Kelompok 6 : Kelompok 8 :
- Dinni Ayu Yuliantie - Annisa Ayuning
- Dwi Rahayu - Della Tya
- Latiffa Ihza W - Dina Setya
- Lia Khoerus Sholihah Kelompok 7 : - Dyah Resty
- Melliana Hayuputri - Bagus Dharma - Nudia Ayu
- Sabilla Aulia Muhtar - Clara Setiawati- Rhida Amalia
- Fika Rahma
- Mozadi Fitri
- Nur Azizah
- Siti Rohimatul
- Sumarni Umagap
DEFINISI
DEMENSIA
Demensia adalah sindrom di mana terjadi penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan
untuk memproses pikiran) melebihi apa yang diharapkan dari penuaan normal. Ini
bahasa, dan penilaian. Kesadaran tidak terpengaruh. Gangguan fungsi kognitif biasanya
disertai, dan kadang-kadang didahului, oleh penurunan kontrol emosional, perilaku sosial,
penuaan.
4. Penyakit Alzheimer.
5. Virus imunodefisiensi
manusia (HIV).
3. Stressor Pencetus
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan
keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan
kelumpuhan gerak ekstremitas
Riwayat Kesehatan
Saat ini
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan
yang baru. Pada beberapa kasus, keluarga atau caregiver sering
mengeluhkan bahwa klien sering mengalami tingkah laku aneh dan
kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa meminta izin pada
anggota keluarga yang lain atau caregiver sehingga sangat
meresahkan anggota atau caregiver yang menjaga klien. Pada tahap
lanjut dari penyakit, keluarga atau caregiver sering mengeluhkan
bahwa klien menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat
mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau mengenali anggota
keluarga/caregiver
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penggunaan
obat-obatan anti-ansietas (benzodiazepin), penggunaan
obat-obatan antikolinergik dalam jangka waktu yang lama,
dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian
menderita penyakit Alzheimer pada usia empat puluhan
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Yang perlu di kaji apakah dalam keluarga ada yang
mengalami gangguan psikologi seperti yang dialami oleh
klien, atau adanya penyakit genetik yang mempengaruhi
psikososial (Aspiani, 2014). Pengkajian adanya anggota
generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes
melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit
lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Lansia yang mengalami masalah psikososial Demensia biasanya lemah
2. Kesadaran
Composmentis
3. Tanda-Tanda vital
Suhu, Nadi, Tek. Darah, Respirasi
4. Pemeriksaan Review of System
Sistem Pernapasan, Sistem Sirkulasi, Sistem Persyarafan, Sistem
Perkemihan, Sistem Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal
-Continue-
6. Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan
7. Pola Sensori dan Kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam
melaksanakan tugas, cepat marah, disorientasi
8. Pola Presepsi dan Konsep Diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan
persepsi, tidak mengalami gangguan konsep diri
-Continue-
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Klien dengan demensia umumnya berusia lanjut dengan masa
menopause pada perempuan dan masa andropause pada laki-laki
10. Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress dan Koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
Usia
Resiko terjadinya PA (Penyakit Alzheimer) meningkat
secara nyata dengan meningkatnya usia, meningkat dua
kali lipat setiap 5 tahun pada individu diatas 65 tahun dan
50% individu diatas 83 tahun mengalami demensi
Jenis Kelamin
Beberapa studi prevalensi menunjukkan bahwa PA lebih
tinggi pada wanita dibanding pria. Angka harapan hidup
yang lebih tinggi dan tingginya prevalensi PA pada wanita
yang tua dan sangat tua dibanding pria.
Riwayat Keluarga dan Genetik
Demensia Alzheimer Awitan Dini (Early onset Alzheimer
Disease/EOAD) terjadi sebelum usia 60 tahun, kelompok
menyumbang 6-7% dari kasus PA.
Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubuhan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan
hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa
tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan
yang terpenting pada klien dengan penyakit Alzheimer adalah penurunan kognitif
INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan
No Diagnosa Intervensi
1 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif a. Diskusikan dengan klien akibat dari kamar yang kotor (yang akan memperburuk
berhubungan dengan demensia, keadaan gatal di kulitnya)
hambatan kognitif, keterampilan b. Motivasi klien untuk berlatih senam dengan berdiri agar tubuh lebih bugar
motorik halus/ kasar c. Diskusikan dengan klien mengenai kebiasaan, budaya, herediter,asupan makanan,
peningkatan berat badan serta olahraga
2 Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 tahun pada a. Gunakan simbol daripada hanya tanda-tanda tertulis untuk membantu klien
dewasa dan ≤2 tahun pada anak, menemukan kamar mandi, ruangan atau area lain untuk menghindari tersesat dan
riwayat jatuh, perubahan fungsi terjatuh
kognitif, demensia b. Edukasi kepada klien atau keluarga untuk melakukan pembatasan area dengan
menggunakan alat pelindung misalnya deteksi gerakan, alarm, pagar, pintu, terali
sisi tempat tidur
3 Defisit perawatan diri b.d demensia, a. Observasi kebersihan kuku, pakaian, kulit klien
kelemahan, gangguan psikologis/ b. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan lingkungan yang aman,
psikotik, penurunan motivasi atau santai, tertutup
minat ditandai dengan tidak mampu c. Edukasi keluarga untuk memberikan bantuan dalam melakukan kegiatan perawatan
mandi atau mengenakan pakaian/ diri klien
makan/ ke toilet/ berhias secara
mandiri, minat melakukan perawatan
diri berkurang
KARAKTERIS
TIK
GANGGUAN
PERILAKU
Menurut Stuart (2016) karakteristik
gangguan perilaku pada demensia
adalah
1. Perilaku Psikomotor
Agresif
Peningkatan Gerakan motoric kasar yang memiliki efek
merugikan atau memukul mundur orang lain. Contohnya seperti
memukul, menendang, mendorong, menggaruk, menyerang
3. Perilaku Verbal
Agresif
Vokalisasi yang memiliki efek mengusir orang lain.
Seperti, menuntut, mengganggu, perilaku manipulative,
berteriak, mengeluh, kecendrungan peniadaan
4. Perilaku Pasif
Penurunan perilaku yaitu, penurunan Gerakan motoric kasar
disertai dengan sikap apatis dan kurangnya interaksi dengan
lingkungan. Contohnya penurunan aktivitas, kehilangan minat,
apatis, menarik diri
5. Perilaku Gangguan
Fungsional
Kehilangan kemampuan untuk melakukan perawatan diri,
ekspresi yang mungkin tidak menyenangkan dan memberatkan.
Seperti perilaku vegetative, inkontinensia, kebersihan personel
yang buruk.
TANDA DAN
GEJALA
Tanda dan gejala pada dementia
dibagi menjadi dua, mayor dan
minor.
Gangguan
kepribadian
kemunduran dan perilaku
fungsi kognitif ringan
M
Mudah tersinggung, bermusuhan,
terjadi kemunduran agitasi
dalam dan kejanghal-hal yang baru
mempelajari
Gangguan
psikotik : halusinasi,
menurunya ilusi, waham,
ingatan terhadap paranoid
peristiwa jangka pendek
M
Keterbatasan dalam ADL
kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan
AInkontenensia
suliturine
mengenali benda,
I
Mudah terjatuh
tidakdan keseimbangan
dapat burukdengan berancana,
bertindak sesuai
Sulit mandi, makan,
tidak bisaberpakaian dan toileting
memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh
YLupa meletakkan
depresibarang dialami pada lansia dimana orang yang mengalami demensia sering N
yang penting
Gangguan orientasi waktujarak
kali menjaga dan tempat
dengan: lupa hari, minggu,
lingkungan bulan,
dan lebih tahun dan
sensitif. tempat
Pada saat dimana
ini mungkin
penderita berada
saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi.
O Perubahan perilaku lyang dialami lansia pada penderita demensia bisa menimbulkan
O
delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi,
ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas
R
R sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal.
Perubahan suasana hati dan kepribadian
Terapi aktifitas pada lansia
demensia
1.
Terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas
Guna menstimulasi daya ingat, kemampuan memecahkan masalah,
01
kemampuan berbahasa, meredakan disorientasi pikiran, hingga
meningkatkan kepercayaan diri penderita.
2. Terapi perilaku
Guna menekan perilaku tidak terkontrol yang terjadi karena depresi atau
halusinasi
3. Terapi okupasi
Untuk mengajarkan penderita cara melakukan aktivitas sehari-hari
ANNOUNCEMENTS
dengan aman dan disesuaikan dengan kondisinya, sambil juga
mengajarkan cara mengontrol emosi serta mempersiapkan diri untuk
perkembangan gejala lebih lanjut pada demensia progresif.
You could enter a subtitle here if you need it
4. Terapi validasi
Dengan cara memperlihatkan empati dan memahami kondisi penderita
agar tidak mengalami depresi. Walau dapat membantu
meredakan kebingungan dan kegelisahan penderita, terapi validasi belum
memiliki bukti cukup dalam segi efektivitasnya
PENATALAKSAAN
EDUKASI PASIEN DAN
KELUARGA PADA
LANSIA DENGAN
DEMENSIA RENCANA
PERAWATAN LANJUTAN
DI RUMAH
Discharge Charger
kriteria pasien yang siap untuk dikaji kebutuhan penkes-nya ditunjukkan dalam 3 kategori sebagai berikut :
1. Secara fisik, pasien mampu berpartisipasi dalam proses pengkajian seperti tanda vital yang sudah terkontrol,
kecemasan menurun.
2. Tujuan dalam proses pengkajian dapat dimengerti oleh pasien serta sesuai dengan kebutuhan pasien dan
keluarga.
3. Pengkajian juga harus mempertimbangkan status emosional pasien dan keluarga sehingga mereka dapat
berpartisipasi aktif dalam mengungkapkan kebutuhannya.
Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team kesehatan lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes
sesuai pengkajian. Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting dari pemberian penkes yang
dikenal dengan istilah ”METHOD” dan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing rumah sakit (Slevin, 1996).
M : Medication Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang harus di komsumsi, waktu pemberiannya, tujuan
penggunaan obat, efek obat, gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik lain yang perlu dilaporkan.
E : Environment Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai ketrampilanketrampilan penting yang diperlukan di
rumah, investigasi dan koreksi berbagai bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang adekuat, investigasi sumber-sumber
dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang akan digunakan klien
T : Treatment Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan di rumah, serta mampu
mendemonstrasikan cara perawatan secara benar.
H : Health Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau kondisinya yang terkait dengan fungsi tubuh,
mendeskripsikan makna-makna penting untuk memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan yang lebih tingg.i
O : Outpatient Referral Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan, mengetahui dimana dan siapa yang
dapat dihubungi untuk membantu perawatan dan pengobatannya.
D : Diet Pasien diharapkan mampu: mendeskripsikan tujuan pemberian diet, merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan
dietnya.
Sumber daya
Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas perawatan pasien setelah pulang dari rumah sakit,
seperti keluarga yang akan merawat, financial keluarga, nursing home atau pusat rehabilitasi.
Communication
Komunikasi dilakukan secara multidisiplin melibatkan pasien dan keluarga saat pertama pasien masuk
rumah sakit, selama masa perawatan dan saat pasien akan pulang. Komunikasi dapat dilakukan secara
tertulis dan hasil dokumentasi merupakan pengkajian kebutuhan perawatan pasien berupa ringkasan
pasien dirumah sakit. Komunikasi verbal dilakukan mengenai status kesehatan dilakukan pada pasien,
keluarga, profesional lain dan pelayanan kesehatan untuk rujukan setelah pulang dari rumah sakit.
Coordination
Dalam proses discharge planning harus melakukan koordinasi dengan team multidisiplin serta dengan
unit pelayanan rujukan setelah pasien pulang dari rumah sakit. Komunikasi harus jelas dan bisa
meyakinkan bahwa pasien dan keluarga memahami semua hal yang dikomunikasikan.
.
Collaboration
Kolaborasi dilakukan oleh perawat dengan seluruh team yang terlibat dalam perawatan pasien,
disamping itu adanya kolaborasi antara perawat dengan keluarga dengan memberikan informasi
tentang riwayat kesehatan masa lalu pasien, kebutuhan biopsikososial serta hal – hal yang
berpotensi menghambat proses kontinuitas perawatan.
Continual Reasssesment
Proses discharge planning bersifat dinamis, sehingga status kesehatan pasien akan selalu berubah
sesuai pengkajian yang dilakukan secara kontinyu dan akurat. Fokus pada tahap implementasi ini
adalah memberikan penkes serta pendokumentasian.
Dalam pemberian penkes bukan hanya sekedar pemberian informasi tetapi merupakan suatu
proses yang mempengaruhi perilaku individu, karena kesuksesan suatu pendidikan bisa
diperlihatkan dengan adanya perubahan perilaku. Terbentuknya pola perilaku baru dan
berkembangnya kemampuan seseorang dapat terjadi melalui tahapan yang diawali dari
pembentukan pengetahuan, sikap dan dimilikinya suatu ketrampilan baru.