Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Disusun Oleh :

Kelompok 10 :
1. Anindianti Sukma 162310101133
2. Nabilatuz Zulfa S. 162310101143
3. Sinta Kholifah M.K 162310101171
4. Bagus Marta R 162310101261

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
MEI, 2018

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MENTAL


ORGANIK

1. LATAR BELAKANG

Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan gangguan
sistemik atau otak.Pada pasien sendiri akan mempengaruhi kemampuan berpikir dan
rasional seseorang. Choca, 1980 mengelompokkan gangguan mental organic menjadi 8
berdasarkan karakteristiknya, yaitu demensia yang meliputi gangguan fungsi intelektual
dan delirium yang meliputi gangguan konsentrasi dan kesadaran.

Di Indonesia sendiri khususnya di daerah Semarang. Jumlah pasien rawat inap di


Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhoutomo Semarang pada tahun 2012 adalah
3821 dengan pasien gangguan mental organik sebanyak 1,25%. Sedangkan menurut
data yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Prof. H. B. Saanin Padang pada tahun 2007,
jumlah kunjungan penderita rawat jalan di poli gangguan mental organik sebanyak
10.812.

Respon kognitif yang maladaptif mempengaruhi seseorang menjadi bingung.


Seseorang menjadi tidak dapat memahami dan belajar dari pengalaman dan tidak dapat
menghubungkan kejadian saat ini dengan masa lalu atau untuk berinteraksi secara wajar.
Respon kognitif maladaptif mengubah cara berpikir seseorang tentang diri mereka
sendiri dan dunia dimana mereka menemukan diri mereka, seperti bagaimana dunia
berpikir dan berhubungan dengan mereka sebagai balasannya.

Gangguan mental ini disebabkan kerusakan pada struktur tertentu pada otak yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi tersebut. Kerusakan pada area otak yang sama,

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 2
tidak selalu mengakibatkan gejala yang sma pula. Makin meluasnya kerusakan otak,
makin luas pula kerusakan pada fungsinya.

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa seperti gangguan
mental organik bersifat unik karena masalah tidak dapat dilihat langsung seperti pada
masalah kesehatan fisik. Pada gangguan mental organik, diagnosis dini dari gejala yang
terjadi memungkinkan gangguan dapat segera diobatik atau dipulihkan dengan
menggunakan pengobatan yang tepat.

2. DEFINISI

Menurut PPDGJ IV gangguan mental organik adalah gangguan mental yang


berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis
sendiri.Menurut Supratiknya, gangguan mental organik adalah jenis gangguan mental
yang timbul karena terjadi kerusakan pada otak yang semula normal.

Gangguan mental organic merupakan gangguan-gangguan yang dikaitkan dengan


disfungsi otak secara temporer atau permanen. Oleh karena itu, gangguan mental
organic disebut juga organic brain syndromes yang dikelompokkan dalam 3 macam,
yaitu desindrom amnesic.(Choca, 1980)

Definisi secara umun dari ketiga kategori gangguan mental organic diantanya
Delirium adalah respon perilaku terhadap gangguan yang tersebar luas di
metabolismeotak serebral. Hal ini harus dipertimbangkan kapan saja terjadi perubahan
akut dalam status mental. Walaupun delirium dapat terjadi pada usia berapa pun, usia
lanjut mungkin merupakan faktor risiko terbesar. Hal ini sering terjadi pada pasien
rawat inap tetapi juga dapat terjadi setelah rawat inap dan dalam banyak kasus mungkin
akibat dari pengobatan atau prosedur medis. (Stuart, 2013)

Delirium menyebabkan gangguan pada:

 Kesadaran —mengurangi kejelasan atau kesadaran terhadap lingkungan


 Perhatian —gangguan kemampuan untuk mengarahkan dan memelihara focus
mental, menghasilkan masalah dengan pemrosesan rangsangan menjadi
informasi

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 3
 Kognisi —gangguan memori baru-baru ini, diorientasi waktu dan orang,
gangguan bahasa
 Persepsi —salah tafsir, ilusi, atau halusinasi
 Kemampuan motorik —keseimbangan yang buruk, ambulasi, atau koordinasi

Sedangkan Demensia adalah kehilangan kemampuan intelektual yang mengganggu


kegiatan sosial atau pekerjaan pasien. Hilangnya kemampuan intelektual meliputi
gangguan memori, penilaian, dan pemikiran abstrak. Pasien dengan dementsa tidak
memiliki kekaburan kesadaran,atau serangan cepat yang terlihat dengan delirium.

Serangan demensia biasanya bertahap. Hal ini mungkin akibat dari penurunan
progresif, atau kondisi bisa menjadi stabil. Perubahan kepribadian sering muncul. Hal
tersebut mungkin muncul sebagai perubahan atau memperkuat karakter seseorang.
Alzheimer disease (AD) adalah tipe demensia yang paling umum dan menyumbang
sekitar 70% kasus penyakit. Namun, AD bukan bagian normal dari penuaan.
(Stuart,2013)

Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh kerusakan atau trauma
otak, penyakit, atau ketidakseimbangan nutrisi. Sehingga terdapat gambaran umum
klien diantaranya (Rathus dan Nevid, 1999), yaitu:
a. Penurunan fungsi intelektual dan memori
b. Gangguan dalam bahasa dan berbicara
c. Disorientasi waktu, ruang, dan orang
d. Gangguan motorik
e. Gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan
f. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
g. Perubahan kepribadian

Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan pemberian obat Anti Demensia


seperti Donepezil dan Rivastigmin bermanfaat untuk menghambat kemunduran fungsi
kognitif pada Demensia ringan sampai sedang, tapi tidak dianjurkan untuk Demensia
berat. Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik dosis
rendah (haloperidol 0,5-1 mg/hari atau Risperidon 0,5-1 mg/hari). Untuk mengatasi
gejala Depresi dapat diberikan Antidepresan (Sertralin 25mg/hari). (Kemenkes, 2015)

