Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti
stroke. Bagian tertentu otak mempunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan normal
merupakan fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai. Pada referat ini akan dibahas
mengenai anatomi, fungsi hemisfer kiri dan kanan, gejala klinik gangguan lobus tertentu.
Fungsi kortikal luhur adalah sifat khas manusia yang meliputi kebudayaan, Bahasa, memori
dan pengertian.
2. Korteks asosiasi prefrontal Tugas motorik luhur : strategi gerakan, pola kontrol
tingkah laku
4. Fungsi Neokorteks Setiap area kortikal mempunyai tugas khusus bicara motorik
(Broca) pst bicara sensorik (Wernicke). Brocca dysphasia : bicara tak lancar,
tertahan, pengertian baik. Wernicke dysphasia: pengertian terganggu, bicara lancar
tapi tak bearti, neologisme.
Hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan untuk orang tangan kanan (right
handed). Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap dikiri. Kerusakan hemisfer kiri
akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer kanan terutama
visuospatial. Hemisfer kiri dan kanan lobus temporalis kiri dan kanan adalah pusat
untuk memori. Lesi pada Lobus non - dominan akan menyebabkan anosognosia
(denies), dressing apraksia, geografikal agnosia, konstruksional apraksia sedangkan
lesi pada lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger
agnosia, akalkuli dan agrafia.
Dengan fungsi luhur memungkinkan seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan
atas segala rangsang/stimulus baik dari luar maupun clan dalam tubuhnya sendiri sehingga dia
mampu mengadakan hubungan intra maupun interpersonal.
Termasuk di dalam fungsi luhur adalah:
1. Fungsi bahasa
2. Fungsi memori (ingatan)
3. Fungsi orientasi (pengenalan)
Syarat pemeriksaan:
Penderita dalam keadaan sadar penuh dan bahasa yang dipakai saling dimengerti.
2. Afasia sensorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain
walaupun alat bicara dan pendengarannya baik.
- Afasia sensorik kortikalis
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang disampaikan balk secara
verbal, tulisan, maupun isyarat. Letak lesi di area cortex Wernicke (sensorik).
- Afasia sensorik subkortikalis
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang disampaikan secara verbal,
sedangkan tulisan dan isyarat dapat dimengerti. Letak lesi di subcortex Wernicke.
- "Buta kata-kata" (word Blindness)
Penderita masih mengerti bahasa verbal namun tidak lagi bahasa visual. Hal ini jarang
terjadi.
Cara pemeriksaan:
Penderita diberi perintah untuk melakukan sesuatu tanpa contoh. Bila tidak bisa baru
diberikan secara tulisan atau isyarat. Syarat pemeriksaan sama dengan afasia motorik.
3. Alexia
Penderita tidak bisa lagi mengenali tulisan yang pernah dikenalnya.
Cara: beri perintah untuk membaca tulisan atau kata-kata yang pernah dikenalnya.
4. Astereognosia
Penderita tidak bisa mengenali bentuk benda dengan cara meraba.
Cara: dengan mata tertutup penderita disuruh menyebutkan benda dengan cara merabanya.
5. Abarognosia
Penderita tidak mampu menaksir berat benda yang berada di tangannya (perabaan).
Cara: penderita disuruh menaksir berat benda yang berada di tangannya.
6. Agramesthesia
Penderita tidak bisa rnengenal tulisan yang dituliskan di badannya.
Cara: penderita disuruh menyebutkan kata-kata yang dituliskan di badannya dengan mata
tertutup.
3. Asomatognosia
Penderita tidak mampu menunjukkan bagian-bagian tubuhnya kiri atau kanan.
Cara: penderita disuruh mengulang deret nomor yang kita ucapkan. Seperti di bawah ini:
(disebut digit span)
3-7
2-4-9
8-5-2-7
2-8-6-9-3
5-7-1-9-4-6
8-1-5-9-3-6-7
dikatakan masih normal jika seseorang dapat mengulang sebanyak 7 digit.
2. Recent memory
Yaitu daya mengingat kembali stimulus yang diterima beberapa menit, jam, hari yang
lalu.
Cara: penderita disuruh menceritakan pekerjaan/peristiwa yang dikerjakan/dialami
beberapa
menit/jam/hari yang lalu.
3. Remote memory
Yaitu daya mengingat kembali stimulus atau peristiwa yang telah lama berlalu
(bertahun-tahun).
Cara: penderita disuruh menceritakan pengalaman atau teman-teman masa kecilnya.
(Tentunya pemeriksa telah mendapat informasi sebelumnya).
Ketiga pemeriksaan di atas adalah untuk audio memory (yang didengar) sedangkan
memori yang dilihat (visual memory) dapat diperiksa sebagai berikut.
Cara: penderita disuruh mengingat nama-nama benda yang diperlihatkan kepadanya
kemudian
benda - benda tersebut disimpan. Beberapa waktu kemudian penderita disuruh mengulang
nama-nama benda tersebut.
Koordinasi adalah penggunaan normal dari faktor-faktor motorik, sensorikdan sinergik dalam
melakukan gerakan.Pusat koordinasi adalah cerebellum.
Gangguan koordinasi
di bagi menjadi:
a. Tes Romberg
Penderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat. Pertama kali dengan
mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya. Pemeriksa menjaga
jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuh penderita. Hasil positif didapatkan
apabila penderita jatuh pada satu sisi.
Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai, dengan cara
menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari kaki yang berlawanan, baik
dengan mata terbuka atau tertutup
Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri .Dengan posisi
abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung
hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya.Mula-mula dengan gerakan
perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
b. Nose-finger-nose-test
Serupa dengan finger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungnya, pasien
diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya.
Jari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan.
c. Finger-to-finger test
Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk
menggerakkan kedua ujung jari telunjuk nya saling bertemu tepat ditengah-
tengahbidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian
dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.
d. Diadokokinesis
Penderita diminta untuk menggerakkan tumit kaki nya kelutut kontralateral, kemudian
diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus kejari-jarikakinya.Variasidari test ini
adalah toe-finger test, yaitu penderita diminta untuk menunjuk jari penderita dengan jari-
jari kakinya atau dengan cara membuat lingkaran diudara dengan kakinya.
f. Rebound test
Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi lengan bawah,
sikudifiksasi/diletakkan pada meja periksa/alas lain, kemudian pemeriksa menarik
lengan bawah tersebut dan penderita diminta menahannya, kemudian dengan mendadak
pemeriksa melepaskan tarikantersebut tetapi sebelumnya lengan lain harus menjaga
muka dan badan pemerik sasupaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri bila
adalesi cerebellum.
DAFTAR PUSTAKA