Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Demensia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Definisi

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55

tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan

fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir

dengan kematian (Hutapea, 2005).

Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh

usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua

normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu

(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).

1
 
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Kelainan mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian orang tersebut

mengalami gangguan. Gangguan kepribadian yang walaupun hanya mengenai aspek


dalam pikirannya, namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi

intelektual yang progresif dan ireversibel (Nugroho, 2009).

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi

aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Mickey

Stanley, 2006)

Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual

dapat diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif,

emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama

pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks

serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan

kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi

ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk

menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang

secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan

untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

1.2 Etiologi

Sheila (2008) menyatakan faktor-faktor penyebab demensia dapat dibagi

menurut beberapa penyebab :

a.       Infeksi

1)      Neurosifilis
2)      Tuberkolosis

3)      Penyakit virus

b.      Gangguan metabolik

1)      Hipotiroidisme

2)      Keseimbangan elektrolit

c.       Defisiensi zat-zat makanan

1)      Defisiensi vitamin B12

2)      Defisiensi Niamin

3)      Defisiensi Korsakoff (tiamin)

d.      Lesi desak ruang

1)      Hematoma subdural

2)      Tumor

3)      Abses

e.     Infark otak

f.       Zat-zat toksik

1)      Obat-obatan

2)      Alkohol

3)      Arsen

g.      Gangguan vaskuler

1)      Embolus serebral

2)      Vaskulitis serebral

h.      Lain-lain
1)      Penyakit Parkinson

2)      Penyakit Wilson

3)      Penyakit Huntington

4)      Depresi

5)      Cedera kepala sebelumnya

1.3 Tanda dan Gejala

Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala

demensia adalah :

1.     Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi

bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2.     Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,

tempat penderita demensia berada.

3.     Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita

yang sama berkali-kali.

4.     Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama

televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan

gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa

perasaan-perasaan tersebut muncul.

5.     Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

1.4 Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.

Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf

pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur

30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan

kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit

degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi,

metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel

neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi

protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area

kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang

diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan

gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium

(perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami

gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau

penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal

tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).


Komplikasi

Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia

adalah:

1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.


a). Ulkus diabetikus

b). Infeksi saluran kencing

c). Pneumonia

2. Thromboemboli, infarkmiokardium

3. Kejang.

4. Kontraktur sendi.

5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.

6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.

1.7 Diagnostik Test

Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :

a. Pemeriksaan laboratorium rutin

b. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

c. Pemeriksaan EEG

d. Pemeriksaan cairan otak

e. Pemeriksaan genetika

f. Pemeriksaan neuropsikologis

1.8 Penatalaksanaan Medis

Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak

dapat disembuhkan.

a.       Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase

seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine


b.      Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,

Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki

gangguan kognitif.

c.       Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi

perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan

darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.

d.      Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi

seperti Sertraline dan Citalopram.

e.       Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa

menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya

Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan

menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada

penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

1.9 Fokus Assessment

Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan masa lalu klien

yang beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit yang pernah diderita klien

yang bisa menyebabkan demensia seperti : penyakit degenaratif, penyakit

serebrovaskuler, gagal jantung, trauma otak, infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis),

Hidrosefaulus normotensif, Tumor primer atau metastasis, stress mental, heat stroke,

whipple disease, diabetes.


Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan yang

berarti, kerusakan fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri

1.9 Diagnosa Keperawatan

Doengoes (2007) intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien

dengan hiperbilirubin

1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron

ireversibel)

Intervensi Keperawatan Rasional

-Lakukan pendekatan kepada -Untuk membina hubungan

klien secara verbal terapeutik antara klien dan

perawaat

-Panggil klien dengan namanya -Menghargai klien sesuai dengan

keadaan yang ada

-Tatap wajah Klien ketika -Menghormati klien sebagai


2.
berbicara pasangan bicara
Hambatan komunikasi verbal sehubungan dengan perubahan persepsi
-Tuliskan nama perawat di -Mengasah daya ingat klien tanpa

sebuah kertas dan ditempelkan memaksakan kemampuan klien

pada salah satu tempat yang

mudah dilihat klien

-Menyebutkan nama perawat tiap -Melatih kemampuan klien untuk

bertemu dan menanyakan mengingat

kembali ketika akan berpisah


Intervensi Keperawatan Rasional

-Kaji kemampuan klien untuk -Untuk melihat tingkat

berkomunikasi pengetahuan dan bahasa yang

sering digunakan klien saat

berkomunikasi

-Gunakan komunikasi non-verbal -Memperlancar komunikasi agar

tidak kaku

-Gunakan bahasa tubuh untuk -Membuat klien lebih mengerti

menyampaikan sesuatu dalam berkomunikasi selain

membaca

-Gunakan bahasa Indonesia yang -Klien dapat memahami dengan

baik dan baku (mudah dimengerti baik maksud dari kata-kata yang

ditanyakan

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini dibahas mengenai pengkajian pasien yang dirawat (identitas

pasien, riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, diagnostik test, data

analisis), diagnosis keperawatan, asuhan keperawatan (prioritas masalah, tujuan dan

hasil yang diharapkan, perencanaan), implementasi, dan evaluasi.

2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian identitas pasien, riwayat

keperawatan pemeriksaan fisik dan diagnostik test yang mendukung pengumpulan data

2.1.1 Identitas pasien

a.     Nama : Ny. U

b.     Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1941

c.      Usia : 82 Tahun

d.     Pendidikan terakhir : SD

e.     Agama : Islam

f.       Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia

g.     Status perkawinan : Janda

h.     Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg

i.       Penampilan secara umum : Sehat dan bersih

j.       Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo matang

k.      Alamat : Panti Werdha Budi Pertiwi

l.       Orangyang dapat dihubungi : Tidak ada

m.    Hubungan dengan klien :-

n.     Perawat yang bertugas : Freestly Janry Sanger

o.     Tanggal perawatan : 04-15 February 2013

Genogram

klien 90+ thn (sehat)


(Klien tidak tidak ingat keluarga klien, klien dibawa oleh tukang bejak ke panti dan tidak

membawa Kartu Identitas)

Riwayat Lingkungan Hidup Klien

Klien menyatakan berasal dari cicalengka (informasi didapatkan dari pertugas

panti werdha) dan sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu

Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien

Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman

panti werdha yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.

Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual

Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama

dengan teman-teman panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.

ADL (Activity Daily Living)

Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi,

kontinen, kekamar kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan kadang-kadang

klien harus di bantu orang lain.

2.1.2 Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan klien meliputi status kesehatan klien saat ini dan status

kesehatan masa lalu.


Status Kesehatan Klien Saat Ini

Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehatannya secara verbal, dari segi

fisik mengalami kyphosis dan saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia.

Status Kesehatan Masa Lalu Klien

Saat ditanyakan, klien menyatakan sudah lupa atau tidak tahu.

2.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. U adalah:

a.         Keadaan umum : Baik

b.         Tingkat kesadaran : Compos Mentis

c.         Skala koma Glasgow : 15 (E=6, M=4, V=5)

d.         Tanda-tanda vital : T: 37ºc, P: 80 x/m, R: 17x/m, BP: 120/80 mmHg

e.         TB dan BB : 142 cm dan 34 kg

f.          Kulit : Sawo matang, turgor, hiperpigmentasi

g.         Kepala : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak

ada memar dan tidak ada lesi

h.        Rambut dan kuku : rambut berminyak dan beruban, kuku bersih

i.          Mata : Simetris, ada katarak dan konjunktiva normal.

j.           Telinga : Simetris, tak tampak kotoran

k.         Hidung : Simetris, tampak bersih

l.          Mulut dan gigi : Jumlah gigi 2 buah, ada karies.

m.       Leher : Tak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah

bening, dan tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis, simetris.


n.        Sistem Kardiovaskuler : BP= 120/80 mmHg, P= 79 x/m, tidak nyeri tekan.

o.         Sistem Pernafasan : Pernafasan normal, R= 18 x/m, bronkovesikular, dan

resonance.

p.         Sistem Gastrointestinal : Tampak tumpukan lemak yang berlipat-lipat, tak ada nyeri

tekan, lambung= tympani, hati= dulness

q.         Anus dan genitalia : Ada sedikit kotoran dan sedikit bau

r.          Sistem Perkemihan : Tidak nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih 5-7 x/hari

s.         Sistem Muskuloskeletal : Bentuk tulang belakang khiposis.

t.          Sistem Endokrin : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar

getah bening.

u.        Sistem Imun : Menurun seiring dengan pertambahan usia.

Riwayat Psikososial

Klien tidak dapat menceritakan dengan jelas riwayat psikososialnya. Dari

informasi yang didapatkan oma Utik hanya di bawa oleh seorang wanita yang

menemukannya di jalan dan membawanya ke panti werdha, pada saat itu keadaan oma

Utik sudah mengalami demensia.

Keterangan :

Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang

diberikan klien tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah pikun

(demensia).

2.1.4 Diagnostik Test

Depresi Beck
Nama : Ny. U

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir :-

Tanggal tes : 11 February 2013

No 0 1 2 3 NILAI
.
1 ü
2 ü
3 ü 1
4 ü
5 ü
6 ü
7 ü
8 ü
9 ü
10 ü
11 ü
12 ü
13 ü 2
14 ü
15 ü
16 ü
17 ü
18 ü
19 ü
20 ü 2
21 ü 3
JUMLAH TOTAL 8

NORMAL BECK DEPRESSION INVENTORY

Nilai Total Tingkatan Depresi

1 – 10 Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar

11 – 16 Gangguan “mood” atau perasaan murung yang ringan

17 – 20 Garis batas murung yang ringan


21 – 30 Depresi sedang

31 – 40 Depresi parah

40 Ke atas Depresi ekstrim

SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)

1.     Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20, )

2.     Apa hari minggu itu? = Tidak tahu

3.     Apa nama tempat ini? = Tidak tahu

4.     Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada

5.     Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat

6.     Berapa umur anda? = Tidak ingat

7.     Kapan anda lahir? = Tidak ingat

8.     Siapa Presiden Indonesia sekarang? = Tidak tahu

9.     Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu

10.  Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan ke bawah.

= Tidak tahu

Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0

INDEKS KATZ

1.         Bathing : Mandiri

2.         Dressing : Mandiri

3.         Toileting : Mandiri


4.         Transferring : Mandiri

5.         Continence : Mandiri

6.         Feeding : Tergantung

Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas

2.1.5 Data Analisis

Data analisis yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian pada Ny. U seperti

yang tertulis pada tabel dibawah ini.

No Tanggal Data Problem Etiology

1 11-02-2013 Ds : “siapa freestly (dalam bahasa Perubahan perubahan

sunda) ?” proses fisiologis

Do : : Klien tidak mampu pikir (degenerasi

mengingat nama perawat dengan neuron

terus menanyakan nama perawat ireversibel)

tiap kali bertemu, klien mampu

menjawab pertanyaan pada saat

2 12-02-2013 pengkajian dan menjawab secara Hambatan Perubahan

berubah-ubah setiap harinya, tidak komunikasi persepsi

mampu menjawab pertanyaan verbal

yang diberikan

Ds : “-”

Do : Klien tidak bisa mendengar,

klien tidak tahu hari dan tanggal


saat ini, susah mengingat orang,

hanya mengetahui bahasa sunda

dan kurang tahu bahasa indonesia

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian adalah

1. Perubahan proses pikir s/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

2. Hambatan komunikasi verbal s/d perubahan persepsi.


2.3 Asuhan Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasional Implementasi evaluasi


Kriteria
1 11 Perubahan Klien mampu -    Lakukan -    Untuk 11-13 February 13 February
February proses pikir s/d mengingat pendekatan membina 20123 2013
2013pp\ perubahan nama kepada klien hubungan At 11.00 At 13.50
fisiologis perawat secara verbal terapeutik -   Melakukan S : “siapa yang
(degenerasi dengan dan tindakan antara klien pendekatan pada namanya
neuron kriteria tidak dan perawat nenek utik. freestly”.
ireversibel) menanyakan -    Panggil klien -    Menghargai
Ds : “siapa nama dengan klien sesuai O : klien belum
freestly (dalam perawat namanya. dengan -   Memanggil nama mampu
bahasa sunda) ?” setelah keadaan yang klien pada saat menyebutkan
tindakan ada. berbincang. nama perawat
Do : Klien tidak keperawatan. -    Tatap wajah -    Menghormati tanpa
mampu klien ketika klien sebagai -   Menatap wajah mengingatkan
mengingat nama berbicara pasangan klien saat berbicara. nya lagi.
perawat dengan bicara.
terus -    Tuliskan -    Mengasah -   Menuliskan nama A : masalah
menanyakan nama perawat daya ingat perawat di kertas belum teratasi.
nama perawat di sebuah klien tanpa dan
tiap kali bertemu, kertas dan di memaksakan menempelkannya di P : Lanjutkan
klien mampu tempelkan klien. meja samping intervensi
menjawab pada salah tempat tidur klien.
pertanyaan pada satu tempat -   Menyebutkan nama
saat pengkajian yang mudah perawat dan
dan menjawab dilihat klien. menanyakan
secara berubah- -    Sebutkan -Melatih kembali ketika akan
ubah setiap nama perawat kemampuan berpisah.
harinya, tidak tiap bertemu klien untuk
mampu dan mengingat
menjawab menanyakan
pertanyaan yang kembali ketika
diberikan akan berpisah

2 11 Hambatan Klien dapat -    Kaji -    Untuk melihat 11-13 Februay 2013 13 February
February komunikasi berkomunika kemampuan tingkat At 11.00 2013
2013 verbal si dengan klien untuk pengetahuan, -      Mengkaji At 12.00
s/d perubahan baik setelah berkomunikas dan bahasa kemampuan S : “__”.
persepsi. tindakan i. yang sering berkomuniakasi
keperawatan digunakan klien. O : klien masih
Ds : “-” klien saat belum dapat
berkomunikasi -      Menggunakan berkomunikasi
Do : Klien tidak komunikasi non dengan baik,
bisa mendengar, -    Memperlancar verbal dengan klien tidak dapat
klien tidak tahu komunikasi menuliskan di buku menjawab
hari dan tanggal -    Gunakan agar tidak hal-hal yang ingin pertanyaan-
saat ini, susah komunikasi kaku. diperbincangkan pertanyaan
mengingat orang, non-verbal. agar dapat dibaca yang mudah
hanya klien. dijawab.
mengetahui -    Membuat -    Menggunakan
bahasa sunda klien lebih bahasa tubuh A: Masalah
dan kurang tahu -    Gunakan mengerti seperti pergerakan belum teratasi.
bahasa indonesia bahasa tubuh dalam bibir, dan tangan.
untuk berkomunikasi P: Lanjutkan
menyampaika selain -    Menggunakan intervensi
n sesuatu. membaca. bahasa Indonesia
yang baik dan baku
-    Klien dapat
memahami
-    Gunakan dengan baik
bahasa maksud dari
Indonesia kata-kata yang
yang baik dan ditanyakan
baku (mudah
dimengerti)
BAB III

PENDIDIKAN KESEHATAN

3.1 Latar Belakang Topik

Setelah dilakukan pengkajian pada klien, didapatkan tanda dan gejala yang

mengarah pada demensia seperti: 1) Menurunnya daya ingat, 2) Gangguan

komunikasi verbal, 3) Gangguan orientasi waktu dan tempat, 4) Penurunan dan

ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, 5) Adanya perubahan

perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah. Dengan hasil tersebut

maka penulis memutuskan untuk memilih demensia sebagai materi penulisan grand

case gerontik.

3.2 Satuan Acara Pembelajaran

Pokok Bahasa : Demensia

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian Demensia

2. Gejala Demensia

3. Penyebab Demensia

Sasaran : Ny. U

Tempat : Panti Werdha Budi Pertiwi Bandung

Hari/tanggal : 12 Januari 2013-03

Waktu : 1 x 30 menit

Penyuluh : Freestly Sanger

Tabel 3.1 Satuan Acara Pembelajaran


No Tahap Kegiatan penyuluhan Sasaran Waktu

1.     Pembukaan 1.Salam Menjawab 5 menit


2.Menyampaikan salam dan
tujuan mendengarkan

2 Inti Menjelaskan Mendengarakan 25 menit


pengertian dan bertanya
Demensia, jika ada yang
Menyebutkan gejala kurang jelas
Demensia,
Menyebutkan
penyebab Demensia.
3 Penutup 1. Mengevaluasi Menjawab 5 menit
2. Menarik pertanyaan dari
kesimpulan penyuluh

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit, diharapkan

Tn. A dapat memahami tentang demensia.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan / pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit,

diharapkan Ny. U yang mengalami demensi mampu:

1. Menjelaskan pengertian demensia

2. Menyebutkan gejala demensia

3. Menyebutkan penyebab demensia

3.3 Materi

Pengertian Demensia

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang

secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan

kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Kelainan mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian orang tersebut

mengalami gangguan. Gangguan kepribadian yang walaupun hanya mengenai


aspek dalam pikirannya, namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi

intelektual yang progresif dan ireversibel

Gejala demensia adalah :

1.         Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi

bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2.         Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,

tempat penderita demensia berada.

3.         Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau

cerita yang sama berkali-kali.

4.         Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama

televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan

gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa

perasaan-perasaan tersebut muncul.

5.         Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

Penyebab Demensia

a.       Infeksi

1)      Neurosifilis

2)      Tuberkolosis

3)      Penyakit virus

b.      Gangguan metabolik

1)      Hipotiroidisme

2)      Keseimbangan elektrolit

c.       Defisiensi zat-zat makanan

1)      Defisiensi vitamin B12


2)      Defisiensi Niamin

3)      Defisiensi Korsakoff (tiamin)

d.      Lesi desak ruang

1)      Hematoma subdural

2)      Tumor

3)      Abses

e.     Infark otak

f.       Zat-zat toksik

1)      Obat-obatan

2)      Alkohol

3)      Arsen

g.      Gangguan vaskuler

1)      Embolus serebral

2)      Vaskulitis serebral

h.      Lain-lain

1)      Penyakit Parkinson

2)      Penyakit Wilson

3)      Penyakit Huntington

4)      Depresi

5)      Cedera kepala sebelumnya.

E. PENILAIAN DAN EVALUASI

1. Kognitif : Ny. U tidak mampu menyebutkan pengertian demensia, menyebutkan

gejala demensia, menyebutkan penyebab demensia, menyebutkan.


2. Afektif : Ny. U tidak mampu menerima dan menunjukkan sikap menerima

penjelasan penyuluh.

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Menurut Hutapea, 2005, Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima

sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian. Dan Menua (menjadi tua)

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus


menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada

semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000). Demensia adalah penurunan

kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi

gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian,

dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Dengan adanya perubahan dalam proses

berpikir ini, maka asuhan keperawatan sangat dibutuhkan dalam menangani

masalah pada usia lanjut ini.

4.2 Saran

Kurangnya informasi kepada klien tentang demensia, perawatan dan tentang

cara untuk pencegahan, maka penulis memberi saran kepada Panti Werdha Budi

Pertiwi Bandung untuk menyediakan sarana pendidikan kesehatan yang

berhubungan dengan demensia dengan materi yang sederhana yang dapat di cerna

oleh klien dengan mudahnya sehingga klien dapat mengerti tentang demensia mulai

dari definisi, penyebab, tanda dan gejala dan cara pencegahannya.

Anda mungkin juga menyukai