Penatalaksanaan medis pada Delirium dapat dilakukan dengan pemberian:


a. Haloperidol mempunyai rekam jejak terpanjang dalam mengobati delirium,
dapat diberikan per oral, IM, atau IV.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 4
b. Dosis Haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM/IV dan dapat diulang setiap 30
menit (maksimal 20 mg/hari).
c. Efek samping parkinsonisme dan akatisia dapat terjadi d. Bila diberikan IV,
dipantau dengan EKG adanya pemanjangan interval QTc dan adanya disritmia
jantung
d. Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan antipsikotika (misalnya, pasien
dengan Syndrom Neuroleptic Malignance) atau bila tidak berespons bisa
ditambahkan benzodiazepin yang tidak mempunyai metabolit aktif, misalnya
lorazepam tablet 1–2 mg per oral. Kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan
pernafasan. (Kemenkes, 2015)
2.1 PERBANDINGAN DELIRIUM, DEPRESI, DAN DEMENSIA

PARAMETER DELIRIUM DEPRESI DEMENSIA

Serangan Cepat (jam ke hari) Cepat (minggu ke Bertahap (tahun)


bulan)

Tindakan Fluktuasi yang luas; Mungkin terbatas Kronis; lambat tapi


mungkin diri atau mungkin terus menerus
terus selama menjadi kronis menurun
berminggu-minggu tanpa
jika penyebabnya pengobatan
tidak ditemukan

Tingkat kesadaran Berfluktuasi dari Normal Normal


hyperalert menjadi
sulit untuk sadar diri

Orientasi Pasien bingung Pasien mungkin Pasien bingung


tampak bingung

Pengaruh Berfluktuasi Sedih, depresi, Labil; apatis di


khawatir, kemudian hari
bersalah

Perhatian Selalu terganggu berkonsentrasi; Mungkin utuh;


pasien dapat pasien mungkin
memeriksa dan fokus pada satu hal
mengecek ulang lama
semua tindakan periode

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 5
Tidur Selalu terganggu Terganggu; Biasanya normal
kelebihan tidur atau
insomnia,
khususnya
bangun pagi

Tingkah laku Gelisah Pasien mungkin Pasien mungkin


lelah, apatis gelisah atau
apatis; mungkin
berkeliaran

Pidato Jarang atau cepat; Datar, jarang, Jarang atau cepat;


pasien mungkin mungkin berulang-ulang;
tidak koheren ledakan; bisa pasien mungkin
dimengerti tidak koheren

Ingatan Gangguan, terutama Bervariasi dari hari Gangguan,


untuk baru-baru ini ke hari; ingatan terutama untuk
acara lambat; baru-baru ini
sering defiit jangka acara
pendek

Pengartian Gangguan penalaran Mungkin tampak Gangguan


terganggu penalaran dan
perhitungan

Konten Pikiran Tidak koheren, Negatif, Tidak teratur,


bingung, hypochondriac, delusional,
delusi, stereotip pikiran tentang paranoid
kematian, paranoid

Persepsi Misinterpretasi, Terdistorsi; pasien Tidak ada


ilusi, mungkin perubahan
halusinasi halusinasi
pendengaran;

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 6
interpretasi negatif
orang dan acara

Pertimbangan Lemah Lemah Lemah ; lemah


secara social dan
tingkah laku

Wawasan Mungkin hadir di Mungkin terganggu Tidak ada


jernih
beberapa saat

Kinerja pada mental Miskin tapi Gangguan memori; Secara konsisten


pemeriksaan status variabel; meningkat perhitungan, miskin;
selama momen menggambar, dan semakin
jernih dan mengikuti memburuk;
dengan pemulihan arah biasanya tidak upaya pasien untuk
terganggu; sering menjawab
“Saya tidak semua pertanyaan
tahu "jawaban

3. PENGKAJIAN
Kasus
Tn. B adalah seorang duda berusia 73 tahun yang telah tinggal di panti jompo
selama 3 tahun. Dia memilih pindah ke panti jompo setelah kematian istrinya meskipun
putranya mendorongnya untuk tinggal bersamanya dan keluarganya. Tn. B mengatakan
bahwa dia tidak ingin membebani keluarganya dan akan lebih bahagia dengan orang
yang seusia dengannya. Dia melakukannya dengan baik pada 18 bulan pertama. Dia
adalah seorang peserta aktif dalam kelompok-kelompok sosial baik di rumah maupun di
gerejanya, yang dia hadiri secara teratur. Dia juga mengunjungi putranya setiap minggu
dan senang melihat cucunya.
Sekitar 18 bulan yang lalu, Tn. B mulai terlihat pelupa, dia akan menanyakan
pertanyaan yang sama beberapa kali dan ketika bersiap-siap untuk ke gereja pada hari
Jumat dan Sabtu. Dia juga menjadi mudah tersinggung dan menuduh putranya tidak
mempedulikannya dan meninggalkannya di “tempat itu”. Tn. B menghabiskan waktu

