PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflamasi adalah proses yang kompleks, yang sering dikaitkan dengan rasa
sakit dan melibatkan kejadian seperti peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
peningkatan denaturasi protein dan perubahan membran (Leelaprakash & Mohan
Dass, 2011).Inflamasi yaitu keadaan atau proses dimana tubuh menunjukkan
tanda sedang sakit (Aldi, 2016). Inflamasi yaitu terjadinya respon terhadap
rangsangan yang merusak secara kimia, fisika dan biologi. Rangsangan yang
merusak tersebut menyebabkan pecahnya sel mast dan melepaskan mediato-
mediator radang dan enzim lisosom yang berperan pada proses inflamasi
(Harbone, 1997).
Faktor yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian
diikuti oleh inflamasi adalah patogen, iritan kimia (asam dan basa kuat, fenol,
racun) dan iritan fisika (trauma, benda asing, dingin, arus listrik, radiasi).
Inflamasi adalah upaya perlindungan tubuh untuk menghilangkan rangsangan
.merugikan serta memulai proses penyembuhan untuk jaringan (Rizki et al.,
2018). Pada umumnya pengobatan yang dipakai untuk mengatasi terjadinya
inflamasi adalah obat modern dari golongan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) dan steroid yang berguna untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit peradangan. Tetapi obat-obatan ini membawa risiko toksisitas
gastrointestinal, toksisitas jantung dan lainnya untuk penggunaan yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, tumbuhan lebih banyak dipilih sebagai obat
alternatif dan alami untuk pengobatan berbagai penyakit, tetapi masih kurangnya
kebenaran khasiat tumbuhan tersebut secara ilmiah (Madhavi, 2012).
2) Temu Putih
Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberidae
Subfamili : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe
Nama Daerah:
Kunyit putih, temu putih, atau koneng bodas (Dalimartha, 2005).
Morfologi
Bunga majemuk susunan bulir, di ketiak rimpang primer, tangkai
berambut. Daun pelindung berjumlah banyak, hijau atau hijau
dengan garis tepi ungu, seludang bunga dan daun pelindung rata-
rata 3-8 x 3,5-5 cm, bulu daun pelindung berwarna ungu atau
merah muda gelap. Daun kelopak 3, putih atau kekuningan, bagian
tengah merah atau cokelat kemerahan, panjang 3-4 cm. Daun
mahkota 3, putih kekuningan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir
membulat atau bulat telur terbalik, ujung berlekuk 3, kekuningan
dengan pita kuning gelap dibagian tengah, ukuran 14-18 x 14-20
mm. Benang sari 1, tidak sempurna, bulat telur terbalik, kuning
terang. Ukuran 12-16 x 10-115 mm; tangkai benang sari terlipat
membujur, ukuran 3-5 x 2-4 mm, putih kekuningan; kepala sari
putih dengan tali panjang, panjang 6 mm. Buah berambut, rata-rata
2 cm. Daun tunggal, pelepah daun membentuk batang semu,
berwarna hijau dengan pita ungu sepanjang tulang daun, helaian 2-
9 buah, bentuk lanset memanjang, ukuran 25-75 x 7-20 cm, ujung
runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan
bercak cokelat ungu di tulang daun pangkal. Batang semu, warna
cokelat muda sampai cokelat tua, didalamnya putih atau putih
kebiruan, rimpang bulat dan aromatis. Herba setahun, tinggi dapat
lebih dari 2 m. Waktu berbunga Agustus-Mei. (Badan POM RI,
2010).
Kandungan Kimia:
kandungan kimia yang terdapat dalam ektrak temu putih adalah
seskuiterpen, furanoiden, furanodienon, zedoaron, kurzerenon,
kurzeon, germakran, 13-hidroksi germakran, dihidrokurdion,
kurkumenon, zedoarenodiol, kurkumanolida A, B, fenil propanoid:
etilparametoksisinamat, α dan β-turmeron; kurkuminoid:
kurkumin, bisdemetoksi kurkumin; tetrahidrodemetoksi kurkumin,
tetrahidrobisdemetoksi kurkumin; fitosterol: sitosterol dan
stigmasterol; minyak atsiri: epikurzerenon, kurzeren, 1,8-sineol,
simen, α-felandren, β-eudesmol. Selain itu rimpang temu putih
juga mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung dan sedikit
lemak (Dalimartha, 2003). Rimpang temu putih juga dilaporkan
mengandung diarilheptanoid (Park dkk, 2012) dan juga 5
seskuiterpen termasuk isoprocurcumenol, garmakron, curzerenon,
curcumenol dan curcuzedoalid (Jung dkk, 2018).
