Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau
progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk
memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan
penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsikognitif yang biasanya disertai,
kadang-kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial,
atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow,
2006).
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia seringkali
terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Dimensia tersebut
dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: 1) Dimensia Senilis (60 tahun); 2) Demensia Pra
Senilis (60 tahun). Sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk Demensia
Alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan
32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan +/- 30 juta penduduk dunia
mengalami Demensia dengan berbagai sebab (Oelly Mardi Santoso, 2002).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 2025,
tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah sekarang 16 juta dan
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini
merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria
dan 67 tahun untuk perempuan. (Meski menurut kajian WHO (1999), usia harapan hidup
orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan
nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita

menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat


atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat.Ketidakmampuan mengartikan tandatanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya
penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 50tahun. Sebagian besar
orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yanghanya diderita oleh para Lansia,
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan jenis
kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini
disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N,
2003).
Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah
demensia.Betapa besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau keluarga jika
masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius, sehubungan dengan dampak
yang ditimbulkannya. Mengingat bahwa masalah demensia merupakan masalah masa
depan yang mau tidak mau akan dihadapi orang Indonesia dan memerlukan pendekatan
holistik karena umumnya lanjut usia (lansia) mengalami gangguan berbagai fungsi organ
dan mental, maka masalah demensia memerlukan penanganan lintas profesi yang
melibatkan: Internist, Neurologist, Psikiater, Spesialist Gizi, Spesialis Rehabilitasi Medis
dan Psikolog Klinis.
1.2 Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa pengertian dari Demensia?


Apa etiologi dari Demensia?
Bagaimana Patofisiologi dari Demensia?
Apa Manifestasi Klinis dari Demensia?
Apa saja Pemeriksaan Diagnostik pada pasien Demensia?
Bagaimana penatalaksanaan pada pasien Demensia?
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Demensia?

1.3 Manfaat

1
2
3
4
5
6
7

Mengetehui pengertian dari demensia


Mengetahui Etiologi Demensia dari demensia
Mengetahui patofisiologi dari demensia
Mengetahui manifestasi klinis dari Demensia
Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari demensia
Mengetahui penatalaksanaan dari demensia
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien demensia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demensia
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari - hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan
daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan seharihari (Nugroho,
2008).
Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul
karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan
fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil
keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya
disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,
melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
2.2 Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
a) Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering
pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat pada
tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme
seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis.
b) Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3. Khorea Huntington
4. penyakit jacob-creutzfeld dll
c) Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya :
1. Penyakit cerebro kardiofaskuler

2.
3.
4.
5.

penyakit- penyakit metabolik


Gangguan nutrisi
Akibat intoksikasi menahun
Hidrosefalus komunikans

2.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala terjadinya demensia secara umum adalah sebagai berikut :
(Hurley, 1998).
1) Daya ingat yang terus terjadi pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2) Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
3) Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4) Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5) Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
2.4 Patofisiologi
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah adanya
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,
mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan
sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut
dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka.
Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal
bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu
lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik
penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja
diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia.
Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi.
Disinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit dimana demensia
bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari
pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki
kemampuan untuk dapat mengkaji ddan mengenali gejala demensia.
Faktor Psikososial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh
faktor psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum sakit maka
semakin tinggi juga kemampuan untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien
dengan awitan demensia yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang
lebih sedikit daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan
depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pada
individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan gangguan memori, akan tetapi pada
kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika depresinya berhasil ditanggulangi,
maka defek kognitifnya akan menghilang.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
1.
Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia
reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan
hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone
2.

tiroid, kadar asam folat


Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih

3.

dipertanyakan.
Pemeriksaan EEG

Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada


sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
4.

gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.


Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia
presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal

5.

pada CT scan.
Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang
memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode
bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang
demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian

6.

genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.


Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas seharihari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup
atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving.
Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat
pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan

7.

demensia.
Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test
yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003 ;Boustani,2003
;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori
ringan. (Tang-Wei,2003)

2.6 Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine

Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,


Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga

memperbaiki gangguan kognitif.


Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati

tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi

seperti Sertraline dan Citalopram.


Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya
Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan
menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan
kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

b. Dukungan atau Peran Keluarga

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap


memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan
angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki
orientasi.

Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu
mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.

Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan


memperburuk keadaan.

Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan,


akan sangat membantu.

c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :

Diet

Latihan fisik yang sesuai

Terapi rekreasional dan aktifitas

Penanganan terhadap masalah-masalah

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah
klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu
mengumpulkan data,pengelompokan data,dan rumusan diagnosa keperawatan .(Arif
Muttaqin,2008)

1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh sering lupa dalam menaruh barang atau mengingat sesuatu misal
umur
3. Struktur keluarga : Genogram
4. Riwayat keluarga
Pada pengkajian ini bisa ditemukan keluhan yang sama pada generasi terdahulu
apakah oleh faktor adaptif dan maladaptive
5. Riwayat penyakit klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis .
a) kaji adanya depresi
b) singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depression scale.
c) ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d) wawancarai klien ,pemberi asuhan atau keluarga
6. Lakukan observasi langsung terhadap:
a) Perilaku

Klien menunjukkan sikap yang datar atau tidak berekspresi


b) Afektif
Klien terkadang terlihat cemas karena kehilangan sesuatu, bisa juga klien
mengalami depresi karena pada pasien demensia terdapat lesi tertentu di otak
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi pada otak seperti demensia tipe
vaskuler
c) Respon kognitif
Klien mengalami orientasi waktu, tempat dan tidak mampu mengenali
orangyang berada disekitarnya, klien mengalami kehilangan ingatan mengenai
hal-hal yang baru saja dilakukan.
7. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
a) Pola pemenuhan nutrisi
Klien tidak mengalami perubahan pola nutrisi
b) Pola pemenuhan cairan
Klien tidak mengalami perubahan pola pemenuhan kebutuhan cairan
c) Pola kebiasaan tidur dan istirahat
Klien biasanya mengalami perubahan waktu pola tidur dikarenakannya
hilangnya ingatan klien tentang waktu.
d) Pola eliminasi BAB
Tidak terjadinya perubahan pola eliminasi BAB pada klien demensia
e) Pola eliminasi BAK
Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK pada klien demensia
f) Pola aktivitas
Klien biasanya males untuk mengikuti kegiatan, klien lebih suka menyendiri
dan tidak mau berkumpul dengan teman-temannya.
g) Pola pemenuhan kebersihan diri

Klien mengalami gangguan pemenuhan kebersihan diri dikarenakan klien


yang sering lupa akan hal-hal yang baru saja terjadi
h) Pola sensorik dan kognitif
Kelima panca indera klien dengan demensia berfungsi dengan baik.
8. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Bentuk simetris apa tidak, bekas lesi, warna rambut, rambut kering atau
lembab, rapuh, mudah rontok.
b) Mata
Kesimtrisan, warna retina, kepekatan terhadap cahaya atau respon cahaya,
anemis atau pada daerah conjungtiva, sclera icterus ( kekuningan ) atau tidak,
riwayat katarak.
c) Hidung
Kesimtrisan, kebersihannya, mukosa kering atau lembab, terdapat peradangan
atau tidak.
d) Mulut dan tenggorokan
Kesimtrisan bibir, warna, tekstur, lesi dan kelembaban serta karakteristik
permukaan pada mukosa mulut atau lidah.
e) Telinga
Kaji membrane timpani terhadap warna, garis dan bentuk, permukaan luar
daerah tragus dalam keadaan normal atau tidak.
f) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid gerakan-gerakan halus pada respon percakapan,
nyeri tekan.
g) Dada
Bentuk dada normal, buni nafas tambahan , adanya nyeri tekan
h) Abdomen

Bentuk, gerakan pernafasan, adanya benjolan/ pembesaran hepar, kembung,


frekuensi bising usus.
i) Genetalia
Kebersihan karakter dan mos pubis dan labia mayora serta kesimtrisan labia
mayora.
j) Ekstremitas
Pada ekstremitas warna kuku, tugor kulit hangat, dingin, penggunaan alat
bantu, rentang gerak , deformitas.

k) Integumen
Kebersihan dan warna
9. Indeks Katz ( indeks kemandirian Pada aktivitas kehidupan sehari-hari )
Pengkajian ini berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemandirian pada
lansia. Biasanya terdapat penurunan aktivitas seperti klien tidak pernah mengikuti
kegiatan dipanti.
10. Pengkajian Kemampuan Intelektual
Pengkajian yang biasa dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dapat
menyimpulkan hasil bahwa sejauh mana klien mengalami kerusakan fungsi
intelektual.
11. Pengkajian Kemampuan Aspek kognitif
Pengkajian yang mengkaji meliputi orientasi, regisrasi, perhatian, dan kalkulasi. Dan
biasanya pada klien demensia terdapat penurunan orientasi, ketidakmampuan klien
untuk memecahkan suatu masalah, dan klien mengalami kesulitan untuk berhitung.
12. Depresi Beck
Pengkajian untuk mengetahui tingkat depresi lansia. Biasanya terjadi depresi pada
klien yang merasa bahwa dirinya tidak bedaya dan gagal akan masa lalu.
3.2 Analisa Data
No.
1.

DATA
Ds :
-

MASALAH

Klien mengatakan namanya Ny. S lupa dengan


nama teman satu wismanya, lupa umurnya,
lupa tanggal dan hari, bulan, tahun, dan lupa
menghitung angka.

