Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN

FUNGSI KORTIKAL LUHUR

Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti
stroke. Bagian tertentu otak mempunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan normal
merupakan fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai. Pada referat ini akan dibahas
mengenai anatomi, fungsi hemisfer kiri dan kanan, gejala klinik gangguan lobus tertentu.
Fungsi kortikal luhur adalah sifat khas manusia yang meliputi kebudayaan, Bahasa, memori
dan pengertian.

fungsi integrative system saraf pusat:

1. Korteks Asosiasi parietotemporooksipital mempunyai fungsi bicara sensorik,


tugas sensorik luhur seperti memilah-milah informasi auditorik dan visual.
Gangguan korteks sensoris dominan / non - dominan menyebabkan kelainan
sensori kortikal berupa gangguan : sensasi postural, gerakan pasif, lokalisasi akurat
raba halus, " two points discrimination", astereognosia," sensory inattentio

2. Korteks asosiasi prefrontal Tugas motorik luhur : strategi gerakan, pola kontrol
tingkah laku

3. Kortks. Asosiasi limbik : motivasi, aspek emosional-afektif dan perilaku.


kerusakan lobus limbik memberikan efek halusinasi olfaktori seperti pada
bangkitan parsia komplek. Agresif / kelakuan antisosisal, tidak mampu untuk
menjaga memori baru.

4. Fungsi Neokorteks Setiap area kortikal mempunyai tugas khusus bicara motorik
(Broca) pst bicara sensorik (Wernicke). Brocca dysphasia : bicara tak lancar,
tertahan, pengertian baik. Wernicke dysphasia: pengertian terganggu, bicara lancar
tapi tak bearti, neologisme.

Hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan untuk orang tangan kanan (right
handed). Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap dikiri. Kerusakan hemisfer kiri
akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer kanan terutama
visuospatial. Hemisfer kiri dan kanan lobus temporalis kiri dan kanan adalah pusat
untuk memori. Lesi pada Lobus non - dominan akan menyebabkan anosognosia
(denies), dressing apraksia, geografikal agnosia, konstruksional apraksia sedangkan
lesi pada lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger
agnosia, akalkuli dan agrafia.

PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR

Dengan fungsi luhur memungkinkan seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan
atas segala rangsang/stimulus baik dari luar maupun clan dalam tubuhnya sendiri sehingga dia
mampu mengadakan hubungan intra maupun interpersonal.
Termasuk di dalam fungsi luhur adalah:
1. Fungsi bahasa
2. Fungsi memori (ingatan)
3. Fungsi orientasi (pengenalan)

Pemeriksaan fungsi bahasa


Gangguan fungsi bahasa disebut afasia atau disfasia yaitu kelainan berbahasa akibat
kerusakan di otak, tetapi bukan kerusakan/gangguan persarafan perifer otot-otot bicara,
artikulasi maupun gangguan penurunan inteligensia.

Ada 2 jenis afasia:


1. Afasia motorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak mampu mengeluarkan isi pikirannya.
- Afasia motorik kortikalis : Penderita tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya baik
secara verbal, tulisan, maupun isyarat. Letak lesi di cortex cerebri dominan.
- Afasia motorik subkortikalis (afasia motorik murni) : Penderita tidak dapat
mengeluarkan isi pikirannya secara verbal namun masih dapat dengan tulisan maupun
isyarat. Letak lesi di subcortex hemispher dominan.
- Afasia motorik transkortikalis : Penderita tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya
tetapi masih dapat membeo. Letak lesi ditranskortikalis kartek Broca dan Wernicke.
Cara pemeriksaan:
Mengajak penderita berbicara mulai dari hal yang sederhana sampai hal-hal yang
sukar yang pernah diketahui penderita sebelumnya. Bila tidak bisa disuruh menuliskan
jawaban atau dengan isyarat.

