STEP 1
1. Hemiparesis alternans spastik
Hemiparesis : kelumpuhan otot pada satu sisi
Alternans : kelemahan n.kranial kontra lateral
Spastik : tonus meningkat / tegang
3. Kesadaran E4M6V5
Skala yang digunakan untuk menilai kesadaran pasien
E4 : gerakan mata spontan
M6 : gerakan sesuai perintah
V5 : gerakan baik
Kesimpulan kedasaran pasien komposmentis
STEP 2
1. Apa hubungan makan durian dengan kasus?
2. Interpretasi px. Fisik?
3. Hubungan status gula darah terhadap kasus?
4. Diagnosis sementara & diagnosis banding ?
5. Mengapa keluhan hanya terjadi pada satu sisi?
6. Mengapa terjadi nyeri kepala & pusing berputar?
STEP 3
1. Durian mengandung alcohol yang tinggi, kolesterol, bias juga menimbulkan DM
Durian juga dapat mempengaruhi hipertensi dan DM
2. Gula darah tinggi
Suhu dan nadi normal
Tekanan darah hipertensi
RR normal
Kesadaran komposmentis
3. Pelo, mulut merot ke kanan, terdapat riwayat hipertensi Curiga Stroke karena
pembuluh darah sebelah kiri terganggu / pecah gangguan pada fungsi anggota gerak
tubuh sebelah kanan
Gula darah tinggi thrombosis stroke
DD : Bell Palsy gangguan n.VII
(sudah menjawab soal nomer 4 & 5 juga).
4. Sudah di jelaskan di nomer 3
5. Sudah di jelaskan di nomer 3
6. Efek dari hipertensi
STEP 4
Etiolo
gi
Patofisiolo
Eduka gi &
si Patogenesi
s
Strok
Pemerik e Menisfesta
saan si Klinis
Klinis
Penatal
STEP 5 aksana
Faktor
an Resiko
1. Tanda-tanda stroke
2. Factor resiko stroke
3. Jenis-jenis stroke
4. Patofisiologi stroke
5. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang stroke
6. Penatalaksanaan & kegawatdaruratan stroke
7. Rehabilitas stroke
8. Cara merujuk yang benar
STEP 6
2. Faktor Resiko
Risk Factor of Stroke
Family History and Other Characteristic that Increase Risk for Stroke
Family members share genes, behaviors, lifestyles, and environments that can
influence their health and their risk for disease. Stroke risk can be higher in some families
than in others, and your risk for stroke can increase based on your age, sex, and race or
ethnicity.
When members of a family pass traits from one generation to another through
genes, that process is called heredity. Genetic factors likely play some role in high blood
pressure, stroke, and other related conditions. Several genetic disorders can cause a
stroke, including sickle cell disease. It also is likely that people with a family history of
stroke share common environments and other potential factors that increase their risk.
The risk for stroke can increase even more when heredity combines with unhealthy
lifestyle choices, such as smoking cigarettes and eating an unhealthy diet.
3. Jenis-jenis Stroke
Stroke secara garis besar dibagi menjadi 2 yakni :
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut
hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam ruang
subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling
mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15% perdarahan
intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid.
Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA)
adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
Klasifikasi Stroke Hemoragik :
a. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan
dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang
menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam dura
mater atau karena robeknya araknoid. 18
b. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah keadaan akut dimana
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau perdarahan
yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di daerah kepala
seperti di selaput otak atau bagian bawah otak. PSA menduduki 7-15% dari
seluruh kasus Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). PSA paling
banyakdisebabkan oleh pecahnya aneurisma (50%).
c. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma,
dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior
(batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna).
PIS terutama disebabkan oleh hipertensi (50-68%).
Angka kematian untuk perdarahan intraserebrum hipertensif sangat tinggi,
mendekati 50%. Perdarahan yang terjadi diruang supratentorium (diatas
tentorium cerebeli) memiliki prognosis yang baik apabila volume darah
sedikit. Namun, perdarahan kedalam ruang infratentorium didaerah pons atau
cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya timbul
tekanan pada strukturstruktur vital dibatang otak.
2. Stroke Non- Hemoragik
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
Berdasarkan manifestasi klinis
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24
jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
Berdasarkan kausal :
a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh
tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri
kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang
lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak
bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
4. Patogenesis
Patogenesis Stroke
Stroke hemoragik, mempunyai ciri khas klinisnya, manifestasi klinisnya tersebut
merupakan rentetan proses yang tidak terindikasikan. Darah keluar dari pembuluh darah
ke jaringan otak secara tiba-tiba, ruang subarachnoid maupun ke ruang ventrikel. 2
dekade yang lalu banyak ahli akan segera terjadi penghentian perdarahan akibat reaksi
preses pembekuan. Ternyata perdarahan otak, khususnya intraserebral, didasari oleh
proses yang dinamis dan melibatkan berbagai proses yang sangat kompleks antara lain
terjadinya bertambahnya volume hematomadan inflmasi yang melibatkan seluruh sistem
organ tubuh seiring dengan berjalannya wakktku. Dalam situasi ini diperlukan secara
cepat, tepat dan cermat etiologi serta proses patologis yang mendasarinya.
Stroke iskemia disebabkan oleh tiga mekanisme dasar, yaitu trombosis, emboli
dan penurunan tekanan perfusi. Trombosis merujuk pada penurunan atau oklusi aliran
darah akibat proses oklusi lokal pada pembulul darah. Oklusi aliran darah terjadi karena
siperimposisi perubahan karakteristik dinding pembuluh darah dan pembentukan bekuan.
Patologi vaskular yang enyebabkan ttrombosis antara lain aterosklerosis,
displasiafibrmuskular, arteritis, disesksi pembuluh darah dan perdarahan pada plak
atersklerosis. Patologi vaskular tersering adalah aterosklerosis, dimana terjadi deposisi
material lipid, pertumbuhan jaringan fibrosa dan muskular, dan adesi trombosit yang
mempersempit lumen pembuluh darah. Aterosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah
besar dan kecil, baik ekstra maupun intrakranial. Aterosklerosis pembuluh darah
intrakranial lebih banyak pada ras Asia dibandingkan kaukasia dan sebaliknya.
Aterosklerosis pada pembuluh darah besar dapat menjadi sumber tromboemboli yang
menyebabkan infark luas saat menyumbat cabang utama pembuluh darah intrakranial.
Gambar berikut menampilkan predileksi aterosklerosis pada pembuluh darah yang
mensuplai otak.
Materi yang terbentuk dalam sistem vaskular dapat menyumbat pembuluh darah
yang lebih distal. Bebeda dengan trombosis, blokade emboli tidak disebabkan oleh
patologi pembuluh darah lokal. Material emboli biasanya terbentuk dari jantung, arteri
besar atau vena. Kardioemboli dapat berupa bekuan darah, vegetasi, atau tumor
intrakardiak. Materi emboli lainnya adalah udara, lemak, benda asing, atau sel tumor
yang masuk sirkulasi sistemik.
Penurunan tekanan perfusi serebral biasanya disebabkan penurunan cardiac output
baik yang disebabkan oleh kegagalan pompa jantung atau voume intravaskular yang
inadekuat. Penuruan tekanan perfusi serebral biasanya menyebaban iskemia pada sarea
perbatasan daerah suplai pembuluh darah, yaitu pada perbatasan daerah arteri serebri
anterior, media, dan porsterior. Iskemia pada area perbatasan memberikan gambaran
klinis dan pencitraan yang jelas. Man in the barrel syndrome terjadi pada iskemia antra
daerah arteri serebri anterior dan media, sedangkan sindrom Balint terjadi pada iskemia
antara daerah arteri serebri media dan posterior
2. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (kesadaran)
Eye (4) Verbal (5) Movement (6)
b. Pemeriksaan Fungsi Luhur
1) Afasia (gangguan berbahasa): nilai kelancaran bicara, pemahaman bahasa lisan,
repetisi, kemampuan menamai, membaca, dan menulis, bedakan dengan disartria (pelo)
2) Disartria (gangguan pengucapan kata)
3) Memori: nilai memori segera, memori baru (orientasi tempat, orang, waktu),
kemampuan mepelajari hal baru, memori visual
d. Pemeriksaan Sensoris
1) Raba/tekan menggunakan kapas atau ijuk dari hammer
2) Suhu
3) Tajam-tumpul menggunakan bagian tumpul dan tajam (mirip paku/jarum) dari
hammer
* dilakukan pada kedua ekstremitas superior et inferior dan masing-masing region,
tanyakan terasa atau tidak, tajam/tumpul, dan bandingkan antara kanan dan kiri
e. Pemeriksaan Motorik
1) Kekuatan pasien disuruh mengangkat tangan dan diberi tahanan, bandingan kanan dan
kiri, ada skala 0-5
2) Tonus -- dilakukan dengan menekan ekstremitas yang difleksi/ekstensikan, nilai tahanan
otot hipo/normo/hipertonus (pada stroke biasanya meningkat)
3) Klonus pada stroke biasanya klonus (+), dapat dilakukan pada femur dan kruris
f. Refleks Fisiologis
1) Refleks biceps ketukkan jari pemeriksa yang ditempatkan di tendon m. biceps brachii
dimana posisi lengan pasien semifleksi pada siku (+) fleksi lengan bawah pada siku
2) Refleks triceps ketukkan pada tendon m. triceps di fossa olecranii, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi (+) ekstensi lengan bawah pada siku
3) Refleks patella ketukkan pada tendon patella dengan hammer (+) plantar fleksi
4) Refleks Achilles ketukkan pada tendon Achilles (+) plantar fleksi
g. Refleks Patologis
1) Hoffman-Tromner goresan pada kuku jari tengan pasien (Hoffman) dan sentilan pada
ujung jari tengan pasien (Tromner) (+) fleksi ibu jari, telunjuk, dan jari lainnya
2) Babinski penggoresan plantar pedis bagian lateral dari posterior ke anterior (+)
dorsofleksi ibu jari dan pemekaran jari kaki lainnya
3) Chaddock penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar malleolus lateralis
dari posterior ke anterior (+) dorsofleksi ibu jari dan pemekaran jari kaki lainnya
4) Openheim pengurutan os. tibia dari proksimal ke distal menggunakan jempol dan jari
telunjuk pemeriksa (+) dorsofleksi ibu jari dan pemekaran jari kaki lainnya
5) Gordon penekanan pada otot betis pasien (+) dorsofleksi ibu jari dan pemekaran
jari kaki lainnya
6) Schaefer penekanan pada tendo Achilles pasien (+) dorsofleksi ibu jari dan
pemekaran jari kaki lainnya
7) Rosolimo pengetukan pada telapak kaki di daerah basis jari pasien (+) plantar
fleksi jari-jari kaki nomor 2-5
8) Mendel-Bechterew pengetukan pada daerah dorsum pedis basis jari-jari kaki (+)
plantar fleksi jari-jari kaki nomor 2-5
1. EKG
Melihat kelistrikan jantung untuk melihat ada tidaknya faktor resiko jantung
2. Laboratorium ( kimia darah, fungsi ginjal, hemotologi, hemostasis, gula darah,
urinalisis, analisis gula darah dan elektrolit )
3. MRI
Diperlukan bila pada angiografi tidak ditemukan PSA. MRI juga berguna untuk
mengidentifikasi adannya arterio venosus malformation yg tidak terlihat pada
angiografi
4. CT scan
Gambaran hipodensi/hiperintens di dapatkan pada stroke iskemik dan pada stroke
hemorogik pada T1W1
Rehabilitasi sebenarnya dimulai di rumah sakit sesegera mungkin setelah stroke. Pada pasien yang
stabil, rehabilitasi dapat dimulai dalam waktu dua hari setelah stroke telah terjadi, dan harus
dilanjutkan sebagai diperlukan setelah keluar dari rumah sakit. Lamanya rehabilitasi stroke
tergantung pada tingkat keparahan dan komplikasi stroke. Sementara beberapa penderita stroke dapat
cepat sembuh, sedangkan ada beberapa penderita stroke yang membutuhkan waktu jangka panjang
untuk rehabilitasi stroke, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun, setelah mendapat serangan
stroke.
Menurut WHO, tujuan Rehabilitasi penderita stroke adalah:
Memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang terganggu.
Readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan interpesonal dan aktivitas sosial.
Beberapa latihan yang dapat diberikan kepada pasien stroke sebagai berikut:
1) PROGRAM LATIHAN DI TEMPAT TIDUR
Latihan di tempat tidur dimulai dengan pengaturan posisi baring, yaitu : Penderita diletakkan dalam
posisi melawan pola spastisitas yang akan timbul.
o Pada penderita hemiplegia tampak bahu tertarik ke belakang dan ke bawah, lengan
endorotasi, siku fleksi, lengan bawah pronasi, pergelangan tangan fleksi. Panggul retraksi, paha
endorotasi, pelvis, lutut dan pergelangan kaki ekstensi serta kaki plantar fleksi dan inversi.
Latihan tengkurap
Latihan kneeling
Latihan keseimbangan
Latihan dengan walker atau di parallel bar : Jangan segera dilatih jalan dengan quadripod/tripod,
sebab akan mengembangkan asimetri.
o Penderita menggunakan walker: berdiri tegak, kedua kaki sejajar bahu, kedua lengan lurus,
cegah retraksi panggul, fleksi atau hiperekstensi lutut, eksternal rotasi sendi panggul dan fleksi
siku bagian yang sakit. Gerakkan tubuh ke depan dan ke be- lakang.
o Dimulai dengan posisi yang sama, fleksiekstensikan lutut dengan sendi panggul tetap
ekstensi. Kemudian tungkai yang sakit di belakang, lakukan fleksi-ekstensi lutut dan sendi
panggul ikut bergerak.
5) TERAPI WICARA
Terapi Wicara Adalah bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam:
Membantu pasien untuk berkomunikasi untuk membantu komunikasi misalnya dengan latihan
pengucapan kata (artikulasi) atau komunikasi dengan alat bantu.
Membantu pasien dengan gangguan menelan (disfagia) dengan latihan / maneuver khusus untuk
mempermudah proses menelan.
Faktor apa yang mempengaruhi hasil rehabilitasi stroke
Karena pemulihan stroke bervariasi dari orang ke orang, sulit untuk memprediksi berapa lama
kemampuan pasien untuk pulih dengan cepat. Namun, secara umum, rehabilitasi stroke sukses
tergantung pada:
3. Keterampilan tim rehabilitasi stroke yang melibatkan dokter, perawat rehabilitasi, terapis fisik,
terapis okupasi, pidato dan bahasa patolog, ahli gizi, Psikolog
4. Kerjasama teman-teman dan keluarga - memiliki jaringan dukungan yang baik memiliki efek
besar pada pemulihan pasien
Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai berikut:
Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang ditimbulkan akibat tirah
baring (bedrest ) lama, seperti :
o Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat yang selalu mendapat tekanan
saat tidur)
o Kembali ke pekerjaan (back to work) sehingga diharapkan dapat berperan aktif dalam
kehidupan seperti sedia kala
STEP 7
Daftar Pustaka :
Mulyadi, et al.2007. Waspadai Ancaman Stroke Dan Jantung Koroner. Penerbit Carya
Remadja : Bandung.
Sudomo, et al. 1980. Naskah Lengkap Simposium Stroke. FK Universitas Dipenogoro,
Semarang.
Sugianto, P. 2001. Gangguan Fungsi Luhur Pada Penderita Stroke. Berkala Ilmiah
Kesehatan Fatmawati, Vol.3 No.8
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://www.cdc.gov/stroke/risk_factors.htm
http://emedicine.medscape.com/article/1916852-clinical
http://emedicine.medscape.com/article/1916662-clinical
http://emedicine.medscape.com/article/1159752-overview#a1