Anda di halaman 1dari 22

Assalamu'alaikum Wr.

Wb
Dewi Damayanti Abdul Karim , S.Farm.,M.S.Farm
1.. Putri Kholifah (210106031)

Kelompok 1A 2. Hazbalah Asyifa (210106010)

3. Anggi Putri Rahayu (210106028) Pj Presentasi


4. Irsyad Restu Sabil (210106036)
5. Ahmad Zul Khoiri (210106037)

6. Mona Lavenia (210106003)


7. Noviana Nurlaili (210106009)
8. Alya Zahra (210106022) Pj Materi
9. Mela Kurniasari (210106019)
10. Lintang Sevira (210106032)
11. Annies Surya Utami (210106021)
Kelompok 1A 12. Anggun Fitria ( 210106030)

13. Resa Mariska (210106020) Pj Ppt


14. Firli Afrinda (210106029)
15. Kharisma Damayanti (210106043)

16. Andika Wahyu Saputra (210106041)


17. Incik Erick fhatirisq (210106018)
18.Sinta W ati dewi (210106007) Pj Pertanyaan
19. Tri Arifah (21010627)
20. Firia Usnadila (210106025)
• Inflamasi

Inflamasi adalah suatu respon protektif setempat yang


ditimbulkan oleh kerusakan pada jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak,
atau zat mikrobiologik. Tanda terjadinya inflamasi adalah
pembengkakan/edema, kemerahan, panas, nyeri, dan
perubahan fungsi.
Tahap-tahap terjadinya Inflamasi

1. Inflamasi terjadi ketika kulit mengalami cedera atau luka maka bakteri akan mneginfeksi jaringan terbuka
tersebut
2. Senyawa kimia kemudian dilepaskan karena terjadi kerusakan jaringan
3. Kapiler darah menjadi lebih permeabel
4. Terjadi peningkatan yang menyebabkan protein dan cairan dalam pemnbuluh darah masuk ke jaringan
sehingga menimbulkan pembengkakan, kulit menjadi kemerahan, dan rasa sakit
5. Fagosit (makrofag dan neutrofil) yaitu menghancurkan atau memakan bakteri dan sel-sel yang rusak
6. Makrofag merupakan fagosit berukuran besar yang mampu menelan ratusan patogen dan tetap bertahan
7. Neutrofil merupakan salah satu tipe sel darah putih, berfungsi untuk melawan mikroba yang menyerang
tubuh
8. Neutrofil tiba di tempat yang terinfeksi dan mulai memakan sel-sel bakteri, sehingga terjadinya pembekuan
darah dan jaringan kembali menjadi sehat
AIS ( Anti Inflamasi Steroid)
Definisi Anti Inflamasi Steroid
• Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat
yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan.
Radang atau inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan
yang mencakup luka-luka fisik, infeksi, panas dan interaksi antigen-
antibodi (Houglum, 2005).

• Obat ini merupakan anti inflamasi yang sangat kuat. Karena obat-obat ini
menghambat enzim phospholipase A2, sehinggga tidak terbentuk asam
arakidonat. Asam arakidonat tidak terbentuk berarti prostaglandin juga
tidak akan terbentuk. Namun obat inflamasi golongan ini tidak boleh
digunakan secara sembarangan.
Perbedaan steroid dan non steroid
• Perbedaan yang pertama adalah tujuan digunakannya.
• Pada jenis steroid cenderung lebih untuk mencegah respon nyeri pada tubuh sehingga cocok
untuk jenis trauma berat. Pada jenis non steroid sifatnya leboh dangkal dan cocok untuk jenis
luka dan trauma lebih ringan.

• Perbedaan kedua adalah mekanisme kerjanya.


• Mekanisme kerja non steroid fokus pada penghambatan isoenzim COX-1 atau cyclooksigenase-
1 dan COX-2 atau cyclooksigenase-2. Enzim ini berperan dalam mendorong proses pembentukan
prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat.

• Prostaglandin merupakan molekul penting dalam proses mengantar pesan trauma menuju sensor
otak dan saraf pada proses inflamasi(radang).

