Anda di halaman 1dari 23

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar, kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya disertai, kadang-kadang didahului, oleh kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak. Data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat dan peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yang terjadi di negara-negara barat. Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlah penderita demensia diperkirakan menjadi sekitar 80 juta orang. Sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia seringkali terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: 1) Dimensia Senilis (60 tahun); 2) Demensia Pra Senilis (60 tahun). Sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan +/- 30 juta penduduk dunia mengalami Demensia dengan berbagai sebab. Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 2025, tergolong tercepat di dunia. Jumlah sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan., usia harapan hidup orang

Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun. Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah demensia. Betapa besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau keluarga jika masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius, sehubungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Mengingat bahwa masalah demensia merupakan masalah masa depan yang mau tidak mau akan dihadapi orang Indonesia dan memerlukan pendekatan holistik karena umumnya lanjut usia (lansia) mengalami gangguan berbagai fungsi organ dan mental, maka masalah demensia memerlukan penanganan lintas profesi yang melibatkan: Internist, Neurologist, Psikiater, Spesialist Gizi, Spesialis Rehabilitasi Medis dan Psikolog Klinis Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara, penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya. Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut. Bahkan, penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 50 tahun. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin. Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini disertai penerapan gaya hidup sehat.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini antara lain: 1. Bagaimana konsep dasar dimensia? 2. Bagaimanakah trend dan isu pada lansia dimensia?

1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini antara lain: 1. Mengetahui konsep dasar lansia. 2. Mengetahui trend an isu pada lansia dimensia.

1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini antara lain: 1. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dasar dimensia pada lansia. 2. Memberikan informasi trend dan isu mengenai dimensia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Demensia adalah suatu gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, serta penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood, dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari si penderita (Azizah, 2011). Demensia yaitu keadaan jiwa yang tertekan dan penurunan fungsi kognitif hingga berpotensi menimbulkan masalah bagi penderita (Tamher dan Noorkasiani, 2011). Demensia adalah istilah umum yang menggambarkan kerusaka fungsi kognitif global yang biasanya berkelanjutan dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang normal yang juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley, 2006). Demensia adalah kerusakan umum fungsi intelektual yang

mengganggu fungsi sosial dan okupasi. Sindrom ini dicirikan dengan disfungsi serebral ireversibel dan progresif. Demensia merupakan tahap ireversibel yang dicirkan oleh adanya penurunan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, kerusakan penilaian, dan perubahan afek (Potter & Perry, 2005). Demensia adalah penyakit degeneratif dan progresif yang menyerang otak yang menyebabkan cacat spesifik pada saraf, serta mengakibatkan gangguan memori, berpikir, dan tingkah laku (Price & Wilson, 2005).

2.2 Etiologi Penyebab utama demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mati sehingga membuat sinyal dari

otak tidak dapat ditransmisikan secara normal. Adapun faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya demensia adalah sebagai berikut. 1. Kehilangan orang yang dicintai. 2. Sikap pesimis. 3. Kecenderungan berasumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang mengecewakan. 4. Kehilangan integritas pribadi. 5. Penyakit degeneratif kronik, tanpa dukungan sosial yang kuat.

2.3 Manifestasi Klinis Pada stadium awal, pasien yang mengalami demensia tidak menunjukkan gejala spesifik, namun mengalami pengurangan kapasitas dalam menyelesaikan masalah, keterbatasan kemampuan untuk mengatasi situasi yang kompleks dan berpikir abstrak, emosi yang labil, pelupa, apati dan hilangnya memori terbaru. Bersamaan dengan berkembangnya penyakit, perilaku pasien menjadi lebih tidak menentu dan aneh dengan kecenderungan sering berkelana dan marah yang meledak-ledak. Anggota keluarga harus selalu waspada untuk mencegah supaya pasien tidak terluka. Kemunduran dapat diperkirakan dan timbul selam periode 3 hingga 10 tahun. Selama stadium akhir penyakit, kemampuan pasien menjadi terbatas dan tidak mampu untuk mengurus kebutuhan dasar mereka atau untuk mengenali anggota keluargnya. Kematian biasanya disebabkan oleh malnutrisi atau infeksi (Price & Wilson, 2005). Gejala lain menurut Azizah (2011) yang sering menyertai demensia adalah : 1. Gejala awal : a) Kinerja mental menurun b) Mudah lupa c) Gagal dalam tugas 2. Gejala lanjut : a) Gangguan afektif

b) Gangguan kognitif c) Gangguan perilaku 3. Gejala umum : a) Mudah lupa b) Aktivitas sehari-hari terganggu c) Disorientasi d) Cepat marah e) Kurang konsentrasi f) Resiko tinggi jatuh

3.4 Patofisiologi Demensia Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua pertiga kasus demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui. Teori-teori lain yag pernah populer, tapi saat ini kurang mendukung antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon autoimun. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat penderita penyakit Alzheimer, plak amiloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga penurunan neurotransmiter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori. Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protein yang lebih besar, protein prekursor amiloid. Keluarga-keluarga dengan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagai sesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa di antaranya mengalami, mutasi pada gen protein prekursor amiloidnya (APP). Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat penyakit Alzheimer dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan resiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel

saraf yang berpilin, yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter lain merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati sistem saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan

pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada sistem saraf. Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya berkembang menjadi infark multipel di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral multipel mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi dan dapat menunjukkan beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa

serebrovaskular. Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakit yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada studi, pasien-pasien yang diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pendekatan levodopa dan 80% di antaranya menderita demensia sedang atau parah sebelum akhirnya meninggal dunia.

3.5 Klasifikasi Demensia Menurut Azizah (2011), terdapat 2 jenis tipe demensia. 1. Demensia Senilis Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan

metabolisme dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab kelainan anatomis otak. Pada banyak orang, terdapat kelainan aterosklerosis seperti yang terdapat pada demensia senilis, tetapi tidak ditemukan gejala-gejala demensia. Otak mengecil karenat terdapat sebuah atrofi di daerah frontal. Yang penting adalah jumlah sel berkurang. Kadang-kadang terjadi suatu hal yang berkebalikan, artinya sudah jelas terdapat kelainan pada otak namun orang itu tidak psikotik, sebaliknya orang yang sudah jelas

demensia hanya ada sedikit kelainan di otak. Jadi, tidak selalu ada hubungan antara besarnya kelainan histologi dan beratnya gangguan intelegensi. Biasanya, setelah berumur 60 tahun baru timbul gejala-gejala yang jelas untuk membuat diagnosa demensia senilis. Penyakit jasmaniah atau gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat kemunduran mental. Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang baru saja terjadi merupakan gejal dini. Kekurangan ide-ide, gaya pemikiran abstrak, mudah tersinggung dan mudah marah. Kadang-kadang timbul aktivitas seksual yang berlebihan atau yang tidak pantas, sesuatu tanda kontrol berkurang atau usaha untuk kompensasi psikologis. Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap penampilannya. Penderita menyimpan barangbarang yang sudah tidak berguna lagi, karena timbul waham pada penderita bahwa ia akan dirampok, ia akan diracuni atau ia miskin sekali an tidak disukai orang-orang di sekitarnya. Orientasi terganggu, kadang penderita pergi begitu saja dari rumah dan tidak tahu arah jalan pulang. Penilaiannya berkurang sehingga ia dapat menyulitkan dan

membahayakan lalu lintas di jalan. Penderita demensia senilis mudah menjadi korban kejahatan orang karena mudah diajak oleh orang yang tidak dikenal sekalipun. Ketika malam hari, penderita menjadi mudah gelisah dan sering berjalan-jala tanpa tujuan yang jelas. Jika penderita berada dalam kamar yang gelap, maka akan timbul disorientasi. Memori jangka pendek semakin keras dan semakin terganggu, penderita sudah tidak mampu lagi mengingat hal-hal yang baru saja terjadi, sehingga membuat penderita berada pada alam masa kecilnya. Perubahan fisik yang terjadi pada tubuh penderita adalah kulit menipis, keriput, berat badan menurun, atrofi otot, cara berjalan menjadi tidak stabil, tremor pada alat ekstremitas. Perubahan psikologis yang terjadi adalah sering hanya terdapat kemunduran mental secara umum. Tetapi dapat terjadi kebingungan dan delirium, depresi atau serta agitasi. Ada yang menjadi paranoid.

