Anda di halaman 1dari 8

MASALAH PSIKOSOSIAL YANG DIALAMI PASIEN DENGAN

DEMENSIA DENGAN MASALAH STRESS DAN ADAPTASI YANG

MENYEBABKAN TERJADINYA GANGGUAN JIWA


Dosen Pengampu: Neni Solihat, M.psi., Psikolog

Disusun Oleh:
Ikrima Dinul Qoyyimah (C2214201028)
Ade Hamim Apriandi (C2214201084)
Tira Wahyuni (C2214201104)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
Abstrak

Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau progresif
serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering dijumpai yaitu
demensia tipe Alzheimer, termasuk daya ingat, daya pemahaman, berhitung, kemampuan
belajar, berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut dan biasanya
disertai rendahnya fungsi kognitif, ada kalanya diawali oleh kemorosotan (deterioration)
dalam pengendalian emosi, prilaku sosial, atau motivasi, sindrom ini terjadi pada penyakit
Alzheimer, pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau
sekunder mengenai otak (Nisa, 2016).

1. Pendahuluan
A. Pengertian Demensia
Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik
atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering
dijumpai yaitu demensia tipe Alzheimer,termasuk daya ingat, daya pikir, daya
orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya
kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut, dan biasanya disertai hendaya fungsi
kognitif, ada kalanya diawali oleh kemerosotan(deterioration) dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,
pada penyakitserebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau
sekunder mengenai otak.
Demensia dapat diartikan juga sebagai suatu kondisi klinis yang ditandai
oleh kemerosotan daya ingat, intelektualitas dan emosional. Sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. Pada
dasarnya demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik, tetapi demensia
merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang
bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang
penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan
gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
Penderita demensia pada umumnya juga akan merasakan kehilangan
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, mengontrol emosi, dan bahkan
bisa mengalami perubahan kepribadian serta mengalami perubahan masalah
tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi.
B. Faktor Penyebab Demensia
Beberapa faktor risiko demensia, antara lain usia, konsumsi alkohol, aterosklerosis,
diabetes melitus, sindrom down, genetik, hipertensi, depresi, merokok, cedera kepala,
factor Pendidikan epilepsy, Gangguan pola tidur, stroke, penyakit arteri coroner,
obesitas, dan rasio pinggang – pinggul tingi.
C. Tipe – Tipe Demensia
Aisyah (2016) membedakan Tipe-tipe demensia menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Demensia tipe Alzheimer
Alois Alzheimer pertama kali menggambarkan satu kondisi yang selanjutnya
dalam tahun (1970), menggambarkan wanita berusia 51 tahun dengan
perjalanan demensia progresif 4,5 tahun. Diagnosis akhir penyakit Alzheimer
didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak. Faktor genetik dianggap
berperan sebagian dalam perkembangan penyakit demensia ini. Observasi
makroskopis neuroanatomik klasik pada otak dari seorang pasien dengan
penyakit Alzheimer adalah antrofi difus dan pembesaran ventrikel serebal serta
timbulnya bercak-bercak senilis, kekusutan neurofibriler, hilangnya neuronal,
dan degenerasi granulovaskular pada neuron.
b. Demensia vaskuler
Penyebab pertama dari demensia vaskuler dianggap adalah penyakit vaskuler
serebral yang multiple, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia.
Demensia vaskuler paling sering terjadi pada laki-laki, khususnya mereka
yang
mengalami hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor resiko
kardiovaskuler lainnya. Penyakit pick ditandai oleh atrofi yang lebih banyak
dalam darah frontotemporal. Darah tersebut juga mengalami kehilangan
neuronal, yang merupakan massa elemen sitoskeletal. Penyakit pick berjumlah
kira-kira 5 persen dari semua demensia yang irreversibel. Penyakit pick sangat
sulit dibedakan dengan demensia tipe Alzheimers, walapun stadium awal
penyakit pick lebih sering ditandai dengan perubahan kepribadian dan prilaku,
dengan fungsi kognitif lain yang relative bertahan.
c. Demensia berhubungan dengan HIV
Infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) sering kali
menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi
dengan HIV mengalami demensia dengan angka tahunan 14 persen.
Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV sering disertai
tampaknya kelainan parenkimal.
d. Demenisa yang berhubungan dengan trauma kepala
Demensia dapat dari trauma kepala, demikian juga berbagai sindrom
neuropsikiatrik.
D. Pengertian Stres
Stress merupakan fenomena yang pasti dialami oleh semua manusia. Dalam
ilmu psikologi, Stress adalah perasaan tertekan dan ketegangan mental atau respons
individu terhadap perubahan dalam situasi atau situasi yang mengancam. Tingkat
stress yang rendah mungkin diinginkan, bermanfaat, dan bahkan sehat. Stress, dapat
menimbulkan dampak positif, yaitu dapat meningkatkan fasilitasi kinerja. Stress yang
positif dianggap sebagai factor penting untuk motivasi, adaptasi, dan melakukan
reaksi terhadap lingkungan sekitar. Namun, tingkat stressnya tinggi dapat
mengakibatkan masalah biologis, psikologis, dan sosial dan bahkan bahaya serius
bagi seseorang. Stress dapat berasal dari faktor eksternal yang bersumber pada
lingkungan, atau disebabkan oleh persepsi internal individu.
E. Penyebab masalah Psikososial yang muncul pada pasien skizofrenia
Dalam jurnal yang disebutkan depresi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
demensia . Menurut penelitian framingham, selama 17 tahun periode follow up, 164
peserta mengalami. Terdapat 21,6% peserta yang mengalami depresi pada awal
penelitian menderita demensia dibandingkan 16,6% peserta yang tidak mengalami
depresi. Depresi memiliki peningkatan risiko demensia lebih dari 50% dengan rasio
hazard sebesar 1,72 sehingga dari penelitian ini ditemukan bahwa depresi memiliki
hubungan dengan peningkatan risiko demensia.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam literature review ini menggunakan strategi secara
komprehensif, seperti pencarian artikel dalam database jurnal penelitian, pencarian
melalui internet, tinjauan ulang artikel. Pencarian database yang digunakan melalui
google.
3. Hasil
Dari hasil literarur riview jurnal kami menyimpulkan bahwa depresi merupakan salah
satu masalah psikososial yang akan terjadi pada pasien maupun keluarga pasien akibat
dari demensia tersebut.

