Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulliah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kesehatan
dan kesempatan yang diberikan shingga tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Lanjut “Sistem Neurosensori : Pemeriksaan fs Luhur, Meningeal dan Disfagia serta
Sistem Digestive : Review Perkusi, Palpasi dan Auskultasi Abdomen” dapat kami susun.

Saat penyusunan tugas kemungkinan kami masih mengalami keterbatasan sumber


literature atau referensi, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat
kami harapkan demi lebih baiknya isi dari paper kami ini.

Semoga bermanfaat, sekian dan terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullan wabarakatuh.

April 2018

Team Penyusun
FUNGSI KORTIKAL LUHUR

PENDAHULUAN
Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab
seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam
keadaan normal merupakan fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai.
Pada referat ini akan dibahas mengenai anatomi, fungsi hemisfer kiri dan kanan,
gejala klinik gangguan lobustertentu.
Fungsi kortikal luhur adalah sifat khas manusia yang meliputi kebudayaan,
Bahasa, memori dan pengertian.

ANATOMI

Fungsi integrative system saraf pusat:


1. Korteks Asosiasi parietotemporooksipital mempunyai fungsi bicara
sensorik, tugas sensorik luhur seperti memilah-milah informasi auditorik
dan visual. Gangguan korteks sensoris dominan / non - dominan
menyebabkan kelainan sensori kortikal berupa gangguan : sensasi postural,
gerakan pasif, lokalisasi akurat raba halus, " twopoints
discrimination", astereognosia," sensory inattentio
2. Korteks asosiasi prefrontal Tugas motorik luhur : strategi gerakan, pola
kontrol tingkahlaku
3. Kortks. Asosiasi limbik : motivasi, aspek emosional-afektif dan perilaku.
kerusakan lobus limbik memberikan efek halusinasi olfaktori seperti pada
bangkitanparsiakomplek.Agresif/kelakuanantisosisal,tidakmampu
untuk menjaga memori baru.
4. Fungsi Neokorteks Setiap area kortikal mempunyai tugas khusus  pst
bicara motorik (Broca) pst bicara sensorik (Wernicke). Brocca dysphasia :
bicara tak lancar, tertahan, pengertian baik. Wernicke dysphasia:
pengertian terganggu, bicara lancar tapi tak bearti,neologisme.

Hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan untuk orang tangan kanan (right
handed). Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap dikiri. Kerusakan hemisfer kiri
akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer kanan terutama
visuospatial. Hemisfer kiri dan kanan lobus temporalis kiri dan kanan adalah
pusat untuk memori. Lesi pada Lobus non - dominan akan menyebabkan
anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia, konstruksional
apraksia sedangkan lesi pada lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right
disorientasi, finger agnosia, akalkuli danagrafia.

DEFENISI
Perasaan somestesia luhur adalah perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif
dan sifat tiga dimensi. Kadang juga digunakan rasa gabungan (combine
sensation). Dalam hal ini komponen kortikal merupakan fungsi dari lobus parietal
yang bertindak untuk menganalisa serta mensitesa tiap macam perasaan,
mengkorelasi serta mengintegrasi impuls, menginterpretasi impuls,
menginterpretasi rangsang dan juga menyaring serta mengambil engram-engram
untuk membantu mengenal impuls tersebut. Jadi yang diutamakan disini ialah
fungsi diskriminatif serta fungsi persepsi. Rasa somestesia luhur meliputi rasa
diskriminasi, barognosia, stereognosia, topostesia (topognosia),grafestesia.
Diskriminasi adalah kemampuan untuk mengetahui bahwa kita ditusuk dengan
dua jarum atau dengan satu jarum pada saat yang sama.
Stereognosia adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan
meraba, tanpa melihat. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengenal
botol, gelas dan kunci hanya dengan meraba tanpa melihat. Bila kemampuan ini
terganggu atau hilang, penderita ini disebut menderita astereognosia atau agnosia
taktil. Astereognosia hanya dapat ditentukan bila rasa ekstereoseptif dan
proprioseptif baik. Jika hal ini terganggu, rangsang atau impuls tidak sampai ke
korteks untuk disadari dan diinterpretasi.
Barognosia adalah kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang, atau
kemampuan membeda-bedakan berat benda. Kemampuan ini akan terganggu bila
rasa proprioseptif, terutama rasa sikap dan rasa gerak tidak sempurna lagi.
Hilangnya kemampuan untuk membedakan berat disebut barognosia.
Grafestesia adalah kemampuan untuk mengenal huruf-huruf atau angka yang
ditulis pada kulit, sedangkan mata tertutup. Hilangnya kemampuan ini disebut
grafanestesia. Jika perasaan eksteroseptif dan proprioseptif baik, sedangkan
penderita tidak mengenal angka yang ditulis, hal ini biasanya menunjukan lesi
dikorteks.

GANGGUAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR.


Aleksia, agrafia, dan akalkulia terjadi oleh karena lesi pada girus angularis kiri
(hemisfer dominan). Sindroma hemisfer dominan terdiri dari Sindroma afasia dan
Sindroma Gerstmann (agnosia jari, disorientasi kiri-kanan, akalkulia dan agrafia)
Sindroma hemisfer non dominan terdiri dari Pengabaian (neglect), Anosognosia,
ketidakmampuan mengenali kelainan neurologik pd tubuhnya yang disebabkan
oleh lesi pd parietotemporal kanan (hemisfer nondominan).

1. Afasia/disfasia adalah kesulitan dalam memahami dan/atau memproduksi


Bahasa yang disebabkan oleh gangguan (kelainan, penyakit) yang melibatkan
hemisfer otak. Jenis afasia pada umumnya ada 2 yaitu afasia Broca atau afasia
motoric atau afasia ekspresif dan afasia Wernicke atau sensori ataureseptif.
Afasia broca atau afasia motoric terjadi akibat adanya lesi di frontal
melibatkan area operculum frontal yang mencakup area brodmann 45 dan 44
dan massa alba frontal dalam (tidak melibatkan korteks motoric bawah dan
massa alba paraventrikuler tengah). hal ini ditandai dengan pasien tidak dapat
berbicara atau sangat sedikit berbicara, dan mengalami kesulitan atau
memerlukan banyak upaya dalam berbicara. Selain itu gramatikanya miskin
(sedikit)bdan menyisipkan atau mengimbuhkan huruf atau bunyi yang salah,
serta terdapat perseverasi. Pasien sadar atas kekurangan dan kelemahannya.
Pemahaman terhadap Bahasa lisan dan tulisan kurang terganggu
dibandingkan dengan kemampuan mengemukakan isis pikiran. Menulis
sering tidak mungkin atau sangat terganggu, baik motoric menulis maupun isi
tulisan. Gambaran klinis afasia broca adalah :
a. Bicara tidak lancer.
b. Tampak sulit memulaibicara.
c. Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang perkalimat)
d. Pengulangan (repetisi)buruk.
e. Kemampuan menamaiburuk.
f. Kesalahanparapasia.
g. Pemahaman lumayan ( namun mengalami kesulitan memahami kalimat
yang sintaktis dankompleks.
h. Gramatika Bahasa kurang, tidakkompleks.
i. Irama kalimat dan irama bicaraterganggu.

afasia Wernicke atau sensori atau reseptif terjadi akibat adanya lesi
ditemporo-parietal dan lesi pada subkortikal yang merusak isthmus temporal
memblokir signal aferen inferior ke korteks temporal. Hal ini ditandai dengan
pasien justru bicara terlalu banyak, cara mengucapkan baikdan irama kalimat
juga baik, namun didapatkan gangguan berat pada memformulasikan dan
menamai sehingga kalimat yang diucapkan tidak memiliki arti. Bahasa lisan
maupun tulisan tidak atau kurang difahami, dan menulis secara motoric
terpelihara, namun isi tulisan tak menentu. Pasien tidak begitu sadar akan
kekurangannya. Gambaran klinisafasia
wernickle adalah :
a. Keluaran afasia yanglancar.
b. Panjang kalimatnormal.
c. Artikulasibaik.
d. Prosodibaik.
e. Anomia (tidak dapatmenamai).
f. Parafasia fonemik dan semantik.
g. Komprehensi auditif dan membaca buruk.
h. Repitisiterganggu.
i. Menulis lancar tapi isinya“kosong”

Kadang dijumpai pasien dengan gangguan yang berat pada semua modalitas
Bahasa. Pasien sama sekali tidak bicara atau hanya bicara sepatah kata atau
frase, yang selalu dilulang-ulang. Dengan artikulasi (pengucapan) dan irama
yang buruk dan tidak bermakna. Hal ini disebut afasia global.
AFASIA SENSORIK=AFASIA WERNICKE
Ketidakmampuan untuk mengerti bahasa :
• Tidak mengerti bahasa ucapan maupun tulisan
• Tidak dapat memberi nama benda
• Tidak bisa membaca dan menulis
• Neologisme (kata-kata baru tapi tidak dimengerti)
• Parafasia (kata-katanya hanya sebagian yang benar)
AFASIA MOTORIK=AFASIA BROCA
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan bahasa :
• Berbicara tidak lancar
• Kesulitan mengeluarkan kata-kata
• Tidak dapat mengulang kata-kata yang didengar
• Tidak dapat memberi nama benda walaupun mengenal benda itu

2. Agnosia adalah gangguan persepsi sensasi, walaupun sensibilitas primernya


normal. Agnosia dapat melibatkan semua jenis sensasi, misalnya visual, rasa raba
dan persepsitubuh.
Sebelum memeriksa adanya agnosia, harus dipastikan bahwa sensibilitas baik.
a. Agnosia visual ialah tidak mampu mengenal objek secara visual, pada hal
penglihatannya adekuat. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh kelainan yang
melibatkan area asosiasi visual otak. Dalam hal ini pasien dapat melihat objeknya,
namun tidak dapat mengenalinya atau menyebutkannamanya.
b. Agnosia jari ialah keadaan pasien yang tidak mampu mengidentifikasi jarinya atau
jari oranglain.
Pasien dengan agnosia jari biasanya mempunya lesi di hemisfer yang dominan.
Lesi di parietal-oksipital mungkin dapat menyebabkan agnosia jari. Bila
didapatkan pula kelainan disfasia, tes ini sulit dilakukan atau sulit dinilai.
c. Agnosia taktil ialah tidak mengakui adanya penyakit atau kelainan, dan
merupakan keadaan tidak mengakui atau tidak menyadari adanya gangguan fungsi
pada sebagian tubuh.
3. Aleksia adalah ketidakmampuan membaca yang sebelumnya ia mampu.
 Akalkulia adalah ketidakmampuan menghitung
 Apraksia adalah ketidakmampuan menjalankan perintah
 Agrafia adalah gangguan pada Bahasa yang dinyatakan dalam penulisan. Jadi
bukan pada bentuk huruf dan tulisan yang buruk.
Pada Sindroma lobus temporalis kiri dan kanan bagian medial) terdiri dari gangguan :
1 Immediate memory adalah memori segera merta merupakan pemanggilan csetelah
rentang-waktu beberapa detik, seperti pada pengulangan deretan angka.
2 Short-term memory adalah memori jangka pendek. Memori baru mengacu pada
kemampuan pasien untuk mengingat kejadian yang baru terjadi, kejadian sehari-
hari dalam interval beberapa menit, jam atau hari.
3 long-term memory adalah memori jangka panjang yaitu kemampuan
mengumpulkan fakta atau kejadian yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya.
4 Gangguan memori disebut amnesia yaitu deficit memori yang relative terbatas
(terisolasi). Amnesia anterograde yaitu ketidakmampuan mempelajari materi baru
setelah jejas otak sedangkan amnesia retrograde berarti amnesia terhadap kejadian
sebelum terjadinya jejas atau insult otak.
GANGGUAN MENTAL.
No Daerah lesi Hemisfer kiri (dominan) Hemisfer kanan (nondominan)