Syarat pemeriksaan:
Penderita dalam keadaan sadar penuh dan bahasa yang dipakai saling dimengerti.
2. Afasia sensorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain
walaupun alat bicara dan pendengarannya baik.
- Afasia sensorik kortikalis
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang disampaikan balk secara
verbal, tulisan, maupun isyarat. Letak lesi di area cortex Wernicke (sensorik).
- Afasia sensorik subkortikalis
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang disampaikan secara verbal,
sedangkan tulisan dan isyarat dapat dimengerti. Letak lesi di subcortex Wernicke.
- "Buta kata-kata" (word Blindness)
Penderita masih mengerti bahasa verbal namun tidak lagi bahasa visual. Hal ini jarang
terjadi.
Cara pemeriksaan:
Penderita diberi perintah untuk melakukan sesuatu tanpa contoh. Bila tidak bisa baru
diberikan secara tulisan atau isyarat. Syarat pemeriksaan sama dengan afasia motorik.

Gangguan bahasa lainnya


1. Apraksia
Penderita tidak bisa melaksanakan fungsi psikomotor.
Cara: beri perintah untuk melakukan gerakan yang bertujuan misalnya membuka kancing
baju,dll.
2. Agrafia
Penderita tidak bisa menulis lagi (tadinya bisa).
Cara: beri perintah untuk menuliskan kata-kata yang didiktekan.

3. Alexia
Penderita tidak bisa lagi mengenali tulisan yang pernah dikenalnya.
Cara: beri perintah untuk membaca tulisan atau kata-kata yang pernah dikenalnya.
4. Astereognosia
Penderita tidak bisa mengenali bentuk benda dengan cara meraba.
Cara: dengan mata tertutup penderita disuruh menyebutkan benda dengan cara merabanya.
5. Abarognosia
Penderita tidak mampu menaksir berat benda yang berada di tangannya (perabaan).
Cara: penderita disuruh menaksir berat benda yang berada di tangannya.
6. Agramesthesia
Penderita tidak bisa rnengenal tulisan yang dituliskan di badannya.
Cara: penderita disuruh menyebutkan kata-kata yang dituliskan di badannya dengan mata
tertutup.
3. Asomatognosia
Penderita tidak mampu menunjukkan bagian-bagian tubuhnya kiri atau kanan.

Pemeriksaan fungsi memori

Secara klinis gangguan memori (daya mengingat) ada 3 yaitu:


1. Immediate memory (segera)
2. Short term memory/recent memory (jangka pendek)
3. Long term memory/remote memory (jangka panjang)
Cara pemeriksaan :
1. Immediate memory
Yaitu daya mengingat kembali suatu stimulus yang diterima beberapa detik lalu seperti
mengingat nomor telepon yang baru saja diberikan.

Cara: penderita disuruh mengulang deret nomor yang kita ucapkan. Seperti di bawah ini:
(disebut digit span)
3-7
2-4-9
8-5-2-7
2-8-6-9-3
5-7-1-9-4-6
8-1-5-9-3-6-7
dikatakan masih normal jika seseorang dapat mengulang sebanyak 7 digit.
2. Recent memory
Yaitu daya mengingat kembali stimulus yang diterima beberapa menit, jam, hari yang
lalu.
Cara: penderita disuruh menceritakan pekerjaan/peristiwa yang dikerjakan/dialami
beberapa
menit/jam/hari yang lalu.
3. Remote memory
Yaitu daya mengingat kembali stimulus atau peristiwa yang telah lama berlalu
(bertahun-tahun).
Cara: penderita disuruh menceritakan pengalaman atau teman-teman masa kecilnya.
(Tentunya pemeriksa telah mendapat informasi sebelumnya).

Ketiga pemeriksaan di atas adalah untuk audio memory (yang didengar) sedangkan
memori yang dilihat (visual memory) dapat diperiksa sebagai berikut.
Cara: penderita disuruh mengingat nama-nama benda yang diperlihatkan kepadanya
kemudian
benda - benda tersebut disimpan. Beberapa waktu kemudian penderita disuruh mengulang
nama-nama benda tersebut.

Pemeriksaan fungsi orientasi

Secara klinis pemeriksaan orientasi ada 3 yaitu: Personal, tempat, waktu


Cara: penderita disuruh mengenali orang-orang yang berada di sekitarnya yang memang
dikenalnya (seperti istrinya, anak, teman, dll), Penderita juga disuruh mengenali tempat
dimana ia berada atau tempat-tempat lainnya. Penderita juga disuruh menyebutkan waktu/saat
penderita diperiksa seperti siang/malam/sore.
Catatan:
Kesemua pemeriksaan fungsi luhur ini baru dapat diperiksa pada penderita yang mempunyai
kesadaran penuh atau baik dan tidak mengalami gangguan mental, kemunduran inteligen
maupun kerusakan organ-organ atau persarafan perifer yang terkait. Harus diingat bahwa
pemeriksaan fungsi luhur adalah pemeriksan fungsi-fungsi cortex cerebri yang terkait.
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI

Koordinasi adalah penggunaan normal dari faktor-faktor motorik, sensorikdan sinergik dalam
melakukan gerakan.Pusat koordinasi adalah cerebellum.

Gangguan koordinasi

di bagi menjadi:

1. Gangguan equlibratory coordination ( mempertahankan keseimbangan, khususnya pada


posisi berdiri), diperiksadengan :

a. Tes Romberg

Penderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat. Pertama kali dengan
mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya. Pemeriksa menjaga
jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuh penderita. Hasil positif didapatkan
apabila penderita jatuh pada satu sisi.

b. Tes tandem walking

Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai, dengan cara
menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari kaki yang berlawanan, baik
dengan mata terbuka atau tertutup

2. Gangguan non equilibratory coordination (pergerakan yang di sengaja dari anggota


gerak, terutama gerakan halus), diperiksa dengan:
a. Finger-to-nose test.

Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri .Dengan posisi
abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung
hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya.Mula-mula dengan gerakan
perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.

b. Nose-finger-nose-test
Serupa dengan finger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungnya, pasien
diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya.
Jari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan.

c. Finger-to-finger test

Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk
menggerakkan kedua ujung jari telunjuk nya saling bertemu tepat ditengah-
tengahbidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian
dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.

d. Diadokokinesis

Penderita diminta untuk menggerakan keduatangannya bergantian pronasi dan


supinasi dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat mungkin dengan
mata terbuka atau mata tertutup.Diadokokinesis pada lidah dapat dikerjakan dengan
meminta penderita menjulurkan dan menarik lidah atau menggerakkan kesisi kanan
dan kiri secepat mungkin.

Tapping test merupakan variasi test diadokokinesis, dilakukan dengan menepuk


pinggiran meja/paha dengan telapak tangan secara berselingan bagian volar dan
dorsal tangan dengan cepat atau dengan tepukancepat jari-jari tangan kejempol.
e. Heel-to-knee-to-toe test

Penderita diminta untuk menggerakkan tumit kaki nya kelutut kontralateral, kemudian
diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus kejari-jarikakinya.Variasidari test ini
adalah toe-finger test, yaitu penderita diminta untuk menunjuk jari penderita dengan jari-
jari kakinya atau dengan cara membuat lingkaran diudara dengan kakinya.

f. Rebound test

Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi lengan bawah,
sikudifiksasi/diletakkan pada meja periksa/alas lain, kemudian pemeriksa menarik
lengan bawah tersebut dan penderita diminta menahannya, kemudian dengan mendadak
pemeriksa melepaskan tarikantersebut tetapi sebelumnya lengan lain harus menjaga
muka dan badan pemerik sasupaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri bila
adalesi cerebellum.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU DIAGNOSIS TOPIK NEUROLOGI DUUS EDISI 5 OLEH M.BAEHR DAN


FROTHSER

BUKU ILMU PENYAKIT DALAM

Anda mungkin juga menyukai