Do :
-

Ny. S lupa dengan nama teman satu wismanya,

Perubahan Proses Pikir

lupa umurnya, lupa tanggal dan hari, bulan,

2.

tahun, dan lupa menghitung angka.


SPMSQ : Fungsi intelektual kerusakan sedang

( Salah 6 )
MMSE : Gangguan kognitif berat ( Salah 15 )

Ds :

Gangguan Rasa Nyaman

Klien mengatakan nyeri pada daerah lutut


kanan kiri

Do :

3.

Klien Nampak menyeringai, nyeri tekan daerah

lutut, rentang gerak klien terbatas.


TD : 140/80 mmHg
Suhu : 36O C
Nadi : 80x/menit
RR : 21x/menit
P : Nyeri dilutut kanan kiri
Q : Nyeri terasa cekot-cekot
R : Dilutut kanan kiri
S : Skala 5
T : Saat berjalan

Ds :
-

Nyeri

Klien mengatakan sudah mandi tadi subuh

Do :
-

Klien tampak kumuh tidak terawatt, tidak


sesuai dengan pernyataan klien yang katanya

Defisit Perawatan Diri

sudah mandi, bau badan klien tidak sedap,


kepala atau rambu klien kotor, kulit klien
tampak kering.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan penurunan memory atau ingatan ditandai
dengan hilangnya konsentrasi, tidak mampu menghitung
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan
klien mengatakan nyeri pada daerah lutut.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif ( penurunan daya ingat)
dan motivasi merawat diri.

3.4 Intervensi Keperawatan


1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan penurunan memory atau ingatan ditandai
dengan hilangnya konsentrasi
Intervensi :

a) Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang


terapeutik
Rasional : Mengurangi kecemasan dan emosional
b) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
Rasional : kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkakan gangguan
neuron
c) Ijinkan klien untuk mengumpulkan benda yang aman
Rasional : memelihara keamanan dan keseimbangan lingkungan
d) Bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatan
Rasional : menurunkan defensive jika klien menyadari kesalahan
e) Gunakan suara yang agak rendah dan bicara dengan perlahan pada klien
Rasional : meningkatkan pemahaman ucapan tinggi dank eras menimbulkan stress
yang mencetus konfronasi dan respon marah
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan
klien mengatakan nyeri pada daerah lutut.
Intervensi :
a) Kaji intensitas nyeri, lokasi nyeri dan skala nyeri
Rasional :
b) Ajarkan teknik mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian dan relaksasi
Rasional : menurunkan rasa nyeri
c) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien
d) Anjurkan klien untuk menghindari aktivitas yang berlebih
Rasional : aktivitas yang berat dapat menambah nyeri pada sendi yang sakit.
e) Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic
Rasional : mengurangi rasa nyeri
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif ( penurunan daya ingat)
dan motivasi merawat diri.
Intervensi :
a) Identifikasi kesulitan dalam berpakaian atau perawatan diri seperti keterbatasan
gerak fisik
Rasional : memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi tau
strategi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan pakaian.
b) Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi atau berikan pakaian yang rapid an
indah
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri dapat menurunkan perasaan kehilangan
dan menigkatkan kepercayaan untuk hidup.
c) Diskusikan bersama klien tentang pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan tentang arti bersih dan tanda-tanda kebersihan.

Rasional : pengertian yang baik dapat membantu klien mengerti dan dapat
melakukan sendiri tentang kebersihan diri.
d) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
Rasional : menciptakan memori kebersihan diri
e) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap
hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
Rasional : pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan
diharapkan klien dapat melakukan sendiri tentang kebersihan diri.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari - hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan
daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan seharihari (Nugroho,
2008).
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah adanya
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,
mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan
sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut
dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka.
Dari penjelasan diatas kami menyimpulkan bahwa untuk penderita demensia maupun
klien lanjut usia yang lain diperlukan pendampingan untuk setiap aktivitas dan
kebutuhannya. Di usia mereka ini telah banyak terjadi perubahan dan penurunan kognitif .
Untuk itu baik keluarga maupun orang disekitarnya hendaknya memahami keadaan
umum dan apa yang dirasakan oleh lansia tersebut.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini bias menjadi panduan dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada klien penderita demensia. Makalah ini juga masih banyak
kekurangan dan perlu dilakukan penelitian lagi terkait dengan masalah yang terjadi
seiring dengan berjalannya waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Alzheimer Indonesia. (2003). Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer
dan Demensia lainnya. Konsensus Nasional, Edisi I Jakarta,
Durand, V. M. dan Barlow, D. H. 2006.Psikologi Abnormal. Alih Bahasa: Linggawati Haryanto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi.
Jakarta: Salemba Medika

Nugroho.W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Gramedia.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai