Syukur Alhamdulliah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kesehatan
dan kesempatan yang diberikan shingga tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Lanjut “Sistem Neurosensori : Pemeriksaan fs Luhur, Meningeal dan Disfagia serta
Sistem Digestive : Review Perkusi, Palpasi dan Auskultasi Abdomen” dapat kami susun.
April 2018
Team Penyusun
FUNGSI KORTIKAL LUHUR
PENDAHULUAN
Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab
seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam
keadaan normal merupakan fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai.
Pada referat ini akan dibahas mengenai anatomi, fungsi hemisfer kiri dan kanan,
gejala klinik gangguan lobustertentu.
Fungsi kortikal luhur adalah sifat khas manusia yang meliputi kebudayaan,
Bahasa, memori dan pengertian.
ANATOMI
Hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan untuk orang tangan kanan (right
handed). Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap dikiri. Kerusakan hemisfer kiri
akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer kanan terutama
visuospatial. Hemisfer kiri dan kanan lobus temporalis kiri dan kanan adalah
pusat untuk memori. Lesi pada Lobus non - dominan akan menyebabkan
anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia, konstruksional
apraksia sedangkan lesi pada lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right
disorientasi, finger agnosia, akalkuli danagrafia.
DEFENISI
Perasaan somestesia luhur adalah perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif
dan sifat tiga dimensi. Kadang juga digunakan rasa gabungan (combine
sensation). Dalam hal ini komponen kortikal merupakan fungsi dari lobus parietal
yang bertindak untuk menganalisa serta mensitesa tiap macam perasaan,
mengkorelasi serta mengintegrasi impuls, menginterpretasi impuls,
menginterpretasi rangsang dan juga menyaring serta mengambil engram-engram
untuk membantu mengenal impuls tersebut. Jadi yang diutamakan disini ialah
fungsi diskriminatif serta fungsi persepsi. Rasa somestesia luhur meliputi rasa
diskriminasi, barognosia, stereognosia, topostesia (topognosia),grafestesia.
Diskriminasi adalah kemampuan untuk mengetahui bahwa kita ditusuk dengan
dua jarum atau dengan satu jarum pada saat yang sama.
Stereognosia adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan
meraba, tanpa melihat. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengenal
botol, gelas dan kunci hanya dengan meraba tanpa melihat. Bila kemampuan ini
terganggu atau hilang, penderita ini disebut menderita astereognosia atau agnosia
taktil. Astereognosia hanya dapat ditentukan bila rasa ekstereoseptif dan
proprioseptif baik. Jika hal ini terganggu, rangsang atau impuls tidak sampai ke
korteks untuk disadari dan diinterpretasi.
Barognosia adalah kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang, atau
kemampuan membeda-bedakan berat benda. Kemampuan ini akan terganggu bila
rasa proprioseptif, terutama rasa sikap dan rasa gerak tidak sempurna lagi.
Hilangnya kemampuan untuk membedakan berat disebut barognosia.
Grafestesia adalah kemampuan untuk mengenal huruf-huruf atau angka yang
ditulis pada kulit, sedangkan mata tertutup. Hilangnya kemampuan ini disebut
grafanestesia. Jika perasaan eksteroseptif dan proprioseptif baik, sedangkan
penderita tidak mengenal angka yang ditulis, hal ini biasanya menunjukan lesi
dikorteks.
afasia Wernicke atau sensori atau reseptif terjadi akibat adanya lesi
ditemporo-parietal dan lesi pada subkortikal yang merusak isthmus temporal
memblokir signal aferen inferior ke korteks temporal. Hal ini ditandai dengan
pasien justru bicara terlalu banyak, cara mengucapkan baikdan irama kalimat
juga baik, namun didapatkan gangguan berat pada memformulasikan dan
menamai sehingga kalimat yang diucapkan tidak memiliki arti. Bahasa lisan
maupun tulisan tidak atau kurang difahami, dan menulis secara motoric
terpelihara, namun isi tulisan tak menentu. Pasien tidak begitu sadar akan
kekurangannya. Gambaran klinisafasia
wernickle adalah :
a. Keluaran afasia yanglancar.