Penggunaan temu putih di daerah
Penghilang rasa sakit, penawar racun gigitan ular, obat alergi
alami, penghilang rasa sakit, anti mikroba dan anti jamur.
Bukti Temu Putih Digunakan Sebagai Antiinflamasi
Rimpang temu putih mengandung kurkumin, minyak atsiri dan
flaavonoid. Kurkumin telah dilaporkan mempunyai efek anti
inflamasi pada mencit yang diinduksi karagenin. Mekanisme
aktivitas kurkumin sebagai anti inflamasi adalah dengan
menghambat produksi prostaglandin yang dapat diperantarai
melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenasedan
kemampuannya mengikat radikal bebas oksigen yang dapat
menyebabkan proses peradangan (Sudjarwo, 2003)
3) Kelor
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
Nama Daerah:
imaran, kelintang (Jawa), murong (Sumatera), wona marungga,
kelohe,parangge, kewona (Nusa tenggara), rowe, kelo, wori
(Sulawesi),kanele, oewa herelo (Maluku). Diluar negeri dikenal
dengan namadrumstick tree, horseradish tree (Inggris), nugge
(Kannada), la ken (Cina), mungna, saijna, shajna (Hindi) (Depkes
RI,1989).
Morfologi
Kelor (Moringa oleifera L.) tumbuh dalam bentuk pohon,
berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 - 12 m. Batang
berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis,
permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau
miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk,
bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun
gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda,
setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 -
2 cm, lebar 1 - 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul
(obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate),
permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun
(axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem,
menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga,
panjang 20 - 60 cm, buah muda berwarna hijau setelah tua menjadi
cokelat, bentuk biji bulat berwarna coklat kehitaman, berbuah
setelah berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih,
membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji)
maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun
dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl (Anonym, 2005).
Kandungan Kimia
Daun kelor kaya asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida
isoquarsetin, karoten, ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil
analisis nutrien juga melaporkan adanya kandungan senyawa-
senywa berikut: 6,7 mg protein, 1,7 mg lemak (ekstrak eter), 13,4
mg karbohidrat, 0,9 mg serat dan 2,3% bahan mineral: 440 mg
kalsium, 70 mg fosfor, dan besi 7,0 mg/100 g daun. Daun kelor
juga mengandung 11.300 IU karoten (prekursor vitamin A),
vitamin B, 220 mg vitamin C dan 7,4 mg tokoferol /100g daun.
Daun kelor juga mengandung substansi estrogenik dan esterase
pektin. Asam amino esensial yang terdapat dalam protein daun
adalah (/16g daun): 6,0 mg arginin, 2,0 mg metionin, 4,9 mg
treonin, 9,3 mg leusin, 6,3 mg isoleusin dan7,1 mg valin (Singh et
al., 2012).
Penggunaan kelor di daerah
Pada sumatra daun kelor biasanya bermanfaat untuk mengobati
penyakit diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kolesterol serta
bermanfaat untuk mengatasi nyeri haid dan melindungi tubuh dari
paparan racun arsenik
Bukti Kelor Digunakan Sebagai Antiinflamasi
Dari jurnal uji aktivitas antiinflamasi ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) dengan metode stabilisasi membran sel darah merah
secara invitro di dapat hasil daun kelor memiliki aktivitas
antiinflamasi pada dosis 500mg/kgBB tikus putih jantan dengan
metode induksi karagenan (singh dkk, 2012)
4) Sambung Nyawa
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Classsis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Gynura
Spesies : Gynura procumbens (Lour.) Merr.
Nama Daerah
Tanaman ini memiliki nama daerah: sambung nyawa, beluntas cina
(Melayu), daun sambung nyawa (Sumatera), ngokilo, tempuyung
(Jawa) Jombang, lalakina, galibug, lempung, rayana (Sunda)
(Dalimartha, 2005).
Morfologi
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan semak semusim dengan tinggi
sekitar 20-60 cm. Berbatang lunak dengan penampang bulat dan
berwarna ungu kehijauan. Berdaun tunggal, berbentuk bulat telur,
berwarna hijau, tepi daun rata atau agak bergelombang, serta
panjangnya bias mencapai 15 cm dan lebar 7 cm. Daun bertangkai,
letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal meruncing, serta
pertulangan menyirip. Tumbuhan sambung nyawa berakar serabut
dan tidak berbunga (Maryani, 2003).
Kandungan Kimia
Daun tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.)
