Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom


atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup
bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa
disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik,
dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang
dengan masyarakat.
Gangguan mental organik merupakan sebuah gangguan mental yang
memiliki dasar organik yang patologis yang juga bisa diidentifikasi seperti
halnya penyakit serebralvaskular, tumor otak, intoksikasi obat-obatan, dll.
Gangguan mental orgnik (GMO) meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokan atas dasar penyebab yang sama dan dapat dibuktikan adalah
penyakit cedera atau rodapaksa otak yang berakibat disfungsi otak.
Disfungsi otak ini dapat primer: seperti pada penyakit cedera dan roda
paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, contoh: trauma kapitis,
dan lain-lain. Disfungsi otak ini juga dapat sekunder, seperti gangguan pada
penyakit sistemik yang menyerang otak (sebagai salah satu dari beberapa
organ atau sistem tubuh).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari Gangguan Mental Organik ?


2. Apa saja klasifikasi Gangguan Mental Organik ?
3. Bagaimana penjelasan etiologi dari Gangguan Mental Organik ?
4. Bagaimana manifestasi dari Gangguan Mental Organik ?
5. Bagaimana pemeriksaan dari Gangguan Mental Organik ?
6. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan Gangguan Mental Organik ?
7. Apa saja perbedaan dimensia dan delirium?
1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan pengertian dari Gangguan Mental Organik


2. Mampu menjelaskan klasifikasi Gangguan Mental Organik
3. Mampu menjelaskan etiologi dari Gangguan Mental Organik
4. Mampu menjelaskan Manifestasi dari Gangguan Mental Organik
5. Mampu menjelaskan pemeriksaan dari Gangguan Mental Organik
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan klien dengan Gangguan Mental
Organik
7. Dapat membedakan dimensia dan delirium
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Gangguan Mental Organik


Gangguan mental organik merupakan sebuah gangguan mental yang
memiliki dasar organik yang patologis yang juga bisa diidentifikasi seperti
halnya penyakit serebo vaskular, tumor otak, intoksikasi obat-obatan, dll.
Dalam kontes dewasa ini, istilah “organik” hanya berati bahwa sindrom
yang diklasifikasikan dapat berkaitan dengan gangguan atau penyakit
sistemik atau otak yang secara bebas dapat didiagnosis. Istilah “simtomatik”
digunakan untuk gangguan mental organik yanng pengaruhnya terhadap
otak tersebut merupakan akibat sekunder dari gangguan atau penyakit
ekstraserebral sistemik. (Ariani, Tutu April 2012)
Suatu kelompok gangguan jiwa yang disebabkan oleh adanya gangguan
pada jaringan otak atau pada organ lain diluar otak tapi mempengaruhi
fungsi otak. (Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU).
Gangguan mental organik adalah gangguan mentak organik yang
berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat
didiagnosis tersendiri (Rusdi Maslim, 2003; 22). 
Gangguan Mental Organik (GMO) adalah suatu Gangguan patologi yang
jelas, misalnya; tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat
(Arif Mansjoer, 2001; 189).

2.2 Klasifikasi Gangguan Mental Organik


2.2.1 Demensia
2.2.1.1 Pengertian
Dimensia merupakan gangguan progesif kronik yang dicirikan
dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi
kepribadian serta perilaku.
Dimensia merupakan gangguan jiwa yang meliputi defisit kognitif
multipel, kerusakan memori utama dan minimal salah satu gangguan
kognitif berikut : afasia (deteriosasi fungsi bahasa), apraksia
(gangguan kemampuan untuk melakukan fungsi motorik walaupun
kemampuan motorik utuh), agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali
maupun menyebutkan nama benda walaupun kemampuan sensori
utuh), atau gangguan fungsi eksekutif (kemampuan untuk berfikir
abstrak dan merencanakan, memulai, mengurutkan, memantau dan
menghentikan perilaku yang kompleks).
Kerusakan memori merupakan tanda awal demensia yang
mencolok. Klien mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru
dan melupakan hal-hal yang telah dipelajari. Pada awalnya memori
yang baru mengalami kerusakan, seperti lua dimanameletakkan benda
tertentu atau lua sedang memasak makanan di kompr. Pada tahap
selanjutnya memori masa lalu terpengaruh; klien melupakan nama
anak-anaknya yang telah dewasa, pekerjaan sepanjang hidupnya,
atau bahkan namanya sendiri.

