Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN DEMENSIAS PADA LANSIA”

OLEH :

MAGDALENA DETE (NIM. 011191045)

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandangdari usiaharapan hidup yang
meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia
berjumlah 7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun
2013 populasi lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Dan di Indonesia tahun 2014
mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di
tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari
empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita. Lanjut usia pasti
mengalami masalah kesehatan yang diawali dengan kemunduran selsel tubuh,
sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia
adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, termasuk,
beberapa penyakit sepeti hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan dan
demensia.Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia.
Angka kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20
tahun, yaitu 65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050
(Alzheimer’s Disease International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia
mengikuti peingkatan populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut
dapat dilihat terjadi peningkatan prevalensi demensia setiap 20 tahun. Deklarasi
Kyoto menyatakan tingkat prevalensi dan insidensi demensia di Indonesia
menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang (Alzheimer’s
Disease International, 2006). Data demensia di Indonesia pada lanjut usia (lansia)
yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi lansia (Tempo, 2011).
Prevalensi demensia meningkat menjadi 20% pada lansia berumur 85 tahun ke
atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65 tahun ke atas angka lansia di
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini diperkirakan
meningkat menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen dari populasi
penduduk
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
untuk mengetahui proses pengkajian,Analisa data, penegakan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, mendokumentasi dan evaluasi terhadap fungsi
kognitif pada lansia dengan demensia
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui proses pengkajian fungsi kognitif pada lansia dengan
demensia
- Mengetahui proses Analisa data pada lansia dengan demensia
- Manpu menegakkan Diagnosa secara benar berdasarkan data yang di
kajianpada lansia degan demensia
- Mampu merencanakan tindakan perawatan secara tepat pada lansia
dengan demensia
- Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada lansia dengan demensia
- Melakukan Evaluasi terhadap tindakan keperawatan pada lansia
dengan demensia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan
masalah, orientasi, persepsi,perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan
kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan hilangnya
independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
sehari hari (Nugroho, 2008).
2. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino – serebelar
2) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3) Khorea Hungtington
4) Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati

3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
a. Demensia karena kerusakan struktur otak Demensia ini ditandai dengan
gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,
gangguan fungsi eksekutif.
3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5) Kehilangan inisiatif.
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat
gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai
demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam
2) Kelainan gaya berjalan
3) Kelemahan anggota gerak
c. Demensia menurut umur:
1) Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
2) Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
d. Demensia menurut perjalanan penyakit :
1) Reversibel (mengalami perbaikan)
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma,
vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb) Pada demensia tipe ini
terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya
 Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
 Inkontinensia urin
e. Menurut menurut sifat klinis:
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia
4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di
atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks
serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung
dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi
kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan
tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya,
karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

5. Menifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik
dari dEmensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan
gejala demensia adalah :
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
2) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak
sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone)
b. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi
1) Latihan fisik yang sesuai
2) Diet
3) Terapi rekreasional dan aktifitas
4) Penanganan terhadap masalah-masalah
d. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan demensia
antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
b. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan cairan otak
e. Pemeriksaan genetika
f. Pemeriksaan neuropsikologis