4. Pembahasan
Banyak studi yang membahas mengenai demensia namun diantara artikel yang kami
ambil bahwa tidak ada perbedaan diantara artikelnya hanya saja kami mengambil dari
beberapa artikel yakni:
1. Menurut jurnal I Ketut Andika Priastana, Fitri Firranda Nurmalisyah demensia
merupakan sindrom penurunan fungsi intelektual yang cukup berat
dibandingkan dengan sebelumnya sehingga mengganggu aktivitas sosial dan
profesional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian, biasanya
ditemukan juga perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium
maupun gangguan psikiatri mayor. Penegakan diagnosis klinis demensia
didasarkan pada riwayat neurobehavior, pemeriksaan fisik neurologis, dan
pola gangguan kognitif. Bahwa terdapat tujuh belas faktor risiko demensia
diantaranya adalah hipertensi, mengunyah tembakau, rasio pinggang-pinggul
tinggi, kebiasaan merokok, cedera kepala, kelebihan berat badan, asupan
alkohol, usia (lansia), penderita diabetes, stroke, riwayat keluarga demensia,
obesitas, penyakit arteri coroner, depresi, faktor pendidikan, epilepsi, dan
gangguan pola tidur.
2. Menurut jurnal Wisnu Widyantoro, Ratna Widhiastuti, Anggun Pesona
Atlantika demensia adalah keadaan seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan pikir. Penurunan akan menimbulkan gangguan
terhadap fungsi kehidupan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. ADL
merupakan pengukuran kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas mandiri.
Demensia merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif. Demensia
bukanlah penyakit atau gangguan spesifik, melainkan sekelompok gejala yang
me-refleksikan kehilangan kemampuan untuk berfikir, mengingat, dan
menalar. Penderita demensia memang tampak sehat namun Fungsi otak tidak
bekerja dengan baik.
Demensia memiliki beberapa kriteria meliputi ringan, sedang, berat. Demensia
dengan kriteria ringan pada aktivitas sosial dan aktivitas mandiri masih bisa
dilakukan tetapi sulit untuk mempelajari hal-hal baru. Demensia kriteria
sedang mulai mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
menujukan gejala seperti mudah lupa terutama untuk peristiwa yang terjadi
baru saja dan lupa dengan nama orang. Demensia dengan kriteria berat
mengalami ketidakmandirian serta tidak mengenali anggota keluarga
disorientasi personal dan sulit memahami, menilai peristiwa yang telah
dialami sehingga aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu dan bergantung
pada orang lain serta membutuhkan dukungan dari keluarga.
Demensia merupakan sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan
seseorang dalam mengingat, berpikir, berbicara dan bertingkah laku.
Umumnya, penyakit ini menyerang lansia di atas usia 65 tahun. Tidak
menutup kemungkinan orang yang berusia muda juga bisa terkena penyakit
ini. Faktor yang mempengaruhi demensia yaitu usia, jenis kelamin, status gizi,
aktivitas fisik, tingkat pendidikan, dan riwayat penyakit.
3. Menurut jurnal Eka Diah Kartiningrum, Nurul Mawaddah, Nike Wardani
seiring dengan pertambahan usia maka terjadi perubahan dalam otak yang
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan, terutama pada ingatan jangka
pendek dan penuruan kemampuan. Demensia merupakan kumpulan gejala
klinik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit, ditandai oleh
hilangnya memori jangka pendek dan gangguan global fungsi mental,
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari dan sosial yang
disebabkan oleh berbagai keadaan yang bersifat irreversible dan reversible
(Yustiani, 2015). Hal ini menyebabkan lansia dengan demensia akan
bergantung pada bantuan keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Keluarga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam merawat
anggota keluarga yang sakit, termasuk lansia yang mengalami demensia.
Adanya ketergantungan lansia demensia akan memicu tekanan bagi
keluarganya, terlebih ketergantungan yang terjadi berlangsung lama tanpa ada
batasan waktu yang jelas. Adanya tekanan tersebut bisa berpotensi
menimbulkan kelelahan dan kejenuhan pada anggota keluarga yang
merawatnya. Apabila keluarga tidak mampu atau gagal beradaptasi dengan
kondisi tersebut, maka keluarga sangat berisiko mengalami stress dan bahkan
depresi (Touhy, 2015). Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
stress adalah dengan menerapkan manajemen stress. Manajemen stress
merupakan suatu kondisi dimana individu mampu untuk melakukan
pengaturan stress yang bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan
mengetahui teknik mengelola stress sehingga mampu mengatasi stress dalam
kehidupan (Segarahayu, 2013).
4. Menurut jurnal Ratnawati Demensia, termasuk penyakit Alzheimer yang
mempengaruhi daya ingat, berpikir, berperilaku dan emosi sehingga demensia
merupakan salah satu tantangan isu kesehatan masyarakat global terbesar.
Penyebab demensia ini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam
jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah-jumlah zat-zat kimia dalam otak.
Biasanya volume otak akan mengecil atau menyusut, sehingga rongga-rongga
dalam otak melebar. Selain itu dapat disebabkan oleh penyakit seperti stroke,
tumor otak, depresi dan gangguan sistematik. Demensia yang disebabkan oleh
depresi dan gangguan sistematik dapat pulih kembali, tetapi banyak kondisi
lainnya tidak dapat kembali ke kondisi sebelumnya. Demensia adalah
sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia juga merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas
kehidupan sehari- hari (Nugroho, 2008). Penderita demensia menunjukan
banyak sekali gangguan seperti agnosia, apraksia, amnesia, perubahan
kepribadian, perubahan perilaku, dan kemunduran dalam segala macam fungsi
intelktual. Semua gangguan tersebut menyebabkan kurangnya berpikir,
sehingga ekpresi verbalnya diwarnai dengan kesukaran menemukan kata-kata
yang tepat. Pemakaian kalimatnya sering kali diulang-ulang. Apa yang telah
dikatakan sebelumnya selalu diulang kembali. Pembicaraan pun sering
terputus karena pembicaraan tidak teringat atau tidak diketahui lagi, sehingga
berpindah ke topik lain.
Demensia dapat diartikan juga sebagai suatu kondisi klinis yang ditandai oleh
kemerosotan daya ingat, intelektualitas dan emosional. Sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari secara
normal. Penderita demensia pada umumnya juga akan merasakan kehilangan
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, mengontrol emosi, dan
bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian serta mengalami perubahan
masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang yang
akan di diagnosa demensia itu, bila dua atau lebih fungsi otak, seperti ingatan
dan keterampilan berbahasa, menurun secara signifikan tanpa disertai dengan
penurunan kesadaran.Demensia harus bisa kita bedakan dengan gangguan
mental, gangguan daya ingat atau intelektual yang akan terjadi dengan
berjalannya waktu dimana fungsi mental yang sebelumnya telah dicapai secara
bertahap akan hilang atau menurun sesuai dengan derajat yang diderita.
5. Menurut jurnal Kandita Mahran Nisa, Rika Lisiswanti Demensia adalah suatu
sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau progresif serta
terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering dijumpai
yaitu demensia tipe Alzheimer,termasuk daya ingat, daya pikir, daya orientasi,
daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya
kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut, dan biasanya disertai hendaya
fungsi kognitif, ada kalanya diawali oleh kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Beberapa faktor risiko
demensia, antara lain usia, konsumsi alkohol, aterosklerosis, diabetes melitus,
sindrom down, genetik, hipertensi, depresi, dan merokok

Anda mungkin juga menyukai