b. Panjang kalimatnormal.
c. Artikulasibaik.
d. Prosodibaik.
e. Anomia (tidak dapatmenamai).
f. Parafasia fonemik dan semantik.
g. Komprehensi auditif dan membaca buruk.
h. Repitisiterganggu.
i. Menulis lancar tapi isinya“kosong”
Kadang dijumpai pasien dengan gangguan yang berat pada semua modalitas
Bahasa. Pasien sama sekali tidak bicara atau hanya bicara sepatah kata atau
frase, yang selalu dilulang-ulang. Dengan artikulasi (pengucapan) dan irama
yang buruk dan tidak bermakna. Hal ini disebut afasia global.
AFASIA SENSORIK=AFASIA WERNICKE
Ketidakmampuan untuk mengerti bahasa :
• Tidak mengerti bahasa ucapan maupun tulisan
• Tidak dapat memberi nama benda
• Tidak bisa membaca dan menulis
• Neologisme (kata-kata baru tapi tidak dimengerti)
• Parafasia (kata-katanya hanya sebagian yang benar)
AFASIA MOTORIK=AFASIA BROCA
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan bahasa :
• Berbicara tidak lancar
• Kesulitan mengeluarkan kata-kata
• Tidak dapat mengulang kata-kata yang didengar
• Tidak dapat memberi nama benda walaupun mengenal benda itu
PEMERIKSAAN MEMORI
Prosedur pemeriksaan Memori :
a. Memori Segera :
Minta pasien untuk mengulangi angka-angka yang disebutkan pemeriksa,
dimulai dari 2 angka, kemudian 3 angka, dan seterusnya.
b. Memori Baru, jangka pendek :
Sama dengan pemeriksaan orientasi.
c. Kemampuan mempelajari hal baru :
Minta pasien menghafal 4 kata yang tidak berhubungan yang diucapkan
pemeriksa (cokelat, jujur, mawar, lengan). Selang 20-30 menit kemudian minta
pasien mengulang 4 kata tadi.
d. Memori Visual :
Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5 benda kecil di sekitar
pasien. Selang 5 menit kemudian pasien ditanyai benda apa yang disembunyikan
dan dimana lokasinya.
PEMERIKSAAN KAKU KUDUK
(TANDA RANGSANG MENINGES)
PENGERTIAN
Meningitis merupakan peradangan meninges yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
menular seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Peradangan sering meluas ke korteks serebral.
Tergantung pada organisme penyebab, yang kondisi klien mungkin ringan dan atau dapat dengan
cepat menjadi kritis. Kebanyakan orang dewasa dengan meningitis bakteri, yang paling serius
bentuk meningitis, sembuh tanpa neurologis permanen kerusakan atau disfungsi. Ketika
komplikasi memang terjadi, mereka biasanya serius (Timby, Barbara K; Smith, 2010).
Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meninges, pada hampir semua kasus yang
diidentifikasi oleh jumlah abnormal sel darah putih dalam cairan serebrospinal dan tanda / gejala
klinis tertentu (Putz, Hayani, & Zar, 2013).
Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan pada selaput otak
(meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah), zat kimia (kontras) dan
invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Manifestasi subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku,
fotofobia dll. Yang perlu diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus, yaitu
pada pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak, tetapi tidak ada proses patologis di
daerah selaput otak tersebut melainkan di luar kranium (misalnya mastoiditis)
Adanya penyakit yang menyebabkan iritasi pada meninges akan menyebabkan timbulnya tanda
rangsang meninges. Pemeriksaan tanda rangsang meninges yang diajarkan pada manual ini
antara lain: pemeriksaan kaku kuduk, Kernig’s sign, Brudzinski I, II, III, dan IV (Smeltzer,
Hinkle, Bare, & Cheever, 2010).
Menurut (Smeltzer et al., 2010) proses iritasi meninges yang menimbulkan gambaran
meningismus (kaku kuduk) terjadi akibat refleks spasme otot-otot paravertebral. Posisi medulla
spinalis yang terletak di bagian belakang vertebra membuat medulla
spinalismeregangapabilaterjadigerakanfleksi. Oleh karena batang otak relative terfiksir,
menyebabkan hanya medulla spinalis dan menginges yang inflamasi semakin tertarik keatas.
Regangan maksimal terjadi pada struktur paling bawah dari vertebra, seperti nervus femoralis
dan nervus sciatik yang melalui cauda ekuina. Pada pasien dengan inflamasi dan iritasi
meninges, peregangan pada struktur yang mengalami inflamasi memberikan stimulasi pada
radiks nervus afferent dan kemudian pada pusat refleks intraspinal. Stimulasi ini mengakibatkan
impuls tonik pada muskulus aksialis posterior yang menimbulkan spasme muskulus ekstensor
sebagai mekanisme protektif. Manifestasi klinis dari spasme otot inilah yang disebut kaku kuduk,
oleh karena manuver yang meregangkan elemen neural dan meninges pada canalis spinalis
memberikan mekanisme protektif untuk meminimalisir tekanan pada struktur yang terinflamasi.
Sebagai contoh, spasme otot servikal menimbulkan kaku kuduk, dan spasme otot-otot lumbal
bermanifestasi sebagai Kernig’s sign (Lewis, Sharon, Dirksen, Shannon, Heitkemper, Margaret,
Bucher, Linda, Camera, 2011)
Pemeriksaan meningeal dilakukan melalui beberapa cara yaitu
1. Kaku kuduk
a. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Mintalah pasien berbaring telentang tanpa
bantal.
b. Tempatkan tangan kiri di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, tangan kanan
berada diatas dada pasien.
c. Rotasikan kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk memastikan pasien sedang dalam
keadaan rileks .
d. Tekukkan (fleksikan) kepala pasien secara pasif dan usahakan agar dagu mencapai
dada
e. Melakukan Interpretasi:
(1) Kaku kuduk negatif (normal)
(2) Kaku kuduk positif (abnormal) bila terdapat tahanan atau dagu tidak mencapai
dada.
(3) Meningismus apabila pada saat kepala dirotasikan ke kiri, ke kanan, dan
difleksikan, terdapat tahanan
2. Kernig’s Sign
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90
derajat.
c. Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada persendian lutut sampai membuat
sudut 135 derajat atau lebih.
d. Lakukan Interpretasi:
(1) Kernig’s sign: negatif (=Normal, apabila ektensi lutut mencapai minimal 135
derajat)
(2) Kernig’s sign positif (= Abnormal, yaituapabila tidak dapat mencapai 135 derajat
atau terdapat rasa nyeri.
e. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan interpretasikan hasilnya.
3. Brudzinski I
Tanda Brundzinski digunakan sebagai indikasi meningitis pada anak-anak. Tanda yang
paling terkenal adalah tanda tengkuk-di-leher di mana fleksi leher menghasilkan fleksi
pinggul dan lutut. Ini adalah refleks pelindung untuk melindungi saraf dan jaringan yang
meradang atau teriritasi(Eckerman, 2014). Langkah pemeriksaan brudzinski I
a. Pasien berbaring telentang tanpa bantal kepala. Pemeriksa berada di sebelah kanan
pasien.
b. Letakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada kemudian lakukan
fleksi kepala dengan cepat kearah dada pasien sejauh mungkin.
c. Lakukan Interpretasi :
(1) Brudzinski I negatif (Normal) bila pada saat fleksi kepala, tidak terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut
(2) Brudzinski I positif (abnormal) bila terjadi fleksi involunter kedua tungkai pada
sendi lutut.
4. Brudzinski II
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Fleksikan satu tungkai pada sendi lutut, kemudiansecara pasif lakukan fleksi
maksimal pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalam
kedaan ekstensi (lurus).
c. Lakukan Interpretasi :
(1) Brudzinski II positif (abnormal) bila tungkai yangdalam posisi ekstensi terjadi
fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut.
(2) Brudzinski II negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.
d. Lakukan hal yang sama untuk tungkai yang satunya. Interpretasikan hasil
pemeriksaan Anda
5. Brudzinski III
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Lakukan penekanan padakedua os zygomatikus kiri dan kanandengan menggunakan
ibu jari pemeriksa.
c. Lakukan Interpretasi:
(1) Brudzinski III positif (abnormal) apabila terjadi fleksi involunter kedua
ekstremitas superior pada sendi siku.
(2) Brudzinski III negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa saat penekanan os
zygomaticus.
6. Brudzinski Iv
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Lakukan penekananpada symphysis os pubis dengan tangan kanan pemeriksa.
c. Lakukan Interpretasi:
(1) Brudzinski IV positif (abnrmal) apabila terjadi fleksi involunterkedua tungkai
pada sendi lutut.
(2) Brudzinski IV negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.
PEMERIKSAAN DISFAGIA
Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia
biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan.
Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya
resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan
jalan napas. Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi
dengan kondisi neurologis dan non neurologis (Malagelada et al., 2014).
Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal,
atau esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang
seksama adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik
di tempat tidur harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring.
Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah
diajukan, namun pemeriksaan menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai
pemeriksaan stdanart untuk mendeteksi dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan
saja mampu memperkirakan resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga
membantu dalam menentukan strategi diet dan komplikasi (Malagelada et al., 2014).
EPIDEMIOLOGI
Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan
sebagai neurologis dan non neurologis. meskipun disfagia mencakupbanyak variabel, juga
sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan (Melorose, Perroy, & Careas, 2015).
Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis
daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia
neurologis. Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan
faktor resiko bermakna berkembangnya pneumonia; hal ini dapat juga menunda
pemulihan fungsional pasien.
Pneumonia terjadi pada sekitar 34% dari seluruh kematian terkait stroke dan
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada bulan pertama setelah mengalami
stroke, meskipun tidak seluruh kasus pneumonia berkaitan dengan aspirasi makanan. Oleh
karenanya, deteksi dini dan pengobatan disfagia pada pasien yang telah mengalami strokes
adalah sangat penting.
FISIOLOGI MENELAN
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur
dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan
dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah.
Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola
generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus
dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga
sebagai pola generator pusat (Melorose et al., 2015).
2. Fase Oral
Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan
untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut
ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka
mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus
makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di
bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai.
Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V
(trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal).
Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1
detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin
terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring.
3. Fase Faringeal
Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan
faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan
rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole
terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak
ke tengah, dan epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah
mendorong kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus
kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk
mendorong makanan kebawah.
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan
dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan
menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.
Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah
reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu.
Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX
(glossofaringeal) dan X (vagus).
4. Fase Esophageal
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik.
Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi
sampai bolus makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian
atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.
Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan
volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri. Suatu interval selama 8-20 detik
mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam lambung.
ETIOLOGI
Anamnesa yang lengkap membantu dokter dalam menentukan bermacamp
enyebab dari disfagia. Penyebab yang sering dari disfagia adalah sebagai berikut (Review,
2015):
1. Stroke atau cedera otak traumatik (TBI)
2. Motor neuron disease (amyotrophic lateral sclerosis [ALS])
3. Parkinson disease dan penyakit degeneratif lainnya (apraxia)
4. Poliomyelitis
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Myopathy (dermatomyositis, myotonic dystrophy)
8. Laryngectomy
9. Faringectomy, esophagectomy rekonstruksi dengan penarikan gastric
10. Pembedahan kepala dan leher
11. Collar Cervical, spondilosis cervical
12. Ventilator-dependent patient
13. Pasien tua
14. Cerebral palsy
15. esophageal-faringeal backflow, tracheoesophageal [T-E] fistula, Zenker diverticulum,
reflux
Riwayat Masalah
(Lingkari salah satu) Masalah menjadi semakin : 1. Buruk 2. lebih baik 3. tetap sama
Apa saja perawatan sebelumnya yang telah anda coba untuk menangani masalah ini?
(Lingkari salah satu) Apakah anda mempunyai feeding tube? Ya tidak, Tipe apa?
Apakah anda pernah mendapatkan pengobatan masalah menelan dari dokter patologi
bicara dan Bahasa sebelulmnya? Jika iya diana anda menerima pengobatan tersebut dan
untuk berapa lama?
Apakah anda pernah mendapatkan tes tahanan menelan termodifikasi atau pemeriksaan
endoskopi?
Yang mana dari gejala dibawah ini yang terjadi?_____ Kesulitan menelan (saliva)
______Kesulitan menenlan zat padat_____ Kesulitan menelan Cairan
______Makanan tersangkut di tenggorokan_____ Batuk dan/atau bersihan tenggorokan
______Nyeri selama makan atau menelan secara spontan ______ Yang lainnya ________
Riwayat Sosial
(Lingkari salah satu): menikah tunggal bercerai janda Berapa lama Anda telah menikah,
bercerai atau janda? _______years ______ bulan Apakah Anda tinggal sendiri atau
dengan orang lain? ___________________________________________________
Apakah Anda memiliki anak? _______ Jika demikian, apa yang usia mereka dan mereka
masih di rumah?
________________________________________________________________________
____________
________________________________________________________________________
____________ Apakah ada orang lain tinggal di rumah Anda? Parents____
Grandparents____ Friends____ Other__________ (Lingkari salah satu) Apakah Anda
bekerja di luar rumah? iya nih Tidak
Silahkan menandai salah satu penyakit atau kondisi berikut yang berlaku: _____ cerebral
palsy _____ penyakit Parkinson _____ kanker _____ cedera kepala berkelanjutan _____
Stroke _____ infeksi atau iritasi, termasuk pneumonia _____ lain:
________________________________________________________________________
_
Abdominal Regions
C. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pastikan kenyamanan dan privasi pasien
3. Pastikan posisi yang sesuai untuk pemeriksaan(posisi supin dengan bantalan kecil
disamping lutut) pemeriksa berdiri disebelah kanan klien.
4. Memeriksa batas abdomen
a. Mengidentifikasi batas abdomen
Prosessus xipoideus
Batas costa
Garis tengah abdomen
Umbi likus
Otot rektus abdominalis
Tulang iliaka superior dan anterior
Ligament inguinalis
Simpisis pubis
b. Pemetaan anatomi
Empat region
Kuadran kanan atas (RUL)
Kuadran kanan bawah (RLQ)
Kuadran kiri atas (LUQ)
Kuadran kiri bawah (LLQ)
Sembilan region
Region epigastrium
Region Umbilikal
Region hipogastrik
Region hipokodriaka kanan
Region hipokondriaka kiri
Region lumbal kanan
Region lumbal kiri
Region iliaka kanan
Region iliaka kiri
D. Pemeriksaan fisik abdomen
a. Inspeksi
1. Periksa untuk bekas luka, striae, pola vena, ruam, kontur, simetri, massa,
peristaltik, denyutan, atau adanya perubahan warna. Penggunaan pencahayaan
tangensial dapat membantu ketika mengamati peristalsis dan denyutan.
Tabel 1
Penemuan Abnormal Pada Inspeksi
Penemuan Abnormal Pada Inspeksi (Goolsby & Grubbs, 2006)
b. Auskultasi
Lakukan sebelum palpasi agar bising usus tidak terdengar berubah.Dengarkan
bising sepanjang aorta dan arteri iliac, ginjal, dan femoral.
Tabel 2
Penemuan Abnormal Pada Auskultasi
c. Perkusi
Perkusi untuk bidang tumpul, menunjukkan cairan atau benda padat,
dibandingkan adanya udara.
Tabel 3
Penemuan Abnormal Pada Auskultasi
d. Pal pasi
Palpasi ringan dan dalam diperlukan untuk mendeteksi tumor, atau perubahan
struktur yang ada di bawah lapisan kulit. Jika terjadi perubahan kontur, dan
ditemukan massa, kaji konsistensi, ukuran, bentuk, lokasi, dan beri gambaran.
Tabel 4
Penemuan Abnormal Pada Palpasi
Penemuan Abnormal Pada Palpasi (Goolsby & Grubbs, 2006)
Kondisi Deskripsi Karakteristik
Hepatomegaly Pembesaran hati dapat dideteksi Sirosis teraba membesar, tegas,
dengan perkusi dan / atau palpasi tidak ada nyeri tekan. Hepatitis
dan dapat disebabkan oleh sirosis, dan gagal jantung kanan ditandai
hepatitis, gagal jantung kanan, dengan teraba halus dan lembut.
kista, dan keganasan. Kista mungkin tidak teraba tetapi
akan menghasilkan rasa sakit dan
nyeri pada kuadran kanan atas.
Keganasan biasanya teraba keras
dan tidak teratur pada permukaan
liver.
Gejala lain selain pembesaran
Splenomegaly Penyebab pembesaran limpa limpa, biasanya perasaan cepat
termasuk penyakit infeksi atau kenyang saat makan, limpa
peradangan, seperti friction rub, bising epigastrium
mononukleosis, hepatitis menular, dan limpa, dan cytopenias.
SBE, psittacosis, TB, malaria,
sarkoidosis, amiloidosis, SLE;
penyakit lymphoand dan
mieloproliferatif, seperti limfoma,
leukemia, polisitemia, dan
mielofibrosis; anemia hemolitik
dan hemoglobinopathies; kista
limpa; dan penyakit lain, seperti
Gaucher, Niemann-Pick, dan
penyakit Hand-Schuller-Christian. Denyut lateral yang menonjol
Aneurisma Arteriosclerosis adalah penyebab menunjukkan aneurisma.
Aorta paling umum dari aneurisma aorta.
Penuaan dan merokok merupakan
faktor yang berkontribusi. Trauma,
sifilis; gangguan jaringan ikat,
seperti Marfan; dan riwayat positif
aneurisma juga meningkatkan
kejadian. Muncul rasa sakit, kembung,
Tumor Disebabkan oleh pertumbuhan obstruksi, anoreksia, dan
jinak atau ganas di salah satu perubahan fungsi usus atau
organ perut. saluran pencernaan
Sumber : (Goolsby & Grubbs, 2006)
e. Pemeriksaan rektal
Pemeriksaan colok dubur termasuk dalam pengkajian abdomen, dengan
mencatat setiap perubahan kulit atau lesi di daerah perianal, atau adanya wasir
eksternal.Masukkan jari telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan ke dalam
anus dengan pasien dimiringkan di atas tempat tidur dan perhatikan adanya hemoroid
interna atau celah. Periksa feses untuk mengkaji adanya darah yang samar. Untuk
laki-laki, ujian dubur diperlukan untuk pemeriksaan langsung prostat.
f. Pemeriksaan Khusus
Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki.
Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk
menyentuh lantai sehingga menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu
dan gangguan peritoneal.
Obturator sign
Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut
ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.
Psoas sign
Letakkan tangan di paha pasien tepat di atas lutut dan minta pasien untuk
mengangkat paha melawan tangan pemeriksa. Sehingga memicu kontraksi otot
psoas dan menghasilkan rasa sakit pada pasien dengan apendiks yang meradang.
Murphy’s sign
Nyeri hadir saat inspirasi dalam ketika kandung empedu yang meradang dipalpasi
dengan menekan di bawah tulang rusuk. Positif pada penyakit kolesistitis.
Hepatojugular reflux
Ditimbulkan oleh pencetus, dengan memberi tekanan tangan terus menerus pada
area pertengahan epigastrium sementara pasien bernafas secara teratur. Amati
leher untuk peningkatan tekanan vena jugularis (JVP) saat tangan menekan dan
penurunan tiba-tiba dari JVP ketika tekanan tangan dilepaskan. Refluks
hepatojugular terutama terjadi pada gagal jantung kanan.
“Scratch” test
Merupakan alternatif palpasi/perkusi untuk menentukan ukuran hepar bila
diperlukan. Tes awal dilakukan dengan menempatkan stetoskop di atas hepar,
kemudian garuk ringan abdomen di sisi kanan, menggunakan jari atau batang
depressor. Suara yang terdengar melalui stetoskop akan lebih meningkat di hepar.
Shifting dullness
Dilakukan untuk membedakan ascites. Periksa pergeseran cairan peritoneal ke sisi,
tergantung dengan rolling sisi pasien dan lakukan perkusi. catatan: tes ini sudah
tidak spesifik dan telah digantikan oleh ultrasonografi perut.
DAFTAR PUSTAKA