PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.2.1.2 Etiologi
Faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:
1. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan.
2. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan
aterosklerosis dapat menyebabkan stroke. (mengobati hipertensi
dapat mengurangi risiko DAT).
3. Penyakit Parkinson
4. Gangguan genetika, korea huntington atau penyakit Pick
5. Penyakit Prion (protein yang terdapat dalam proses infeksi
penyakit Creutzfeldt-Jakob)
6. Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dapat menyerang
sistem saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks
demensia AIDS
7. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal
hidrosefalus dan cedera akibat trauma kepala
2.2.1.4 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan tiroid
Dapat menentukan atau mengeliminai disfungsi yang dapat
ditangani
2. Sinar X tengkorak
Biasanya normal, tetapi dapat menandakan trauma kepala
3. CT Scan
Dapat menunjukkan pelebaran ventrikel atau atrofi kortikal
4. EEG
Dapat normal atau menunjukkan beberapa pelambatan
(membantu menentukan disfungsi otak yang dapat ditangani)
2.2.1.5 Pengobatan
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu
mempertahankan kualitas hidup penderita gangguan degeneratif dan
progesif ini.
1. Pendekatan tim multidipliser, meliputi upaya kolaboratif dari
profesional keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiatri, psikologi,
pekerjaan sosial, farmasi, dan rehabilitasi (misalnya ahli terapi
okupasi, fisik, dan aktivitas)
2. Fokus keluarga. Statistik menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang
dengan demensia jenis Al Zheimer tinggal di rumah dan 75%
diantara mereka diurus oleh keluarga dan teman-teman. Jadi,
fokus keluarga pada pengobatan dan penaalaksanaan merupakan
hal yang sangat penting.
3. Penatalaksanaaan berfokus pada komunitas :
a. Kunjungan rumah dilakukan oleh perawat komunitas
b. Adult day care services memberikan layanan aktivitas
terapeutik, layanan rehebilitasi, rekreasi, dan respite service
bagi pemberi asuhan keluarga
c. Fasilitas perawatan pribadi (residensial)
d. Alzheime’s association, menyediakan kelompok pendukung
penyuluhan masyarakat dan keluarga, pengumpulan dana dan
aktivitas melobi untuk penelitian dan tindakan legislatif
4. Intervensi farmakologik
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisi klien
dengan obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu
mempertahankan fungsi neuronal serta menatalaksanakan prilaku
dan gejala yang menimbulkan stress.
Terapi eksperimen
- Obat antikolinesterase, meliputi: Takrin (Cognex), Donepezil (Aricept),
dengan dosis 5 mg/hari (sehari sekali), dan Exelon
f. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Proses pengkajian dapat membingungkan dan rumit bagi pasien dimensia. Klien
mungkin tidak mengetahui atau mungkin lupa tujuan wawancara. Perawat
memberikan penjelasan yang sederhana. Klien dapat menjadi bingung atau
mudah lelah sehingga sering istirahat dalam waancara perlu dilakukan.
a) Riwayat
Klien mugkin tidak dapat memberikan riwayat yang lengkap dan akurat yang
menunjukkan kerusakan memori yang baru. Wawancara dengan kelurga, teman,
atau pemberi perawatan diperlukan untuk memperoleh data.
Percakapan klien dapat terganggu sepanjang waktu. Afasia terlihat ketika klien
tidak dapat menyebutkan nama objek atau orang yang dikenal. Sering
mengulang ulang satu ide, bicara klien dapat menjadi kacau, yang diikuti dengan
kehilagan total fungsi bahasa. Apaksia yaitu kehilangan kemampuan untuk
melakukan tugas yang biasa dilakukan (berpakaian atau menyisir rambut). Klien
tidak dapat meniru tugas ketika tugas diperagakan kepadanya. Pada tahap yang
berat, klien dapat mengalami gangguan cara berjalan. Klien juga dapat
menunjukan perilaku yang tidak malu-malu (membuat lelucon yang tidak tepat,
mengabaikan higiene)
Pada awal klien mengalami ansietas dan ketakutan selama awal kehilangan
memori dan fungsi kognitif, tetapi tidak dapat mengekspresikan perasaan ini
kepada siapapun. Mood klien lebih cepat beubah tanpa alasan yang jelas,
emosional biasanya mereda dengan cepat. Klien menjadi letargi, tampak apatis,
klien tampak kehilangan semua afek emosional dan tampak bingung serta lesu
d) Proses dan isi pikir
Klien demensia memiliki penilaian yang buruk, klien tidak dapat mengevaluasi
situasi untuk mengetahui adanya risiko atau bahaya. Daya tilik klien terbatas,
dalam keadaan ini, klien daapat menuduh orang lain mencuri barang yang
dimilikinya yang benar-benar hilang atau terlupakan.
f) Konsep diri
Pada awalnya, klien dapat marah atau frustasi dengan dirinya sendiri karena
kehilangan benda atau melupakan sesuatu yang penting. Kehilangan kesadaran
dirinya, dan kesadaran tersebut secara bertahap menurun sampai klien gagal
mengenali dirinya sendiri
Peran dan hubungan klien dapat berpengaruh terhadap performa kerja klien.
Peran klien sebagai pasangan, rekan, atau orang tua terganggu saat
kemampuan untuk melakukan tugas rutin atau mengenali orang yang dikenal
hilang. Ketidakmampuan klien untuk berpartisipasi dalam percakapan yang
berarti atau acara sosial sangat membatasi hubungan sehingga tidak mampu
menghadapi dunia luar
h) Pertimbangan fisiologi dan perawatan diri
B. Diagnosa
1. Tujuan:
KH :
4. Koreksi deskripsi klien atas presepsi yang tidak akurat dan gambarkan
situasi dengan kenyataan.
5. Atur agar perawatan diberikan oleh perawat yang sama secara teratur jika
memungkinkan. 1. Tindakkan ini mengurangi kemunginnan
pembentukan persepsi sensori yang tidak akurat
2. Tujuan:
KH:
3. Tujuan:
4. Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
5. Lakukan mediasi antara pasien dan orang lain jika pasien menunjukan
perilaku negatif 1. Membantu pasien mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan sosial
4. Tujuan:
KH :
2. Delirium
Adalah gangguan akut yang dicirikan dengan kerusakan kognitif, difisit atensi
(Perhatian), dan berkurangnya tingkat orientasi (misalnya, kemampuan berkaitan
dengan waktu, tempat, dan orang).
3. Sindroma amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
Adalah ganggaun yang dicirikan dengan kerusakan memori yang parah dan
ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru, dapat terjadi konfabulasi dan
apatisme.
1. Demensia
a. Pengertian Demensia
2. Delirium
a. Pengertian
Kira-kira 10 - 15% individu yang berada di rumah sakit mengalami delirium pada
waktu tertentu. Delirium biasa terjadi pada lansia yang sakit akut. Kira-kira 30%-
50% klien geriatri yang sakit akut menjadi delirium pada suatu waktu selama di
rawat di rumah sakit. Anak-anak dapat lebih rentan terhadap delirium, terutama
hal tersebut berkaitan dengan penyakit demam tau obat tertentu seperti
antikolinergik
b. Etiologi
Diadaptasi dari McEvoy, R. B. (Ed.). Fact and comparisons 2000. St. Louis: Facts
and comparisons, A. Wolters Kluwer Company, and Mentes, J. C. A nursing
protocol to assess causes of delirium. Jounal of gerontological Nursing, 21(2),
26-30.
c. Manifestasi
d Pemeriksaan
e. Pengobatan
Klien yang mengalami delirium hipoaktif dan tenang tidak memerlukan terapi
farmaklois yang spesifik kecuali yang diindikasikan untuk kondisi kausatif. Sedasi
untuk mencegah cedera diri akibat kurang hati-hati dapat diindikasikan.
Antipsikotik seperti haloperidol (haldol) dapat digunakan dalam dosis 0,5-1 mg
untuk mengurangi agitasi
f. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat
Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis, alkohol, atau
obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area ini. Informasi
tentang obat-obatan harus mencakup obat yang diresepkan, alkohol, obat
terlarang, dan obat bebas. Kombinasi obat atau dosis standar obat dapat
mengakibatkan delirium, terutama pada lansia. Terkait obat yang dapat
menyebabkan delirium diantaranya: intoksikasi (antikolinergik, litium, alkohol,
sedatif, dan hipnotik), putus obat ( alkohol, sedatif, dan hipnotik), reaksi terhadap
anestesi, obat yang diresepkan atau obat terlarang
Bicara dapat dipengaruhi, menjadi kurang koheren dan lebih sulit dimengerti
ketika delirium memburuk. Klien dapat mengulang-ulang satu topik/bahasan,
bicara melantur dan sulit untuk diikuti, mengalami logorea yang cepat, terpaksa
dan lebih keras dari normal, terkadang berteriak atau menjerit pada malam hari.
Sering mengalami perubahan mood (seperti, ansietas, takut, marah, dan apati).
Perubahan mood dan emosi tidak terkait dengan lingkungan klien. Ketika klien
merasa sangat takut dan merasa terancam, klien mngkin melawan untuk
melindungi dirinya dari bahaya yang dirasakan
- Isi pikiran klien sering tidak terkait dengan situasi, atau bicaranya tidak
logis dan sulit dimengerti
Klien sering tidak dapat menyadari situasi yang potensial membahayakan dan
tidak dapat bertindak demi kepentingan terbaik mereka sendiri. Misalnya, klien
mungkin mencoba mencabut slang intravena atau kateter urine secara berulang
h. Konsep diri
Klien mengalami gangguan tidur-bangun, sulit tidur, mengantuk pada siang hari,
agitasi di malam hari, serta klien mengabaikan isyarat internal tubuh seperti,
la[ar, haus, atau keinginan untuk defekasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tujuan:
KH :
3. Buat daftar dan kaji semua faktor resiko yang mengurangi kemampuan
koping klien, termasuk lingkungan yang tidak aman, ketidakstabilan emosi,
bahaya kerja dan disfungsi keluarga
4. Dapatkan riwayat penggunaaan obat yang lengkap dari klien atau orang
lain yang dipercaya, bersama dengan hasil tes laboratorium 1. Orientasi
pada keadaan sekitar membantu klien menghindari kebingungan dan rasa
frustasi yang berhubungan dengan kehilangan kontak dengan realitas
2. Tujuan:
KH:
- klien dapat mengatasi stres yang berkaitan dengan waham dan kesalahan
persepsi 1. Tentukan derajat gangguan kognitif klien dengan melakukan
pengkajian status mental, fokuskan pada perubahan-perubahan dalam orientasi,
memori, intelektual dan penilaian
2. Berkomunikasi dengan jelas sering dan tekhnik topik atau pokok bahasan
yang digulirkan satu persatu
3. Tujuan:
KH :
3. Lakukan observasi kett terhadap prilku klien jika pikiran waham mengarah
pada prilaku kekerasan
4. Bicara dengan intonsi suara jelas, perlahan, hangat, dan penuh perhatian
3. Gangguan Amnestik
a. Pengertian
2. Cedera kepala
c. Manifestasi klinis
d. Pemeriksaan
2. Sinar X tengkorak
3. CT Scan
e. Pengobatan
f. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat
h. Konsep diri
B. Diagnosa
KH :
2. Tujuan:
KH:
3. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien tidak akan mengalami
cedera fisik
KH:
Delirium Demensia
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran