Anda di halaman 1dari 27

Definisi

Penyakit alzheimer adalah suatu kondisi otak perlahan mengerut dan mati. Sel-sel
syaraf di otak berhenti bekerja, dan sinyal otak tidak berfungsi dengan baik. (Kelly.
2008)

Penyakit alzheimer adalah demensia kortikal ditandai dengan kehilangan lambat


progresif fungsi kognitif yang biasanya berlangsung selama 8 sampai 12 tahun (antara
5 sampai 20 tahun) yang memuncak dan berakhir dengan kematian. (Agronim. 2004)
Etiologi
Penyebab degenerasi neuron kolinergik pada penyakit
Alzheimer tidak diketahui. Sampai sekarang belum satupun
penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama
mengenai penyebabnya, yaitu :
a. Virus Lambat
b. Proses auto imun
c. Keracunan alumunium
Faktor Terjadinya Alzheimer
 Faktor genetik
 Faktor infeksi
 Faktor lingkungan
 Faktor imunologi
 Faktor trauma
 Faktor neurotransmitter
Faktor resiko
 Umur (diatas 65 th meningkat 2 kali lipat, dan meningkat hingga 50% pada usia
diatas 85 th)
 Riwayat keluarga (keturunan alzheimer meliliki faktor resiko yang lebih besar
dibanding keturunan normal)
 Genetik (abnormalitas pada gen ApolipoproteinE / ApoE )
 Cidera kepala yang berat/ trauma
 Hubungan jantung otak
 Gaya hidup
 Imunologi (penurunan albumin dan alfa protein)
 Neurotransmiter (penurunan serotonin, norepinefrin, Asetilkolin dan peningkatan
MAO-I)
Patogenesis
 Pasien umumnya mengalami atrofi kortikal dan berkurangnya
neuron secara signifikan, terutama saraf kolinergik.
 Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama pada daerah limbik
otak (terlibat dlm emosi) dan korteks (terlibat dlm memori dan
pusat pikiran/advanced reasoning center)
 Terjadi penurunan jumlah enzim kolin asetiltransferase di
korteks serebral dan hippocampus penurunan sintesis
asetilkolin di otak
• Di otaknya juga dijumpai lesi yang disebut senile (amyloid) plaques
dan neurofibrillary tangles, yang terpusat pada daerah yang sama
di mana terjadi defisit kolinergik  plak tsb berisi deposit protein
yang disebut ß-amyloid

􀁺 Amyloid = istilah umum untuk fragment protein yang diproduksi


tubuh secara normal.

􀁺 Beta-amyloid = fragment protein yang terpotong dari suatu protein


yang disebut amyloid precursor protein (APP), yang dikatalisis oleh
β-secretase

􀁺 Pada otak orang sehat, fragmen protein ini akan terdegradasi dan
tereliminasi.
ß-amyloid sendiri juga dijumpai pada geriatri yang normal,
tetapi tidak terkonsentrasi pada cortex atau sistem limbik