Merr.) mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen,
polivenol dan minyak atsiri (Sudarto dkk., 1985). Hasil penelitian
lain juga melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa
flavonoid (flavonol dan isoflavon), tanin, saponin, steroid,
triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam
parakumarat, asam p-hidroksi benzoate dan kuersetin (Suganda
dkk, 1988 ).
Penggunaan sambung nyawa di Setiap Daerah
Di indonesia tanaman ini digunakan sebagai anti inflamasi,
antihipertensi, anti hiperpoliferasi, antibakteri, antidiabetes,
antikanker, proteksi organ (Putri &Tjitraresmi 2017)
Bukti sambung nyawa Digunakan Sebagai Antiinflamasi
Jurnal dengan judul “uji efek anti inflamasi ekstrak anti inflamasi
ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.)
Merr.) terhadap kaki tikus putih jantan” Hasil penelitian tersebut
menunjukkan hasil penelitian kelompok kontrol negatif memiliki
persen radang 0 %, kelompok kontrol positif memiliki persen
radang 78,67 %, kelompok dosis 75 mg/kg BB memiliki nilai
persen radang 60,31 %, kelompok dosis 150 mg/kg BB memiliki
nilai persen radang 30,95 %, dan kelompok dosis 300 mg/kg BB
memiliki nilai persen radang 69,94 %. Dari ketiga variasi dosis
ekstrak daun sambung nyawa dapat dilihat yang memiliki persen
radang paling besar adalah dosis 300 mg/kg BB memiliki nilai
persen radang 69,94 % sedangkan persen radang terkecil yaitu
dosis 150 mg/kg BB memiliki nilai persen radang 30,95 %.
Apabila di bandingkan dengan kontrol positif, ketiga variasi dosis
memiliki persen radang lebih kecil, yang artinya ketiga variasi
dosis dapat menurunkan persen radang (Uthia dkk, 2018).
5) Daun Srikaya
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
ordo : Ranunculales
famili : Annonaceae
gennus : Annona
spesies : Annona squamosa L.
Nama daerah
Di Sumatera dinamai sebagai delima bintang, serba bintang,
sarikaya, dan seraikaya. Di Jawa disebut dengan sarikaya, srikaya,
serkaya, surikaya, srikawis, sarkaya, serakaya, dan sirikaja. Di
Kalimantan disebut sebagai sarikaya. Di Nusa Tenggara dinamai
sirkaya, srikaya, garoso, dan ata. Di Sulawesi disebut sebagai atis
soe walanda, srikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya, atau
srikaya. Di Maluku disebut juga sebagai atisi, hirikaya, atau atis.
Morfologi
Kulit pohon tipis berwarna keabu-abuan, getah kulitnya beracun.
Batangnya (pada dahan) coklat muda, bagian dalamnya berwarna
kuning muda dan agak pahit. Pada bagian ranting berwarna coklat
dengan bintik coklat muda, lenti sel kecil, oval, berupa bercak bulat
pada batang.
Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling. Helai daun
berbentuk lonjong hingga jorong menyempit, ujung dan pangkal
runcing, dasar lengkung, tepi rata, panjang 5-17 cm, lebar 2-7,5 cm,
permukaan daun berwarna hijau, bagian bawah hijau kebiruan,
sedikit berambut atau gundul. Rasanya pahit, sedikit dingin.
Tangkai daun 0.4-2,2 cm panjangnya.
Bunganya bergerombol pendek menyamping dengan panjang
sekitar 2.5 cm, sebanyak 2-4 kuntum bunga kuning kehijauan
(berhadapan) pada tangkai kecil panjang berambut dengan panjang
± 2 cm, tumbuh pada ujung tangkai atau ketiak daun. Daun bunga
bagian luar berwarna hijau, ungu pada bagian bawah, membujur,
panjangnya 1.6-2.5 cm, lebar 0,6-0,75 cm. Daun bunga bagian
dalam sedikit kebih kecil atau sama besarnya. Terdapat banyak
serbuk sari, bererombol, putih, panjang kurang dari 1.6 cm, putik
berwarna hijau muda. Tiap putik membentuk semacam kutil,
panjang 1.3-1.9 cm, lebar 0,6-1,3 cm yang tumbuh menjadi
kelompok-kelompok buah. Berbunga dengan bantuan kumbang
nitidula.
Buahnya buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau menyerupai
jantung, permukaan berbenjol-benjol, warna hijau berbintik (serbuk
bunga) putih, penampang 5-10 cm, menggantung pada tangkai
yang cukup tebal. Jika masak, anak buah akan memisahkan diri
satu dengan yang lain, berwarna hijau kebiruan. Daging buah
berwarna putih semikuning, berasa manis. Biji membujur di setiap
karpel, halus, coklat tua hingga hitam, panjang 1,3-1,6 cm. Biji
masak berwarna hitam mengkilap (Syamsuhidayat, 1991).
Kandungan Kimia
Secara umum, tanaman srikaya mengandung
skuamosin, asimicin ,lanuginosin, alkaloid tipe asporfin (anonain)
dan bisbenziltetrahidroisokinolin (retikulin). Pada organ–organ
tumbuhan ditemukan senyawa sianogen. Pulpa buah yang telah
masak ditemukan mengandung sitrulin, asam aminobutirat, ornitin,
dan arginin. Biji mengandung senyawa poliketida dan suatu
senyawa turunan bistetrahidrofuran; asetogenin (skuamostatin C,
D, anonain, anonasin A, anonin 1, IV, VI, VIII, IX, XVI,
skuamostatin A, bulatasin, bulatasinon, skuamon, ncoanonin B, neo
desasetilurarisin, neo retikulasin A, skuamosten A, asmisin,
skuamosin, sanonasin, anonastatin, neoanonin). Juga ditemukan
skuamosisnin A, skuamosin B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N;
skuamostatin B, asam lemak, asam amino dan protein. Komposisi
asam lemak penyusun minyak lemak biji srikaya terdiri dari metil
palmitat, metil stearat, metil linoleat. Daun mengandung alkaloid
tetrahidro isokuinolin, p-hidroksibenzil-6,7-dihidroksi-1,2,3,4-
tetrahidroisokinolin (demetilkoklaurin=higenamin). Bunga
mengandung asam kaur-1,6-ene-1,9-oat diinformasikan sebagai
kornponen aktif bunga srikaya. Akarnya mengandung flavonoid,
borneol, kamfer, terpen, alkaloid anonain, saponin, tanin, dan
polifenol. Kulit kayu mengandung flavonoid, borneol, kamfer,
terpen, dan alkaloid anonain. Buah muda mengandung tanin
(Syamsuhidayat, 1991).
Penggunaan tumbuhan di setiap Daerah
Daerah di Indonesia daun srikaya dapat digunakan sebagai
antioksidan, antidiabetik, hepatoprotektif, aktivitas anti tumor, dan
anti inflamasi ( Barve & pandey, 2011)
Bukti tumbuhan digunakan sebagai antiinflamasi
Jurnal dengan berjudul “uji efektivitas antiinflamasi ekstrak etanol
daun srikaya (Anona squamosa. L) terhadap edema kaki tikus putih
jantan galur wistar” hasil penelitian tersebut menunjukkan Ekstrak
etanol daun Srikaya (Annona squamosa. L) memiliki daya
antiinflamasi pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi
oleh larutan putih telur 5%. Dosis 200mg/kgbb tikus merupakan
dosis efektif yang memiliki daya antiinflamasi sebesar 83,74%.
(Pramitaningastuti, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2010, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta:
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, Dan Produk
Komplemen Badan Pengawasa Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Dalimartha, S,2005. Atlas Tanaman Obat Indonesia, Jilid 3. Cetakan ke-4, 170-
171. Jakarta. Puspa Swara.
Gilman, A.G, Theodore, W.R, Alan, S.N, Palmer, T, 1985, Goodman and
gilman’s, The pharmacological basis of therapeutics, 18 Ed, Vol, II, USA,
McGraw-Hill, 638-669.
Jung, E. B., Trinh, T. A., Lee, T. K., Yamabe, N., Kang, K. S., Song, J.
H.,Hwang, G. S., 2018, Curcuzedoalide contributes to the cytotoxicity of
Curcumazedoaria rhizomes against human gastric cancer AGS cells through
induction ofapoptosis.Journal of Ethnopharmacology, 213, 48–55.
Robbins, Stanley, L, Kumar, Vinay, Cotran, Ramzi S, 2007. Buku Ajar Patologi
Edisi 7 Volume 1, EGC, Jakarta.
Syamsuhidayat, Sri Sugati, and Johnny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat
Suganda, A., Sudiro, I, dan Ganthina. 1988. Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat
Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr). Simposium Penelitian
Tumbuhan Obat III. Jakarta: Universitas Indonesia.
Uthia R, Kardela W, Kardela K B. 2018. uji efek anti inflamasi ekstrak anti
inflamasi ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.)
Merr.) terhadap kaki tikus putih jantan. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 10:25-
32.