1 Lobus -afasia broca.


frontalis - disprosodi
2 Lobus prefrontal -tidak mampu -neglect
merencanakan dan
keadaansebelahkiri.
melaksanankan kegiatan
-afek yang tumpul ataulabil
yang terdiri dari banyak
-tidakgigih
langkah.
-disinhibisi.
-afasia motoric
-konfabulasi.
transkortikal.
-depresi.
-depresi
3 Lobus -Agrafia -neglect terhadapstimulus
parietal -Akalkulia dari sisikiri
-Agnosia jari -gangguan visuo spasial
-Disorientasi kiri/kanan -disorientasigeografik
-Aleksia -apraksia berpakaian
-Afasia konduksi -tidak gigih
-Afasia anomik
-Apraksia konstruksional
-Gangguan menginterpretasi
pepatah dan persamaan-
perbedaan
-apraksia (ideomotor)
-alpa dan lalai terhadap
stimulus sebelah kanan.

4 Lobus -afasia wernickle -persepsi music


temporal -afasia konduksi Terganggu
Test Untuk Fungsi Kortikal Luhur.
1. Tes bahasa :
- mengulang kata
- menyebut nama benda yg umum
- membaca huruf,kata,kalimat
- menulis nama, alamat, imlah
- bicara spontan
2. Tes visuospasial
- mengenal obyek
- mengkopi gambar geometrik sederhana
- membaca jam
3. Tes praksis
- meniru gerakan
- melakukan gerakan sesuai intruksi
4. Tes memori
- Mengulang angka-angka (minimal 6 digit)
- Mengulang kalimat
- menyebut peristiwa-peristiwa dunia
5. Tes kalkulasi/aritmetik
- penjumlahan ,pengurangan ringkas
- pengurangan 7 dari 100
6. Tes Mini Mental
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
PEMERIKSAAN AFASIA
Prosedur Pemeriksaan Afasia :
a. Kelancaran bicara :
Bicara spontan, lancar tidak tertegun untuk mencari kata yang diinginkan. Minta
pasien menyebutkan nama hewan sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
b. Pemahaman bahasa lisan :
Ajak pasien bercakap-cakap dan nilai pemahamannya terhadap kalimat. Minta
pasien melakukan apa yang kita perintahkan mulai dari yang sederhana sampai
yang sulit.
c. Repetisi :
Mintalah pasien untuk mengulangi apa yang kita ucapkan mulai dari kata hingga
kalimat.
d. Menamai :
Mintalah pasien untuk menyebutkan dengan cepat dan tepat nama objek yang
kita tunjukkan.
e. Membaca
f. Menulis
PEMERIKSAAN APRAKSIA
Prosedur pemeriksaan : minta pasien untuk meniup geretan yang sedang
menyala.
PEMERIKSAAN AGNOSIA
Mengenal barang, binatang, orang dan sebagainya adalah kegiatan psikosensorik
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan itu tersisip juga kemampuan untuk
membayangkan kembali segala perasaan yang telah dialami. Istilah untuk
kemampuan itu adalah gnosia dan hilangnya kemampuan tersebut dikenal sebagai
agnosia.
Prosedur Pemeriksaan Agnosia :
a. Agnosia Visual :
Minta pasien menyebutkan nama objek yang kita perlihatkan padanya.
b. Agnosia Jari :
Minta pasien menutup mata, pemeriksa meraba salah satu jarinya. Suruh pasien
membuka mata dan menunjukkan jari yang tadi diraba pemeriksa. Cara lain :
Pemeriksa menyebutkan nama jari dan suruh pasien menunjukkannya pada
pemeriksa : ”tunjukkan jari manis saya”.
c. Agnosia Taktil :
Minta pasien menutup mata, tempatkan di genggamannya suatu benda, dengan
jalan meraba, suruh pasien menyebutkan nama benda tersebut.

PEMERIKSAAN MEMORI
Prosedur pemeriksaan Memori :
a. Memori Segera :
Minta pasien untuk mengulangi angka-angka yang disebutkan pemeriksa,
dimulai dari 2 angka, kemudian 3 angka, dan seterusnya.
b. Memori Baru, jangka pendek :
Sama dengan pemeriksaan orientasi.
c. Kemampuan mempelajari hal baru :
Minta pasien menghafal 4 kata yang tidak berhubungan yang diucapkan
pemeriksa (cokelat, jujur, mawar, lengan). Selang 20-30 menit kemudian minta
pasien mengulang 4 kata tadi.
d. Memori Visual :
Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5 benda kecil di sekitar
pasien. Selang 5 menit kemudian pasien ditanyai benda apa yang disembunyikan
dan dimana lokasinya.
PEMERIKSAAN KAKU KUDUK
(TANDA RANGSANG MENINGES)

PENGERTIAN
Meningitis merupakan peradangan meninges yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
menular seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Peradangan sering meluas ke korteks serebral.
Tergantung pada organisme penyebab, yang kondisi klien mungkin ringan dan atau dapat dengan
cepat menjadi kritis. Kebanyakan orang dewasa dengan meningitis bakteri, yang paling serius
bentuk meningitis, sembuh tanpa neurologis permanen kerusakan atau disfungsi. Ketika
komplikasi memang terjadi, mereka biasanya serius (Timby, Barbara K; Smith, 2010).
Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meninges, pada hampir semua kasus yang
diidentifikasi oleh jumlah abnormal sel darah putih dalam cairan serebrospinal dan tanda / gejala
klinis tertentu (Putz, Hayani, & Zar, 2013).
Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan pada selaput otak
(meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah), zat kimia (kontras) dan
invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Manifestasi subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku,
fotofobia dll. Yang perlu diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus, yaitu
pada pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak, tetapi tidak ada proses patologis di
daerah selaput otak tersebut melainkan di luar kranium (misalnya mastoiditis)
Adanya penyakit yang menyebabkan iritasi pada meninges akan menyebabkan timbulnya tanda
rangsang meninges. Pemeriksaan tanda rangsang meninges yang diajarkan pada manual ini
antara lain: pemeriksaan kaku kuduk, Kernig’s sign, Brudzinski I, II, III, dan IV (Smeltzer,
Hinkle, Bare, & Cheever, 2010).
Menurut (Smeltzer et al., 2010) proses iritasi meninges yang menimbulkan gambaran
meningismus (kaku kuduk) terjadi akibat refleks spasme otot-otot paravertebral. Posisi medulla
spinalis yang terletak di bagian belakang vertebra membuat medulla
spinalismeregangapabilaterjadigerakanfleksi. Oleh karena batang otak relative terfiksir,
menyebabkan hanya medulla spinalis dan menginges yang inflamasi semakin tertarik keatas.
Regangan maksimal terjadi pada struktur paling bawah dari vertebra, seperti nervus femoralis
dan nervus sciatik yang melalui cauda ekuina. Pada pasien dengan inflamasi dan iritasi
meninges, peregangan pada struktur yang mengalami inflamasi memberikan stimulasi pada
radiks nervus afferent dan kemudian pada pusat refleks intraspinal. Stimulasi ini mengakibatkan
impuls tonik pada muskulus aksialis posterior yang menimbulkan spasme muskulus ekstensor
sebagai mekanisme protektif. Manifestasi klinis dari spasme otot inilah yang disebut kaku kuduk,
oleh karena manuver yang meregangkan elemen neural dan meninges pada canalis spinalis
memberikan mekanisme protektif untuk meminimalisir tekanan pada struktur yang terinflamasi.
Sebagai contoh, spasme otot servikal menimbulkan kaku kuduk, dan spasme otot-otot lumbal
bermanifestasi sebagai Kernig’s sign (Lewis, Sharon, Dirksen, Shannon, Heitkemper, Margaret,
Bucher, Linda, Camera, 2011)
Pemeriksaan meningeal dilakukan melalui beberapa cara yaitu

1. Kaku kuduk
a. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Mintalah pasien berbaring telentang tanpa
bantal.
b. Tempatkan tangan kiri di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, tangan kanan
berada diatas dada pasien.
c. Rotasikan kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk memastikan pasien sedang dalam
keadaan rileks .
d. Tekukkan (fleksikan) kepala pasien secara pasif dan usahakan agar dagu mencapai
dada
e. Melakukan Interpretasi:
(1) Kaku kuduk negatif (normal)
(2) Kaku kuduk positif (abnormal) bila terdapat tahanan atau dagu tidak mencapai
dada.
(3) Meningismus apabila pada saat kepala dirotasikan ke kiri, ke kanan, dan
difleksikan, terdapat tahanan
2. Kernig’s Sign
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90
derajat.
c. Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada persendian lutut sampai membuat
sudut 135 derajat atau lebih.
d. Lakukan Interpretasi:
(1) Kernig’s sign: negatif (=Normal, apabila ektensi lutut mencapai minimal 135
derajat)
(2) Kernig’s sign positif (= Abnormal, yaituapabila tidak dapat mencapai 135 derajat
atau terdapat rasa nyeri.
e. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan interpretasikan hasilnya.
3. Brudzinski I

Tanda Brundzinski digunakan sebagai indikasi meningitis pada anak-anak. Tanda yang
paling terkenal adalah tanda tengkuk-di-leher di mana fleksi leher menghasilkan fleksi
pinggul dan lutut. Ini adalah refleks pelindung untuk melindungi saraf dan jaringan yang
meradang atau teriritasi(Eckerman, 2014). Langkah pemeriksaan brudzinski I
a. Pasien berbaring telentang tanpa bantal kepala. Pemeriksa berada di sebelah kanan
pasien.
b. Letakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada kemudian lakukan
fleksi kepala dengan cepat kearah dada pasien sejauh mungkin.
c. Lakukan Interpretasi :
(1) Brudzinski I negatif (Normal) bila pada saat fleksi kepala, tidak terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut
(2) Brudzinski I positif (abnormal) bila terjadi fleksi involunter kedua tungkai pada
sendi lutut.
4. Brudzinski II
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Fleksikan satu tungkai pada sendi lutut, kemudiansecara pasif lakukan fleksi
maksimal pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalam
kedaan ekstensi (lurus).
c. Lakukan Interpretasi :
(1) Brudzinski II positif (abnormal) bila tungkai yangdalam posisi ekstensi terjadi
fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut.
(2) Brudzinski II negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.
d. Lakukan hal yang sama untuk tungkai yang satunya. Interpretasikan hasil
pemeriksaan Anda
5. Brudzinski III
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Lakukan penekanan padakedua os zygomatikus kiri dan kanandengan menggunakan
ibu jari pemeriksa.
c. Lakukan Interpretasi:
(1) Brudzinski III positif (abnormal) apabila terjadi fleksi involunter kedua
ekstremitas superior pada sendi siku.
(2) Brudzinski III negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa saat penekanan os
zygomaticus.
6. Brudzinski Iv
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Lakukan penekananpada symphysis os pubis dengan tangan kanan pemeriksa.
c. Lakukan Interpretasi:
(1) Brudzinski IV positif (abnrmal) apabila terjadi fleksi involunterkedua tungkai
pada sendi lutut.
(2) Brudzinski IV negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.
PEMERIKSAAN DISFAGIA

Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia
biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan.
Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya
resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan
jalan napas. Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi
dengan kondisi neurologis dan non neurologis (Malagelada et al., 2014).
Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal,
atau esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang
seksama adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik
di tempat tidur harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring.
Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah
diajukan, namun pemeriksaan menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai
pemeriksaan stdanart untuk mendeteksi dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan
saja mampu memperkirakan resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga
membantu dalam menentukan strategi diet dan komplikasi (Malagelada et al., 2014).

EPIDEMIOLOGI
Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan
sebagai neurologis dan non neurologis. meskipun disfagia mencakupbanyak variabel, juga
sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan (Melorose, Perroy, & Careas, 2015).
Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis
daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia
neurologis. Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan
faktor resiko bermakna berkembangnya pneumonia; hal ini dapat juga menunda
pemulihan fungsional pasien.
Pneumonia terjadi pada sekitar 34% dari seluruh kematian terkait stroke dan
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada bulan pertama setelah mengalami
stroke, meskipun tidak seluruh kasus pneumonia berkaitan dengan aspirasi makanan. Oleh
karenanya, deteksi dini dan pengobatan disfagia pada pasien yang telah mengalami strokes
adalah sangat penting.
FISIOLOGI MENELAN
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur
dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan
dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah.
Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola
generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus
dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga
sebagai pola generator pusat (Melorose et al., 2015).

Ada 4 fase menurut (Review, 2015) diantaranya :


1. Tiga Fase Menelan
Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan
dialirkan dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition
normal adalah suatu proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit
kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang
berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki
fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini terganggu oleh kondisi patologis, gejala
spesifik dapat terjadi.

2. Fase Oral
Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan
untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut
ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka
mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus
makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di
bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai.
Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V
(trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal).
Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1
detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin
terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring.
3. Fase Faringeal
Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan
faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan
rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole
terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak
ke tengah, dan epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah
mendorong kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus
kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk
mendorong makanan kebawah.
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan
dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan
menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.
Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah
reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu.
Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX
(glossofaringeal) dan X (vagus).

4. Fase Esophageal
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik.
Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi
sampai bolus makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian
atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.
Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan
volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri. Suatu interval selama 8-20 detik
mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam lambung.
ETIOLOGI
Anamnesa yang lengkap membantu dokter dalam menentukan bermacamp
enyebab dari disfagia. Penyebab yang sering dari disfagia adalah sebagai berikut (Review,
2015):
1. Stroke atau cedera otak traumatik (TBI)
2. Motor neuron disease (amyotrophic lateral sclerosis [ALS])
3. Parkinson disease dan penyakit degeneratif lainnya (apraxia)
4. Poliomyelitis
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Myopathy (dermatomyositis, myotonic dystrophy)
8. Laryngectomy
9. Faringectomy, esophagectomy rekonstruksi dengan penarikan gastric
10. Pembedahan kepala dan leher
11. Collar Cervical, spondilosis cervical
12. Ventilator-dependent patient
13. Pasien tua
14. Cerebral palsy
15. esophageal-faringeal backflow, tracheoesophageal [T-E] fistula, Zenker diverticulum,
reflux

TANDA DAN GEJALA (Review, 2015)


1. Disfagia Oral atau faringeal
a. Batuk atau tersedak saat menelan
b. Kesulitasn pada saat mulai menelan
c. Makanan lengket di kerongkongan
d. Sialorrhea
e. Penurunan berat badan
f. Perubahan pola makan
g. Pneumonia berulang
h. Perubahan suara (wet voice)
i. Regusgitasi Nasal
2. Disfagia Esophageal
a. Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada
b. Regurgitasi Oral atau faringeal
c. Perubahan pola makan
d. Pneumonia rekuren

PEMERIKSAAN FISIK (Melorose et al., 2015)


1. Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal. Pemeriksaan
nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari disfagia orofaringeal.
2. Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan kekuatan
lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral.
3. Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi keamanan
menelan dan kemampuan kompensasinya.
4. Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur yang terlibat
pada menelan.
5. Periksa mukosa dan gigi geligi mulut
6. Periksa reflek muntah.
7. Periksa fungsi pernapasan
8. Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah menelan, amati

pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda 


FORM RIWAYAT DISFAGIA

Nama :_________________________________Umur: _______TTL: ___/____/____

Alamat : ____________________________________Kota/Kode pos :_______________

Gender : _____________ TB : ________BB : ________Tgl hari ini : ________________

Diperiksa Oleh : ______________________________SS#:______-______-_________

Nomor Kontak : ___________________________Alamat Email : ___________________

Riwayat Masalah

Jelaskan secara jelas masalah menelan atau makan.

Sudah berapa lama masalah ini berlangsung?

Siapa yang menyadari masalah ini pertama kali?

(Lingkari salah satu) Masalah menelan/makakan mulai : 1. Tiba-tiba 2.dengan lambat

(Lingkari salah satu) Masalah menjadi semakin : 1. Buruk 2. lebih baik 3. tetap sama

Bagaimana masalah menelan mempengaruhi kehidupan anda?

Apa saja perawatan sebelumnya yang telah anda coba untuk menangani masalah ini?

(Lingkari salah satu) Apakah anda mempunyai feeding tube? Ya tidak, Tipe apa?

Apakah anda pernah mendapatkan pengobatan masalah menelan dari dokter patologi
bicara dan Bahasa sebelulmnya? Jika iya diana anda menerima pengobatan tersebut dan
untuk berapa lama?
Apakah anda pernah mendapatkan tes tahanan menelan termodifikasi atau pemeriksaan
endoskopi?

Yang mana dari gejala dibawah ini yang terjadi?_____ Kesulitan menelan (saliva)
______Kesulitan menenlan zat padat_____ Kesulitan menelan Cairan
______Makanan tersangkut di tenggorokan_____ Batuk dan/atau bersihan tenggorokan
______Nyeri selama makan atau menelan secara spontan ______ Yang lainnya ________

Hanya untuk bayi baru lahir/ anak :

_____ Kesultan mengisap secara reflex _____ Peningkatan BB yang kurang

_____ Menghindari makanan/tekstur tertentu

Riwayat Sosial

(Lingkari salah satu): menikah tunggal bercerai janda Berapa lama Anda telah menikah,
bercerai atau janda? _______years ______ bulan Apakah Anda tinggal sendiri atau
dengan orang lain? ___________________________________________________
Apakah Anda memiliki anak? _______ Jika demikian, apa yang usia mereka dan mereka
masih di rumah?
________________________________________________________________________
____________
________________________________________________________________________
____________ Apakah ada orang lain tinggal di rumah Anda? Parents____
Grandparents____ Friends____ Other__________ (Lingkari salah satu) Apakah Anda
bekerja di luar rumah? iya nih Tidak

Apa jenis pekerjaan yang Anda lakukan? Harap spesifik mungkin.


________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
_____________ (Lingkari salah satu) Apakah pekerjaan pasangan Anda? iya nih Tidak
Jika ya, di mana dan untuk berapa lama?
________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
_____________ (Lingkari salah satu) Apakah Anda terlibat dalam hobi atau kegiatan di
mana Anda berada dalam kontak dengan debu, asap, bahan kimia atau cat? ya Tidak Bila
Anda memiliki banyak stres atau ketegangan, yang membantu atau merawat Anda?
________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
_____________ Bagaimana Anda menghilangkan stres dan ketegangan dalam hidup
Anda?
________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
_____________ Terkait Sejarah Medis (Lingkari salah satu) Apakah Anda atau apakah
Anda pernah merokok? iya nih Tidak Jika ya, untuk berapa lama?
_________________________ Berapa banyak? _________________________ (Lingkari
salah satu) Apakah Anda memiliki alergi? iya nih Tidak Jika ya, jelaskan alergi (s):
________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
_____________ (Lingkari salah satu) Apakah Anda mengambil setiap obat tanpa resep
saat ini? ya Tidak Jika ya, yang mana dan untuk apa?

Silahkan menandai salah satu penyakit atau kondisi berikut yang berlaku: _____ cerebral
palsy _____ penyakit Parkinson _____ kanker _____ cedera kepala berkelanjutan _____
Stroke _____ infeksi atau iritasi, termasuk pneumonia _____ lain:
________________________________________________________________________
_

Sebutkan setiap operasi dan tanggal perkiraan mereka.


________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
_____________
________________________________________________________________________
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN

Pemeriksaan abdomen dimulai dengan inspeksi, diikuti oleh auskultasi,


perkusi, dan palpasi.Auskultasi sebelum perkusi atau palpasi memungkinkan
pemeriksaan untuk mendengarkan abdomen dalam keadaan tidak terganggu.
Selain itu, jika rasa sakit muncul, yang terbaik adalah tidak melakukan palpasi
dan mengumpulkan data lain sebelum menyebabkan ketidaknyamanan pada
pasien (Goolsby & Grubbs, 2006). Ketika melakukan pengkajian pada
abdomen, sering dilakukan pembagian wilayah pemeriksaan menjadi beberapa
kuadran atau regio untuk mempertimbangkan lokasi organ yang mengalami
gangguan (Bickley, 2014).

Abdominal Regions

RUQ Epigastric LUQ


Liver Stomach Spleen
GB Pancreas Pancreas
Tip of Right Kidney Tip of Left Kidney
Diaphragm

Right Lumbar Umbilical Left Lumbar


Uterus
Bowel
Aorta

RLQ Suprapubic LLQ


Appendix Bladder Left Ovary
Right Ovary Uterus Bowel
Bowel

LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK


A. Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Bantal kecil yang diletakkan dibawah lutut
3. Meteran/penggaris
4. Spidol
5. Pulpen
6. Dokmentasi
B. Persiapan pasien dan lingkungan
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

C. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pastikan kenyamanan dan privasi pasien
3. Pastikan posisi yang sesuai untuk pemeriksaan(posisi supin dengan bantalan kecil
disamping lutut) pemeriksa berdiri disebelah kanan klien.
4. Memeriksa batas abdomen
a. Mengidentifikasi batas abdomen
 Prosessus xipoideus
 Batas costa
 Garis tengah abdomen
 Umbi likus
 Otot rektus abdominalis
 Tulang iliaka superior dan anterior
 Ligament inguinalis
 Simpisis pubis
b. Pemetaan anatomi

Empat region
 Kuadran kanan atas (RUL)
 Kuadran kanan bawah (RLQ)
 Kuadran kiri atas (LUQ)
 Kuadran kiri bawah (LLQ)

Sembilan region
 Region epigastrium
 Region Umbilikal
 Region hipogastrik
 Region hipokodriaka kanan
 Region hipokondriaka kiri
 Region lumbal kanan
 Region lumbal kiri
 Region iliaka kanan
 Region iliaka kiri
D. Pemeriksaan fisik abdomen
a. Inspeksi
1. Periksa untuk bekas luka, striae, pola vena, ruam, kontur, simetri, massa,
peristaltik, denyutan, atau adanya perubahan warna. Penggunaan pencahayaan
tangensial dapat membantu ketika mengamati peristalsis dan denyutan.
Tabel 1
Penemuan Abnormal Pada Inspeksi
Penemuan Abnormal Pada Inspeksi (Goolsby & Grubbs, 2006)