8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
b. Ulkus diabetikus
c. Infeksi saluran kencing
d. Pneumonia
e. Thromboemboli, infarkmiokardium
f. Kejang
g. Kontraktur sendi
h. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
i. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
menggunakan peralatan.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Data subyektif: Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru
sajaterjadi, dan tidak mampu mengenali orang, tempat danwaktu.
b. Data Obyektif:Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah,
tempat dan objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana
keluarganya(belum spesifik), Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang
sama karena lupa telah menceritakannya.Terjadi perubahan ringan dalam
pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebihsederhana,
menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampumenemukan
kata-kata yang tepat
c. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran: composmentis dengan nilai GCS 15 yang dihitung dari
linai E : 5 V:4 M: 6,tekanan darah sistolik/ diastolik 120/80 mmHg.
BB: kg, TB :cm. postur tulang belakang lansia: membungkuk,
BB : 45 Kg, tinggi badan: 146 cm.
2) Identitas Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
3) Riwayat Psikososial Konsep diri
a) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran
diri karena proses patologik penyakit.
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak
sesuaianantara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang
ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta
peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan
sumber yang cukup.
d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan
dankemampuan yang ada.
e) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien
merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
4) Hubungan social
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat beratseperti delusi dan halusinasi. Keadaanini
menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan
tergantung.
5) Riwayat Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih
kuat.akan tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan
ibadatnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6) Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat
dirinya sendiri.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c) Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan
adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif,
manerisme, otomatis, steriotipi.
d) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi.Respon emosional klien mungkin tampak bizar
dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan
dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancaraSikap klien terhadap pemeriksa kurawng
kooperatif, kontak mata kurang.
7) Persepsi Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman
emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi
pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat
ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku
kohern, tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi
klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang
umum diterima.Penilaian realitas secara pribadi oleh klien
merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang,
benda atau kejadian yang tidak logis (Pemikiran autistik). Klien
tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik
dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan
dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis,
delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan
pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir
yang sempit misalnya ekholali,clang asosiasi dan neologisme
b) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
c) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu).
d) Tingkat konsentrasi Klien tidak mampuberkonsentrasie)Kemampuan
penilaian Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.
8) Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau
duduk dan gelisah .Kadang-kadang terbangun tengah malam dan
sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang
malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya
hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas
terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c) Eliminasi Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya,
kadang- kdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan
stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu
pola makan.
d) Mekanisme kopingApabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan
maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya
dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme.
Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan
delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang
cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.
d. Prinsip pengkajian heat to toe
1) Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe, kerontokan
rambut serta kebersihan secara umum.
2) Mata : adanya perubahan penglihatan
3) Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau lessi,
tidak ada masa, Nyeri pad sinus
4) Mulut dan tenggorokan :sakit tenggorokan, lesi dan luka pada mulut,
perubahan suara, karies.
5) Telinga :penurunan pendengaran,TelingaPerubahan pendengaran, Rabas,
Tinitus, Vertigo Sensitivitas pendengaran, Alat-alat protesa, Riwayat
infeksi
6) Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior danposterior,
ada tidaknya deviasi, adatidaknya bendungan vena padadinding dada.
7) Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus:
kali/ menit Genetalia Kebersiha: setiap habis mandi dibersihkan, tidak ada
hemoroid
8) Ekstremitas: Kekuatan otot
e. Pengkajian psikogerontik
1) Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)

Nomor Pertanyaan Jawaban Nilai (+/- )


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon anda. Dimana
alamat anda (jika tidak memiliki
nomor telepon)
5 Kapan Anda lahir?
6 Berapa umur Anda?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu Anda?
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan
seterusnya dikurangi 3
Jumlah
Keterangan : kesalahan 0-2 = Fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 =
kerusakan intelektual ringan, kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual
sedang, kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual berat.
2) Mini Mental Status Exam (MMSE)

TES PENILAIAN SKOR LANSIA


MAX SCORE
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang waktu : 5 0
1. Tahun
2. Hari
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita sekarang) 5 0
1. Nama tempat
2. Kelurahan
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda 3 0
Meja Kursi Lemari (Tiap benda disebutkan dalam
satu detik kemudian meminta pasien mengingat
dan mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan)
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka 100 5 0
dan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban kelima
perhitungan 1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali mengulang 3 3 0
kembali nama yang tadi disebutkan dinomor sebelumnya
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda yang ditunjuk 3 0
pemeriksa
Pengulangan Responden mengulang kata-kata yang diucapkan
pemeriksa :NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan 3 0
verbal tiga perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata “TUTUP MATA” 1 0
tertulis Minta responden melakukan perintah
yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu 1 0
kalimat kalimat yang bermakna
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan)
Menggambar Pasien diminta menirukan gambar 1 0
konstruksi dibawah ini

TOTAL
Total skor 24-30 = kognitif normal, 17-23 = gangguan kognitif ringan, 0-16 = gangguan
kognitif berat