Proses penyakit demensia berlangsung secara progresif. Semakin lama semakin berat dan akhirnya penderita hidup secara vegetatif. Namun, penderita dapat hidup selama 10 tahun atau lebih setelah gejala-gejalla menjadi nyata dan jelas. Untuk mengatasi demensia senilis ini, perlu mempertahankan perasaan aman dan harga diri pasien, perhatikan dan coba memuaskan kebutuhan kasih sayang, tercapainya sesuatu dan rasa dibenarkan serta dihargai. Kamar pasien henaknya tidak gelap gulita dan menaruh barang-barang pasien di tempat yang sudah ia kenal dari dulu untuk mempermudah orientasinya. 2. Demensia Presenilis Demensia presenilis ini dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : a) Penyakit Alzheimer Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara usia 50-60 tahun. Penyakit ini disebabkan karena adanya degenerasi kortek yang difus pada otak lapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal. Atrofi otak ini dapat dilihat pada pneumoensefalogram, sistem ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subharacnoid. Penyakit ini bermula secara perlahan, tidak ada ciri yang khas pada gangguan intelegensi atau pada kelainan perilaku. Terdapat disorientasi, gangguan ingatan, emosi berlebih, kesalahan berhitung, pengulangan kata dalam berbicara dan jika sudah parah, omongan pasien tidak dapat dimengerti lagi. Ada pula pasien yang menjadi gelisah dan hiperaktif. b) Penyakit Pick Penyakit ini herediter, diperkirakan terdapat faktor yang menjadi pencetus dari sel-sel ganglion tertentu. Lobus frontalis menjadi semakin atrofi sehingga tampak seperti ditekan oleh suatu lingkaran. Penyakit Pick terjadi pada umur 45-60 tahun. Penyakit Pick sering terjadi pada wanita. Gejala awal yang terjadi adalah ingatan mulai berkurang, sulit berpikir dan berkonsentrasi, kurang sportinitas, emosi menjadi tumpul. Pasien menjadi acuh tak acuh, kadang-kadang tidak dapat beradaptasi dan tidak dapat menyelesaikan masalah. Dalam

waktu 1 tahun, sudah terjadi demensia yang jelas. Pada fase lanjut, terjadi demensia yang hebat, terdapat inkontinensia, kemampuan berbicara hilang. Biasanya pasien meninggal dalam kurun waktu 4-6 tahun karena bisa terjadi penyakit infeksi tambahan. Sampai sekarang, tidak ada pengobatan terhadap kasus demensia presenilis. 3.6 Tahapan Demensia 1. Tahap Awal Penyakit Alzheimer ini mempunyai gejala awal yang tersembunyi dan membahayakan, pada kondisi tersebut terjadi demensia vaskular dengan perubahan-perubahan kognisi yang tiba-tiba. Hilangnya memori terbaru menyebakan penderita demensia sulit mendapatkan informasi terbaru. Orang tersebut menunjukkan penilaian yang buruk. Terdapat kesulitan dalam hal angka, membayar tagihan, menyeimbangkan buku cek, mengatur keuangan dan bahkan menelepon pun bisa menjadi hal yang sulit. Masalah dengan kognisi dan fungsi dimanifestasikan, terutama jika orang tersebut berada dalam situasi yang baru atau situasi yang menimbulkan stres. Orang yang tenang sekalipun dapat menjadi emosi, cemas dan gelisah. Terdapat kebingungan anatara orientasi waktu dan jarak, seseorang dapat menepati janjti dengan tepat waktu, namun salah tempat dan tidak tahu arah jalan pulang. Anomia, atau kesulitan menyebut nama benda juga dapat terjadi. Ringkasan singkat tanda-tanda tahap awal demensia yang terjadi adalah sebagai berikut. a) Perubahan alam perasaan b) Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah c) Disorientasi tempat dan waktu d) Kesulitan dengan angka, uang dan tagihan e) Anomia ringan f) Depresi 2. Tahap Pertengahan Penderita demensia tidak mampu lagi mengingat hal yang baru saja terjadi dan hal-hal silam. Sebagai contoh, pasien demensia tidak

10

dapat menggunakan kompornya sendiri dengan aman dan keluar rumah di cuaca dingin tanpa jaket. Apraksia, atau ketidakmampuan melakukan gerakan juga terjadi. Misalnya, pasien demensia tidak dapat mengancing kemejanya sendiri. Kerapian memburuk, sehingga membutuhkan arahan dan bantuan dalam kehidupannya sehari-hari. Agnosia, atau

ketidakmampuan mengenali objek umum juga dapat terjadi. Misalnya, sikat gigi digunakan untuk menulis. Pada tahap ini terjadi kurangnya pengendalian impuls, menurunnya ambang stres dan kesulitan mengenali lingkungan, yang menantang gejala perilaku merupakan bagiann penting dari kehidupan sehari-hari. Agresivitas, ansietas, mengeluyur dan gangguan aktivitas lain, perilaku yang tidak tepat secara sosial, gangguan irama diurnal, delus, paranoia, halusinasi, dan upaya untuk meninggalkan tempat perawtan merupakan hal yang sering terjadi. Kesulitan bahasa juga terjadi, penderita demensia akan mengalami afasia reseptif dan ekspresif dan jika tidak mampu menggunakan kata-kata yang tepat, maka penderita akan menggunakan kata-kata yang tidak logis. Penderita demensia menggunakan banyak kata dalam berbicara, tapi yang dapat dimengerti hanya sebagian kecil. Peningkatan tonus otot, perubahan gaya berjalan dan keseimbangan, gangguan persepsi terhadap kedalaman dapat terjadi, intinya yang menjadi faktor-faktor dalam resiko untuk jatuh. Nafsu makan pada penderita demensia mengalami hiperoral, atau ingin memasukkan berbagai macam makanan atau benda-benda lain ke dalam mulutnya. Secara ringkas, tanda-tanda pada tahap pertengahan adalah sebagai berikut. a) Gangguan memori saat ini dan masa lalu b) Anomia, agnosia, aprasia, afasia c) Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah d) Konfusi tempat dan waktu memburuk e) Gangguan persepsi f) Kehilangan pengendalian impuls g) Ansietas, gelisah, mengeluyur

11

h) Konfabulasi i) Defisit perawatan diri j) Inkontinensia urin k) Gangguan siklus tidur 3. Tahap Akhir Pada demensia tahap akhir, penderita semakn terikat dengan kursi dan tempat tidur. Otot-otot semakin kaku, terjadi kontraktur, dan refleks primitif juga dapat muncul. Paratonia adalah refleks primitif yang ditandai dengan tahanan involunter di ekstremitas sebagai repons terhadap gerakan pasif yang tiba-tiba. Tanda-tanda refleks primitif lainnya adalah refleks mengisap dan menggenggam. Tangan penderita bia menjadi sangat aktif dan melakukan gerakan yang berulang-ulang, menggerutu atau vokalisasi lainnya. Terdapat depresi fungsi sistem imun dan jika gangguan ini disertai dengan imobilitas dapat menyebakan terjadinya pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis dan dekubitus. Penurunan nafsu makan dan disfagia dapat terjadi, sehingga menyebabkan penurunan berat badan. Kemampuan berkomunikasi secara verbal mengalami gangguan yang parah. Penderita tidak dapat lagi mengenali keluarganya sendiri. Terjadi inkontinensia usus dan kandung kemih dan pemberi perawatan perlu melakuakn sebagian besar aktivtas sehari-hari dari penderita. Siklus tidurbangun juga sangat berubah, dan sebagian besar penderita menghabiskan waktunya dengan mengantuk dam menarik diri dari kehidupan sosial dan menjadi lebih tidak peduli. Kematian dapat terjadi akibat infeksi, sepsis dan aspirasi. Secara ringka, tanda-tanda demensia pada tahap akihr adalah sebagai berikut. a) Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif b) Ketidakmampuan mengenali keluarga dan orang yang dikenal c) Gangguan komunikasi parah d) Defisit perawatan diri yang parah e) Inkontinensia kandung kemih dan usus f) Hiperoral

12

g) Nafsu makan turun, disfagia h) Gangguan mobilitas i) Refleks mengisap dan menggenggam j) Menarik diri k) Gangguan siklus tidur-bangun dengan peningkatan waktu tidur

3.7 Pencegahan Demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajamman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak seperti : 1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan 2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari 3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi. 4. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. a) Beri makan otak Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa berimbas buruk pada sinaps otak. Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta mengingat. Untuk menyehatkan bagian ini, makan makanan yang mengandung aga bisa meningkatkan daya ingat, berfikir lebih jernih dan mengurangi resiko penyakit kognitif. Sebab olah raga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih banyak ke otak. Aktifitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron. Cukup setengah saja setiap hari, jangan lupa lakukan peregangan otot.

13

b) Olah Otak Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan.aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih untuk mengingat-ingat selalu alias tidak malas berfikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak mogok. c) Trik Memori Kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan mengontrol daya ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung ide tersebut. d) Istirahatkan Walau otak kita jenius, kalau di pakai terus juga akan lemah. Maka beri istirahat agar kelak bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa membantu kinerja.

14

BAB 3 TREN DAN ISU DIMENSIA

Demensia adalah suatu kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organic yang diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian dimana hal tersebut dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, tetapi sebaliknya yaitu progresif.

Demensia adalah Sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik / progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (Kortikal yang multiple) yaitu : daya ingat , daya fikir , daya orientasi , daya pemahaman , berhitung , kemampuan belajar, berbahasa , kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut , Biasanya disertai hendaya fungsi kognitif , dan ada kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada penyakit kardiovaskular, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai otak.

Ada beberapa Tren dan isu yang berkembang saat ini tentang pencegahan dan penyebab terjadinya dimensia yaitu yang pertama adalah 1. Trend dan isu Secara dramatis, peningkatan angka harapan hidup juga meningkatkan angka penyakit demensia. Mereka yang memiliki keluarga dekat yang menderita demensia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terkena demensia dibandingkan populasi lain. Mereka yang menderita down syndrome cenderung untuk terkena demensia Alzheimer. Tingkat pendidikan yang rendah juga disebutkan berhubungan dengan risiko terjadinya penyakit Alzheimer. Faktor-faktor risiko lain yang dari berbagai penelitian diketahui berhubungan dengan penyakit Alzheimer adalah hiperetensi, diabetesmelitus, dislipidemia, serta

15

berbagai faktor risiko timbulnya aterosklerosis dan gangguan sirkulasi pembuluh darah otak.Mutasi beberapa gen familial penyakit Alzheimer pada kromosom 21,koromosim 14,dan kromosom 1 ditemukan pada kurang dari 5% pasien dengan penyakit Alzheimer.

2. Gosok gigi Orang yang menjaga gigi dan gusinya tetap sehat, dengan secara teratur menggosok gigi berisiko lebih rendah terhadap demensia di kemudian hari. Demensia adalah kehilangan kemampuan fungsi kognitif yang berkaitan dengan daya ingat dan kemampuan memberi perhatian, kemampuan berbahasa atau berbicara, dan kemampuan memecahkan suatu masalah. Hasil studi yang dilakukan University of California terhadap 5.500 orang berusia lanjut, yang diawasi selama sekitar 18 tahun, menyebutkan, orang yang tidak rajin menggosok gigi atau kurang dari satu kali sehari, 65 persen dari mereka cenderung akan terkena demensia dibanding yang rajin menggosok gigi setiap hari.

3. Stres bisa menimbulkan dimensia Penelitian sejumlah ilmuwan dari University of Kuopio di Finlandia mengungkapkan bahwa stres dalam jangka panjang dapat menyebabkan munculnya penyakit Alzheimer bahkan demensia. Mereka kini sedang menyelidiki lebih jauh keterkaitan antara stres dengan kedua penyakit tersebut, dan berharap temuannya bisa mengarah pada pengobatan obat baru untuk melawan penyakit tersebut. Para ilmuwan mengatakan bahwa saat

mengalami stress maka tekanan darah meningkat akibat jantung berdetak lebih cepat dan tingkat hormon kortisol (hormon penyebab stres) dalam aliran darah juga meningkat. Mereka sangat percaya kortisol yang masuk ke dalam otak bisa merusak sel otak yang sehat. Bila kondisi tersebut terus-menerus berlangsung, maka bisa menyebabkan Alzheimer. Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan Finlandia juga menemukan, bahwa pasien dengan tekanan darah

16

tinggi dan kadar kortisol tinggi, lebih dari tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan Alzheimer daripada mereka yang tidak stres.

4. Kunyit dapat mengatasi dimensia Para ahli dari Linkoping University Swedia menyarankan untuk memasukkan kari ke dalam menu harian sebanyak sekali atau dua kali dalam seminggu cukup untuk menurunkan kemungkinan seseorang menderita demensia di kemudian hari. Peneliti berpendapat kandungan tinggi kurkumin dalam kunyit berperan sangat penting dan merupakan agen utama yang mencegah terjadinya demensia. Dalam risetnya, ilmuwan dari Swedia melakukan serangkaian percobaan ilmiah dan menguji manfaat potensial dari kurkumin pada lalat buah. Hasilnya sangat mengejutkan, karena ternyata lalat yang menerima beberapa dari kurkumin secara terus menerus memiliki usia hidup lebih lama (75 persen) ketimbang lalat yang tidak menerima pengobatan kurkumin. Temuan ini dipublikasikan pada bulan Februari dalam journal PLoS One. Peneliti mengatakan bahwa temuan ini sekaligus menjadi penjelasan ilmiah mengapa risiko Alzheimer dan demensia sangat jarang terjadi di beberapa negara Asia.

5. Coklat dapat mengatasi dimensia Sebuah minuman cokelat kaya flavanol, antioksidan yang ditemukan dalam cokelat dapat membantu orang dengan masalah memori ringan dan meningkatkan fungsi otak. Flavanol yang biasa ditemukan dalam teh, anggur, anggur merah, apel, dan terutama pada tanaman kakao, berkaitan dengan penurunan risiko demensia,menurut peneliti. Pencegahan demensia harus dimulai sejak awal kehidupan melalui gaya hidup sehat, termasuk kontrol faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Aktivitas fisik secara teratur, kontrol berat badan, dan diet bergizi seimbang Namun, gaya hidup sehat yang paling baik ialah menjaga asupan makanan dan olahraga teratur. Konsumsi cokelat dalam takaran yang tepat juga dapat membantu mengoptimalkan kinerja tubuh

17

6. Kurangi Konsumsi Lemak Diet dengan membatasi total kalori serta konsumsi lemak sebesar 15-20% dapat membantu mencegah DA. Efek negatif konsumsi lemak tinggi adalah menyebabkan terciptanya plak aterosklerosis,

berkembangnya penyakit-penyakit kardiovaskuler, arteri koronari, dan cerebrovaskuler. Konsumsi ikan yang kaya asam lemak omega 3 dokosaheksaenoat (DHA), seperti ikan tuna dan salmon, dapat mengurangi penurunan kinerja kognitif pada orang-orang tua. Di otak, DHA berperan dalam mengatur fluiditas dan permeabilitas membran sel, menjaga aktivitas enzim-enzim yang terikat membran dan kinerja neurotransmiter (dopamin dan serotonin). Neurotransmiter ini bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendali seluruh fungsi tubuh.

7. Konsumsi Nutrien Spesifik untuk Otak Beberapa nutrien yang diketahui menjaga kesehatan otak adalah vitamin B kompleks, vitamin C dan E, fosfatidilserin, ubiquinon, asetil-Lkarnitin dan ginkgo biloba. Vitamin B kompleks berperan aktif mengatur kinerja neurotransmiter dan metabolisme karbohidrat untuk produksi energi. Folat dapat menurunkan kadar homosistein, yang mana pada kadar yang tinggi memiliki implikasi terhadap penyakit jantung dan DA, kolin berfungsi sebagai substrat untuk pembentukan neurotransmiter, asetilkolin. Vitamin C dan E dapat bertindak sebagai antioksidan antioksidan dapat mencegah kerusakan oksidatif neurotransmiter, seperti dopamin di dalam otak.

8. Meditasi dan Latihan Otak Meditasi telah berhasil menurunkan level kortisol dan memperbaiki mekanisme pelepasan kortisol. Kortisol dalam aksinya akan

mencegah/menahan penggunaan glukosa oleh hipokampus, menghambat transisi sinapsis dan menyebabkan neuron/sel saraf luka (injury) serta kematian sel. Di samping itu, meditasi dapat menurunkan level lipid peroksidase, yaitu suatu enzim yang dapat menghasilkan radikal-radikal bebas

18

dan meningkatkan level dehidroepiandrosteron, yaitu suatu hormon yang penting untuk optimalisasi fungsi otak. Bagaimana dengan berdzikir secara khusuk? Mungkin efeknya sama dengan meditasi. Pemeliharaan suasana aerobik ternyata dapat memperbaiki aspek-aspek fungsi kognitif sebesar 20 30%. Oleh karena itu, olahraga sangat disarankan karena dapat menahan laju demensia. Orang tua yang berusia 40 60 tahun dan mau melakukan olahraga secara teratur memiliki resiko dimensia yang lebih rendah dibanding mereka yang tak berolahraga. Olahraga diketahui meningkatkan aliran darah otak dan produksi faktor-faktor pertumbuhan untuk syaraf. Latihan otak yang ditujukan memberikan stimulasi kognitif, seperti berdiskusi tentang topik aktual, mengisi teka-teki, main catur, mendengarkan musik dan berkesenian, dapat membantu mempertahankan kemampuan kognitif. Latihan tersebut

mendorong berkembangnya dendrit dan meningkatnya plastisitas sistem syarat pusat. Meskipun kebanyakan dimensia diderita lansia di atas 60 tahun, sangatlah bijak jika yang berusia kurang dari 60 tahun pun mewaspadai dan mencegah munculnya Dimensia.

19

BAB 4 PEMBAHASAN

Pertambahan jumlah lansia Indonesia tergolong cepat. Jumlah sekarang 16 juta dan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan sehingga usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun. Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan masalah demensia. Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara, penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat dan pada tahap akhir penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya. Penyebab utama dari dimensia ini adalah penyakit Alzheimer tetapi ada faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya demensia seperti kehilangan orang yang dicintai, sikap pesimis, kecenderungan berasumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang mengecewakan, kehilangan integritas pribadi, dan penyakit degeneratif kronik tanpa dukungan sosial yang kuat. Semua hal ini dapat dilakukan pencegahan untuk mengindarkan lansia dari dimensia seperti mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan, sering membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir, melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi, dan mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. Sesuai dengan trend dan isu terkini dimensia dapat dicegah dengan melakukan gosok gigi dengan teratur. Hal ini dibuktikan oleh peneliti bahwa orang yang tidak rajin menggosok gigi atau kurang dari satu kali sehari, 65 persen dari mereka cenderung akan terkena demensia dibanding yang rajin menggosok gigi setiap hari. Cara lain yang dapat digunakan untuk mencegah dimensia adalah

20

konsumsi kunyit dan coklat dapat menurunkan risiko dimensia. Hal ini berhubungan dengan kandungan kunyit dan coklat yang mampu mengurangi degenerasi dari sel otak. Pencegahan dini untuk lansia sangat perlu dilakukan agar masalah dimensia ini dapat berkurang, karena efek dari dimensia ini sangat berpengaruh ke keadaan fisik, psikologi maupun sosial. Perbaikan lingkungan sekitar lansia dan peningkatan layanan kesehatan dapat meningkatkan tingkat kehidupan dan kualitas hidup dari lansia. Peran perawat gerontik didalam menyikapi maslah dimensia adalah berfokus pada pencegahan dan meningkatkan kesehatan lansia seperti membantu lansia untuk meningkatkan pola hidup sehat.

21

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Demensia yaitu keadaan jiwa yang tertekan dan penurunan fungsi kognitif hingga berpotensi menimbulkan masalah bagi penderita Dimensia dibagi menjadi dua tipe yaitu dimensia senilis dan presenilis. Pencegahan untuk menghindarkan lansia dari dimensia seperti mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan, sering membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir, melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi, dan mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. Trend dan isu terkini dimensia dapat dicegah dengan melakukan gosok gigi dengan teratur. Hal ini dibuktikan oleh peneliti bahwa orang yang tidak rajin menggosok gigi atau kurang dari satu kali sehari, 65 persen dari mereka cenderung akan terkena demensia dibanding yang rajin menggosok gigi setiap hari. Cara lain yang dapat digunakan untuk mencegah dimensia adalah konsumsi kunyit dan coklat dapat menurunkan risiko dimensia. 5.2 Saran Kepada Mahasiswa keperawatan atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga dapat

mengaplikasikan tindakan pencegahan pada lansia yang memiliki resiko tinggi terhadap dimensia.

22

DAFTAR PUSTAKA Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Dra. Sri alemer.Sembiring1.2002.penata lingkungan sosial bagi penderita dimensia repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3813/1/Dimensia.pdf Lestari. Puji 2011. Isu dan tren terbaru tentang penyakit dimensia dan cara mengatasinya.staff.uny.ac.id/sites/default/files/Dimensia%20Maret%2011.p df Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Price & Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC Stanley. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Tamher & Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

23

Anda mungkin juga menyukai