Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN GANGGUAN KOGNITIF


DOSEN PEMBIMBING: NS. Sari Desi Esta Ulina Siepu, S.kep, M.kep

OLEH:
1. EVI ANDIANI
2. EMIYA PEPAYOSA BR PRANGIN ANGIN
3. FADILLAH INDRIYANI
4. FITRI AMALLIA
5. ICA AGUSTINA
6. HAFIDZAH
7. FEBRY ANSYAH
INSTITUT MEDISTRA LUBUK PAKAM T.A
2021
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN KOGNITIF
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KOGNITIF

A.     PENGERTIAN
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan, megingat, persepsi,
orientasi, memperhatikan, serta memberikan keputusan (Stuart dan Laraia, 1998).
Sehingga gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai dengan
adanya gangguan daya ingat, disorientasi, inkoheren, salah persepsi, penurunan
perhatian serta sukar berpikir logis. Gangguan ini membuat individu berada dalam
kebingungan, tidak mampu menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian yang
lampau.
Gangguan kognitif (cognitive impairment disorders) disebabkan oleh kerusakan
neuron temporer atau permanent, mengakibatkan tidak berfungsinya proses kognitif
(misalnya fungsi otak yang lebih tinggi) yang meliputi memori, penalaran, orientasi,
persepsi dan perhatian (Isaacs Ann, 2005).
Sindrom otak organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini
disebabkan oleh penyakit seperti meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak,
tumor otak, dan lain sebagainya. Gangguan mental organic adalah suatu gangguan
patologi yang jelas, misalnya tumor otak, penyakit serebrovaskuler, atau intoksikasi
obat (Mansjoer Arif, 2001).

B.     RENTANG RESPON
Fungsi kognitif dapat berfluktuktuasi sepanjang rentang respon adaptif dan
maladaptive. Fluktuasli ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan klien. Gangguan
kognitif ini kebanyakan dialami oleh klien dengan gangguan mental organic dan
gangguan ini dapat terjadi secara episodic atau terus menerus.
Respon adaptif
Respon maladaptive

Berpikir logis Pelupa Ketidakmampuan


Koheren Kadang lupa mengambil keputusan
Rasional Kadang tidak dapat berpikir Inkoheren
Dapat mengambil jenrih Disorientasi
keputusan Kadang salah persepsi Kehilangan daya ingat
Kadang tidak dapat Tidak mampu
mengambil keputusan memfokuskan perhatian
Salah persepsi

C.     KLASIFIKASI
1. Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh penurunan fungsi
intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat ; pemikiran abstrak dan daya
nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan Laraia, 1998).
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan kerusakan berat
pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku (Isaacs Ann, 2005).
Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh berbagai gangguanm fungsi
kogniitf tanpa gangguan kesadaran. Ganggua fungsi kognitif anatara lain pada
intelegansi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi.

2. Delirium
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan kekacauan kesadaran yang
meliputi salah persepsi dan perubahan proses pikir (Stuart dan Laraia, 1998).
Umumnya gangguan ini terjadi dalam waktu singkat (biasanya satu minggu, jarang
terjadi lebih dari satu bulan). Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok
adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hanbatan pada
fungsi kognitif .
3. Amnestik
Gangguan amnestik adalah gangguan kognitif yang dicirikan dengan kerusakan memori
yang parah dan ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru, dapat terjadi
konfabulasi dan apatisme. Yang akan dibahas selanjutnya adalah kedua gangguan
kognitif yang lasim terjadi yaitu demensia dan delirium.
           
D.    ETIOLOGI
Demensia Delirium
      Penyakit vaskuler seperti hipertensi,
      Penyakit akut atau kronis seperti jantung
arterosklerosis. congestive, pneumonia, penyakti ginjal dan
      Penyakit Parkinson hati, kanker dab stoke.
      Faktor
      Gangguan genetika ; korea Huntington hormonal dan nutrisi seperti
atau penyakit pick diabetes, ketidakseimbangan adrenal atau
      Infeksi virus HIV yang menyerang tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
system saraf pusat       Kehilangan penglihatan dan pendengaran
      Gangguan struktur jaringan otak       Obat-obatan antipsikotik, antihistamin,
seperti tekanan normal hidrosefalus dan antidepresan, dan antiparkinson
trauma kepala

E.     MANIFESTASI KLINIS
Demensia Delirium
      Afasia ; kehilangan kemampuan       Agitasi, gerakan yang tidak terarah,
berbahasa. tremor, ketakutan, kecemasan, depresi,
      Apraksia ; rusaknya kemampuan euphoria, apatis dan gangguan pola tidur.
melakukan aktivitas motorik sekalipun       Terdapat pula kemungkinan gangguan
fungsi sensorinya tidak mengalami bicara, inkoherensi, disorientasi, gangguan
kerusakan. memori, dan persepsi yang salah seperti
      Agnosia ; kegagalan mengenali atau ilusi dan haslusinasi.
mengidentifikasi obyek atau benda       Gangguan kesadaran dan pemahaman ;
umum walaupun fungsi sensorinya tidak berkurangnya kemampuan untuk
mengalami kerusakan. mempertahankan perhatian terhadap seautu
      Konfabulasi ; mengisi celah-celah hal.
ingatannya dengan fantasi yang diyakini      Pikiran yang kacau dan percakapan yang
individu yang terkena melantur
      Sundown syndrome ; membruknya       Gangguan siklus tidur-bangun
disorientasi di malam hari       Perubahan psikomotor (misalnya
      Reaksi katastrofik ; respon takut atau hiperaktif, hipoaktif, agitasi, mengantuk)
panic dengan potensi kuat menyakiti diri
sendiri atau orang lain.
      Perseveration phenomenon ; perilaku
mengulang, meliputi mengulangi kata-
kata orang lain.
      Hiperoralitas ; kebutuhan untuk
mecicipi dan mengunyah benda-benda
yang cukup kecil untuk dimasukan ke
mulut
      Kehilangan memori ; awalnya hanya
hal-hal yang baru terjadi, dan akhirnya
gangguan ingatan masa lalu
      Disorientasi waktu, tempat, dan orang
      Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau mempelajari materi
baru
      Sulit mengambil keputusan
      Penilaian buruk ; individu ini tidak
mempunyai kewaspadaan lingkungan
tentang keamanan dan keselamatan

F.      AWITAN DAN PERJALANAN PENYAKIT


1.            Delirium adalah gangguan akut dengan awitan cepat, yang biasanya bias
disembuhkan bila segera dibati.
2.            Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan lambat dan biasanya
berprognosis buruk

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab utama sambil
mendukung proses fisiologik klien dalam menjaga dan meningkatkan
keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit biasanya diindikasikan untuk
gangguan ini.

2.      Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan kualitas
hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
   Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari pfesional Keperawatan,
kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi, pekerja social, farmasi, dan rehabilitasi.
   Fokus keluarga
   Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan rumah, adult day care
service, memberikan perawatan pribadi bagi klien, menyediakan kelompok pendukung,
penyuluhan masayarakat dan keluarga, pengumpulan dana dan aktivitas melobi untuk
penelitian dan tindakanlegislatif.
   Intervensi farmakologik
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisdi klien dengan obat yang
meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu mempertahankan fungsi neuronal serta
penatalaksanaan perilaku dan gejala yang menimbulkan stress.

Obat untuk gejala demensia


Klasifikasi Nama Dosis Rasional
Generik/Nama Harian Biasa Penggunaan
Dagang
Obat Takrin (cognex) 40 mg/hari (10 mg Mempengaruhi
antikolinesterase 4x/hari) enzim
asetilkilinesterase,
yang memecah
asetilkolin. Obat-
obatan ini
memungkinkan
asetilkolin tinggal
lebih lama di sinaps
Donepezil (Aricept) 5 mg/hari (sekali
sehari)
Antioksidan Vitamin E 400-800 IU/hari Diberikan
berdasarkan
aktivitas melawan
proses oksidasi,
yang mensintesis
radikal sitotoksik
sintesis.
Ansietas dan agitasi Lorazepam (Ativan) 0,25 mg/hari, dapat
Benzodiazepine ditingkatkan
(BZA) menjadi 2x/hari
Antiansietas non- Buspiron (BuSpar) 15-160 mg/hari
BZA
Antikonvulsan Karbamazepin 200 mg/dua kali
(tegretol) sehari
Divalproleks 250 mg/dua kali
(Depakote) sehari
Halusinasi dan
perilaku menyerang
Antipsikotik
Topikal Haloperidol (haldol) 0,25 mg/hari atau 2
x sehari
Atipikal Risperidon 0,5 mg/hari atau 2 x
(risperdal) sehari
Depresi
Antidepresan Nefazodon 50 mg/hari, dapat
(serzone) ditambah menjadi
400 mg/hari denga
jadwal 2 x sehari

H.    PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi biologis, dan system saraf pusat. Factor-
faktor yang mempenagruhinya antara lain :
Faktor usia, neurobiologis (gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat-zat makanan
yang penting untuk fungsi otak, penumpukan racun pada jaringan otak, penyakit lever
kronis, penyakit ginjal kronis, kekurangan vitamin B1, malnutrisi, factor genetic dan
gangguan genetic. Gangguan jiwa seperti skizophrenia, gangguan bipolar, dan depresi
juag dapat mempenagruhi fungsi kognitif.

2. Faktor presipitasi
Hipoksia, gangguan metabolisme, racun pada otak, adanya perubahan struktur otak
karena tumor atau trauma, stimulus lingkungan yang kurang atau berlebihan, respon
perlawanan terhadap pengobatan.

3. Mekanisme koping
Meknsime pertahanan yang sering digunakan adalah regersi, denial dan kopensasi.

4. Perilaku
Rasa curiga, bermusuhan, depresi, mencela/memaki dan menarik diri. Pada klien
delirium perilaku yang muncul adalah gelisah, hipersomnolen, insomnis, hiperaktf,
tremor, depresi dan perilaku merusak diri.

2.      Diagnosa Keperawatan
        Ansietas
        Koping individu tidak efektif
        Gangguan proses berpikir
        Ketakutan
        Isolasi social
        Risiko cedera
        Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
        Konfusi akut/kronik
        Perubahan sensori/persepsi
        Kurang perawatan diri
        Gangguan pola tidur
        Risiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri/orang lain
        Kerusakan komunikasi
        Perubahan fungsi peran
        Risiko kerusakan integritas kulit
        Koping keluarga tidak efektif

3.      Intervensi Keperawatan
1.      Tujuan
Pada umumnya tujuan tindakan Keperawatan pada pasien dengan gangguan kognitif
adalah untuk memperbaiki fungsi kognitif. Perawat berusaha memfungsikan klien
seoptimal mungkin sesuai kemampuan klien.

Tujuan umum sering kali sukar ditetapkan karena kagak sulit mengetahui kedalaman
kerusakan yang terjadi, sehingga tindakan Keperawatan kemudian lebih diarahkan
kepada tujuan jangka pendek yaitu pemenuhan kebutuhan dasar klien antara lain ;
kebutuhan tidur, nutrisi, perawatan diri, peningkatan orientasi realitas, pemeliharaan
pola eliminasi yang optimal, dan pemenuhan kebutuhan spiritual.

Kriteria hasil yang diinginkan klien, pemberi asuhan dan keluarga adalah ;
  Klien tetap aman dan bebas dari cedera
  Kurang menunjukkan berkurangnya tingkat ansietas
  Klien tetap berorientasi sesuai kemampuan
  Klien tetap mempertahankan aktivitas ehari-hari
  Klien mempertahankan cairan dan nutrisi yang adekuat
  Klien tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain
  Klien mengikuti aktivitas dan istirahat rutin yang telah dijadwalkan
  Klien mengalami reaksi katastropik minimum

2.      Tindakan Keperawatan
1.      Jaga Keselamatan
  Lakukan tindakan kedaruratan sesuai kebutuhan, misalnya aspirasi, cedera, kejang.
  Antisipasi lingkungan dapat membahayakan pasien
  Minimalkan risiko masalahkardiovaskuler (misalnya anemia, hipertensi, angina) dengan
diet yang tepat, medikasi, latihan fisik, dan istirahat.
  Pantau obat-oabatan dan interaksi obat, pastikan dosis yang aman untuk klien
lansia. Beri perhatian khusus terhadap obat-obat antikolinergik.

2.      Respon terhadap deficit neurology


      Panggil klien dengan namanya dan perkenalkan diri anda
      Bantu memori klien dengan kalender, papan orientasi, pengingat musiman, tanda-
tanda dan label sesuai kebutuhan
      Hindai tuntutan yang menimbulkan stres, dan batasi tugas klien dalam mengambil
keputusan
      Tawari aktivitas sesuai kemampuan klien
      Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social ; dukung dan jaga
martabat klien
      Jaga memnyetujui, memperkuat halusinasi, ilusi dan waham
      Gunakan teknik mengingat untuk mendorong klien menggunakan ingatan yang
lebih utuh. Misalnya gunakan album foto keluarga untuk menstimulasi ingatan

3.      Hindari dan minimalkan reaksi katastropik


  Pertahankan konsistensi rutinitas
  Kurangi stimulus lingkungan bila klien cemas
  Jangan menyentuh klien atau mengadakan pendekatan terlalu cepat bila klien
mengalami iritabilitas, agitasi atau curiga
  Pertahankan sikap tenang dan mendukung bila klien beragitasi
4.      Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
   Tingkatkan keseimbangan antara isitirahat dan aktivitas
   Bantu klien dalam beraktivitas
   Bantu klien toileting sesuai jadwal
   Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang adekuat

3.  Evaluasi Hasil


      Klien menunjukkan berkurangnya ansietas dan bertambahnya rasa aman dalam
lingkungan yang terstruktur.
      Klien mempertahankan tingkat orientasi yang maksimal sesuai kemampuannya.
      Klien mempertahankan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
      Klien menahan diri dari ekspresi perilaku yang tidak disadari

      Anggota keluarga menggunakan semua pelayanan bantuan dan sumber daya


masyarakat yang tersedia

Anda mungkin juga menyukai