• NSAID dapat meredakan rasa nyeri atau menjadi fungsi analgetik. Obat anti inflamasi non
steroid juga dapat bekerja sebagai antipiretik (menurunkan suhu tubuh)
Mekanisme kerja Inflamasi

• Respon peradangan dimulai oleh antigen seperti virus, bakteri, protozoa, atau fungi. Kerusakan sel
yang menyertai peradangan menyebabkan pelepasan enzim lisosom dan leukosit melalui kerja atas
membran sel, kemudian asam arakidonat dilepaskan dari senyawa prekursor oleh fosfolipase. Asam
arakidonat akan bebas dan diaktifkan oleh beberapa enzim yaitu siklooksigenase dan lipooksigenase.
Enzim terseebut merubah asam arakidonat menjadi bentuk yang tidak stabil yang selanjutnya di
metabolisme menjadi leukotrin, prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan.

• Dimana leukotrin dan prostaglandin ini bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan.
Definisi Steroid

Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia
tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.
Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal
tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid.
Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Glukortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan
mineralkortikoid memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang
utama adalah kortisol dan hidrokortison, sedangkan mineralkortikoid utama
adalah aldosteron.
Pengertian Kortikosteroid

• Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon


steroid yang dihasilkan dibagian korteks kelenjar
adrenal sebagai tanggapan atas hormon
adrenokortikotropik (ACTH). Yang dilepaskan
oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II.
Senyawa Stroid

Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia
tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.
Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal
tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid.
Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Glukortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan
mineralkortikoid memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang
utama adalah kortiGlukokortikoidsol dan hidrokortison, sedangkan
mineralkortikoid utama adalah aldosteron.
Glukokortikoid
Glukokortikoid (bahasa Inggris: Glucocorticoids, GC) adalah golongan hormon steroid yang
memberikan pengaruh terhadap metabolisme nutrisi.[1] Penamaan glukokortikoid (glukosa +
korteks + steroid) menunjukkan keberadaan golongan ini sebagai regulator glukosa yang
disintensis pada korteks adrenal dan mempunyai yang dibangun steroid.

Hormon golongan GC mengaktivasi konversi protein diwujudkan menjadi glukosa melalui


lintasan gluconeogenesis di dalam hati dan menstimulasi konversi lebih lanjut diwujudkan
menjadi glikogen. Peningkatan senyawa nitrogen pada urin yang terjadi sesudah
peningkatan glukokortikoid merupakan dampak dari mobilisasi asam amino dari protein yang
mengalami reaksi proteolitik dan acinya senyawa karbon yang terjadi sepanjang lintasan
glukoneogenesis.
Sedangkan pada metabolisme lipid, glukokortikoid memberikan 2 efek regulasi. Efek yang
pertama adalah redistribusi senyawa lipid dan yang kedua adalah aktivasi senyawa lipolitik.
Dosis tinggi GC seperti yang terjadi pada hiperkortisisme akan mengakibatkan senyawa lipid
berkampanye menuju upper trunk dan wajah. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan jumlah
pencerap glukosa yang terdapat pada adiposit. Sel lemak yang memiliki jumlah pencerap
GLUT lebih jumlah, akan merespon kadar GC yang tinggi dengan menurunkan absorpsi
glukosa sehingga tidak terjadi akumulasi trigliserida.
Glukokortikoid

GC juga merupakan hormon steroid dari kelas kortikosteroid, yang memiliki kapasitas untuk membinasakan
limfosit, memperkembangkan timosit dan menginduksi apoptosis sehingga sering digunakan untuk
penanganan peradangan seperti artritis, collagen vascular diseases, radangparu dan asma, beberapa
macam radang hati, beberapa penyakit kulit dan granulomatous diseases, sub-akut tiroiditis dan amiodarone-
associated thyroiditis.

Waktu GC masuk ke dalam sel melalui transporter yang terdapat pada membrane sel sesudah tidak
kekurangan di dalam sitosol, GC akan terikat pada pencerap glukokortikoid yaitu pencerap NR3C1(Bahasa
inggris) : nuclear receptor subfamily 3, group C, member 1; glucocorticoid receptor, GR, GCR) yang
berfungsi sebagai factor transkripsi yang akan mengaktivasi gen yang terdapat di dalam inti sel.
Ikatan yang terjadi selang hormon dan pencerap mengakibatkan protein yang sebelumnya terikat pada
pencerap, seperti protein HSP-90, diwujudkan menjadi bebas. Bebasnya protein tersebut akan
memungkinkan dua pencerap saling mengikat dan membentuk dimer.
Dimer kesudahan masuk ke dalam inti sel melalui pori-pori inti sel dan mengikat ajang tertentu pada deret
DNA yang dinamakan GRE (Bahasa inggris: glucocorticoid response elements). GRE memerankan sebagai
aktivator transkripsi dari gen target.
Mineralokortikoid

Mineralokortikoid merupakan hormon kortikosteroid yang disintesis oleh korteks


adrenal. Mineralokortikoid utama yaitu aldesteron diperlukan untuk pengaturan
garam dan air dalam tubuh.Dengan penyerapan kembali natrium yang ditingkatkan
dengan tindakan pada tubulus distal ginjal Mineralokortikoid digunakan untuk :1.
Mengobati kondisi di mana tubuh tidak memproduksi cukup steroidnya sendiri,
seperti penyakit Addison , dan sindrom adrenogenital kehilangan garam2. Mengatur
keseimbangan elektrolit dan air dengan meningkatkan retensi natrium di ginjal dan
ekskresi kaliumRespon dari aldosteron dimediasi oleh reseptor mineralokortikoid.
Dengan melibatkan pengaturan terhadap transkripsi gen, sebagai cara kerja klasik
untuk reseptor ini. Pada jaringan epitel, beberapa gen terbukti diatur oleh
aldesteronKekurangan aldesteron dapat mematikan dikarenakan elektrolit yang
tidak seimbang sehingga dapat mengakibatkan hipotensi dan gagal
jantung.Sedangkan kelebihan aldosteron dapat meningkatkan kalium plasma
(hiperkalemia) dan rendahnya volume vaskular. Sekresi aldesteron diatur oleh
kalium plasma dan angiotensin II sebagai faktor utamanya.
Mineralokortikoid

Aldosteron sebagai mineralokortikoid utama, sangat diperlukan


untuk mengatur garam dan air di dalam tubuh. Meningkatkan
kembali penyerapan natrium pada tubulus distal ginjalDengan
obat fludrokortison sebagai kortikosteroid dengan
glukokortikoid dan sebagai aktivitas yang sangat kuat untuk
mineralokortikoid. Bekerja dengan meningkatkan reabsorpsi
ion Na dan ekskresi ion K juga hidrogen melalui urin, pada
tubulus distal ginjalObat ini diserap dengan cepat dan juga
sempurna dari saluran gastrointestinal. Tersebar secara luas ke
selurh tubuh, masuk ke dalam ASI dengan protein plasm
aantara 70-80%, pada fraksi globulin. Dan obat ini
bermetabolisme dihati. Pengeluarannya dengan paruh waktu
kisaran ≥3,5 jam
Obat - Obat Kortikosteroid

A. Contoh obat golongan glukokortikoid

Deksametason

1.Indikasi: Anti inflamasi,Imunosupresan


2.Dosis : - Oral , umum 0,5 - 10 mg / hari.Anak anak 10-100 mcg/kg bb/hari
- Injeksi (IM /IV ),dosis awal 0,5 - 24mg ;anak anak 200 - 400 mcg
(pemberian dosis disesuaikan dengan respon dan beratnya penyakit)

3.Mekanisme: - Menghambat penyebaran leukosit


- Menurunkan inflamasi
- Menghambat fosfolipase A2
4.ESO : Mengurangi sekresi kortisol , Insomnia , Peningkatan nafsu makan ,Anoreksia , Gangguan pencernaan Depresi.
5.Farmakokinetik : (A) Absorbsi : di usus dan lambung
(D) Distribusi : berikatan dengan protein dan melalui sawar plasenta
(M) Metabolisme: di hepar oleh enzim CYP3A4
(E) Ekskresi : urin > feses
Obat-obatKortikosteroid

B. Contoh obat golongan mineralkortikoid

Fludrokortison

1.Indikasi: Penanganan penyakit addison sindrom adrenogrnital kongenital dengan kekurangan garam dan
hipotensi ortostatik berat
2.Dosis : >Dosis Dewasa Biasa untuk Penyakit Addison
0,05-0,1 mg oral/24 jam (sekitar 0,1 mg 3 kali seminggu hingga 0,2
mg/hari)
>Dosis Dewasa Biasa untuk Sindrom Adrenogenital
0,1-0,2 mg oral/24 jam.

>Dosis Anak-anak Biasa untuk Penyakit Addison


Bayi: 0,1-0,2 mg oral/24 jam.
Anak: 0,05-0,1 mg oral/24 jam (sekitar 0,1 mg 3 kali seminggu untuk 0,2
mg/hari)

3.Mekanisme: Menjaga tekanan darah rendah tertentu seperti hipotensi postural kronis.
4.ESO : Pembengkakan, peningkatan berat badan yang cepat, merasa sesak napas, Depresi
berat, pikiran atau perilaku yang tidak biasa, kejang”, Masalah tidur (insomnia), perubahan
mood, Jerawat, kulit kering, penipisan kulit, kulit memar atau perubahan warna,
Melambatnya penyembuhan luka, Berkeringat deras, Sakit kepala, pusing, sensasi berputar,
Obat-obatKortikosteroid

5. Interaksi Obat: Bupropion, Itrakonazol.

Menggunakan obat ini dengan salah satu obat-obatan berikut dapat menyebabkan peningkatan
risiko efek samping tertentu, tetapi menggunakan kedua obat mungkin merupakan pengobatan
yang terbaik untuk Anda. Jika kedua obat yang diresepkan bersamaan, dokter Anda dapat
mengubah dosis atau mengatur seberapa sering Anda menggunakan salah satu atau kedua obat.

6. Sediaan: Tablet, Oral: 0,1 mg

7. Farmakokinetik : (A) Absorbsi :Fludrocortisone dapat diserap dengan baik. Bioavailabilitas fludrocortisone adalah
100% sedangkan waktu puncak plasma (peak plasma time) fludrocortisone ≤ 1,7 jam.
(D) Distribusi : dalam plasma dengan berikatan dengan protein. Tingkat pengikatan protein
fludrocortisone tergolong tinggi, yakni sebesar 42%
(M) Metabolisme: terutama di liver, dan sebagian kecil di ginjal.
(E) Ekskresi : urin > feses
(F) Eliminasi: Waktu paruh plasma fludrocortisone adalah selama 3,5 jam sedangkan waktu paruh
biologis fludrocortisone adalah selama 18-36 jam.
Mekanisme kerja obat
Mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase, sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrin.

Berdasarkan mekanisme kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :


1. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam yang termasuk
golongan ini adalah kortikosteroid hidrokortison, kortison, korikosteron,
fludrokortison.
2.Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12-36 jam yaitu,
metilprednisolone, prednisone, prednisolone, dan triamcinolone.
3.Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh > 36 jam adalah parametason,
betametason dan deksametason.
Efek Samping Kortikosteroid
Efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan kortikosteroid adalah:

- Kenaikan berat badan - Moon face, yaitu pembengkakan diwajah sehingga


- Kaki bengkak wajah tampak lebih bulat
- Tekanan darah tinggi - Muncul rambut diwajah
- Hipokalemia - Penipisan kulit
- Sakit kepala - Mudah memar
- Lemah otot - Luka sulit sembuh
- Bufallo hump, yaitu pembengkakan seperti punuk - Katarak
dipunggung atas - Glaukoma
- Siklus menstruasi tidak teratur
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Pertanyaan!
1. Nama : Clarissa Helmavicha
Kelompok : Farmasi D
Pertanyaan : Apakah obat anti inflamasi steroid hanya menghambat enzim phospolipase saja? Jika iya, disebabkan karena apa? Jika tidak enzim apakah
yang akan terhambat oleh obat tersebut?
Jawaban : Obat antiinflamasi steroid tidak hanya menghambat enzim phospholipase 2 saja, melainkan dapat mengganggu perkembangan dari jaringan
otot Dan enzim yang akan terhambat oleh obat ini adalah Enzim cyclooxgenase, karena enzim ini berperan dalam hal memacu pembentukan
prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid

2 . Aulia Dhani Puspa Rizki


Kelompok : Farmasi B
Pertanyaan : bagaimana cara kerja anti inflamasi dalam mengatasi peradangan? Apakah anti-inflamasi bisa memberikan stimulasi pada peradangan
untuk menggantikan radang itu sendiri?
Jawaban : Dalam mengatasi nyeri, NSAID atau OAINS bekerja dengan cara menghambat hormon pemicu peradangan, yaitu hormon prostaglandin.
Dengan berkurang nya peradangan, rasa nyeri juga akan berkurang dan demam akan turun

3. Nama : Etik Purwanti


Kelompok : Farmasi C
NPM : 210106098
Pertanyaan : Dalam dosis dan bentuk sediaan apakah obat dexamethasone tersedia?
Jawaban :
Bentuk : Kaplet, dosis sediaan 0,5mg dan 0,75mg
Tablet , dosis sediaan 0,5mg dan 0,75mg
Injeksi, dosis sediaan 5mg/mL
Sirup, dosis sediaan 60 ml

Anda mungkin juga menyukai