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan Memori
2) Resiko Jatuh
3) Defisit Perawatan Diri
4) Hambatan Komunikasi Verbal
5) Ketidakefektifan Koping
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERI HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 Kerusakan Memori NOC NIC
Definisi : Ketidakmampuan mengingat 1. Orientasi Kognitif Memori Taining (Pelatihan Memori)
beberapa informasi atau keterampilan Kriteria Hasil; 1. Stimulasi memory dengan mengulangi
perilaku. Setelahdilakukan tindakan pembicaraan secara jelas di akhir
Batasan Karakteristik : keperawatan selama 3 x 24 jam, pertemuan dengan pasien.
- Ketidakmampuan melakukan kesadaran klien terhadap identitas 2. Mengenang pengalaman masa lalu
keterampilan yang telah dipelajari personal, waktu dan tempat dengan pasien.
sebelumnya meningkat/baik, dengan indikator/kriteria 3. Menyediakan gambar untuk mengenal
- Ketidakmampuan mempelajari informasi hasil : ingatannya kembali
baru 1) Mengenal kapan klien lahir 4. Monitor perilaku pasien selama terapi
- Ketidakmampuan mempelajari 2) Mengenal orang atau hal penting 5. Monitor daya ingat klien.
keterampilan baru 3) Mengenal hari, bulan, dan tahun 6. Kaji kemampuan klien dalam mengingat
- Ketidakmampuan mengingat informasi dengan benar sesuatu.
actual 4) Klien mampu memperhatikan dan 7. Ingatkan kembali pengalaman masa lalu
- Keidakmampuan mengingat perilaku mendengarkan dengan baik klien
tertentu yang pernah dilakukan 5) Klien mampu melaksanakan 8. Implementasikan teknik mengingat
- Ketidakmampuan mengingat peristiwa instruksi sederhana yang diberikan. dengan cara yang tepat
- Ketidakmampuan menyimpan informasi 6) Klien dapat menjawab pertanyaan
baru yang diberikan dengan tepat. 9. Latih orientasi klien
- Lupa melakukan perilaku pada waktu 7) Klien mampu mengenal identitas 10. Beri kesempatan kepada klien untuk
yang telah dijadwalkan dirinya dengan baik. melatih, konsentrasinya
- Mudah lupa 8) Klien mengenal identitas orang Stimulasi Kognitif (Cognitive Stimulation)
disekitarnya dengan tepat/baik. 1. Monitor interpretasi klien terhadap
Faktor Yang Berhubungan ; 9) Klien mampu mengidentifikasikan lingkungan
- Anemia tempat dengan benar. 2. Tempatkan objek/hal-hal yang familiar di
- Distraksi lingkungan 10) Klien mampu mengidentifikasi lingkungan/di kamar klien
- Gangguan neurologis waktu dengan benar. 3. Observasi kemampuan klien
- Hipoksia berkonsentrasi.
- Gangguan volume cairan 4. Kaji kemampuan klien memahami dan
- Ketidakseimbangan elektrolit memproses informasi
- Penurunan curah jantung 5. Berikan instruksi setelah klien
menunjukkan kesiapan untuk belajar atau
menerima informasi.
6. Atur instruksi sesuai tingkat pemahaman
klien
7. Gunakan bahasa yang familiar dan mudah
dipahami
8. Dorong klien menjawab pertanyaan
dengan singkat dan jelas.
9. Koreksi interpretasi yang salah
10. Beri reinforcement pada setiap
kemajuan klien
2 Resiko Jatuh (00055) NOC NIC
Definisi: Peningkatan kerentanan untuk 1. Trauma risk for 1. Mengidentifikasi defisit kognitif atau
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya 2. Injury risk for fisik yang dapat meningkatkan potensi
fisik Kriteria hasil : jatuh dalam lingkungan tertentu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Mengidentifikasi perilaku dan faktor
Faktor Resiko selama 3x 24 jam di harapkan klien yang mempengaruhi resiko jatuh
- Usia 65 tahun atau lebih mampu untuk : 3. Mengidentifikasi karakteristik
- Riwayat jatuh 1. Keseimbangan: kemampuan untuk lingkunganyang dapat meningkatkan
- Tinggal sendiri mempertahankan ekuilibrium potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai
- Prosthesis eksremitas bawah 2. Gerakan terkoordinasi : kemampuan yang licin dan tangga terbuka )
- Penggunaan alat bantu ( misalnya : otot untuk bekerja sama secara 4. Mendorong pasien untuk menggunakan
walker,tongkat ) volunter untuk melakukan gerakan tongkat atau alat pembantu berjalan
- Penggunaan kursi roda yang bertujuan 5. Kunci roda dari kursi roda,tempat
- Penurunan status mental 3. Perilaku pencegahan jatuh : tindakan tidur,atau brankar selama transfer pasien
individu atau pemberi asuhan untuk 6. Tempat artikel mudah dijangkau dari
Lingkungan meminimalkan faktor resiko yang pasien
- Lingkungan yang tidak terorganisasi dapat memicu jatuh dilingkungan 7. Ajarkan pasien bagaimana jatuh untuk
- Ruang yang memiliki pencahayaan individu meminimalkan cedera
yang redup 4. Kejadian jatuh : tidak ada kejadian 8. Menyediakan toilet ditinggikan untuk
- Tidak ada meteri yang antislip di jatuh memudahkan transfer
tempat mandi pancuran 5. Pengetahuan : pemahaman 9. Membantu ke toilet seringkali,interval
- Pengekangan pencegahan jatuh pengetahuan : dijadwalkan
- Karpet yang tidak rata/terlipat keselamatan anak fisik, 10. Sarankan alas kaki yang aman
- Ruang yang tidak di kenal 6. Pengetahuan : keamanan pribadi 11. Mengembangkan cara untuk pasien untuk
- Kondisi cuaca ( misalnya : lantai 7. Pelanggaran perlindungan tingkat berpartisipasi keselamatan dalam
basah,es kebingungan akut kegiatan rekreasi
8. Tingkat agitasi 12. Lembaga program latihan rutin fisik yang
9. Komunitas pengendalian resiko : meliputi berjalan
10. Gerakan terkoordinasi 13. Tanda-tanda posting untuk mengingatkan
staf bahwa pasien yang beresiko tinggi
untuk jatuh
3 Defisit Perawatan Diri NOC : NIC
Definisi : 1. Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
Hambatan kemampuan untuk melakukan 2. Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien untuk
atvitas atau menyelesaikan aktivitas Kriteria Hasil : perawatan diri yang mandiri.
berpakaian sendiri, eliminasi sendiri dan Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
makan sedndiri keperawatanselama 3 x 24 jam Defisit bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
perawatan diri teratas dengan kriteria berhias, toileting dan makan.
Batasan Kharateristik
hasil: 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
- Ketidakmampua mengacingkan
- Klien dapat berdandan eliminasi secara utuh untuk melakukan self-care.
pakaian
dan makan dengan mandiri 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
- Hambatan mengambil pakaian - Menyatakan kenyamanan sehari-hari yang normal sesuai
- Hambatan mengenakan pakaian terhadap kemampuan untuk kemampuan yang dimiliki.
- Ketidakmampuan menggunakan higene melakukan ADLs 5. Dorong untuk melakukan secara mandiri,
eliminasi tepat - Dapat melakukan ADLS dengan tapi beri bantuan ketika klien tidak
- Ketidakmampuan naik toilet bantuan mampu melakukannya.
- Ketidakmampuan memanipulasi 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
pakaian untuk eliminasi. Mendorong kemandirian, untuk
- Ketidakmampuan untuk berdiri dan Memberikan bantuan hanya jika pasien
duduk di toilet tidak mampu untuk melakukannya.
- Ketidakmampuan mengambil makanan 7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
dan memasukannya ke mulut kemampuan.
- Ketidakmampuan mengunyah makanan 8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
- Ketidakmampuan menghabiskan pelaksanaan aktivitas sehari-hari
makanan 1.
- Ketidakmampuan makan
makanan dalam jumlah memadai
- Ketidakmampuan memanipulasi
makanan dalam mulut
- Ketidakmampuan menyiapakan
makanan untuk di makan
Faktor Yang Berhubungan
- Gangguan kognitif
- Penurunan motivasi
- Ketidaknyamanan
- Kendala lingkungan
- Keletihan
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Nyeri
- Gangguan persepsi
- Ansietas berat
Hambatan Komunikasi Verbal (00051) NOC NIC
Definisi : 1. Ansiety Communication Enhancement : Speech
Penurunan, keterlambatan atau ketiadaan 2. Coping Deficit
kemampuan untuk menerima proses 3. Sensori Funtion : hearing dan vision 1. Gunakan penerjemah jika diperlukan
mengirim dan atau menggunaka sistem 4. Fear self control 2. Beri satu kalimat simple setiap bertemu
symbol jika di perlukan
Kriteria Hasil 3. Konsultasikan dengan dokter kebutuhan
Batasan Kharateristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan terapi wicara
- Tidak ada Kontak Mata selama 3 x 24 jam klien mampu : 4. Dorong pasien untuk berkomunikasi
- Tidak Dapat Bicara 1. Berkomunikasi : penerimaan secara perlahan dan untuk mengulangi
- Kesulitan mengekspresikan fikiran
secara verbal interpretasi dan ekspresi permintaan
- Kesulitan menyusun kalimat 2. Pesan Lisan, tulisan dan non verbal 5. Dengarkan dengan penuh perhatian berdiri
- Kesulitan menyusun kata-kata meningkat. di depan pasien ketika berbicara.
- Kesuliatan memahami pola 3. Komunikasi ekspresif : (kesulitan 6. Gunakan kertu baca, kertas, pensil, bahasa
komunikasi yang biasa berbicara ekspresi pesan verbal atau tubuh, gambar, daftar kosa kata, bahasa
- Kesulitan dalam kehadiran tertentu non verbal yang bermakna) asing, computer, dan lain-lain. Untuk
- Kesulitan menggunakan ekspresi wajah 4. Komunikasi reseptif (kesulitan memfasilitasi komunikasi dua arah yang
- Disorientasi orang, ruang dan waktu. mendengar) : penerimaan komunikasi optimal
- Tidak bicara dan interprestasi pesan verbal atau non 7. Ajarkan bicara dari esophagus jika
- Dismpena ketidakmampuan dalam verbal diperlukan
bahasa pemberi asuhan 5. Gerakan terkoordinasi : mampu 8. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga
- Ketidakmampuan menggunakan mengkoordinasi gerakan dalam tentang penggunaan alat bantu bicara
ekspresi tubuh menggunakan isyarat. misalnya prostesi, trakheoesofagus dan
- Ketidak mampuan menggunakan 6. Pengolahan informasi : klien mampu laring buatan
ekspresi wajah untuk memperoleh, mengatur, dan 9. Berikan pujian positif jika diperlukan
- Ketidaktepatan verbalisasi menggunakan informasi 10. Anjurkan pada pertemuan kelompok
- Defisit visual parsial 7. Mampu mengontrol respon ketakutan 11. Anjurkan kunjungan keluarga secara
- Pello dan kecemasan terhadap ketidak teratur untuk member stimulus
- Sulit bicara mampuan berbicara komunikasi.
- Gagap 8. Mampu memanajemen kemampuan 12. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain
- Defisit penglihatan total fisik yang di miliki dalam menyampaikna informasi misalnya
- Bicara dengan kesulitan 9. Mampu mengkomunikasikan bahasa isyarat.
- Menolak bicara kebutuhan dengan lingkungan sosial