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 7
berjam-jam mengambil kertas dari mejanya dan mempelajari kertas-kertas itu. Ketika
ditanya apa yang dia lakukan, dia akan berkata “ Menghadiri bisnis saya.”
Dia mulai menghindari diri dari kegiatannya dan membuat alasan untuk
menghindari bermain permainan kartu favoritnya, gin rimmy. Ketika diajak untuk
bermain, dia biasanya akan frustasi karena dia tidak bisa mengingat kartu mana yang
telah dimainkan. Tn. B cukup gelisah kali ini. Dia seperti berorientasi baik, ada waktu
dan menyatakan keprihatinan besar tentang perubahan yang dia alami, bertanya-tanya
apakah dia “menjadi gila.”
Karena perhatian dari staf panti jompo, Tn. B dijadwalkan untuk melakukan
pemeriksaan fisik lengkap oleh dokter keluarganya dan untuk evaluasi psikiatri oleh
konsultan perawat psikiatri geriatrik yang datang ke panti jompo setiap minggu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan bahwa kondisi Tn. B pada umumnya sehat untuk seorang
pria pada usianya. Dia mengalami gangguan pendengaran ringan dengan sedikit
hipertrofi. Hipertensi telah didiagnosis 10 tahun sebelum pemeriksaan ini tetapi
dikontrol dengan baik oleh diuretik. Pemeriksaan neurologis menunjukkan refleks
normal, kekuatan otot normal, sedikit tremor, tanggapan terhadap sensasi normal, saraf
kranial normal, dan tidak ada gangguan gaya berjalan. Hasil elektroensefalografi (EEG)
normal, seperti halnya penelitian laboraturium darah dan urin. Computed tomography
(CT) studi tentang otang menunjukkan beberapa atrofi dan korteks serebral.
Pemeriksaan status mental menunjukkan defisit pada fungsi kognitif yang diamati
oleh staf panti jompo dan putranya. Tn. B berorientasi pada orang dan tempat tetapi
menyatakan tanggal sebagai 6 April 1958 (tanggal yang sebenarnya adalah 21 Januari
2010). Dia juga menyatkan hari itu adalah hari Jumat, dan itu sebenarnya hari Rabu. Dia
benar dalam mengidentifikasi musim saat itu yaitu musim dingin. Tn. B bisa
menyatakan dengan benar tanggal kelahirannya, tanggal kelahiran putranya, dan tahun
dia mulai bekerja di pekerjaan pertamanya.
Dia berbicara Panjang lebar dengan sangat detail tentang keberaniannya sebagai
anak muda. Kosakatanya sangat bagus. Namun, dia tidak bisa mengulangi nama-nama
tiga benda setelah 5 menit dan tidak bisa mengingat apa yang telah dia makan saat
makan siang atau nama belakang teman sekamarnya. Dia menjadi sedih saat mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia tidak dapat mengingat nama dua
presiden paling baru tetapi dia bisa menyebutkan nama-nama kedelapan presiden
sebelumnya.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 8
Penilaian Tn. B agak terganggu. Ketika ditanya apa yang akan dia lakukan jika dia
menemukan stampel, telah dialamatkan, amplop tertutup, katanya dia akan
“membacanya lalu mengirimkannya.” Pemikiran abstraknya konkret. Kesulitan dalam
menafsirkan bahasa. Rentang perhatian dan kemampuan berkonsentrasinya normal.
Koordinasi mata-tangannya terganggu, seperti yang ditunjukkan saat kesulitan dalam
menyalin gambar-gambar sederhana. Tangan tampak tremor ketika dia menggambar dan
menandatangani Namanya.
Emosi Tn. B sesuai dengan konten diskusi baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Dia tampak depresi ketika berbicara tentang kehilang ingatannya tetapi ceria dan
bangga ketika menggambarkan cucu-cucunya. Tidak ada perubahan suasana hati yang
mendadak. Aliran bicaranya pada tingkat dan volume yang normal. Konten bicaranya
logis dan koheren tetapi menjadi terputus ketika dia mencoba mengingat dan
mendeskripsikan kejadian baru-baru ini.
Sebagai hasil dari data yang dikumpulkan dalam pemeriksaan fisik dan status
mental, Tn. B didiagnosis memiliki demensia tidak spesifik. Selama beberapa bulan
berikutnya, kondisinya terus memburuk secara bertahap. Dia menjadi semakin pelupa
dan mulai bingung dan mengarang cerita. Dia menjadi kurang sesuai dengan
normasosial dan perlu diingatkan tentang kebersihan dan pakaian yang sesuai. Dia juga
menggoda penghuni dan staf wanita, membuat pernyataan menggoda saat mencintai
seseorang.
Kunjungan ke rumah putranya menjadi tidak mungkin karena tingkah lakunya
memburuk. Dia mulai bingung dengan identitas keluarganya. Dia akan salah
mengidentifikasikan menantu perempuan sebagai istrinya dan cucunya sebagai
putranya. Pembicaraannya mengenai kehidupan di masa mudanya semakin bertele-tele.
Putranya dan para tenaga kesehatan mulai membahas rencana untuk memindahkannya
ke bantuan program hidup terkait dengan panti jomponya. Karena dikelilingi oleh orang
yang peduli dengannya. Tn. B tetap hidup dengan bermartabat dan hormat meskipun
dia memiliki kemampuan yang terbatas untuk berkomunikasi dan merawat dirinya
sendiri.

3.1 FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stres.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik | 9
a. Biologis meliputi riwayat genetik, status nutrisi, status kesehatan secara umum,
sensitivitas biologis atau alergi dan paparan terhadap racun.
Interpretasi pada kasus: Tn. B mengalami gangguan pendengaran ringan dengan
sedikit hipertrofi. Telah didiagnosis hipertensi 10 tahun sebelumnya.
b. Psikologis meliputi intelegensi, keterampilan verbal, moral, kepribadian, konsep
diri, motivasi, pengalaman masa lalu, pertahanan psikologis dan locus of
control.
Interpretasi pada kasus: Tn. B menjadi pelupa, bingung dan mengarang cerita.
Klien menjadi kurang sesuai dengan norma sosial dan perlu diingatkan tentang
kebersihan dan pakaian yang sesuai. Klien juga menggoda penghuni dan staf
wanita.
c. Sosiokultural meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan,
latar belakang budaya, agama, afiliasi politik, peran atau status sosial.
Interpretasi pada kasus: Tn. B adalah seorang duda berusia 73 tahun yang telah
tinggal di panti jompo selama 3 tahun..Klien adalah seorang peserta aktif dalam
kelompok-kelompok sosial baik di rumah maupun di gerejanya

3.2 FAKTOR PRESIPITASI

Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai


tantangan, ancaman atau tuntutan kepada individu sehingga menghasilkan ketegangan
dan stress.

a. Nature meliputi biologis, psikologis dan sosiokultural


Interpretasi pada kasus: DM yang terjadi pada klien karena klien tidak menjaga
pola makannya. Koordinasi mata-tangan Tn. B terganggu. Konten bicaranya
logis dan koheren tetapi menjadi terputus ketika dia mencoba mengingat dan
mendeskripsikan kejadian baru-baru ini.Klien menjadi kurang sesuai dengan
norma sosial.
b. Origin dapat berasal dari lingkungan internal atau eksternal individu.
Interpretasi pada kasus: (internal) klien menjadi sedih saat mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat diingatnya.
c. Time meliputi kapan terjadinya, berapa lama individu terpapar stressor dan
berapa sering mengalami stressor.
Interpretasi pada kasus: Sekitar 18 bulan yang lalu, Tn. B mulai terlihat pelupa
dan menjadi mudah tersinggung.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
10
d. Number jumlah stimulus atau stressor yang dialami oleh individu dalam satu
periode waktu.
Interpretasi pada kasus: klien depresi ketika lupa dengan permainan kartu
kesukaannya

3.3 TANDA DAN GEJALA


Menurut (Stuart, 2013) tanda dan gejala dari demensia adalah sebagai berikut :
1. Disorientasi
2. Hilang ingatan
3. Confabulation (perundingan)
4. Tidur terganggu
5. Perubahan mood atau suasana hati
6. Memburuknya keterampilan social
7. Gelisah
8. Kebingungan
9. Excess disability (kecacatan yang berlebihan)

3.4 SUMBER KOPING

Sumber koping yang dimiliki oleh individu berkaitan dengan financial assets,
problem-solving abilities, social supports, and cultural beliefs. Setelah individu menilai
stressor yang ada, individu akan menggunakan sumber koping yang dimilikinya.
Terkadang individu juga mengalami kebimbangan, apakah masalah bias diselesaikan.
a. Financial assets: merujuk pada uang, barang dan jasa yang dapat dibeli dengan
uang serta masalah keuangan seseorang berhubungan dengan masalah yang
dihadapinya.
Interpretasi pada kasus: tidak terkaji
b. Problem-solving abilities: kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
masalahnya.
Interpretasi pada kasus: Tn. B mengatakan bahwa dia tidak ingin membebani
keluarganya dan akan lebih bahagia dengan orang yang seusia dengannya.
c. Social support: penyelesaian masalah dengan orang lain, meningkatkan
kemungkinan mendapatkan kerjasama dan dukungan dari yang lain dan
memberikan control social individu yang lebih besar.
Interpretasi pada kasus : Tn. B mendapat perhatian dari staf panti jompo untuk
melakukan pemeriksaan fisik lengkap oleh dokter dan kemudian dijadwalkan
untuk evaluasi psikiatri oleh konsultas perawat psikiatri geriatric yang dating
kepanti jompo setiap minggu.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
11
d. Cultural beliefs: keyakinan seseorang dalam mengatasi masalahnya, keyakinan ini
juga sebagai dasar harapan dan dapat mempertahankan upaya penanggulangan
dalam situasi yang paling buruk.
Interpretasi pada kasus:

3.5 MEKANISME KOPING

Mekanisme koping ialah berbagai usaha yang dilakukan individu untuk


menanggulangi stress yang dihadapi. Pada kasus, pasien tidak menunjukkan perilaku
kekerasan akan tetapi Tn. B menghindari diri dari kegiatannya seperti menghindari
kegiatan bermain permainan kartu favoritnya. Emosi Tn. B sesuai dengaan konten
diskusi, beliau tampak depresi ketika berbicara tentang kehilangan ingatannya akan
tetapi ceria ketika menggambarkan cucu-cucunya. Tidak ada perubahan suasana hati
yang mendadak. Aliran bicaranya pada tingkat dan volume yang normal, akan tetapi
lambat laun kondisinya semakin pelupa, nampak bingung dan mulai mengarang cerita.
Jadi, mekanisme yang dilakukan oleh kliennya itu koping mekanisme destruktif,
dikarenakan Tn. B menangkal kecemasan tanpa menyelesaikan konflik, menggunakan
penghindaran bukan resolusi.

3.6 RENTANG RESPON KOGNITIF


Rentang respon kognitif menurut (Stuart, 2013) adalah sebagai berikut:

Respon adaptif ---------- Respon maladaptif

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
12
Ketegasan Ketidakpastian periodik Ketidakmampuan untuk
membuat keputusan

Memor iutuh Kelupaan Gangguan memori dan


penilaian

Orientasi lengkap Kebingungan sementara Disorientasi


ringan

Persepsi yang akurat Kesalah pahaman sesekali Mispresepsi yang serius

Koheren Distraksi Ketidakmampuan untuk


memusatkan perhatian

Koheren, Berpikir logis Sesekali berpikir tidak jelas Kesulitan berpikir dengan
logis

Interpretasi Kasus :
1. Pasien tidak bisa mengingat kartu pada salah satu permainan kartu favoritnya
2. Pasien sangat cakap dalam mengingat masa mudanya, dan juga mengingat
presiden 8 tahun yang lalu akan tetapi lupadengan kejadian 5 menit sebelumnya.
3. Pasien Tn. B berorientasi pada orang dan tempat tetapi menyatakan tanggal
sebagai 6 April 1958 (tanggal yang sebenarnya adalah 21 Januari 2010). Dia
juga menyatkan hari itu adalah hari Jumat, dan itu sebenarnya hari Rabu. Dia
benar dalam mengidentifikasi musim saat itu yaitu musim dingin. Tn. B bisa
menyatakan dengan benar tanggal kelahirannya, tanggal kelahiran putranya, dan
tahun dia mulai bekerja di pekerjaan pertamanya.
4. Pasien menjadi semakin pelupa dan mulai bingung dan mengarang cerita. Dia
menjadi kurang sesuai dengan norma sosial dan perlu diingatkan tentang
kebersihan dan pakaian yang sesuai. Dia juga menggoda penghuni dan staf
wanita, membuat pernyataan menggoda saat mencintai seseorang.
5. Koordinasi mata – tangan pasien terganggu, seperti yang ditunjukkan saat
kesulitan dalam menyalin gambar – gambar sederhana. Tangan tampak tremor
ketika dia menggambar dan menandatangani namanya.
6. Aliran bicara pasien pada tingkat dan volume yang normal. Konten bicaranya
logis dan koheren tetapi menjadi terputus ketika dia mencoba mengingat dan
mendeskripsikan kejadian baru – baru ini.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
13
7. Pasien menyatakan keprihatinan besar tentang perubahan yang diaalami,
bertanya – tanya apakah dia “menjadi gila.”

