Anda di halaman 1dari 39

PERAN INTERNIS PADA

TATALAKSANA
DEMENSIA
Jusri Ichwani, dr., Sp.PD,K-Ger, FINASIM
Division of Geriatrics Departement of Internal Medicine
Airlangga University – Dr. Soetomo Teaching Hospital Suraba
ya

PIN XVII PAPDI, 4 – 6 Oktober 2019, Hotel Shangri-La Surabaya


PENDAHULUAN

DEMENSIA :
 Progresif
 Penurunan kognitif :
• Memori
• Orientasi
• Pembelajaran
• Berbicara
• Kebijaksanaan
±5 Juta Penderita Demensia di USA
 Meningkat ∽ Usia
• ±2% pada 65 – 70 tahun
• >30 % pada 85 tahun
Biaya ±172 juta US dolar pertahun
 Gejala sangat variatif
• Gangguan kognitif
± ringan  berat
 ±70% adalah demensia Alzheimer
 Umur ⬆  Demensia bertambah berat  beban
keluarga & Caregiver
Pelayanan : - Rumah
- Home Nursing
- Panti jompo
Macam-macam Demensia :
 Demensia Alzheimer
Demensia yang terbanyak (±70%)
 Demensia Vaskular
 Luas area yang terkena, lokasi dan berat ringannya gangguan cerebrovascul
ar menentukan berat ringannya gejala klinis
 Stroke  gejala mendadak setelah serangan, timbul pelan  pembuluh dara
h kecil
 Gangguan memori lebih ringan dibanding Alzheimer :
 Bicara
 Proses informasi
 Pengambilan keputusan
 Visuo-spasial
 Gangguan moral dan apathi kadang-kadang
 Demensia Frontotemporal
 Sering pada usia lebih muda 50-60 tahun
 Gangguan kepribadian dan tingkah laku
 Demensia Lewy-body
 Visual halusinasi kompleks
 Fase awal  gejala timbul bila ada stress  infeksi, dll.
 Parkinsonism : Tremor, jalan lambat, instabilitas postural, berjalan terseok-
seok. Fase awal sering : Jalan lambat cenderung jatuh kedepan
 Kadang ada gangguan kognitif hilang timbul  DD, Delirium, Postural hip
otensi dan gangguan tidur sebelum demensia
Macam-macam Demensia :
 Demensia Penyakit Parkinson
 80% penyakit Parkinson  Demensia
 Gejala sama dengan Demensia Lewy-Bodies, Gangguan
kognitif dan psikiatrik timbul lebih lambat
 Demensia Korteks Posterior
 Lebih muda (50-60 tahun)
 Visual agnosia (sukar mengenali wajah, objek, apraksia,
akalkulia dan alexia)
 Hanya mengingat “Early on memory”
 Lain-lain yang jarang :
 Demensia alkoholik, HIV dengan gangguan kognitif, m
ultiple sclerosis, hidrosefalus, dll.
P e nde k a t a n k o mp r e he ns i f t a t a l a k s a na d e me nsi a

NONFARMAKOLOGIS
Keamanan pasien adalah sangat penting
 Pasien yang hidup sendirian-berisiko tinggi
terkait “self-neglect” :
• Cidera oleh karena lingkungan
• Jatuh oleh karena krisis obat
• Tersesat
“self-neglect” oleh karena:
• Apatis
• Disfungsi kognitif
• Keterbatasan fisik
 Penting : Evaluasi secara periodik 
pekerjaan sehari-hari kepada  teman,
tetangga, caregiver
 Tanda-tanda “self-neglect” :
• Kondisi kesehatan tidak terkontrol baik
• Tidak menepati janji pertemuan
• Berat badan yang semakin ⬇
• Tampak tidak terurus
Evaluasi terhadap keamanan rumah:
• Menilai kemungkinan jatuh
• Risiko cidera  mengajari memakai microwave saat
awal penyakit  proses belajar masih bisa
dilaksanakan :  Kebakaran
 Bahaya lingkungan :
 Risiko jatuh : lantai tidak licin
 Ada tempat berpegangan pada di
nding
 Alat bantu lainnya
1. Gangguan Penglihatan
– Obat-obat ditata pada kotak obat
• Caregiver : mengingatkan penderita  minum obat
– Datang ke praktek dokter secara berkala
• Menghindari krisis medis
• Komunikasi dengan keluarga / caregiver
– Hati-hati kecenderungan berjalan tanpa tujuan  tersesat, hilang
• Disorientasi tempat : daftarkan ke Alzheimer’s Association Safe Return atau
program yang serupa bila ada.
2. Menyetir
― Hati-hati walau demensia ringan  kecelakaan
― Semua Usia Lanjut yang menyetir  skrinning adanya gangguan
kognitif :
Tanda-tanda  • Sering nyerempet / menabrak garasi
• Sering terkena tilang
• Nyetir terlalu lambat
• Sering diklakson oleh pengendara lain
• Sering tersesat di daerah yg biasa dilewati
Bila ada  • Evaluasi kemampuan menyetir
• Rujuk ke neuropsikologi
3. Kemampuan membuat
perencanaan/Advance Planning
– ⬇ Kemampuan mengatur keuangan
– ⬇ Memahami perawatan medisnya sendiri
Penilaian secara periodik sepanjang perjalanan
penyakit
Perencanaan didiskusikan sejak dini, saat masih
mampu mengkomunikasikan keinginannya dengan
jelas selengkap mungkin.
• Rencanakan tujuan perawatan pasien
• Kemungkinan bila ada resusitasi Jantung Paru
• Menunjuk wali terkait masalah keuangan atau
kesehatan penderita
4. Dukungan Psikososial
– Perubahan kemampuan sosial
– Menurunnya fungsi kognitif
– Kemampuan untuk menyusun, mengingat, mengakses
situasi sosial

Isolasi sosial
• Depresi
• Kecemasan
• Penelantaran diri
• Menolak makan
• Perilaku agresif
– Dukungan sosial sangat penting :
• Fasilitas untuk bersosialisasi
• Fasilitas bermain musik, membaca, dll.

Pasien dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya


saat ini
5. Pengasuh / Caregiver
⬆ Kebutuhan perawatan pribadi serta pengawasan
o.k. perubahan kepribadian dan perilaku

Investasi waktu, keuangan, fisik emosional

Stress yang tidak dirasakan

• Gangguan kesehatan
• Gangguan hubungan kerja
• Gangguan finansial

Kewalahan

Perilaku yang kejam/kasar pada pasien demensia

- Diberikan Waktu luang


Pengasuh - Perawatan diri
- Bersosialisasi & rekreasi
6. Gejala Psikiatrik
a. Neuro psikiatrik
– Gaduh, gelisah, agitatif
– Berjalan-jalan tanpa tujuan
– Bertanya dengan pertanyaan diulang-ulang

berbahaya bagi dokter & pengasuh


Kausa : Kegagalan adaptasi thd stress & ketidakmampuan
mengekspresikannya  “Reaksi Katastropik”
b. Intervensi Perilaku
Penting : Identifikasi penyebab  Potensial memicu perubahan perilaku pada
pasien.
“Stressor” Penyebab harus ditangani :
• Kemiskinan/kelaparan
• Nyeri
• Kurang tidur
• Sakit
• Efek samping obat (ESO)
• Stress emosional (cemas, depresi)
• Kondisi lingkungan
 Perilaku disruptif (teriak, menolak perawatan dan menyerang orang l
ain  secara efektif ⬇ pemicu lingkungan  diidentifikasi  dihilan
gkan
‒ Rasa takut dan paranoid o.k. gangguan memori : direspon deng
an menerangkan keadaan yang ada. Misal : lupa menaruh domp
et  ngamuk, menuduh pembantu mencuri
‒ Berjalan-jalan tanpa tujuan yang jelas mungkin o.k. bosan denga
n keadaan dirumah  diberikan peningkatan aktifitas harian yan
g disenangi penderita
 Perilaku dengan sebab musabab tidak jelas;
‒ Beri penghargaan untuk perilaku yang baik, suasana lingkungan
yang tenang, serta rutinitas yang terstruktur
 Pemberian obat-obatan  sering tidak efektif.
‒ Misal; berjalan-jalan tanpa tujuan, bertanya berulang-ulang, sert
a isolasi diri
P e nde k a t a n k o mp r e he ns i f t a t a l a k s a na d e me nsi a
P E N D E K ATA N FA R M A KO LO G I S
Pengobatan diberikan terhadap sindroma psikiatrik yang
paling berperan sebagai penyebab agitatif.
Anti depresan  penderita dengan depresi dan
kecemasan

- penderita mondar-mandir
- bicara mengulang-ulang
Anti psikotik  Delirium atau Psikotik

- melawan perawatan
- menyerang orang lain/pengasuhnya
Pendekatan komprehensif tatalaksana demensia
P E N D E K ATA N FA R M A K O L O G I S
ANTI PSIKOTIK
Paling sering digunakan namun sebaiknya baru dipakai setelah pendekatan perilaku atau setelah
masalah psikiatrik pasien ditangani namun belum mengalami perbaikan.
OBAT DOSIS (GERIATRIK) PENGGUNAAN EFEK SAMPING

Antipsikotik Tipikal Dosis untuk Agitasi Delirium, psikosis. Kadang dig Ekstrapiramidal, penurunan kognitif, peningka
Haloperidol 0,5 – 1 mg 2dd unakan untuk demensia namu tan kematian akibat kejadian serebrovaskular
n hanya berhasil untuk kasus dan kardiovaskular & pneumonia
agresi
Antipsikotik Atipikal Dosis untuk Agitasi sama dengan antipsikotik tipik Efek samping antikolinergik (mengantuk, gan
Olanzapine 2,5 mg 1dd-2dd al gguan gait, retensi urin, sindrom ekstrapirami
Risperdal 0,25 mg – 1,0 mg bid dal) lebih jarang dibanding antipsikotik tipikal,
Quetiapine 25 – 100 mg 1dd (biasan peningkatan mortalitas seperti pada antipsikot
ya dibagi dua kali sehari) ik tipikal namun lebih rendah
Inhibitor Kolinesterase Cognitive enhancers Diare ringan, mual atau muntah. Lebih jarang:
Rivastigmine 3 – 6 mg 2dd Rivastigmine mungkin efektif p mimpi buruk, agitasi. Sangat Jarang : Bradika
Donepezil 5 – 10 mg 2dd ada gejala neuropsikiatrik pad rdi
Galantamine 8 – 12 mg 2dd a demensia Lewy Body
Antagonis Reseptor NMDAr Cognitive enhancers Rasa pusing, meningkatkam kebingungan ata
Memantine Mulai 5 mg 1dd dan titrasi u halusinasi dengan peningkatan dosis
hingga 10 mg 2dd
Serotonin Selective Reuptak Antidepresan. Efektif untuk ce Mual, mengantuk, insomnia, hiponatremia. Ja
e Inhibitor (SSRI) mas menyeluruh. Citalopram rang: Sindrome serotonin
Citalopram 20 – 40 mg 1dd mungkin efektif untuk gejala
Sertraline 50 – 100 mg 1dd neuropsikiatrik pada demensia
frontotemporal (Loren S et al, 2011)
T A T A LAK SA NA P E NUR UNAN
K OGNI TI F
1. UMUM
Umum : - Sangat penting kontrol HT & Dislipidemia
- Meminimalkan : obat-obatan yg mempengaruhi fungsi kognitif
Misalnya : antikolinergis, gangguan psikiatrik & gangguan
tidur

2. COGNITIVE ENHANCER
- Inhibitor kolinesterase
- Antagonis reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDAr)
 Inhibitor kolinesterase terutama dipakai pada demensia vaskular
 NMDAr ; sering dipakai untuk Demensia Alzheimer sedang dan berat.
Efikasi cukup baik pada Demensia Vaskular, tidak untuk mencegah
berkembangnya MCI  DEMENSIA
T A T A LAK SA NA P E NUR UNAN
K OGNI TI F
3. I N H I B I TO R KO L I N E S T E R A S E
– Meningkatkan neurotransmitter asetilkolin  sinaps hipokampus & ne
okorteks
– Efek baik pada kognitif yg turun o.k. turunnya asetil kolin pd daerah
degenerative
– Paling baik diberikan pada Demensia Alzheimer ringan & sedang
– Diare, mual, pusing, BB↓
– Jarang (CNS) ; insomnia, agitasi, mimpi buruk, dan panik, serta bradikar
di & sinkop

4. ANTAGONIS RESEPTOR N-METHYL-D-ASPARTATE (NMDAr)


– Memblok aktifitas Glutamateric abnormal ;
• Demensia Alzheimer
• Penyakit serebrovaskular
– Pada Alzheimer sedang & berat ;
• Memantine (NMDAr) tunggal atau kombinasi dengan Donopezil  hasil
yg menguntungkan dgn perbaikan gejala klinis
Tata kelola Komorbid :
Obesitas dan berat badan lebih
 Faktor risiko beragam penyakit :
DMT2, kanker, kematian bayi premature,
penyakit kardiovaskular, hiperkolesterol & darah
tinggi
Benner et al, 2009 ; Risiko terjadinya demensia
akan ↓ dengan perbaikan toleransi glukosa,
sensitivitas insulin, tekanan darah tinggi, stress
oksidatif dan factor keradangan pada obesitas
Tata kelola Komorbid :

Hipertensi
Darah tinggi yang diderita sejak umur
pertengahan  ↑ risiko demensia pada usia lanjut,
apabila penurunan tekanan darah yang
dilaksanakan terlalu cepat namun hal ini secara
klinis terbukti menunjukkan perbaikan morbiditas
dan mortalitas kardiovaskular serta perbaikan
kesehatan secara umum.
Gaya hidup sehat; diet makanan sehat, penjagaan
BB, serta olahraga  faktor pencegahan bila perlu
obat-obat anti hipertensi
Diabetes Mellitus
 DM pada usia lanjut  ↑ prevalensi demensia 
mekanisme belum jelas
Kontrol gula darah jelek  ↓ fungsi kognitif
 DKD, retinopati, ↓ pendengaran, penyakit
kardiovaskular  ↑ risiko demensia
 Kontrol yg baik terhadap komorbid kardiovaskular
yg disebabkan DM :
 Kolesterol
 Tekanan darah tinggi
Hipotiroidism
 Tersering o.k. penyakit otoimun
 Demensia yg disebabkan oleh hipotiroidism
berpotensi reversible
 Belum ada bukti bahwa terapi dgn levotiroksin 
Gangguan kognitif akan sembuh total  secara
individual, tergantung berapa lama telah menderita
hipotiroidism
 Gejala klinis sering tidak khas; tertutupi oleh gejala
gangguan kognitif dan demensia. Gangguan
kognitif biasa :
 Gangguan memori kejadian baru.
 Gangguan konsentrasi
PATOFISIOLOGI : belum jelas
Ro. : SPECT & PET  ↓ aliran darah serebral kadar gula & oksigen
pada metabolic cerebral. (Lim SC et al, 2018)
Dislipidemia
 ↑ serum kolesterol  Faktor risiko kardiovaskular
e.c. dari 1/3 PJK didunia
 > 50% usia lanjut pada “High Income Countries”
 Hiperkolesterolemia
< separohnya ada di “Low Income Countries”
 Terdapat hubungan peningkatan kadar kolesterol
darah dengan meningkatnya risiko demensia
(Kivipelto 2002, Solomon 2007)
 Re-analisis pemakaian Simvastatin thd Demensia
Alzheimer, dapat memperlambat penurunan
kognitif (Geifmar, 2017)
Depresi
 Meta analisis 32 studi, selama 5 tahun,
depresi  ↑ risiko terjadinya demensia
sebesar dua kali lipat (Prince, 2014)
 Diduga : - Depresi  gejala prodromal demensia
- Penurunan kognitif  gejala utama
depresi
 Tatalaksana Nonfarmakologis :
– Mencari penyebab stress, penjelasan terapi
secara detail
– Evaluasi hasil terapi secara reguler
 Medika mentosa :
– SSRI/Fluoxetin dan trisiklik anti depresan /
Amitriptyline
 Hearing Loss / Kehilangan Pendengaran
 ↑ Umur  Prevalensi ↑
 Secara statistik satu dari tiga usia lanjut menderita KETULIAN,
walau sering “Underestimate” (Blusteis 2018)
 Ketulian  Status fungsional, sosial, dan emosional

Gangguan komunikasi

- Frustasi
- Isolasi

- Kesepian
- Peka thd pengaruh psikososial

- Penurunan kognitif
- Demensia

(Lim, 2013)
TATA LAKSANA :
 Rehabilitasi Audiologi
 Evaluasi pendengaran secara periodik
 Test Audiologi
 Test Bisik
 Pemeriksaan Otoskopi
 Hearing Aids  terapi pilihan
 Periksa obat-obatan Ototoksik
 Ketulian mendadak, OMK  Ahli THT
RINGKASAN
Demensia adalah penyakit yang bersifat progresif, penurunan global dari
kemampuan kognitif secara multiple termasuk memori dan paling tidak
salah satu dari penurunan orientasi, pembelajaran, berbicara secara baik,
moral dan kebijaksanaan.
Tata laksana secara non farmakologi, termasuk keamanan pasien,
menyetir, membuat perencanaan dan intervensi perilaku.
Tata laksana Farmakologis ; antipsikotik tipikal, antipsikotik atipikal,
inhibitor kolinesterase, antagonis reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDAr),
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI).
Tata kelola komorbid; termasuk aktifitas fisik, hindari rokok, nutrisi, hindari
alkohol, aktifitas sosial, menjaga berat badan, mengontrol tekanan darah
tinggi, kencing manis, dislipidemia, depresi, hipotiroidisme, dan ketulian.
KASUS
Perempuan 75 tahun, MRS karena halusinasi visual yang memburuk pada tahun terakhir. Dia seorang pensiunan sekretaris.
Sebelumnya penderita mempunyai riwayat minum obat-obatan termasuk hipertensi, dislipidemia, serta dilakukan total tiroidektomi
oleh karena multinodular pada 10 tahun yang lalu. Halusinasi visual terus bertambah berat terutama hingga sebelum MRS. Riwayat
yang jelas dari keluarga menyatakan bahwa dia melihat seorang perempuan tua dan perempuan muda berdiri didalam kebunnya
padahal kebunnya dalam keadaan kosong. Dia menyuruh pergi atau dia akan memanggil polisi. Cerita yang lain adalah dia melihat
seorang perempuan dibangku diluar rumah, dia membuka pintu, dan berteriak ke bangku kosong. Dia bersifat agitatif saat serangan
halusinasi, kadang-kadang jadi bengis, dan melemparkan benda-benda keluar rumah.
Keluarga melaporkan bahwa sejak 2 tahun yang lalu, penderita jadi pelupa. Dia membuat pertanyaan yang sama berulang-ulang, satu
tahun yang lalu, ia masih mampu mengingat informasi paling tidak setengah sampai satu jam, namun dalam bulan-bulan terakhir dia
hanya mampu beberapa menit. Dia masih mengingat nama atasannya serta nama teman-temannya, memori jangka panjang masih
terpelihara dan masih tidak lupa alamat rumah yang lama dan pekerjaannya. Dia menolak mandi sejak satu tahun yang lalu, dan
keluarga kesulitan untuk meminta untuk mandi atau cuci muka. Tidak kesulitan memilih kata-kata dan relative masih fasih berbicara.
Dia masih mempunyai rasa humor, lebih lanjut dia menerangkan bahwa dia sudah sembuh dan menolak obat-obatan, menolak kontrol
serta tidak mau minum obat, termasuk levotiroksin sejak 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik tidak ada yang istimewa, kulit kering, tidak terdapat pembesaran gondok, suara parau sejak dilakukan operasi
tiroidektomi. Disorientasi waktu, tempat dan orang, AMT/Abbreviated Mental Test Score 1/10, laboratory (lihat tabel 1).
Non kontras CT Scan kepala, tampak “Background Chronic Microvascular Ischemia”. Diagnosis sementara; delirium disebabkan
gangguan elektrolit, demensia disebabkan hipotiroidism, Alzheimer dengan gejala gangguan tingkah laku dan psikologis.
Selama MRS, penderita selalu dalam kecemasan, selalu mencari suaminya dan tampak stress bila suaminya tidak ada disekitarnya.
Serta selalu bilang minta kembali ke Surabaya, karena dia merasa berada diluar pulau.
Terapi : Levothyroxin 50 mcg sekali sehari pagi, sebagai antipsikotik adalah Haloperidol dilanjutkan oleh Quetiapine untuk mengatasi
gejala psikotik yang timbul, antipsikotik yang diberikan di stop saat gejala yang timbul membaik. Dia menunjukkan suasana hati yang
labil. Kadang-kadang senang, kadang lemas, marah dan bersedih, serta menangis sepanjang hari. Dicoba memberikan Sodium
Valproate, hasil AMT menunjukkan perbaikan menjadi 4/10.
Empat bulan kemudian setelah KRS kadar TSH membaik. Dia masih kadang-kadang bingung serta kadnag-kadnag berhalusinasi
namun sudah jarang. Dia sudah tidak reaktif terhadap halusinasi dan keluarga merasa tingkah lakunya akan dapat ditatalaksana di
rumah.
KASUS Tabel. Laboratory findings of case
Normal On Admission On Review
TSH (mU/L)ˆ 0.4-4 109 12.2
Free T4 (pmol/L) 10-20 6.71 12.48
Free T3 (pmol/L) 2.6-5.7
Serum B12 (pmol/L) 132-835 353
Serum folate (nmol/L) >5 15.34
Urea (mmol/L) 2.8-7.7 4.3
Creatinine (umol/L) 65-125 99
Sodium (mmol/L) 135-145 141
Potassium (mmol/L) 3.5-5.3 3.3
Calcium corrected (mmol/L) 2.1-2.6 2.1
Magnesium (mmol/L) 0.65-0.95 0.84
Phospate (mmol/L) 0.65-1.65 1.22
C reactive protein (mg/L) <3 1.1
Haemoglobin (g/dL) 13-17 10.6
White blood cell count (x10³/uL) 4-10 7.6
Platelet count (x10³/uL) 150-450 377
ˆTSH for case had improved from 109 to 12.2 respectively by outpatient review
KASUS
♀, 75 th, Sekretaris
 10 th yll,  HT, Dislipidemia
Tiroidektomi  di Terapi
 5 th yll : Berhenti minum obat ; Levotiroksin
kadang-kadang berhalusinasi visual, agitatif, bengis  soal perempuan dalam
kebun duduk dibangku
 2 th yll, Pelupa : Memori baru, lama terpelihara  nama bos, nama teman-teman,
alamat rumah
Membuat pertanyaan2 yang sama berulang-ulang
 1 th yll ; menolak mandi dan cuci muka
masih bisa memilih kata2 dan berbicara baik

Diagnosis Fisik :
‒ Tidak ada yang istimewa, kulit kering
‒ Suara agak parau, bekas luka operasi pada leher
‒ Disorientasi tampat, waktu, dan orang
‒ AMT Score 1/10
‒ Lab : lihat tabel 1
‒ CT scan kepala non kontras : Background Chronic Microvascular Ischemia
KASUS Tabel. Laboratory findings of case
Normal On Admission On Review
TSH (mU/L)ˆ 0.4-4 109 12.2
Free T4 (pmol/L) 10-20 6.71 12.48
Free T3 (pmol/L) 2.6-5.7
Serum B12 (pmol/L) 132-835 353
Serum folate (nmol/L) >5 15.34
Urea (mmol/L) 2.8-7.7 4.3
Creatinine (umol/L) 65-125 99
Sodium (mmol/L) 135-145 141
Potassium (mmol/L) 3.5-5.3 3.3
Calcium corrected (mmol/L) 2.1-2.6 2.1
Magnesium (mmol/L) 0.65-0.95 0.84
Phospate (mmol/L) 0.65-1.65 1.22
C reactive protein (mg/L) <3 1.1
Haemoglobin (g/dL) 13-17 10.6
White blood cell count (x10³/uL) 4-10 7.6
Platelet count (x10³/uL) 150-450 377
ˆTSH for for case had improved from 109 to 12.2
Diagnosis sementara
KASUS
‒ Delirium o.k. Gangguan elektrolit
‒ Demensia o.k hipotiroidism
‒ Demensia o.k. Alzheimer  dengan gangguan
tingkah laku & psikologis
KASUS
MRS :
‒ Selalu dalam kecemasan
‒ Selalu minta kembali ke Surabaya
TERAPI
‒ Levothyroxin 50 mcg 1x pagi
‒ Haloperidol kemudian Quetiapine  Terapi Psikotik
Selama terapi tampak suasana hati yang labil.
Senang, lemas, marah, sedih, menangis sepanjang hari
Diberi Sodium Valproate  AMT ↑ 4/10  KRS
KASUS
4 bulan kemudian  TSH membaik
‒ Kadang-kadang bingung
‒ Kadang-kadang halusinasi walau sangat jarang
‒ Tidak reaktif terhadap stimuli

Selanjutnya tatalaksana tingkah laku dapat ditatalaksana


dengan baik di rumah

Diagnosis :
DEMENSIA HIPOTIROIDISM
PRE-TEST
1. Yang benar pada DMT2 adalah :
A. DMT2 hampir pasti menyebabkan demensia di usia lanjut
B. Manajemen DMT2 yang baik pada usia lanjut, akan meningkatkan risiko terjadinya demensia
C. Manajemen yang baik terhadap efek samping kardiovaskular oleh karena DM pada usia dewasa, akan menurunkan
risiko timbulnya demensia pada usia lanjut
D. Gejala demensia akan menghilang dengan pemberian obat tipikal antipsikotik

2. Demensia hipotiroidisme
A. Gejala klinis sama seperti dewasa muda
B. Terapi cukup dengan Levotiroid saja
C. Terapi tidak dipengaruhi oleh lamanya penderita hipotiroidism
D. Terbanyak ada disebabkan otoimun tiroiditis

3. Manakah diantara pernyataan otoimun tiroiditis mengenai terapi pada pasien demensia yang mengalami
agitasi.
A. Neuroleptic efektif dan aman dalam terapi demensia dengan agitasi
B. Mencoba dengan mengalihkan arah perilaku agresif biasanya menciptakan agitasi lebih jaih
C. Antipsikotik tipikal lebih dipilih daripada antipsikotik atipikal
D. Meningkatkan stimulans lingkungan dapat menurunkan perilaku agitasi

4. Mana diantara pernyataan berikut yang sesuai untuk konseling pasien dengan risiko terjadinya demensia
Alzheimer
A. Penurunan kognitif ringan bukan merupakan faktor terjadinya demensia Alzheimer
B. Menurunkan faktor risiko vaskular sebagai komplikasi Diabetes dapat menurunkan risiko demensia Alzheimer
C. Onset depresi dini saat dewasa merupakan faktor prediksi demensia, sehingga harus diterapi
D. Pasien sebaiknya dilakukan tes Gen APOE4 karena keberadaannya menjamin adanya penurunan risiko

Anda mungkin juga menyukai