia. Pasien banyak lupa
waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, lupa wajah teman dan sering tidak tahu
tempat sehingga sering tersesat (disorientasi waktu, tempat dan orang). Secara
obyektif gangguan visuospasial ini dapat ditentukan dengan meminta pasien
mengkopi gambar atau menyusun balok-balok sesuai bentuk.
Gangguan fungsi bahasa disebut afasia atau disfasia yaitu kelainan berbahasa
akibat kerusakan di otak, tetapi bukan kerusakan/gangguan persarafan perifer otototot bicara, artikulasi maupun gangguan penurunan inteligensia.
Ada 2 jenis afasia:
Afasia motorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak mampu mengeluarkan isi
pikirannya.
- Afasia motorik kortikalis apabila penderita tidak dapat mengeluarkan
isi pikirannya baik secara verbal, tulisan, maupun isyarat. Letak lesi di
-
dominan.
Afasia motorik transkortikalis
Afasia sensorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak dapat mengerti isi pikiran
orang lain walaupun alat bicara dan pendengarannya baik.
- Afasia sensorik kortikalis apabila penderita tidak dapat mengerti isi
pikiran orang lain yang disampaikan balk secara verbal, tulisan,
-
Kemampuan
mengulag
dinilai
dengan
menyuruh
pasien
kata.
d. Pemeriksaan menamai dan menemukan kata
Kemampuan menamai objek merupakan salah satu dasar fungsi
berbahasa. Hal ini sedikit banyak terganggu pada semua penderita afasia.
Dengan demikian, semua tes yang digunakan untuk menilai afasia
mencakup penilaian terhadap kemampuan ini.
Cara pemeriksaan: terangkan kepada pasien bahwa ia akan disuruh
menyebutkan nama beberapa objek juga warna dan bagian dari objek
tersebut. Kita dapat menilai dengan memperlihatkan misalnya arloji,
bolpoin, kacamata, kemudian baian dari arloji, lensa kaca mata.
e. Pemeriksan sistem bahasa
Evaluasi sistem bahasa harus dilakukan secara sistematis. Perlu
diperhatikan bagaimana pasien berbicara spontan, komprehensi, repetisi,
dan menamai.
Membaca dan menulis harus dinilai pula setelah evaluasi bahasa
lisan. Selain itu, perlu pula diperiksa sisi otak mana yang dominan,
dengan melihat penggunaan tangan dominan.
f. Pemeriksaan penggunaan tangan (kidal atau kandal)
(daya
mengingat)
ada
yaitu:
masa
kecilnya.
(Tentunya
pemeriksa
telah
mendapat
informasi
sebelumnya).
Ketiga pemeriksaan di atas adalah untuk audio memory (yang didengar)
sedangkan memori yang dilihat (visual memory) dapat diperiksa sebagai berikut:
lanjut, pasien rumah sakit, maupun institusi lainnya. Namun demikian, MMSE
tidak dapat digunakan untuk menggantikan perangkat penilaian status mental dan
kognitif secara lengkap. MMSE diperkenalkan oleh Folstein dkk sejak tahun
1975, telah divalidasi, dan secara luas digunakan untuk skrining fungsi kognitif.
MMSE terdiri dari 11 pertanyaan yang dapat diselesaikan dalam waktu 5 10
menit, sehingga praktis digunakan secara rutin.
Instrumen ini disebut mini karena hanya fokus pada aspek kognitif dari
fungsi mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang mood, fenomena mental
abnormal dan pola pikiran. Mini Mental State Examination (MMSE) menilai
sejumlah domain kognitif, orientasi ruang dan waktu, working and immediate
memory, atensi dan kalkulasi, penamaan benda, pengulangan kalimat,
pelaksanaan perintah, pemahaman dan pelaksanaan perintah menulis, pemahaman
dan pelaksanaan perintah verbal, perencanaan dan praksis. Instrumen ini
direkomendasikan sebagai screening untuk penilaian kognitif global oleh
American Academy of Neurology (AAN).
BAB III
KESIMPULAN
Fungsi luhur merupakan sifat khas manusia. Fungsi ini mencakup aktivitas
yang memiliki hubugan dengan kebudayaan, bahasa, ingatan, dan pengertian. Fungsi
luhur berkembang pada manusia melalui mekanisme neuronal yang memungkinkan
penyadaran dan pengenalan segala sesuatu yang berasal dari dunia luar dirinya,
sehingga menjadi pengalaman dan miliknya, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengekspresikan dirinya kepada dunia luar secara adekuat.
Evaluasi status mental atau fungsi luhur merupakan penilaian fungsi kognitif
dan emosi yang sistematis. Pada pemeriksaan ini, dibutuhkan pemeriksan yang
berurutan, karena untuk memeriksa suatu keadaan (misalnya memori), terlebih dahulu
perlu diperiksa keadaan lainnya (misalnya atensi).
Infark kecil di otak, hematoma subdural kronis, atau tumor di otak, mungkin
pada pemeriksaan fisik neurologis tidak menunjukkan kelainan, sedangkan pada
pemeriksaan fungsi luhur terlihat adanya defisit. Kadang pemeriksaan ini dapat
mempertajam pendeteksian kelainan di otak.
Pemeriksaan fungsi luhur perlu dilakukan dengan urutan yang baik, mulai
dengan fungsi dasar tingkat-kesadaran, kemudian dilanjutkan dengan fungsi kognitifdasar seperti berbahasa, dan meningkat kepada pemeriksaan yang lebih kompleks
seperti berhitung, pertimbangan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, Lilik Maarifatul. Penatalaksanaan Lanjut Usia. Graha Ilmu. Yogjakarta;
2011.
2. Mardjono, Mahar. 1971. Neurologi Dasar edisi kedua. Jakarta: PT. Dian Rakyat
3. Iswari, Mega. 2010. Anatomi Fisiologi dan Neorologi Dasar. Padang: UNP Press
4. Tim Dosen Mata Kuliah Neurologi. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis edisi pertama.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press