􀁺 Pada pasien Alzheimer, fragmen ini terakumulasi


membentuk plak yang keras dan tidak larut

􀁺 ß-amyloid membentuk plak karena berikatan dengan suatu


protein yang disebut apolipoprotein E4 (ApoE4)  menjadi
insoluble  Karena itu, ApoE4 terlibat dalam patofisiologi
Alzheimer disease
Epidemiologi
 Sekitar 4,5 juta orang Amerika memiliki AD.
 Tahun 2050 jumlah pasien AD di atas usia 65 tahun diproyeksikan
menjadi 13,2 juta.
 Sekitar 5% dari kasus, terjadi lebih dini yaitu usia 40.
 AD terjadi dua kali lipat lebih banyak pada perempuan daripada laki-
laki,
 riwayat keluarga yang memiliki AD dapat meningkatkan risiko untuk
mewarisi penyakit hingga empat kali lipat,
 Sekitar 46 juta jiwa yang menderita penyakit Alzheimer di dunia, dan
22 juta jiwa di antaranya berada di Asia,
 Jumlah penderita penyakit Alzheimer di Indonesia pada tahun 2013
mencapai satu juta orang.
Gejala dan manifestasi klinik
 Kognitif
1. Kehilangan memori
2. Disphasia
3. Dispraxia
4. Disorientation
5. Gangguan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah
 Non kognitif
1. Depresi
2. Gejala psikotik
3. Gangguan perilaku
Stage Level
Tahapan Deskripsi
penurunan kognitif menurut GDS
stage 1 Normal Tidak ada perubahan fungsi kognitif
stage 2 Pelupa Mengeluh kehilangan sesuatu atau lupa nama teman, ttp tdk
mempengaruhi pekerjaan dan fungsi sosial. Umumnya mrpk bagian dari
proses penuaan yg normal
stage 3 Early Ada penurunan kognisi yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
confusion kerja. Anomia, kesulitan mengingat kata yang tepat dlm percakapan, dan
sulit mengingat. Pasien mulai sering bingung/anxiety
stage 4 Late Pasien tdk bisa lagi mengatur keuangan atau aktivitas rumahtangga, sulit
confusion mengingat peristiwa yg baru terjadi, mulai meninggalkan tugas yang
(early AD) sulit, tetapi biasanya masih menyangkal punya masalah memori
stage 5 Early Pasien tidak bisa lagi bertahan tanpa bantuan orang lain. Sering terjadi
dementia disorientasi (waktu, tempat), sulit memilih pakaian, lupa kejadian masa
(moderat AD) lalu. Tetapi pasien umumnya masih menyangkal punya masalah , hanya
biasanya jadi curigaan atau mudah depresi
stage 6 Middle Pasien butuh bantuan untuk kegiatan sehari-hari (mandi, berpakaian,
dementia toileting), lupa nama keluarga, sulit menghitung mundur dari angka 10.
(moderat Mulai muncul gejala agitasi, paranoid, dan delusion
severe AD)
stage 7 Late Pasien tidak bisa bicara jelas (mgkn cuma bergumam atau teriak), tidak
dementia bisa jalan, atau makan sendiri. Inkontinensi urin dan feses. Kesadaran
bisa berkurang dan akhirnya koma.
Tahapan Penyakit Alzheimer
1. Ringan (MMSE skor 26-18)
Pasien memiliki kesulitan mengingat peristiwa baru-baru. Kemampuan untuk
mengelola keuangan, menyiapkan makanan, dan melakukan kegiatan rumah
tangga lainnya menurun. Mungkin tersesat saat mengemudi.
2. Moderat (MMSE skor 17-10)
Pasien memerlukan bantuan dengan aktivitas hidup sehari-hari. sering bingung
berkaitan dengan waktu (tanggal, tahun, musim). Ingat untuk peristiwa baru-baru
ini sangat terganggu. Mungkin lupa beberapa detail dari kehidupan masa lalu dan
nama keluarga dan teman. Fungsi dapat berfluktuasi dari hari ke hari. Pasien
umumnya menyangkal masalah. Mungkin curiga atau menangis. Kehilangan
kemampuan untuk mengemudi dengan aman. Agitasi, paranoia, dan delusi yang
umum.
3. Parah (MMSE skor 9-0)
Pasien kehilangan kemampuan untuk berbicara, berjalan, dan memberi makan
diri. Mengompol urin dan feses.Membutuhkan perawatan 24 jam sehari, 7 hari
seminggu ( Diphiro, 7th : hal. 729 ).
Stadium penyakit alzheimer (Yulfran, 2009)
Keadaan pasien Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3

Lama penyakit 1-3 tahun 3-10 tahun 8-12 tahun

Bahasa Disorientasi topografi. fluent aphasia. -


Personalitas indiferens, kadang-kadang indiferens dan mudah marah -
mudah marah
Manifestasi sedih atau beberapa delusi delusi -
pskiatri
System motorik Normal restlessness, pacing limb rigidity and flexion
poeture
EEG Normal slow background rhythm diffusely slow
CT/ MRI Normal normal or ventricular and ventricular and sulcal
suical enlargeent enlargeent
PET/ SPECT bilateral posterior bilateral parietal and frontal bilateral parietal and
hypometabolism/hyperfusio hypometabolism/ hyperfusion fronat lhypometabolism/
n hyperfusion
Intelektual - - severely deteriorated
function
Sphincter control - - urinary and fecal
Diagnosis dan tujuan terapi
 Diagnosis
Diagnosia penyakit alzheimer dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
 diagnosis klinis (berdasarkan pemeriksaan riwayat, pemeriksaan fisik, biokimia,
dan radiologis)
 memeriksa jaringan pada otak (dapat dilakukan biopsy)