Faktor Yang Berhubungan


- Ketiadaan Orang terdekat
- Perubahan Konsep Diri
- Perubahan sistem syaraf pusat
- Defek anatomis
- Tumor otak
- HDR kronik
- Perubahan harga diri
- Perbedaan Budaya
- Penurunan Sirkulasi ke otak
- Perbedaan yang berhubungan dengan
usia perkembangan
- Gangguan emosi
- Kurang informasi
- Hambatan fisik
- Kondisi psikologi
- HDR situasional
- Stress kendala lingkungan
- Efek samping obat jelemahan
sistem musculoskeletal
Ketidakefektifan koping NOC NIC
Definisi :Ketidakmampuan untuk - Decision making Dicision making
membentuk penilaian valid tentang - Role inhasmet - Menginformasikan pasien alternatif atau
stressor, ketidakadekuatan pilihan - Sosial support solusi lain penanganan
respon yang dilakukan dan/atau ketidak - Memfasilitasi pasien untuk membuat
mampuan untuk menggunakan sumber Kriteria hasil : keputusan
daya yang tersedia - Mengidentifikasi pola koping yang - Bantu pasien mengidentifikasi,
efektif keuntungan, kerugian dari keadaan
Batasan Karakteristik : - Mengungkapkan secara verbal
- Perubahan dalam pola komunikasi tentang kopIng yang efektif Role inhancemet
yang biasa - Mengatakan penurunan stress - Bantu pasien untuk identifikasi
- Penurunan penggunaan dukungan - Klien mengatakan telah menerima bermacam-macam nilai kehidupan
social tentang keadaannya - Bantu pasien identifikasi strategi positif
- Perilaku destruktif terhadap orang lain - Mampu mengidentifikasi strategi untuk mengatur pola nilai yang dimiliki
- Perilaku destruktif terhadap diri tentang koping
sendiri Coping enhancement
- Letih, Angka penyakit yang tinggi - Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi
- Ketidakmampuan memerhatikan gambaran perubahan peran yang realistis
informasi - Gunakan pendekatan tenang dan
- Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar menyakinkan
- Ketidakmampuan memenuhi harapan - Hindari pengambilan keputusan pada saat
peran pasien berada dalam stress berat
- Pemecahan masalah yang tidak - Berikan informasi actual yang terkait
adekuat dengan diagnosis, terapi dan prognosis
- Kurangnya perilaku yang berfokus
pada pencapaian tujuan
- Kurangnya resolusi masalah
- Konsentrasi buruk
- Mengungkapkan ketidakmampuan
meminta bantuan
- Mengungkapkan ketidakmampuan
untuk mengatasi masalah
- Pengambilan risiko, Gangguan tidur,
- Penyalahgunaan zat
- Menggunakan koping yang
mengganggu perilaku adaptif