2.2.1.2 Etiologi
Faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:
1. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan.
2. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan
aterosklerosis dapat menyebabkan stroke. (mengobati hipertensi
dapat mengurangi risiko DAT).
3. Penyakit Parkinson
4. Gangguan genetika, korea huntington atau penyakit Pick
5. Penyakit Prion (protein yang terdapat dalam proses infeksi
penyakit Creutzfeldt-Jakob)
6. Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dapat menyerang
sistem saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks
demensia AIDS
7. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal
hidrosefalus dan cedera akibat trauma kepala

2.2.1.3 Manifestasi Klinis


Gangguan demensia mempunyai gejala sebagai berikut :
1. Afasia
Kehilangan kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara
memburuk dan klien sulit “menemukan” kata-kata
2. Apraksia
Rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun fungsi
sensoriknya tidak mengalami kerusakan
3. Agnosia
Kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda
umum walaupun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan
4. Konfabulasi
Mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini oleh
individu yang terkena
5. Sundown Syndrom
Memburuknya orientasi di malam hari
6. Reaksi Katastrofik
Respons akut atau panik dengan potensi kuat menyakiti diri sendiri
atau orang lain
7. Hiperoralitas
Kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyaah benda-benda yang
cukup kecil untuk dimasukkan ke mulut
8. Kehilangan memori
Awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal yang baru
terjadi, dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu
9. Sulit mengambil keputusan
10. Penilaian buruk
Individu ini mungkin tidak mempunyai kewaspadaan lingkungan
tentang keamanan dan keselamatan.

2.2.1.4 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan tiroid
Dapat menentukan atau mengeliminai disfungsi yang dapat
ditangani
2. Sinar X tengkorak
Biasanya normal, tetapi dapat menandakan trauma kepala
3. CT Scan
Dapat menunjukkan pelebaran ventrikel atau atrofi kortikal
4. EEG
Dapat normal atau menunjukkan beberapa pelambatan
(membantu menentukan disfungsi otak yang dapat ditangani)
2.2.1.5 Pengobatan
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu
mempertahankan kualitas hidup penderita gangguan degeneratif dan
progesif ini.
1. Pendekatan tim multidipliser, meliputi upaya kolaboratif dari
profesional keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiatri, psikologi,
pekerjaan sosial, farmasi, dan rehabilitasi (misalnya ahli terapi
okupasi, fisik, dan aktivitas)
2. Fokus keluarga. Statistik menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang
dengan demensia jenis Al Zheimer tinggal di rumah dan 75%
diantara mereka diurus oleh keluarga dan teman-teman. Jadi,
fokus keluarga pada pengobatan dan penaalaksanaan merupakan
hal yang sangat penting.
3. Penatalaksanaaan berfokus pada komunitas :
a. Kunjungan rumah dilakukan oleh perawat komunitas
b. Adult day care services memberikan layanan aktivitas
terapeutik, layanan rehebilitasi, rekreasi, dan respite service
bagi pemberi asuhan keluarga
c. Fasilitas perawatan pribadi (residensial)
d. Alzheime’s association, menyediakan kelompok pendukung
penyuluhan masyarakat dan keluarga, pengumpulan dana dan
aktivitas melobi untuk penelitian dan tindakan legislatif

4. Intervensi farmakologik
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisi klien
dengan obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu
mempertahankan fungsi neuronal serta menatalaksanakan prilaku
dan gejala yang menimbulkan stress.
Terapi eksperimen
- Obat antikolinesterase, meliputi: Takrin (Cognex), Donepezil (Aricept),
dengan dosis 5 mg/hari (sehari sekali), dan Exelon

- Antioksidan, termasuk Vitamin E, dosis 400-800 IU/ hari

f. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

Proses pengkajian dapat membingungkan dan rumit bagi pasien dimensia. Klien
mungkin tidak mengetahui atau mungkin lupa tujuan wawancara. Perawat
memberikan penjelasan yang sederhana. Klien dapat menjadi bingung atau
mudah lelah sehingga sering istirahat dalam waancara perlu dilakukan.

a) Riwayat

Klien mugkin tidak dapat memberikan riwayat yang lengkap dan akurat yang
menunjukkan kerusakan memori yang baru. Wawancara dengan kelurga, teman,
atau pemberi perawatan diperlukan untuk memperoleh data.

b) Penampilan umum dan perilaku motorik

Percakapan klien dapat terganggu sepanjang waktu. Afasia terlihat ketika klien
tidak dapat menyebutkan nama objek atau orang yang dikenal. Sering
mengulang ulang satu ide, bicara klien dapat menjadi kacau, yang diikuti dengan
kehilagan total fungsi bahasa. Apaksia yaitu kehilangan kemampuan untuk
melakukan tugas yang biasa dilakukan (berpakaian atau menyisir rambut). Klien
tidak dapat meniru tugas ketika tugas diperagakan kepadanya. Pada tahap yang
berat, klien dapat mengalami gangguan cara berjalan. Klien juga dapat
menunjukan perilaku yang tidak malu-malu (membuat lelucon yang tidak tepat,
mengabaikan higiene)

c) Mood dan afek

Pada awal klien mengalami ansietas dan ketakutan selama awal kehilangan
memori dan fungsi kognitif, tetapi tidak dapat mengekspresikan perasaan ini
kepada siapapun. Mood klien lebih cepat beubah tanpa alasan yang jelas,
emosional biasanya mereda dengan cepat. Klien menjadi letargi, tampak apatis,
klien tampak kehilangan semua afek emosional dan tampak bingung serta lesu
d) Proses dan isi pikir

Pada awalnya, kemampuan untuk berpikir abstrak terganggu yang menyebabkan


kehilangan kemampuan untuk merencanakan, mengurutkan, memantau,
memulai, atau menghentikan perilaku yang kompleks. Klien kehilangan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau mengambil tindakan dalam
situasi yang baru karena klien tidak dapat berpikir hal-hal yang harus dilakukan.
Waham kejar sering terjadi, klien dapat menuduh orang lain mencuri barang-
barangnya yang hilang atau yakin bahwa ia telah ditipu.

e) Penilaian dan daya tilik

Klien demensia memiliki penilaian yang buruk, klien tidak dapat mengevaluasi
situasi untuk mengetahui adanya risiko atau bahaya. Daya tilik klien terbatas,
dalam keadaan ini, klien daapat menuduh orang lain mencuri barang yang
dimilikinya yang benar-benar hilang atau terlupakan.

f) Konsep diri

Pada awalnya, klien dapat marah atau frustasi dengan dirinya sendiri karena
kehilangan benda atau melupakan sesuatu yang penting. Kehilangan kesadaran
dirinya, dan kesadaran tersebut secara bertahap menurun sampai klien gagal
mengenali dirinya sendiri

g) Peran dan hubungan

Peran dan hubungan klien dapat berpengaruh terhadap performa kerja klien.
Peran klien sebagai pasangan, rekan, atau orang tua terganggu saat
kemampuan untuk melakukan tugas rutin atau mengenali orang yang dikenal
hilang. Ketidakmampuan klien untuk berpartisipasi dalam percakapan yang
berarti atau acara sosial sangat membatasi hubungan sehingga tidak mampu
menghadapi dunia luar
h) Pertimbangan fisiologi dan perawatan diri

Klien sering mengalami gangguan siklus tidur-bangun, tidur-siang, dan


berkeluyuran malam hari. Klien dapat mengalami inkontensia urine sehingga
dapat mengalami kesulitan untuk membersihkan diri sendiri setelah eliminasi,
aktivitas seperti mandi.

B. Diagnosa

1. Perubahan sensori – presepsi berhubungan dengan penyakit vaskuler,


hipertensi, penyala gunaan jangka panjang zat yang mengakibatkan perubahan
alam perasaan atau perubahan prilaku

2. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan saraf, gangguan proses


pikir

3. Hambatan interaksi sosial behubungan dengan hambatan komunikasi

4. Hambatan verbal komunikasi berhubungan dengan gangguan persepsi, efek


samping obat, perubahan pada harga diri atau konsep diri

C. Intervensi Dx Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam klien mampu mempertahankan orientasi


terhadap waktu, tempat orang dan situasi untuk periode tertentu

KH :

a. Klien mampu melayani saat persepsi didalam lingkungan tidak akurat

1. Kurangi jumlah stimulus pada lingkungan klien (tidak bising, sedikit


orang)
2. Jangan menguatkan halusinasi. Pertahankan realitas dan fokus pada orang
dan situasi yang nyata.

3. Berikan jaminan keselamatan jika klien berespon dengan rasa takut


terhadap persepsi sensori yang tidak akurat

4. Koreksi deskripsi klien atas presepsi yang tidak akurat dan gambarkan
situasi dengan kenyataan.

5. Atur agar perawatan diberikan oleh perawat yang sama secara teratur jika
memungkinkan. 1. Tindakkan ini mengurangi kemunginnan
pembentukan persepsi sensori yang tidak akurat

2. Orientasi realitas mengurangi resepsi sensori yang salah dan


meningkatkan harga diri serta martabat klien

3. Keamanan dan keselamatan klien merupakan prioritas keperawatan

4. Penjelasan, dan partisipasi dan aktivitas nyata mencegah terhadap


kemampuan melakukan halusinaasi

5. Untuk memberikan rasa nyaman dan stabilitas di lingkungan klien

2. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam memori pasien kembali

KH:

a. Klien menyatakan dapat mengingat lebih baik


b. Mampu mendapatkan kembali secara kognitif dan menyampaikan kembali
informasi yang disaampaikan sebelumnya

1. Kaji depresi, ansietas, dan peningkatan stresor yang mungkin


menjadi penyebab kehilangan memori

2. Tentukan obat-obatan terlarang yang dikonsumsi klien yang mungkin


mempengaruhi memori

3. Susun metode pendidikan kesehatan sesuai dengan kemampuan pasien


menyerap informasi

4. Bantu pasien untuk rileks guna meningkatkan konsentrasi

5. Rangsang daya ingat dengan mengulang pengungkapan pikiran terakhir


pasien, bila diperlukan 1. Memantau tingkat depresi, ansietas yang
menyebabkan kehilangan memori

2. Mengumpulkan dan menganalisa data pasien untuk mencegah atau


meminimalkan komplikasi neurologi

3. Memfasilitasi peningkatan memori

4. Memfasilitasi tingkat kenyamanan pasien untuk meningkatkan konsentrasi

5. Memfasilitasi tingkat kenyamanan pasien untuk membantu pengingatan

3. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien menunjukan dapat


berinteraksi sosial
KH:

a. Klien menunjukan prilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki


interaksi sosial 1. Kaji pola dasar interaksi antara pasien dan orang lain

2. Identifikasi tugas-tugas yang dapat meningkatkan atau memperbaiki


interaksi sosial

3. Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan


dalam berkomunikasi dengan orang lain

4. Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

5. Lakukan mediasi antara pasien dan orang lain jika pasien menunjukan
perilaku negatif 1. Membantu pasien mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan sosial

2. Memfasilitasi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain

3. Membantu pasien meningkatkan penilaian pribadi tentang harga diri

4. Memfasilitasi kemampuan orang lain untuk berinteraksi dengan orang lain

5. Membantu pasien meningkatkan penilaian pribadi tentang harga diri

4. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam resiko cedera menurun

KH :

a. Klien mampu memodifikasi gaya idup untuk mengurangi cedera 1.


Berikan edukasi yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk
mencegah cidera
2. Orientasikan kembali pasien terhadap realitas dan lingkungan saat ini bilah
dibutuhkan

3. Bantu ambulasi klien jika perlu

4. Jahui bahaya lingkungan (misalnya, berikan pencahayaan yang adekuat)

1. Mengembangkan dan memberikan pendidikan untuk memfasilitasi


adaptasi secara sadar

2. Memfasilitasi pasien terhadap realita yang ada

3. Mewaspadai resiko cedera akibat jatuh

4. Menganalisis faktor resiko, menentukan resiko kesehatan, memprioritaskan


penurunan resiko untuk individu

2. Delirium

Adalah gangguan akut yang dicirikan dengan kerusakan kognitif, difisit atensi
(Perhatian), dan berkurangnya tingkat orientasi (misalnya, kemampuan berkaitan
dengan waktu, tempat, dan orang).

3. Sindroma amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

Adalah ganggaun yang dicirikan dengan kerusakan memori yang parah dan
ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru, dapat terjadi konfabulasi dan
apatisme.
1. Demensia

a. Pengertian Demensia

2. Delirium

a. Pengertian

Merupakan suatu sindrom yang mencakup gangguan kesadaran yang disertai


dengan perubahan kognisi. Delirium biasanya terjadi dalam waktu singkat,
kadang-kadang tidak lebih dari beberapa jam, dan berfluktuasi atau berubah
sepanjang hari. Klien sulit memberikan perhatian, mudah terdistraksi, disorientasi
dan dapat mengalami gangguan sensori seperti ilusi, salah interpretasi atau
halusinasi

Kira-kira 10 - 15% individu yang berada di rumah sakit mengalami delirium pada
waktu tertentu. Delirium biasa terjadi pada lansia yang sakit akut. Kira-kira 30%-
50% klien geriatri yang sakit akut menjadi delirium pada suatu waktu selama di
rawat di rumah sakit. Anak-anak dapat lebih rentan terhadap delirium, terutama
hal tersebut berkaitan dengan penyakit demam tau obat tertentu seperti
antikolinergik

b. Etiologi

Faktor yang mempengaruhi delirium antara lain :

a) Penyakit akut atau kronis. Seperti gagal jantung kongestiv, pneumonia,


penyakit ginjal dan hati, kanker dan stroke.
b) Faktor hormonal dan nutrisi, seperti diabetes, ketidakseimbangan adrenal
atau tiroid, mal nutrisi dan dehidrasi

c) Kerusakan sensori yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan


pendengaran serta deprivasi tidur

d) Penggunaan obat yang bersifat anti kolinergik

- Obat yang mengandung sistem kolinergik yang dapat mempengaruhi


memori, kemampuan belajar, kemampuan konsentrasi, dan keadaan terjaga

- Obat anti koligenik seperti antipsikotik, antihistamin, antihikoma

e) Prosedur bedah atau trauma, termasuk kehilangan darah dan shok

Jenis obat yang menjadi penyebab delirium:

antikonvulsan, antikolinergik, antidepresan, antihistamin, antipsikotik, aspirin,


barbiturat, benzodiapezin, glikosida jantung, simetidin, agens hipoglikemik,
insulin, narkotik, propranolol (Inderal), reserpin, diuretik tiazid.

Diadaptasi dari McEvoy, R. B. (Ed.). Fact and comparisons 2000. St. Louis: Facts
and comparisons, A. Wolters Kluwer Company, and Mentes, J. C. A nursing
protocol to assess causes of delirium. Jounal of gerontological Nursing, 21(2),
26-30.

c. Manifestasi

Gangguan delirium ditandai dengan gejala-gejala seperti:

a) Gangguan kesadaran dan pemahaman; berkurangnya kemampuan untuk


mempertahankan perhatian terhadap sesuatu hal

b) Pikiran yang kacaudan percakapan yang melantur


c) Ganggaun siklus tidur-bangun

d) Perubahan psikomotor (mis; hiperaktif dan agitasi atau hipoaktif dan


mengantuk)

d Pemeriksaan

1. Pemeriksaan neurologis dan tes neuropsikilogis digunakan untuk


menemukan kerusakan otak.