Physical Finding Cause


Scars Indikasi post-operasi atau trauma.
Striae Termasuk obesitas, asites, kehamilan, tumor, penyakit
Cushing, dan penggunaan steroid.
Venous Pattern Mungkin terlihat menonjol pada orang berkulit terang atau
karena kongesti sirkulasi vena Portal.
Discoloration Pertimbangkan penyakit kuning, penyakit Addison,
penyakit von Recklinghausen, trauma, ruam atau lesi.
Visible Peristalsis Pada orang dewasa, pertimbangkan obstruksi usus. Pada
bayi baru lahir, peristaltik abdominal atas adalah diagnostik
untuk stenosis pilorus.
Pulsations Denyutan aorta yang terlihat mungkin normal pada tubuh
yang kurus, namun pada orang yang tidak kurus, mungkin
menunjukkan aneurisma aorta.
Distention Untuk perubahan kontur atau simetri, pertimbangkan
distensi abdomen karena gangguan: lemak, cairan, kotoran,
janin, flatus, fibroid, kandung kemih penuh, tumor fatal,
kehamilan palsu.
Sumber : (Goolsby & Grubbs, 2006)

b. Auskultasi
Lakukan sebelum palpasi agar bising usus tidak terdengar berubah.Dengarkan
bising sepanjang aorta dan arteri iliac, ginjal, dan femoral.
Tabel 2
Penemuan Abnormal Pada Auskultasi

Penemuan Abnormal Pada Auskultasi (Goolsby & Grubbs, 2006)


Physical Finding Cause
Bruits Suara mendesir terdengar sepanjang aorta, ginjal, iliaka, dan
arteri femoral, yang menunjukkan penyempitan atau aneurisma.
Pops/Tinkles Suara bernada tinggi menunjukkan cairan usus dan udara di
bawah tekanan, seperti pada obstruksi awal.
Rushes Suara bernada tinggi yang cepat pada saat terjadi kram,
mengindikasikan obstruksi usus.
Borborygmi Mengalami peningkatan, gurgles berkepanjangan terjadi dengan
gastroenteritis, obstruksi usus awal, dan pada saar lapar.
Rubs Suara keras dan kasar yang berbeda dengan respirasi.
Menunjukkan peradangan pada permukaan peritoneal dari organ
akibat tumor, infeksi, atau infark limpa.
Venous Hum Suara dengungan lembut sering terdengar pada sirosis hati yang
disebabkan oleh peningkatan sirkulasi kolateral antara portal
dan sistem vena sistemik.
Succussion Splash Sebuah suara percikan yang dihasilkan oleh gemetar tubuh
ketika ada gas maupun cairan dalam rongga, atau udara bebas di
peritoneum atau thorax.
Penurunan atau tidak Terjadi dengan peritonitis atau ileus paralitik.
ada suara
Sumber : (Goolsby & Grubbs, 2006)

c. Perkusi
Perkusi untuk bidang tumpul, menunjukkan cairan atau benda padat,
dibandingkan adanya udara.
Tabel 3
Penemuan Abnormal Pada Auskultasi

Penemuan Abnormal Pada Auskultasi (Goolsby & Grubbs, 2006)


Most Dense ------------------------------- Least Dense
ToneFlat Dull Resonant Hyperresonant Tympanic
IntensitySoft Medium Loud Very Loud Loud
Pitch High Medium Low Very Low High
Durasi Short Medium Long Very Long Medium
Area Muscle, Bone Liver, Spleen Lung Emphysematous Gastric air
lung bubble
Sumber : (Goolsby & Grubbs, 2006)

d. Pal pasi
Palpasi ringan dan dalam diperlukan untuk mendeteksi tumor, atau perubahan
struktur yang ada di bawah lapisan kulit. Jika terjadi perubahan kontur, dan
ditemukan massa, kaji konsistensi, ukuran, bentuk, lokasi, dan beri gambaran.

Tabel 4
Penemuan Abnormal Pada Palpasi
Penemuan Abnormal Pada Palpasi (Goolsby & Grubbs, 2006)
Kondisi Deskripsi Karakteristik
Hepatomegaly Pembesaran hati dapat dideteksi Sirosis teraba membesar, tegas,
dengan perkusi dan / atau palpasi tidak ada nyeri tekan. Hepatitis
dan dapat disebabkan oleh sirosis, dan gagal jantung kanan ditandai
hepatitis, gagal jantung kanan, dengan teraba halus dan lembut.
kista, dan keganasan. Kista mungkin tidak teraba tetapi
akan menghasilkan rasa sakit dan
nyeri pada kuadran kanan atas.
Keganasan biasanya teraba keras
dan tidak teratur pada permukaan
liver.
Gejala lain selain pembesaran
Splenomegaly Penyebab pembesaran limpa limpa, biasanya perasaan cepat
termasuk penyakit infeksi atau kenyang saat makan, limpa
peradangan, seperti friction rub, bising epigastrium
mononukleosis, hepatitis menular, dan limpa, dan cytopenias.
SBE, psittacosis, TB, malaria,
sarkoidosis, amiloidosis, SLE;
penyakit lymphoand dan
mieloproliferatif, seperti limfoma,
leukemia, polisitemia, dan
mielofibrosis; anemia hemolitik
dan hemoglobinopathies; kista
limpa; dan penyakit lain, seperti
Gaucher, Niemann-Pick, dan
penyakit Hand-Schuller-Christian. Denyut lateral yang menonjol
Aneurisma Arteriosclerosis adalah penyebab menunjukkan aneurisma.
Aorta paling umum dari aneurisma aorta.
Penuaan dan merokok merupakan
faktor yang berkontribusi. Trauma,
sifilis; gangguan jaringan ikat,
seperti Marfan; dan riwayat positif
aneurisma juga meningkatkan
kejadian. Muncul rasa sakit, kembung,
Tumor Disebabkan oleh pertumbuhan obstruksi, anoreksia, dan
jinak atau ganas di salah satu perubahan fungsi usus atau
organ perut. saluran pencernaan
Sumber : (Goolsby & Grubbs, 2006)

e. Pemeriksaan rektal
Pemeriksaan colok dubur termasuk dalam pengkajian abdomen, dengan
mencatat setiap perubahan kulit atau lesi di daerah perianal, atau adanya wasir
eksternal.Masukkan jari telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan ke dalam
anus dengan pasien dimiringkan di atas tempat tidur dan perhatikan adanya hemoroid
interna atau celah. Periksa feses untuk mengkaji adanya darah yang samar. Untuk
laki-laki, ujian dubur diperlukan untuk pemeriksaan langsung prostat.

f. Pemeriksaan Khusus

Rebound tenderness (Nyeri Tekan)


Diperiksa dengan perlahan-lahan menekan bagian atas perut dengan ujung jari,
tahan posisi jari sampai rasa sakit reda atau pasien menyesuaikan dengan
ketidaknyamanan, dan kemudian dengan cepat lepas tekanan. Nyeri tekan
meruapakan tanda peradangan peritoneum, muncul jika pasien mengalami
ketidaknyamanan yang tajam akibat peradangan.

Rovsing’s sign (Tanda Rovsing)


Indikasi appendicitis bila ada nyeri pada kuadran kanan bawah ketika pemeriksa
menekan dalam-dalam pada kuadran kiri bawah dan kemudian dengan cepat
melepaskan tekanan.

Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki.
Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk
menyentuh lantai sehingga menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu
dan gangguan peritoneal.

Obturator sign
Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut
ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.
Psoas sign
Letakkan tangan di paha pasien tepat di atas lutut dan minta pasien untuk
mengangkat paha melawan tangan pemeriksa. Sehingga memicu kontraksi otot
psoas dan menghasilkan rasa sakit pada pasien dengan apendiks yang meradang.

Murphy’s sign
Nyeri hadir saat inspirasi dalam ketika kandung empedu yang meradang dipalpasi
dengan menekan di bawah tulang rusuk. Positif pada penyakit kolesistitis.

Hepatojugular reflux
Ditimbulkan oleh pencetus, dengan memberi tekanan tangan terus menerus pada
area pertengahan epigastrium sementara pasien bernafas secara teratur. Amati
leher untuk peningkatan tekanan vena jugularis (JVP) saat tangan menekan dan
penurunan tiba-tiba dari JVP ketika tekanan tangan dilepaskan. Refluks
hepatojugular terutama terjadi pada gagal jantung kanan.

“Scratch” test
Merupakan alternatif palpasi/perkusi untuk menentukan ukuran hepar bila
diperlukan. Tes awal dilakukan dengan menempatkan stetoskop di atas hepar,
kemudian garuk ringan abdomen di sisi kanan, menggunakan jari atau batang
depressor. Suara yang terdengar melalui stetoskop akan lebih meningkat di hepar.

Shifting dullness
Dilakukan untuk membedakan ascites. Periksa pergeseran cairan peritoneal ke sisi,
tergantung dengan rolling sisi pasien dan lakukan perkusi. catatan: tes ini sudah
tidak spesifik dan telah digantikan oleh ultrasonografi perut.
DAFTAR PUSTAKA

Eckerman, N. P. (2014). Brudzinski’s Sign. In Encyclopedia of the Neurological Sciences


(pp. 564–564). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385157-4.00354-7
Lewis, Sharon, Dirksen, Shannon, Heitkemper, Margaret, Bucher, Linda, Camera, I.
(2011). Assessment and management of clinical problems.
Malagelada, J. R., Bazzoli, F., Boeckxstaens, G. E., De Looze, D., Fried, M., Kahrilas, P.
J., … LeMair, A. (2014). Dysphagia. World Gastroenterology Organisation,
(September), 1–22.
Melorose, J., Perroy, R., & Careas, S. (2015). Dysphagia Rehabilitation Manual.
Statewide Agricultural Land Use Baseline 2015, 1.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Putz, K., Hayani, K., & Zar, F. A. (2013). Meningitis. Primary Care, 40, 707–726.
https://doi.org/10.1016/j.pop.2013.06.001
Review, L. (2015). Screening tools for oropharyngeal dysphagia in stroke Instrumentos
de rastreio para disfagia orofaríngea no acidente vascular encefálico, 20(4), 361–370.
Smeltzer, S. C., Hinkle, J. L., Bare, B. G., & Cheever, K. H. (2010). BRUNNER &
SUDDATH’S Textbook of Medical-Surgical Nursing (Twelfth Ed). Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins.
Sp, L. (2017). Dysphagia : Approach to Assessment and Treatment, 1(1).
Timby, Barbara K; Smith, N. E. (2010). Introductory Medical-Surgical Nuring. ( e
Gentzler, Ed.) (10th ed.). Philadelphia.
Eckerman, N. P. (2014). Brudzinski’s Sign. In Encyclopedia of the Neurological
Sciences (pp. 564–564). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385157-4.00354-7

Lewis, Sharon, Dirksen, Shannon, Heitkemper, Margaret, Bucher, Linda, Camera, I.


(2011). Assessment and management of clinical problems.
Putz, K., Hayani, K., & Zar, F. A. (2013). Meningitis. Primary Care, 40, 707–726.
https://doi.org/10.1016/j.pop.2013.06.001
Smeltzer, S. C., Hinkle, J. L., Bare, B. G., & Cheever, K. H. (2010). BRUNNER &
SUDDATH’S Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Timby, Barbara K; Smith, N. E. (2010). Introductory Medical-Surgical Nuring. ( e
Gentzler, Ed.) (10th ed.). Philadelphia.
Goolsby, M. J., & Grubbs, L. (2006). Advanced Assessment: Interpreting Findings and
Formulating Different Diagnoses. (F. A. D. Company, Ed.). Philadelphia: Company,
F. A. Davis.

Anda mungkin juga menyukai