3.7 PSIKODINAMIKA: GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Menurut (Stuart, 2013) psikodinamika gangguan mental organic adalah sebagai
berikut

3.8 TAHAPAN ALZHEIMER DISEASE

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
14
Perilaku yang terkait dengan demensia mencermikan terjadinya perubahan jaringan
otak.Perubahan perilaku terjadi secara perlahan pada tahap awal dan akhir dari AD dan
cepat pada tahap tengah. (Stuart, 2013)

Terdapat tiga tahap AD sebagai berikut:

Tahap I: Ringan — rata-rata 2 hingga 4 tahun

 Mengulangi kata atau tindakan


 Memiliki masalah mengingat nama dan objek umum
 Mudah hilang
 Kehilangan sesuatu
 Permasalahan awal dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs)
 Perubahan kepribadian yang halus
 Menunjukkan kurangnya minat dalam kegiatan yang biasa dilakukan

Tahap II: Moderat — rata-rata 2 hingga 10 tahun

 Masalah memori yang jelas


 Merasa bingung tentang kejadian baru-baru ini
 Kemampuan yang menurun untuk melakukan ADL
 Mudah berdebat
 Tampak cemas dan tertekan
 Kecepatan
 Kesulitan perilaku yang terlihatn
 Diperlukan pengawasan ketat

Tahap III: Parah — rata-rata 1 hingga 3 tahun

 Memori terpecah
 Tidak ada pengakuan dari orang yang akrab
 Tidak ada pengakuan diri di cermin
 Menggunakan kata-kata dengan tidak semestinya
 Tergantung pada orang lain untuk ADL dasar
 Mobilitas berkurang

Kasus diatas dikategorikan sebagai Alzheimer moderat karena pasien mulai


menunjukkan masalah memori yang kurang jelas, kemampuan melakukan ADL mulai
menurun, dan mulai kebingungan dengan kejadian baru – baru ini.

4. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
15
Dari kasus Tn. B diatas dapat diangkat diagnose keperawatan konfusi kronik
berhubungan dengan penyakit Alzheimer dan ditandai dengan perilaku pelupa, mulai
bingung dan perilakunya menjadi kurang sesuai dengan norma social.
Selain diagnose diatas juga bias diangkat beberapa diagnose sebagai diagnose
pendukung. Diantaranya yaitu:
- Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kognitif ditandai
dengan kehilangan memori baru baru ini dan disorientasi.
- Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan proses pemikiran yang berubah
ditandai dengan hilangnya kesesuaian norma sosial.
- Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kegagalan untuk melakukan pembersihan diri tanpa diingatkan.
- Defisit perawatan diri berpakaian berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan perlunya bantuan dalam memilih pakaian yang sesuai.
- Resiko jatuh b.d gangguan fungsi kognitif d.d penurunan kesadaran

5. DIAGNOSIS MEDIS YANG MUNGKIN MUNCUL PADA GANGGUAN


MENTAL ORGANIK
Diagnosa medis yang dapat muncul dari pasien dengan gangguan mental organic
yaitu delirium, demensia atau gangguan amnestik. (American Psychiatric Association,
2010 dalam Stuart 2013) Namun, pada contoh kasus diatas menyebutkan tanda dan geja
demensia jenis penyakit Alzheimer.

6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


6.1 RENCANA TINDAKAN PADA KLIEN
Intervensi pada Demensia (Nasution, 2003):
1. Orientasi
- Orientasikan pada situasi lingkungan
- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
- Kontak personal dan fisik sesering mungkin
- Libatkan dalam kegiatan T.A.K
- Tanamkan kesadaran :
- Mengapa pasien dirawat
- Memberikan percaya diri
- Berhubungan dengan orang lain
- Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
- Interaksi personal
2. Komunikasi
- Membina hubungan saling percaya
o Umpan balik yang positif
o Tentramkan hati
o Ulangi kontrak

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
16
o Respek, pendengaran yang baik
o Jangan terdesak
o Jangan memaksa
- Komunikasi verbal
o Jelas
o Ringkas
o Tidak terburu buru
- Topik percakapan dipilih oleh pasien
- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
- Empati
- Gunakan tehnik klarifikasi
- Perhatian
3. Gangguan daya ingat :
- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien -
Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah
- Penataan barang pribadi jangan dirubah
- Lakukan progran orientasi
4. Gangguan perawatan diri :
- Buat jadwal mandi dengan teratur
- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien
- Ajarkan cara mandi secara bertahap
- Ajarkan cara berpakaian

Intervensi pada Delirium (Nasution., 2003):


1. Kebutuhan Fisiologis
- Gangguan tidur :
o Kolaborasi pemberian obat tidur
o Gosok punggung
o Beri susu hangat
o Temani menjelang tidur
o Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur
o Hindari tidur diluar jam tidur
o Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll
o Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam
- Disorientasi :
o Ruangan yang terang
o Lakukan kunjungan sesering mungkin
o Orientasikan pada situasi linkungan
o Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar
- Komunikasi :
o Pesan jelas
o Sederhana
o Singkat dan beri pilihan terbatas.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
17
6.2 RENCANA TINDAKAN PADA KELUARGA

Banyak orang dengan demensia hidup dalam komunitas bersama keluarga mereka.
Sangat penting untuk mendukung pengasuh, karena pasien dapat memperoleh manfaat
dari berada bersama mereka. Ketika rawat inap terjadi, perencanaan pengulangan yang
hati-hati diperlukan untuk membantu keluarga mempersiapkan diri untuk menerima
pasien kembali ke rumah.(Stuart, 2013)

Rencana tindakan keperawatan dalam keluarga diantaranya yaitu:

1. Jelaskan kemungkinan penyebab respon kognitif maladaptif.Jelaskan faktor


predisposisi dan pemicu stres yang dapat menyebabkan gangguan kognisi.
Menyediakan bahan referensi tercetak.
2. Definisikan dan gambarkan orientasi ke waktu, tempat, dan orang. Tentukan tiga
bidang orientasi. Peran memainkan tanggapan interpersonal terhadap
disorientasi.
3. Hubungkan tingkat fungsi kognitif dengan kemampuan untuk berkomunikasi.
Jelaskan dampak tanggapan kognitif maladaptif pada komunikasi. Menunjukkan
teknik komunikasi yang efektif. Rekam video dan diskusikan
kembali demonstrasi.
4. Jelaskan efek respon kognitif maladaptif pada perilaku perawatan diri.
Jelaskan perkembangan yang biasa dari keuntungan atau kehilangan kemampuan
perawatan diri yang terkait dengan sifat gangguan tersebut. Dorong keluarga
untuk membantu dalam memberikan perawatan kepada pasien. Sediakan bahan
ajar tertulis.
5. Lihat sumber daya komunitas. Berikan daftar sumber daya komunitas. Atur
untuk bertemu dengan anggota staf dari program komunitas yang dipilih.
Kunjungi pertemuan dari program yang dipilih dan kelompok swabantu.

7 EVALUASI HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN


7.1 EVALUASI KEMAMPUAN KLIEN
1. pasien kembali pada fungsi sebelumnya
2. pasien dapat memelihara tingkat optimal fungsi sensori dan persepsi
3. berperan dalam aktifitas sehari-hari
4. memelihara keseimbangan fungsi fisiologis
5. pasien melakukan perawatan mandiri secara optimal

7.2 EVALUASI KEMAMPUAN KELUARGA


1. Keluarga mampu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gangguan pasien

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
18
2. Keluarga mengidentifikasi disorientasi dan memberikan reorientasi.
3. Keluarga menyesuaikan pendekatan komunikasi dengan kemampuan pasien
untuk berinteraksi.
4. Keluarga membantu dengan ADL sebagaimana yang disyaratkan oleh tingkat
fungsi biopsikososial pasien.

8. DOKUMENTASI

IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal : 28 Januari 2010 S:
 Klien mengatakan sudah merasa
Data nyaman dengan situasi sosialnya
Pasien :  Klien merasa senang karena
DS : mendapat dukungan sosial dari
 Klien bertanya-tanya apakah dia keluarganya
“menjadi gila”
DO : O:
 Klien menjadi mudah  Klien sudah mulai dapat
tersinggung dan menuduh berinteraksi sesuai norma sosial
putranya tidak mempedulikannya  Klien sudah dapat berkomunikasi
dan meninggalkannya dengan baik
 Klien mulai menghindari diri dari  Klien sudah dapat melakukan
kegiatannya dan membuat alasan aktivitas favoritnya
untuk menghindari bermain  Klien sudah dapat berinteraksi
permainan kartu favoritnya dengan baik dengan keluarganya
 Klien dalam berinteraksi menjadi A:
semakin pelupa, mulai bingung Masalah hambatan interaksi sosial
dan mengarang cerita teratasi, lanjutkan intervensi
 Klien menggoda penghuni dan P:
staf wanita  Anjurkan klien untuk
 Klien bingung dengan identitas bersosialisasi secara bertahap
keluarganya  Anjurkan klien untuk mengisi
Keluarga : - waktu luang dengan melakukan

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
19
kegiatan favoritnya

Diagnosa Keperawatan :
Hambatan interaksi sosial b.d proses
pemikiran yang berubah d.d hilangnya
kesesuaian norma sosial

Tindakan Keperawatan
Pasien :
1. Manajemen demensia
2. Mengajarkan klien untuk
peningkatan norma sosial
3. Melakukan terapi reminiscence
4. Mengajarkan klien agar dapat
bersosialisasi dengan baik lagi

Keluarga :

1. Diskusikan kondisi klien yang


mengalami hambatan interaksi sosial,
seperti penyebabnya, proses terjadinya,
tanda dan gejala, serta akibatnya

2. Latih keluarga untuk mengajarkan


norma sosial

3. Latih keluarga untuk memberikan


dukungan terhadap klien.

Rencana Tindak Lanjut


Pasien :
1. Membiasakan klien untuk
bersosialisasi dengan norma sosial

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
20
yang sesuai
2. Membiasakan klien melakukan
kegiatan favoritnya kembali
Keluarga :
Meminta keluarga untuk membantu klien
dengan memberikan dukungan positif
terhadap klien.

9.REFERENSI

Bulechek, G. dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).Edisi 6.


Singapore: CV. Mocomedia.

Herdman, T. Kamitsuru, S. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification


2015-2017.Edisi 10. Oxford: Blackwell.

Erlina, Soewadi dan Dibyo Pramono. 2010. Determinan Terhadap Timbulnya


Skizofrenia pada Pasien Rawat Jakan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Hb Saanin Padang
Sumatera Barat. Berita Kedokteran Masyarakat.26(2): 71-80.

Nasution, S., S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Kognitif Mental
Organik. USU Digital Library 1:1-12.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). 2015. Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran Jiwa. HK.02.02/MENKES/73/2015. Kemenkes RI.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
21
Stuart, G. W. 2013. Principle and Practice of Psychiatric nursing. South
Carolina,:ELSEVIER

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN MENTAL ORGANIK
SP 1. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN MENTAL ORGANIK: DEMENSIA

1. TAHAP ORIENTASI
1.1 Salam dan perkenalan
X : “Selamat pagi bapak (bersalaman), perkenalkan saya perawat Edy yang
bekerja di RS.Kaliwates pada shift pagi hari ini di ruang melati mulai pukul
08.00-14.00 siang nanti untuk merawat bapak, apa benar ini dengan bapak
Bagus ?”
Y : “Selamat pagi mas, iya benar.”
X : “Permisi, saya cek dulu gelang identitasnya ya bapak (sambil memegang dan
melihat), bisa sebutkan tempat dan tanggal lahirnya bapak ?”
Y : “18 Mei 1964”
X : “Oh iya baik sudah benar”

1.2 Evaluasi (keluhan klien dan keluarga) ...akan diperoleh tanda Gangguan Mental
Organik
X : “Bagaimana tidurnya semalam bapak, apakah nyenyak?”
Y : “iya mas saya nyenyak”
X : “ apakah bsa diingat semalam bapak tidur pukul berapa?”
Y : “saya lupa, mas.”
X : “apakah sebelum tidur bapak membaca do’a?”
Y : “saya baca doa apa tidak yaa..saya lupa mas. ”
1.3 Validasi (kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah (data evaluasi)
X : “sepertinya bapak lupa kegiatan yang baru baru ini bapak lakukan, apa yang
bapak lakukan untuk mengingat hal itu?”
Y : “saya diam saja sambil mengingat kembali, tapi tetap tidak bias, tapi saya
selalu ingat masa muda saya”
X : “Bagaimana kalo kita mengobrol sebentar untuk berbagi cerita dengan bapak
dan belajar mengingat hal – hal yang baru bapak lakukan?”
Y : “Baik mas”

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
23
1.4 Kontrak
1.4.1 Topik
X : “Baik bapak disini saya akan membantu bapak mengingat hal – hal
yang baru saja bapak lakukan, dengan begitu bapak perlahan akan mudah
mengingat apa yang baru saja bapak lakukan atau apa saja yang telah
bapak lewati, seperti tanggal, jam dan lainnya. Bagaiman apakah bapak
bersedia?”
Y : “iya mas”
X: “ apakah ada yang ingin bapak tanyakan sebelum kita mulai?”
Y:” tidak mas”
1.4.2 Waktu
X : “Kira-kira waktunya selama 20 menit dari pukul 08.00-08.20, apakah
cukup pak ?”
Y : “Iya mas, insyallah cukup dengan waktu segitu.”
1.4.3 Tempat/ Posisi
X : “Kira-kira untuk tempatnya disini atau di tempat lain bapak ?”
Y : “Disini saja mas.”
2. TAHAP KERJA
X : “kita mulai sekarang latihannya ya pak? Apa bapak siap?”
Y : “iya siap mas”
X : “saya akan sebutkan tanggal dan waktu pada hari ini, lalu selanjutnya
bapak ulangi apa yang sudah saya sebutkan, bisa pak?”
Y : “Iya mas, akan saya coba”
X : “jadi hari ini adalah hari selasa, tanggal 16 mei 2018, pukul 08.00.
sekarang coba bapak sebutkan kembali”
Y : “iya mas” (klien terlihat bingung)
X : “apa bapak masih ingat ?”
Y : “ingat mas, sekarang hari rabu tanggal 16 mei 2018 jam 8 ”
X : “coba disebutkan sekali lagi pak”
Y : “rabu 16 mei 2018 jam 9”
X : “sudah bagus sekali bapak tanggal yang bapak sebutkan sudah benar,
namun harinya masih kurang tepat. Hari ini hari selasa”
Y : “ oh salah ya mas”
X : “saya ulangi kembali ya pak, hari ini hari selasa tanggal 16 mei 2018
pukul 9, bias bapak ulangi?”
Y : “sekarang hari selasa jam 9 tanggal 16 mei 2018”
X : “bagus bapak… sekarang kan kita berada di Negara Indonesia ya pak
tepaknya di jawa timur kabupaten jember … di RS.kaliwates ruangan
melati…. Apakah bapak bisa mengulangi di Negara apa dan dimana kita
sekarang?
Y : “Saya sekaarang di Negara Indonesia mas tepatnya di jawa timur … terus
apalagi tadi mas ?” (sambil tersenyum)

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
24
X : “Sekarang bapak ada dimana bapak ruang apa pak”?
Y : “ini di RS.kaliwene ruang mawar ya mas?
X : “kurang tepat bapak … tepatnya bapak sekarang berada di RS.Kaliwates
ruang melati bapak….”
Y : “oooooh ruang melati RS.kaliwates yam as … saya lupa mas…
X : “bagus bapak, lalu selanjutnya mari kita belajar mengingat nama.benda”
X : “saya akan menyebutkan nama buah, lalu setelah itu bapak ulangi. Bisa
pak?”
Y : “bisa mas”
X : “buah apel jeruk ,kelengkeng, coba bapak ulangi”
Y : “ buah apel… jeruk… sama kelapa” (sambil kebingunagan)
X : “bagus bapak … tapi ada 1 buah yang kurang tepat coba diulang lagi ya
pak
Apel ,jeruk, dan kelengkeng pak…
Y : “apel, jeruk, dan kelengkeng ya mas?
X : ”wah bagus sekali bapak sudah bisa mengulangi apa yang saya katakan
tadi” selanjutnya bapak coba mengeja nama dari belakang pak contohnya
nama bapak … BAGUS saya eja dari belakang S…U…G…A…B (sambil
mengatakan secara pelan dan jelas)
X : “Apakah bapak mengerti?”
Y : “iya mengerti mas”
X : coba bapak eja nama BAGUS dari belakang pak…
Y : S…G…U…A…B
X : “coba bapak ulangi sekali lagi… B…A…G…U…S menjadi S…U…G…
terus apa pak ?” (sambil mengeja pasien.)
Y : “S…U…G…A…B”
X : “Bagus bapak…. Oh iya bapak coba bapak ulangi nama buah yang tadi
bapak sebutkan dengn benar pak?”
Y : “ Apel.. jeruk… sama kelengkeng ya mas?
X : “ Bagus bapak … sekarang bapak bisa mengingatnya… selanjutnya
bapak coba menulis kata yang saya sebutkan dengan cepat ya pak?” (sambil
membeli pensil dan kertas)
Y : “iya mas ….”
X : “meja, kursi, budaya, adat, kota ,hutan, teruskan”
Y : (pasien menulis) “meja, kursi, budaya, ada, kotak, hutang, teruskan”
X : “Baik bapak sekali lagi ya pak… sekarang coba bapak sebutkan barang
yang saya tunjuk di ruangan ini ya pak…?”
Y : “iya mas ….”
X : “coba .. yang itu apa namanya bapak ?” (sambil menunjuk kearah
gorden)
Y : “gorden ya mas?
X : “betul bapak … kalau yang ini pak?” (sambil menunjuk kearah botol)

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
25
Y : “Itu apa itu mas …botol ya mas?
X : “”wah bagus sekali bapak sudah bisa mengulangi dan menyebutkan apa
yang saya katakan tadi”…

3. TAHAP TERMINASI
3.1 Evaluasi
3.1.1 Evaluasi Subjektif : perasaan klien/keluarga dari tindakan/ intervensi
keperawatan yang telah dilakukan di tahap kerja,
X : “Bagaimana bapak perasaan bapak setelah belajar mengingat tadi??”
Y : “Iya sudah, Alhamdulillah saya mulai mengingat sedikit sedikit.”
3.1.2 Evaluasi Objektif : kemampuan kognitif atau psikomotorik dari
ketrampilan yang telah dilatih perawat di tahap kerja
X : “Kalau begitu coba sebutkan kegiatan apa saja yang sudah kita latih
bersama untuk melatih ingatan bapak?”
Y : “belajar mengingat tanggal ,tempat, benda, hari …banyak mas”
(sambil tersenyum)
X : “Iya baik sekali bapak”
3.2 Rencana Tindak Lanjut
Masukan latihan ketrampilan yang telah dilatih di jadwal harian klien
(dosis latihan per hari sehingga klien dan keluarga dapat membiasakan /
membudaya)
X : “Baik sekali bapak, sudah baik sekali dalam melakukannya. Lalu mau berapa
kali meakukan latihan mengingat setiap harinya?”

Y : “dua kali sehari mas”

X : “bagaimana jika 5 kali sehari pak?.”

Y : “Iya baik mas, saya coba.”

3.3 Kontrak pertemuan selanjutnya


3.3.1 Tempat
X : “Baiklah bapak, besok pagi saya akan bertemu lagi dengan bapak di
tempat ini atau di tempat yang diinginkan bapak.”
3.3.2 Waktu
X : “Minggu depan kita akan melakukannya sekitar 20 menit lagi pak”
3.3.3 Topik
X : “saya akan mengajak bapak untuk mengingat nama teman bapak, dan
hal hal yang telah bapak lakukan”
3.4 Salam
X : “Semoga lekas sembuh, pak.”

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
26
Y : “Iya baik mas, terimaksih.”

TES MMSE

Dalam pemeriksaan neuropsikologi pasien, penilaian penurunan derajat kognitif harus


menggunakan test MMSE (Mini Mental State Exam), dimana test itu memberikan
penilaian mental dan perilaku pasien.

1.Status kognitif normal (nilai 24-30),

2.Probable gangguan kognitif (nilai 17-23),

3.Definite gangguan kognitif (nilai 0-16).

HASIL TES MMSE :

ITEM TES SKOR


MAX SKOR

ORIENTASI

1. Sekarang hari, tanggal, bulan, 5 4


tahun, dan jam berapa?

2. Kita berada dimana? (negara), 5 3


(propinsi), (kota),(Rumah
sakit), (ruangan apa)?

REGISTRASI

1. Menyebutkan 3 nama buah 3 2


apel, jeruk, kelengkeng

ATENSI DAN KALKULASI

1. mengeja terbalik kata 5 2


“BAGUS” (nilai diberi pada
huruf yang benar sebelum
kesalahan

MENGINGAT KEMBALI

1. Pasien disuruh menyebut 3 3

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
27
kembali 3 nama benda di atas

BAHASA

1. Pasien disuruh menulis dengan 7 4


spontan

2. Pasien disuruh menyebut 2 2


nama benda yangditunjukkan

HASI 30 20
L

Jadi pasien mengalami Probable gangguan kognitif

EVALUASI:

HARI/TANGG NO.D IMPLEMENTASI EVALUASI PAR


AL X KEP (SOAP) F

Selasa 16 mei konfusi Data: perilaku S: Pasien β


2018 kronik mengatakan
pelupa, mulai
mulai
bingung dan mengingat
perilakunya sedikit demi
sedikit
menjadi kurang
sesuai dengan O: Pasien
mulai
norma social.
mampu
Tindakan
mengingat
keperawatan:
1.mengidentifikas kata yang
i pasien, baru dan
2.membiasakan ada
pasien untuk kemajuan
melatih daya dalam hal
ingatnya mengingat
3.serta
mendorong dan A: konfusi
membatu pasien kronik atau
agar dapat Gangguan
mengingat dan ingatan
menggunakan masih ada
kata kata dengan
P: Melatih
semestinya
memori

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
28
atau daya
RTL: ingat pasien
-Evaluasi SP 1 5 kali sehari
-Lanjut SP 2 (latih
pasien
berkomunikasi
dan mengingat
nama teman baru
pasien)

NILAI
N KETERA
KEGIATAN Dilakukan Tidak
O NGAN
(1) Dilakukan (0)
I. ORIENTASI
1 Salam
2 Evaluasi
3 Validasi
KONTRAK/
KESEPAKATAN/INFORM CONSENT
4 Topic/ kegiatan/ tindakan
5 Lama/ tempat kegiatan/ tindakan
II INTI PERCAKAPAN: KEGIATAN/
TINDAKAN
A CARING
6 Peduli/ sensitive
7 Kompeten
8 Percaya diri
B PELAYANAN PRIMA
9 Memberi yang terbaik
10 Memberi lebih dari yang diharapkan
C KOMUNIKASI
11 Teknik komunikasi yang efisien
12 Tindakan sesuai SOP/ SPO
13 Memberi penjelasan
14 Memberikan kesempatan bertanya
15 Sikap professional
III TERMINASI/ PENUTUP
16 Evaluasi perasaan
17 Evaluasi pengetahuan/ ketrampilan
18 Rencana Kerja (PR) pasien/ lawan bicara
19 Perjanjian yang akan datang
20 Salam
TOTAL NILAI
Jember, Mei 2018

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
29
NILAI : TOTAL NILAI X 100: PENILAI
20
(………………………………….....……)

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Mental Organik |
30

Anda mungkin juga menyukai