2. CAT scan dan PET scan menyelidiki menyelidii kerusakan-kerusakan yang


tidak diungkapkan oleh pemeriksaan neurologis. CAT scan pada umumnya
membantu para ahli klinis mengidentifikasikan kerusakan-kerusakan struktual,
seperti tumor, sedangkan PET scan memberikan pengetahuan yang jelas
mengenai semua daeerah yang mengalami disfungsional karena stroke tu
penyebab-penyebab lain

e. Pengobatan

Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab utama


sambil mendukung proses fisiologik klien dalam menjaga dan meningkatkan
keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit biasanya diindikasikan
untuk gangguan ini.

Klien yang mengalami delirium hipoaktif dan tenang tidak memerlukan terapi
farmaklois yang spesifik kecuali yang diindikasikan untuk kondisi kausatif. Sedasi
untuk mencegah cedera diri akibat kurang hati-hati dapat diindikasikan.
Antipsikotik seperti haloperidol (haldol) dapat digunakan dalam dosis 0,5-1 mg
untuk mengurangi agitasi

f. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Riwayat
Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis, alkohol, atau
obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area ini. Informasi
tentang obat-obatan harus mencakup obat yang diresepkan, alkohol, obat
terlarang, dan obat bebas. Kombinasi obat atau dosis standar obat dapat
mengakibatkan delirium, terutama pada lansia. Terkait obat yang dapat
menyebabkan delirium diantaranya: intoksikasi (antikolinergik, litium, alkohol,
sedatif, dan hipnotik), putus obat ( alkohol, sedatif, dan hipnotik), reaksi terhadap
anestesi, obat yang diresepkan atau obat terlarang

b. Penampilan umum dan perilaku motorik

Klien delirium sering mengalami gangguan prilaku psikomotor. Klien mungkin


gelisah dan hiperaktif, sering menarik-narik seprai atau berupaya bangun dari
tempat tidur secara mendadak dan tidak terkoordinasi. Sebaliknya klien dapat
mengalami prilaku motorik yang lambat, tampak lesu dan letargi dengan sedikit
gerakan

Bicara dapat dipengaruhi, menjadi kurang koheren dan lebih sulit dimengerti
ketika delirium memburuk. Klien dapat mengulang-ulang satu topik/bahasan,
bicara melantur dan sulit untuk diikuti, mengalami logorea yang cepat, terpaksa
dan lebih keras dari normal, terkadang berteriak atau menjerit pada malam hari.

c. Mood dan afek

Sering mengalami perubahan mood (seperti, ansietas, takut, marah, dan apati).
Perubahan mood dan emosi tidak terkait dengan lingkungan klien. Ketika klien
merasa sangat takut dan merasa terancam, klien mngkin melawan untuk
melindungi dirinya dari bahaya yang dirasakan

d. Proses dan isi pikir


Ketidakmampuan klien yang nyata untuk mempetahankan perhatian
menyebabkan kesulitan dalam mengkaji proses dan isi pikir klien.

- Isi pikiran klien sering tidak terkait dengan situasi, atau bicaranya tidak
logis dan sulit dimengerti

- Perawat dapat menanyakan bagaimana perasaan klien dan klien akan


bergumam tentang cuaca

- Proses pikir sering mengalami disorganisasi dan tidak masuk akal.


Pikiran juga dapat pecah (tidak berkaitan dan tidak lengkap).

e. Sensorium dan proses intelektual

- Klien menunjukkan penurunan kesadaran dan biasanya berfluktuasi


sepanjang hari terhadap lingkungan atau situasi dan dapat berfokus pada
stimulus yang tidak berkaitan, seperti warna seprai atau ruangan

- Klien mudah terdistraksi oleh suara, orang, atau mispersepsi sensorinya

- Klien tidak dapat memfokuskan, mempertahankan, atau mengubah


perhatiannya secara efektif, dan terdapat kerusakan memori yang baru

- Klien mengalami salah interpretasi, ilusi, dan halusinasi. Contoh ilusi


misalnya mencakup bahwa slang intravena atau kabel listrik adalah seekor ular,
atau salah mengira perawat adalah salah satu anggota keluarga. Contoh
halusinasi: halusinasi penglihatan, klien melihat benda yang tidak ada
stimulusnya dalam realitas seperti malaikat atau gambaran mengerikan diatas
tempat tidur
f. Penilaian dan daya tilik

Klien sering tidak dapat menyadari situasi yang potensial membahayakan dan
tidak dapat bertindak demi kepentingan terbaik mereka sendiri. Misalnya, klien
mungkin mencoba mencabut slang intravena atau kateter urine secara berulang

g. Peran dan hubungan

Klien tidak mungkin menjalankan perannya selama delirium. Akan tetapi,


mencapai kembali tingkat fungsi sebelumnya dan tidak mengalami masalah yang
lama dengan peran atau hubungan akibat delirium

h. Konsep diri

Merasa takut dan terancam, merasa bersalah, malu, terhina

i. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Klien mengalami gangguan tidur-bangun, sulit tidur, mengantuk pada siang hari,
agitasi di malam hari, serta klien mengabaikan isyarat internal tubuh seperti,
la[ar, haus, atau keinginan untuk defekasi

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cedera berhubungan dengan trauma kepala

2. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan penyakit vaskuler,


hipertensi, penyalahgunaan jangka panjang zat yang mengakibatkan perubahan
alam perasaan atau perubahan prilaku

3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penyalagunaan zat, penyakit


vaskuler, hipertensi, hipoksia
C. IntervensiDx Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam klien mampu mempertahankan tingkat fungsi


yang aman dan optimal

KH :

K 1. Orientasikan klien pada keadaan sekitar jika perlu

2. Pantau lingkungan dan cegah rangsangan yang berlebihan dan


rangsangan kesalahan interpretasi

3. Buat daftar dan kaji semua faktor resiko yang mengurangi kemampuan
koping klien, termasuk lingkungan yang tidak aman, ketidakstabilan emosi,
bahaya kerja dan disfungsi keluarga

4. Dapatkan riwayat penggunaaan obat yang lengkap dari klien atau orang
lain yang dipercaya, bersama dengan hasil tes laboratorium 1. Orientasi
pada keadaan sekitar membantu klien menghindari kebingungan dan rasa
frustasi yang berhubungan dengan kehilangan kontak dengan realitas

2. Tindakan ini mengurangi kebingungan, kecemasan dan perasaan yang


sangat terbebani
3. Data pengkajian yang komprehensif memampukan staf (perawat) untuk
menyusun rencana perawatan yang berfokus pada kebutuhan rasa aman klien
yang unik

4. Pengetahuan tentang zat psikoaktif yang digunakan dapat membantu staf


mengantisipasi kebutuhan dan masalah yang mungkin muncul

2. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam menunjukkan klien dapat


belajar untuk berfungsi secara normal dengan mengatasi stres yang
berhubungan dengan waham, sensain abnormal, dan halusinasi

KH:

- klien dapat mengatasi stres yang berkaitan dengan waham dan kesalahan
persepsi 1. Tentukan derajat gangguan kognitif klien dengan melakukan
pengkajian status mental, fokuskan pada perubahan-perubahan dalam orientasi,
memori, intelektual dan penilaian

2. Berkomunikasi dengan jelas sering dan tekhnik topik atau pokok bahasan
yang digulirkan satu persatu

3. Masukkan komunikasi nonverbal kedalam interaksi jika memang


merupakan cara yang dominan yang klien gunakan dalam berkomunikasi

4. Bantu klien mengubah prilaku yang tidak tepat dengan mengarahkan


kembali energi klien ke prilaku berbeda yang lebih sesuai 1. Data pengkajian
menyajikan sebuah landasan untuk mengevaluasi prilaku di masa depan
2. Input yang berlebih dapat menimbulkan reaksi stres ; perawat tidak boleh
membingungkan klien dengan memberi informasi yang berlebihan

3. Komunikasi nonverbal dapat digunakan jika klien mempunyai kerusakan


kognitif yang signifikan atau merasa sangat takut berkomunikasi dengan orang
lain

4. Menggunakan pendekatan konstruktif yang langsung pada fakta


menawarkan klien beberapa pilihan untuk mengubah prilakunya tanpa membuat
klien merasa negatif terhadap dirinya sendiri

3. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam klien proses berpikir


klien normal

KH :

a. Mampu memutus pikiran yang tidak sesuai dengan prioritas

b. Tidak menunjukan halusinasi 1. Beri umpan balik positif bila klien


berfikir dan berperilaku sesuai atau saat klien mengatakan bahwa gagasan atau
tertentu yang ditularkan tidak sesuai dengan realita

2. Jangan biarkan klien melamunkan gagasan yang salah ajak bicara


mengenai orang dan peristiwa yang nyata

3. Lakukan observasi kett terhadap prilku klien jika pikiran waham mengarah
pada prilaku kekerasan

4. Bicara dengan intonsi suara jelas, perlahan, hangat, dan penuh perhatian

5. Dukung pasien untuk mengungkan waham kepada pemberi asuhan


sebelum bereaksi terhadap waham tersebut 1. Umpan balik positif
meningkatkan hrga diri dan menambah keinginan untuk mengulangi prilku yang
sesuai
2. Orientasi realitas meningkatkan harga diri dan martabat klien

3. Keselamatan klien merupakan prioritas keperawatan

4. Melakukan modifikasi lingkungan untuk pasien yang mengalami kondisi


konfusi kronis

5. Meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan orientasi realitas pasien yang


menglami keyakinan yng salah dan kuat

3. Gangguan Amnestik

a. Pengertian

Merupakan gangguan yang ditandai dengan gangguan memori yang disebabkan


oleh efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum atau efek zat yang
menetap, seperti alkohol, atau obat lain. Ganguan memori cukup berat
menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi sosial dan menunjukan
penurunan yang signifikn dari tingkat fungsi sebelumya.

Individu yang mengalami gangguan amnestik sama dengan individu yang


mengalami dimensia dalam hal difisit mmori, kebingungan dan masalah
perhatian, tetapi mereka tidak mengalami defisit kognitif multipel yang terjadi
pada dimensia seperti, afasia, apraksia, agnosia.
b. Etiologi

Beberapa kondisi medis dapat mengakibatkan kerusakan otak dan


mengakibatkan gangguan amnestik:

1. Stroke atau penyakit serebrovaskuler

2. Cedera kepala

3. Pajanan neurotoksis (seperti, keracunan karbonmonoksida, konsumsi


alkohol kronis, dan defisiensi vitamin B12)

c. Manifestasi klinis

Gangguan ini ditandai dengan gejala seperti:

1. Rusaknya kemampuan untuk mempelajari informasi baru

2. Ketidakmampuan mengingat informasi yang baru saja dipelajari atau


kejadian-kejadian di masa lalu

3. Amnesai berat yang dapat menyebabkan disorientasi tempat dan waktu,


tetapi jarang tentang dirinya sendiri

4. Kurangnya wawasan sampai defisit ingatan

5. Apatis, kurang inisiatif

d. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan tiroid

Dapat menentukan atau mengeliminai disfungsi yang dapat ditangani

2. Sinar X tengkorak

Biyasanya normal, tetapi dapat menandakan trauma kepala

3. CT Scan

Dapat menunjukkan pelebaran ventrikel atau atrofi kortikal


4. EEG

Dapat normal atau menunjukkan beberapa pelambatan (membantu menentukan


disfungsi otak yang dapat ditangani)

5. Pemeriksaan neurologis dan tes neuropsikilogis digunakan untuk


menemukan kerusakan otak.

6. CAT scan dan PET scan menyelidiki menyelidii kerusakan-kerusakan yang


tidak diungkapkan oleh pemeriksaan neurologis. CAT scan pada umumnya
membantu para ahli klinis mengidentifikasikan kerusakan-kerusakan struktual,
seperti tumor, sedangkan PET scan memberikan pengetahuan yang jelas
mengenai semua daeerah yang mengalami disfungsional karena stroke tu
penyebab-penyebab lain

e. Pengobatan

Pengobatannya sama dengan delirium bila gangguan amnestik tersebut


merupakan masalah yang akut, dan sama dengan demensia bila gangguannya
kronis

Berdasarkan Videbeck (2008) pengobatan gangguan amnestik berfokus pada


menghilangkan penyebab yang mendasar dan merehabilitasi kondisi klien,
termasuk pencegahan masalah medis lebih lanjut. Terapi untuk klien yang
mengalami gangguan amnestik akibat stroke mencakup rehabilitasi dan
mengurangi faktor resiko stroke lainnya. Klien yang mengalami gangguan
amnestik awitan akut atau cedera otak traumatik sering memperoleh kembali
sebagian besar memori mereka sejalan dengan waktu

f. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Riwayat

Karena penyebab gangguan amnestik juga terkait dengan penyakit medis,


alkohol, atau obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area ini.
Informasi tentang obat-obatan harus mencakup obat yang diresepkan, alkohol,
obat terlarang, dan obat bebas. Kombinasi obat atau dosis standar obat dapat
mengakibatkan gangguan amnestik.

b. Penampilan umum dan perilaku motorik

Klien yang mengalami gangguan amnestik menunjukkan ketidakmampuan untuk


mempelajari informasi baru atau tidak mampu mengingat informasi yang sudah
dipelajari dan peristiwa-peristiwa di masa lalu

c. Mood dan afek

Masalah memory ini dapat mempengaruhi fungsi sosial seseorang secara


negatif, sehingga ingatan spontan sangat terganggu. Diagnosis tidak akan
ditegakkan jika klien mengalami defisit kognitif lain, misalnya afasia, apraksia,
dan agnosia.

d. Proses dan isi pikir

Ketidakmampuan klien untuk mempeajari informasi baru atau tidak mampu


mengingat informasi yang sudah dipelajari menyebabkan individu yang
mengalami gangguan amnestik membutuhkan akomodasi kehidupan yang
diawasi secara ketat untuk memastikan bahwa kebutuhan perawatan dasarnya
terpenuhi.

e. Sensorium dan proses intelektual

- Klien menunjukkan penurunan untuk memperoleh informasi baru

- Klien menunjukkan ketidakmampuan mengingat informasi yang sudah


dipelajari

- Klien menunjukkan ketidakmampuan mengingat peristiwa-peristiwa di


masa lampau
f. Penilaian dan daya tilik

Klien sering mengalami kesulitan dalam berfokus karena sulit menerima


informasi.

g. Peran dan hubungan

Klien tidak mungkin menjalankan perannya selama gangguan amnestik, karena


sering lupa terhadap peristiwa-peristiwa di masa lampau dan sulit menerima
informasi baru.

h. Konsep diri

Merasa malu dan terhina karena sulit menerima informasi.

i. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Klien mengalami kehilangan memory, kebingungan, dan gangguan kemampuan


perhatian

B. Diagnosa

1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan memori berat

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan berpakaian atau berhias, makan


atau ke toilet

3. Resiko cedera berhubungan dengan ansietas, kehilangan memori

C. IntervensiDx Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam klien mampu mengidentifikasi situasi kesehatan


saat ini

KH :

K 1. Luangkan waktu bersama klien dan bicarakan tentang kesehatan


serta kebutuhan keperawatan dari klien

2. Dorong klien untuk mendiskusikan kondisi medisnya saat ini bersama


dengan perawat

3. Sediakan informasi kepada klien dengan menjelaskan atau mengoreksi


kesalahpahamannya mengenai kesehatan

4. Luangkan waktu berbicara dengan klien tentang kebutuhan perawatan diri


sehari-hari
5. Orientasikan klien pada keadaan sekitar jika perlu 1. Waktu yang
diluangkan untuk berbiara dengan perawat memfasilitasi kemampuan klien untuk
mengakui kekhawatiran dasarnya

2. Diskusi tentang kondisi medis menolong klien mengekspresikan


kekhawatiran dan menguatkan situasi kesehatan yang nyata saat ini

3. Informasi yang jelas, sederhana, dan sesuai dengan fakta akan


meningkatkan kemampuan klien untuk memahami kondisi kesehatannya saat ini

4. Tindakan ini mempertinggi kepedulian klien akan kebutuhan pribadi dan


perlunya perawatan dasar sehari-hari

2. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam menunjukkan klien dapat


mempertahankan tingkat partisipasi yang sesuai dalam perawatan diri

KH:

5. Dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari 1. Pantau dan nilai


aktivitas klien dalam mempersiapkan makanan dan aktivitas makan yang
sesungguhnya

2. Berikan dukungan adaptif, peralatan dan ruang yang sesuai untuk


memanipulasi makanan dan perlengkapan makan
3. Dorong klien untuk melakukan semua aktivitas hygiene, pribadi yang dapat
diselesaikan dengan aman tanpa mengeluarkan energi yang berlebih

4. Buat jadwal aktivitas yang meliputi periode aktivitas setelah beraktivitas


1. Pemantauan klien memberikan informasi tentang makanan terbaik
yang dapat diamnipulasi klien dan cara mempersiapkan makanan untuk
meningkatkan partisipasi klien

2. Peralatan khusus meningkatkan kemampuan klien dalam memanipulasi


makanan dan emmberi makanan diri sendiri

3. Partisipasi dalam aktivitas perawatan diri akan meningkatkan harga diri

4. Hal ini penting untuk mencegah agar klien tidak kesepian

3. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien tidak akan mengalami
cedera fisik

KH:

a. Klien dapat melakukan aktivitas sehri-hari tanpa mengalami cedera

b. Tidak menyalah gunakan alkohol atau obat

1. Berikan informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri-cirinya


(misalnya, tangga, jendela, kolam renaang dll)

2. Modifikasi lingkunagn untuk meminimalkan bahaya dan resiko


3. Identifikasi bahaya keamanan di lingkungan (yaitu, fisik, biologi, dan kimia)

4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang bahaya tindakan keamanan


spesifik terhadap area yang beresiko1. Pengetahuan tingkat fungsi klien
penting untuk menyusun rencana keperawatan yang sesuai

2. Meminimalkan penekanan terhadap bahaya tubuh

3. Memanipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan

4. Memberi pengetahuan tentang keamanan

2.3 Perbedaan Delirium dan Demensia

Delirium Demensia

Awitan Cepat Bertahap dan tidak jelas

Durasi Singkat (beberapa jam sampai beberapa hari) Deteriorasi progresif

Tingkat kesadaran Terganggu, berfluktuasi Tidak terpengaruh

Memori Kerusakan memori jangka pendek Kerusakan memori jangka


pendek, kemudian jangka panjang, akhirnya rusak

Bicara Kemungkinan kacau, melantur, logorea, tidak relevan Normal pada


tahap awal, afasia progresif pada tahap selanjutnya

Proses fikir Disororganisasi sementara Gangguan berfikir, akhirnya


kehilangan kemampuan berfikir
Persepsi Halusinasi pengelihatan atau taktil, waham Sering tidak ada,
tetapi dapat mengalami paranoia, halusinasi, ilusi

Mood Ansietas, ketakutan apabila mengalami halusinasi, menangis, mudah


tersinggung Depresi, dan ansietas pada tahap awal, mood yang labil, berjalan
mondar mandir dan gelisah, ledakan kemarahan pada tahap selanjutnya

(Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC)

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat


hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran
secara umum perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak
yang mengalami gangguan.

3.2 Saran

Teknik teknik penatalaksanaan juga diharapkan dapat membantu untuk


mendiagnosis secara tepat dan akurat disamping itu penatalaksanaan yang baik
dapat meliputi hasil antara lain, Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang
optimal,Menjaga keselamatan hidup,pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial
disamping itu diperlukan juga untuk meliibatkan keluarga dalam menyampaikan
Pendidikan kesehatan mental

Anda mungkin juga menyukai