Faktor Yang Berhubungan :


- Gangguan dalam pola penilaian
ancaman, melepas tekanan
- Gangguan dalam pola melepaskan
tekanan / ketegangan
- Perbedaan gender dalam srategi
koping
- Derajad ancaman yang tinggi
- Ketidakmampuan untuk mengubah
energi yang adaptif
- Sumber yang tersedia tidak adekuat
- Dukungan sosial yang tidak adekuat
yang diciptakan oleh karekteristik
hubungan
- Tingkat percaya diri yang tidak
adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah
- Tingkat persepsi kontrol yang tidak
adekuat
- Ketidakadekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stresor
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh - Nutritional Status : Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup - Nutritional Status : food and Fluid
untuk memenuhi kebutuhan metabolik Intake - Kaji adanya alergi makanan
Batasan Karakteristik : - Nutritional Status: nutrient Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Kram abdomen - Weight control menentukan jumlah kalori dan nutrisi
- Nyeri abdomen yang dibutuhkan pasien.
- Menghindari makanan Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Berat badan 20% atau lebih dibawah - Adanya peningkatan berat badan sesuai intake Fe
berat badan ideal dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Kerapuhan kapiler - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi protein dan vitamin C
- Diare badan - Berikan substansi gula
- Kehilangan rambut berlebihan - Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
- Bising usus hiperaktif nutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Kurang makanan - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Berikan makanan yang terpilih (sudah
- Kurang informasi - Menunjukkan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Kurang minat pada makanan pengecapan dan menelan - Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Penurunan berat badan dengan asupan - Tidak terjadi penurunan berat badan catatan makanan harian.
makanan adekuat yang berarti - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Kesalahan konsepsi kalori
- Kesalahan informasi - Berikan informasi tentang kebutuhan
- Mambran mukosa pucat nutrisi
- Ketidakmampuan memakan makanan - Kaji kemampuan pasien untuk
- Tonus otot menurun mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Mengeluh asupan makanan kurang dan Nutrition Monitoring
RDA (recommended daily allowance) - BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
Faktor Yang Berhubungan : - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Faktor biologis dilakukan
- Faktor ekonomi - Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi makan
nutrient - Monitor lingkungan selama makan
- Ketidakmampuan untuk mencerna - Jadwalkan pengobatan dan perubahan
makanan pigmentasi
- Ketidakmampuan menelan makanan - Monitor turgor kulit
- Faktor psikologis - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

EBP :

1. Senam Otak terhadap penurunan tingkat demensiA


2. Permainan tradisional
3. Terapi stimulasi kelompok
4. Terapi Atraktif
5. Permainan Puzzle
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -
hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari
hari (Nugroho, 2008).
Beberpa diagnose yang mungkin munsul pada kasus demensia antara lain
1) Kerusakan Memori
2) Resiko Jatuh
3) Defisit Perawatan Diri
4) Hambatan Komunikasi Verbal
5) Ketidakefektifan Koping
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

B. SARAN
Saran diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti,memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit Demensia yang pada
akhirnya mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka
insidensi penyakit Demensia ini.Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak
menggali kembali informasi tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui
dan memperoleh informasi yang lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.

Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai