Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN UMUR DAN GRAVIDA TERHADAP

KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


PADA HAMIL DIRUANG CAMAR III
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2010

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
IKASARI OKTARIA PUTRI
PO71240 08562

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN KEBIDANAN

PEKANBARU
2011

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2011


IKASARI OKTARIA PUTRI
HUBUNGAN UMUR DAN GRAVIDA TERHADAP KEJADIAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DIRUANG CAMAR III
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2010
xii + 36 halaman + 6 tabel + 1 skema + 7 lampiran

ABSTRAK

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga


pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk, mual dan
muntah terjadi pada 60%-80% pada wanita dengan kehamilan pertama
(Primigravida) dan 40%-60% pada wanita yang sudah pernah hamil (Multigravida).
Dari catatan medical record RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2008 diperoleh
data bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 114 orang,
Tahun 2009 diperoleh data ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
sebanyak 95 orang, dan tahun 2010 diperoleh data ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan sebanyak 102 orang. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara umur dan gravida terhadap
kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2010.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 12 26 Mei 2011 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Populasinya adalah seluruh ibu hamil yang pernah dirawat dan tercatat diruang
camar III dari bulan Januari-Desember 2010 yaitu 541 orang. Pengambilan sampel
adalah total sampling . Adapun jenis data yang digunakan adalah data sekunder
dengan instrument penelitiannya menggunakan daftar checklist. Analisa dalam
penelitian ini yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi-square.

Dari hasil penelitian dari 541 ibu hamil dapat diketahui 81,15% tidak
mengalami hiperemesis gravidarum, 64,32% berumur 20 35 tahun, 54,53% pada
ibu Multigravida, dan diketahui bahwa tidak terdapat hubungan umur dan gravida
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum.
Dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada tenaga kesehatan hendaknya
meningkatkan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu
hamil mengenai masalah-masalah dalam kehamilan seperti hiperemesis gravidarum
yang dapat membahayakan keselamatan ibu maupun janin.

Kata kunci

: Umur, Gravida, Hiperemesis Gravidarum

Referensi

: 22 Buku ( 20002011 )

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul: Hubungan Umur Dan Gravida Terhadap Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Ibu Pada Ibu Hamil Di Ruang Camar III RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menghadapi banyak
kesulitan, tetapi berkat bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari semua pihak, karya
tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada yang terhormat:
1. Bapak R.Sakhnan, SKM, M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau.
2. Kepala Rekam Medik RSUD Arrifin Achmad Pekanbaru
3. Kepala Ruangan Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
4.

Ibu Fathunnikmah, Amd.Keb, SPd, M.Biomed, Ketua Jurusan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau.

5. Ibu Okta Vitriani, Amd.Keb, SKM dan Ibu Yanti, Amd.Keb, SST, Pembimbing
proposal penelitian yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Ibu Salmiati, Amd.Keb, SST dan Ibu Melly Wardanis, Amd.Keb, SKM, Penguji
karya tulis ilmiah yang telah memberikan banyak saran kepada penulis dalam
menyelasaikan karya tulis ilmiah ini

7.

Keluarga besarku khususnya Ayah, Bunda dan Adik-adikku yang tak hentihentinya memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan dorongan, motivasi,
dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik, oleh karena itu kritik dan

saran sangat penulis harapkan dalam mencapai kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi pembaca seluruhnya. Amin.

Pekanbaru, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................

ii

KATA PENGANTAR...................................................................................

iii

DAFTAR ISI..................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

vii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... .... viii


DAFTAR SKEMA......................................................................................... ...... ix
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... ....... x
DAFTAR ISTILAH....................................................................................... ...... xi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................

1.1. Latar Belakang ...........................................................................

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................

1.5. Ruang Lingkup ...........................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6


2.1. Hiperemesis Gravidarum ...........................................................

2.2. Umur...........................................................................................

13

2.3. Gravida........................................................................................

15

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS ........................................................................................... 17
3.1. Kerangka Konsep ......................................................................

17

3.2. Defenisi Operasional .................................................................

17

3.3. Hipotesis.....................................................................................

18

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 19


4.1. Desain dan Jenis Penelitian ......................................................

19

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................

19

4.3. Populasi dan Sampel ..................................................................

19

4.4. Instrumen Penelitian...................................................................

20

4.5. Metode Pengumpulan Data......................................................

20

4.6. Prosedur Pengumpulan Data .....................................................

20

4.7. Analisa Data .................................................................................... 21


BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. ..... 25
5.1 Hasil Penelitian................................................................................. 25
5.2 Pembahasan...................................................................................... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 35
6.1 Kesimpulan....................................................................................... 35
6.2 Saran................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Judul Proposal Oleh Pembimbing

Surat Permohonan Pengambilan Data dari Diklit Litbang kepada


Kepala Instalasi Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Lampiran 3

Surat Permohonan Penelitian dari Diklit Litbang kepada Ruangan


Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Lampiran 4

Lampiran 5

Surat Izin Selesai Melaksanakan Penelitian dari Diklit Litbang

Daftar Ibu hamil yang bermasalah diruang Camar III (Obstetri &
Ginekologi) RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010

Lampiran 6

Lampiran 7

Daftar Checklist

Lembar Konsultasi Bimbingan Proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Politeknik Kesehatan Riau

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Definisi Operasional ...............................................................

16

Tabel 5.1 Distribusi ibu hamil berdasarkan kejadian hiperemesis gravidarum di


RSUD Arifin Achmad tahun 2010...................

25

Tabel 5.2 Distribusi ibu hamil berdasarkan umur di RSUD Arifin Achmad Tahun
2010 ..............................................................

26

Tabel 5.3 Distribusi ibu hamil berdasarkan gravida di RSUD Arifin


Achmad Tahun 2010 .............................................................

26

Tabel 5.4 Hubungan umur terhadap kejadian hiperemesis gravidarum


di RSUD Arifin Achmad Tahun 2010.....................................

27

Tabel 5.5 Hubungan gravida terhadap kejadian hiperemesis gravidarum


di RSUD Arifin Achmad Tahun 2010.....................................

28

DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 3.1 Kerangka Konsep.................................................................

16

DAFTAR SINGKATAN

AKB

: Angka Kematian Bayi

AKI

: Angka Kematian Ibu

SDKI

: Suvey Demografi Kesehatan Indonesia

WHO

: World Health Organization

DAFTAR ISTILAH
Apatis

: Tidak adanya perasaan, masa bodoh.

Apendisitis

: Radang umbai cacing, usus buntu

Asidosis

: Suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam


darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit
tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam
dalam mengatur kesimbangan asam basa.

Dehidrasi
Diplopia

: Keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal


:

Gangguan

koordinasi

bayangan

otot

kedua

mata,

sehingga

mata tidak terjatuh pada bagian retina

identik.
Embrio

: Hasil pembuahan sel telur pada tahap permulaan yang


kemudian menjadi janin.

Ensefalopati

: Penyakit pada otak

Gestasi

: Kehamilan

Gestosis

: Setiap manifestasi keracunan kehamilan

Hepatitis

: Radang hati

Hipokloremia

: Kekurangan klorida

Hipoproteinemia

: Menurunnya jumlah protein urine dalam darah

Hipotalamus

: Bagian otak yang berisi sejumlah nukleus kecil dengan


berbagai fungsi

Hipotensi

: Takanan darah rendah

Hipovitaminosis

: Kekurangan vitamin

Hipovolemia

: Suatu kondisi akobat kekurangan volume cairan ekstraseluler

Impuls

: Dorongan, keputusan mendadak untuk bertindak yang tidak


terkendalikan, rangsang hantaran saraf.

Ketonemia

: Terdapatnya zat keton yang berlebihan didalam darah

Ketosis

: Suatu keadaan organisme ditandai dengan peningkatan kadar


badan keton dalam darah

Konstipasi

: Kondisi dimana feses memiliki konsistensi keras dan sulit


dikeluarkan

Motorik

: Penyebab gerakan

Nekrosis

: Kematian sel atau jaringan setempat karena berbagai hal

Nigtagmus

: Gerak bola mata kian kemari yang terdiri atas 2 fase, fase
cepat dan fase lambat

Obesitas

: Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan


lemak berlebihan.

Oksidasi

: Interaksi antara molekul oksigen dan semua zat yang


berbeda

Oliguria

: Pengeluaran kemih yang berkurang dibandingkan dengan


masukan cairan

Pankreatitis

: Radang kelenjar ludah perut

Pielititis

: Radang piala ginjal

Pielnefritis

: Infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal

Sentilobuler

: Perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus


sekunder, dan perifer dan asinus tetap baik

Somnolen

: Ketagihan tidur, koma

Takikardi

: Denyut nadi yang bertambah cepat

Trofoblastik

: Proliferasi atau perbanyakan sel trofoblas yang berasal dari


kehamilan

Vornitus

: Muntah

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri yang bermutu dan
menyeluruh didasarkan atas tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
kematian perinatal. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia terdapat kematian
ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khusus nya neonatus
10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di
Negara berkembang sebesar 99 % .
Hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa secara nasional AKI di Indonesia
adalah 228/100.000 Kelahiran Hidup. Selain itu SDKI tersebut juga menyajikan
bahwa AKB untuk Indonesia adalah 34/1000 Kelahiran Hidup dan disebutkan juga
Angka Kematian Neonatal untuk Indonesia adalah 20/1000 Kelahiran Hidup.
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi,
dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi
ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Kematian ibu
dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. secara global 80% kematian
ibu tergolong pada kematian ibu langsung (Saifuddin, 2010).
Menurut Alit Wardana (2002), penyebab terpenting kematian maternal indonesia
adalah perdarahan 40-60 %, infeksi 20-30 %, dan keracunan kehamilan 20-30 %,
sisanya sekitar 5 % disebabkan karena penyakit lain yang memperburuk saat
kehamilan dan persalinan.

Komplikasi-komplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan yaitu


hiperemesis gravidarum, preeklampsi dan eklampsi, kelainan dalam lamanya
kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin,
perdarahan antepartum dan kehamilan kembar (Wiknjosastro, 2002). Bersama-sama
dengan preeklampsi-eklampsi, hiperemesis gravidarum dikelompokkan ke dalam
penyakit gestosis. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan
gestosis lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklampsi dan
eklampsi) (Sastrawinata, 2004).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester
I, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80
% primigravida dan 40-60 % multigravida mengalami mual dan muntah, namun
gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan (Mansjoer, 2000).
Pada kasus-kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem, vornitus yang persisten
menyebabkan

penurunan

berat

badan

dan

dehidrasi,

yang

menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi menyebabkan hipovolemia, yang


dimanifestasi sebagai hipotensi, takikardia, peningkatan hematokrit, serta penurunan
keluaran urine. Pada kasus-kasus yang ekstrem ini, embrio dan janin dapat mati dan
ibu dapat meninggal akibat perubahan metabolik yang menetap (irrevesible) (Bobak,
2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan Wahidudin (2007)
umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan di usia
kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis gravidarum.

Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada


multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat
mengalami kehamilan pertama, Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat
kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual (Wiknjosastro,
2002).
Walaupun kebanyakan kasus ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000
wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita
primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikut nya, faktor-faktor
predisposisi lain meliputi usia ibu kurang dari 20 tahun, obesitas, gestasi multi janin,
dan penyakit trofoblastik (Bobak, 2004).
Dari catatan medical record RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2008
diperoleh data bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak
114 orang, Tahun 2009 diperoleh data ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 95 orang, dan tahun 2010 diperoleh data ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan sebanyak 102 orang, 1 dari
102 orang tersebut meninggal dunia akibat komplikasi dari hiperemesis gravidarum
yaitu dehidrasi dan terjadi gangguan pada organ vital.
Dari survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 17 dan 18 November
2010 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru di temukan pasien hiperemesis gravidarum
sebanyak 2 orang dengan keadaan yang lemah, apatis, pucat, tekanan darah menurun,
nadi meningkat, suhu meningkat, tidak nafsu makan, mual dan muntah bercampur
darah, dehidrasi, mata cekung dan sedikit ikterik, turgor kulit mengering dan nyeri
pada epigastrium.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Hubungan Umur dan Gravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum
Pada Ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ditemui peneliti maka perumusan masalah
dari penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Umur Dan Gravida Terhadap
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2010?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan umur dan

gravida terhadap kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Tahun 2010.

1.3.2
1.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada


ibu hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010

2. Untuk mengetahui gambaran gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada


ibu hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010
3.

Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada


ibu hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010

4. Untuk mengetahui hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada


ibu hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Bagi Instansi Penelitian


Dapat dijadikan bahan masukan bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama di bagian kebidanan.

1.4.2

Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan saran untuk menambah wawasan
dan pengetahuan bagi Mahasiswi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau.

1.4.3

Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang sangat berguna khusus nya
dalam melakukan penelitian tentang hiperemesis gravidarum.

1.5 Ruang Lingkup


Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya dalam penelitian ini, maka
peneliti hanya membatasi ruang lingkup hanya pada : Hubungan Umur Dan Gravida
Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di Ruang Camar III
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2010.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hiperemesis Gravidarum


2.1.1

Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga

pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer,


2000).
Hiperemesis gravidarum didefinisi sebagai vortinus yang berlebihan atau
tidak

terkendali

selama

masa

hamil,

yang

menyebabkan

dehidrasi.

Ketidakseimbangan elektrolit, atau difisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan


(Bobak, 2005).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa
hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal
yang umum dialami wanita hamil karena instensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan adanya ketonemia,
penurunan berat badan dan dehidrasi (Varney H, 2003).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu
hamil (Manuaba, 2008).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di
mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan

menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielititis, dan sebagainya (Saifuddin, 2010).
2.1.2

Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui. Beberapa teori

penyebab hiperemesis gravidarum diajukan, tetapi satupun tidak memberikan


penjelasan yang adekuat tentang gangguan ini. Dahulu penyakit ini dikelompokkan
ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam racun
yang berasal dari janin/kehamilannya. Bersama-sama dengan pereklamsi-eklamsi,
penyakit ini dahulu dikelompokkan ke dalam penyakit gestosis. Nama gestosis dini
diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi dalam
kehamilan (termasuk preeklampsi dan eklampsi). Akhir-akhir ini, diperkirakan
bahwa sindrom ini terjadi akibat tingginya atau peninggian yang cepat dari kadar
serum korionik gonadotropin atau hormone estrogen dalam darah ibu hamil tersebut.
Perubahan metabolisme pada hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Oleh
karena itu, pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan
fungsi hati, kandung empedu, pankreatitis, atau ulkus peptikum (Sastrawinata, 2004).
Pada kasus-kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem, vornitus yang
persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi menyebabkan hipovolemia, yang
dimanifestasi sebagai hipotensi, takikardia, peningkatan hematokrit dan BUN. serta
penurunan keluaran urine. Vornitus menyebabkan penurunan cairan asam lambung
juga kandungan alkalin dari bagian saluran cerna yang lebih dalam. Hal ini
menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Penurunan nutrisi ibu yang ekstrem atau
kelaparan menyebabkan hipoproteinemia dan hipovitaminosis. Ikterik dan hemoragi

akibat difisiensi vitamin C dan B-kompleks menyebabkan perdarahan dari


permukaan mukosa. Pada kasus-kasus yang ekstrem ini, embrio dan janin dapat mati
dan ibu dapat meninggal akibat perubahan metabolik yang menetap (irrevesible)
(Bobak, 2004).
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh
beberapa penulis sebagai berikut :
1.

faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola


hidatidosa dan kehamilan ganda.

2.

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.

3.

faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini.

4.

Faktor faktor predisposisi lain meliputi usia kurang dari 20 tahun, obesitas,
gestasi multi janin dan penyakit trofoblastik (Wiknjosastro, 2007).

2.1.3 Patologi
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat
ditemukan pada malnutirsi oleh bermacam sebab.
1.

Hati. Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan


degenerasi lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak tersebut terletak
sentilobuler. Kelainan lemak ini nampak nya tidak menyebabkan kematian dan
di anggap sebagai muntah yang terus-menerus. Dapat ditambahkan bahwa

separuh

penderita

yang

meninggal

karena

hiperemesis

gravidarum

menunjukkan gambaran mikroskopik uang normal.


2.

Jantung. Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi, ini
sejalan dengan lama nya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan subendokardial.

3.

Otak. Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan


seperti pada ensefalopati.

4.

Ginjal. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli
kontorti (Wiknjosastro, 2007).

2.1.4

Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-

menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan


klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke
jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat
dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis.
Hipoklemia akibat muntah dan ekresi yang berlebihan selanjutnya menambah
frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat
robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal
(Wiknjosastro, 2007).

2.1.5

Gejala dan Tanda


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,

sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum,


menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
1.

Tingkatan I. Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2.

Tingkat II. Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih

mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadangkadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata cekung. Tensi
turun, hemokontriksi, oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
penapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3.

Tingkat III. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun

dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
enselopati Wernicke, dengan gejala : nigtagmus, diplopia dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro, 2007).
2.1.6

Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit
pielnefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan
gejala muntah (Wiknjosastro, 2007).

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan


makanan yang dapat mempengaruhi perkambangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan (Wiknjosastro, 2007).
2.1.7

Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis.

1.

Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis

2.

Makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Berikan makanan selingan seperti biskuit,


roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari
makan berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau
sangat dingin.

3.

Defekasi teratur (Mansjoer, 2000).

2.1.8

Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan, yaitu ;

1.

Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara
yang baik. Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan
fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari

2.

Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan

3.

Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik,
coba berikan minuman dan makan sedikit demi sedikit ditambah

4.

Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital

5.

Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan

6.

Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti metoklopramid,


disiklomia, hidroklorida, atau klorpromazin

7.

Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa


disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis
Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala makin berat hingga timbul
ikterus, delirium, koma, takikardi, dan perdarahan retina, pertimbangkan
abortus terapeutik (Mansjoer, 2000).

2.1.9

Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin
(Wiknjosastro, 2007).

2.2 Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur
merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru, semakin bertambahnya
umur akan mencapai usia reproduksi (Notoatmodjo, 2003).
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat
reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam
menerima kehadiran dan mendukung perkembangan janin. Seorang wanita
memasuki usia perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu
umur repoduksi (Yunita, 2005).
Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas
35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organorgan reproduksi belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan

persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk


mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan,
gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama (Manuaba, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan Wahidudin (2007)
umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia
kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis karena pada
kehamilan diusia kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya, cenderung
labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini
(Ridwan dan Wahiduddin, 2007).
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh
karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu ten
yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik
mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa
mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik
untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna
bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi
muntah. Permasalahan dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan
menekankan pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan
kemudian (www.Bkkbn.co.id).
Sedangkan Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga
tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil

atau malah tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian
tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan
memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot
abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan
tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu
untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas
terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah
(www.Bkkbn.co.id).

2.3 Gravida
Gravida berkaitan dengan kehamilan atau wanita hamil, gravida adalah
jumlah kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang

dialami oleh seorang

perempuan, gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan bahasa latin
(Primi, multi) yang menunjukkan jumlah kehamilan (Ramali, 2003).
Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil, sedangkan
Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil (Ramali, 2003).
Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida mengalami mual dan
muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan,
Walaupun kebanyakan kasus ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000
wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita
primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya (Mansjoer,
2000).
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida
daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu

saat mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida faktor psikologik


memegang peranan penting pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup
(Nining, 2009).
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung
meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di
pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung
( Wiknjosastro, 2002 ).

Anda mungkin juga menyukai