Tujuan terapi
Saat ini tidak ada pengobatan kuratif untuk penyakit Alzheimer atau pengobatan
yang diketahui secara langsung dapat membalikkan atau menghentikan proses
patofisiologis dari gangguan tersebut. Tujuan utama dari pengobatan Alzheimer
adalah untuk mempertahankan mempertahankan fungsi kognitif pasien selama
mungkin .Tujuan sekunder adalah untuk mengobati kejiwaan dan perilaku gejala
sisa yang terjadi sebagai akibat dari penyakit.( Joseph T.DiPiro, 2008 :1162)
Sasaran dan Strategi Terapi
Sasaran terapi
 Memperbaiki fungsi fungsi normal pasien
 Mencegah perkembangan penyakit
 Mencegah gangguan / kelakuan yang tidak diinginkan

 Strategi terapi
 Non farmakologi
Terapi non-farmakologi melibatkan pasien, keluarga, atau pengasuh khusus
untuk mensupport, menghadapi dan memahami kondisi pasien
 Farmakologi
Terapi untuk mengatasi gejala penurunan kognisi atau menunda
progresivitas penyakit
 Terapi simptomatik
Tata Laksana Terapi
 Terapi non farmakologi
1. Berhenti merokok
2. Olahraga rutin
3. Minum kopi
4. Makan seledri dan paprika hijau
5. Diet mediterania
6. Mengkonsumsi kunyit
Upaya pencegahan alzheimer
 Menurunkan asupan lemak jenuh dan lemak trans
 Konsumsi makanan kaya vitamin E seperti biji-bijian
 Konsumsi makanan kaya vitamin B12
 Olahraga secara teratur
Lanjutan...
• Terapi farmakologi
1. Farmakoterapi dari gejala kognitif
Terapi ini bertujuan mengatasi gejala penurunan kognisi atau menunda
perkembangan penyakit.
 Obat Golongan Inhibitor Kolinesterase
Tujuan terapi ini adalah meningkatkan neurotransmisi kolinergik di otak. Pada
penyakit Alzheimer dimana terjadi degradasi saraf kolinergik yang di
karakterisasi dengan berkurangnya secara signifikan enzim kolin
asetiltransferase (ChAT) yang mengkatalisis sintesis asetilkolin. Karena itu
salah satu strategi terapinya adalah dengan memberikan penghambat asetilkolin
esterase agar asetilkolin yang disintesis tidak segera terdegradasi.
Kolin dan asetil KoA Asetilkolin Kolin dan asetat

Enzim kolin Enzim


asetiltransferas asetilkolinesterase
e

Di blok oleh obat


gol inhibitor
kolinesterase

Contoh obat : Donepezil, rifastigmine, galantamine.


 Golongan Antagonis Reseptor NMDA (Memantine)
Pada penyakit Alzheimer, salah satu jenis reseptor glutamat, N-metil-D-aspartat
(NMDA), tidak normal. Tampak pula aktivasi berlebih dari glutamat yang tak
teregulasi. Golongan ini bekerja dengan cara menghambat reseptor tersebut
sehingga kenaikan ion kalsium yang menginduksi kaskade sekunder yang
menyebabkan kematian saraf dan peningkatan produksi APP tidak terjadi.

Mekanisme aksinya :
Glutamat lepas dari saraf presinaptik --> berinteraksi denganreseptor non-NMDA
--> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+ berkurang --> Mg2+ lepas -->
glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan kanal Na dan Ca --> Na dan Ca
masuk -->menghasilkan efek seluler (memicu signaling dalam learning dan
memory

Memantine saat ini satu-satunya agen di kelas ini yang disetujui untuk pengobatan
penyakit Alzheimer. Memantin adalah obat yang diminum secara oral untuk
mengobati penyakit Alzheimer taraf sedang hingga berat. Obat ini diawali dengan
dosis rendah 5 mg setiap minggu dilakukan selama 3 minggu untuk mencapai
dosis optimal 20 mg/hari (Chisholm-burns et al, 2008 ; Dipiro, 2008 : 1166).
 Golongan Obat Nonkonvensional
Terdapat 5 golongan, yaitu :
 Esterogen

Hormon estrogen dapat merangsang otak, sebab reseptor-


reseptor estrogen ditemukan di tempat-tempat tertentu di otak. Dengan
demikian otak merupakan jaringan target atau dapat dinamakan organ
sasaran estrogen. (McEwen, 1980,Arpels 1996). Apabila estrogen otak
turun di bawah batas minimal keperluan otak, maka akan menyebabkan
disfungsi otak, dan dapat sampai menuju ke timbulnya penyakit
Alzheimer dan mengurangnya memori ataupun persepsi dan kognitif
.(Backstrom, 1995, Paganini & Handerson, 1996).
 Agen antiradang

Mekanisme aksi yang lain ialah dengan cara meredam radikal


bebas. Salisilat misalnya, dapat mengangkat radikal hidroksil.(Rich et
al, 1995).Inflamasi pada AD, pada awalnya relatif lemah dan
terlokalisir. Sampai sekarang, setidak-tidaknya ada 14 studi klinis, yang
hasilnya member harapan tentang kemampuan obat antiinflamasi yang
dapat memperlambat dan menunda awitan. (Wibowo,S, 2001:81)
Contoh obat : indometasin, salisilat.
• Lipid-lowering agent
Kepentingan dalam efek proteksi yang potensial
pada pasien AD adalah agen penurun lipid (Lipid-Lowering
Agents), khususnya 3- hidroksi- 3- methylglutaryl- koenzim
A reduktase inhibitor. Simvastatin telah dipelajari dalam
satu percobaan klinis menunjukan penurunan βAP pada
pasien dengan AD yang ringan, tetapi tidak pada pasien
dengan tingkat penyakit yang parah.

•Antioksidan
•gingkobiloba
2. Farmakoterapi Gejala non kognitif
 Inhibitor kolinesterase dan memantine
Perawatan ini dalam jangka pendek dapat memberikan perbaikan dan mungkin
memperlambat perkembangan dan progress dari gejala penyakit. Inhibitor
Kolinesterase dan memantine dapat dianggap sebagai terapi lini pertama dalam
pengobatan awal gejala perilaku pada pasien AD (Dipiro et al, 2008).
Contoh obat : Donepezil, rifastigmine, galantamine, memantine

 Antipsikosis
Antipsikotik secara tradisional telah digunakan untuk mengobati gangguan perilaku
dan psikosis pada pasien Adserta juga banyak digunakan dalam pengelolaan gejala
neuropsikiatri pada pasien AD. Berdasarkan meta-analisis terakhir, hanya 17% sampai
18% dari pasien demensia menunjukan respon dari pengobatan atipikal antipsikotik.
Contoh obat : Risperidon, olanzapine, quetiapine.

 Antidepresan
Contoh obat : sertraline, citalopram, fluoxetine, dan paroxetine
 Terapi Lainnya
Karena antipsikotik dan terapi antidepresan telah menunjukan
efikasi moderat dan hanya menimbulkan resiko efek samping
yang tidak diinginkan, obat-obat lainnya dapat digunakan untuk
mengobati perilaku mengganggu dan agresi pada gangguan
kejiwaan dan neurologis lainnya telah diusulkan sebagai
pengobatan alternatif yang potensial. Alternatif tersebut adalah
benzodiazepin, buspirone, selegiline, karbamazepin, dan asam
valproat. Oxazepam khususnya, telah digunakan untuk
mengobati kecemasan, agitasi, dan agresi.

Anda mungkin juga menyukai