Anda di halaman 1dari 5

DIMENSIA PADA LANSIA

Demensia adalah suatu gangguan intelektual / daya ingat yang umumnya progresif dan
ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun. Di Indonesia
sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal pada setiap orang tua.
Namun kenyataan bahwa suatu anggapan atau persepsi yang salah bahwa setiap orang tua
mengalami gangguan atau penurunan daya ingat adalah suatu proses yang normal saja.
Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan masyarakat kita yang salah.

Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah :
usia,
riwayat keluarga,
jenis kelamin perempuan.

Demensia harus bisa kita bedakan dengan retardasi mental, pseudodemensia, ganguan daya
ingat atau intelektual yang akan terjadi dengan berjalannya waktu dimana fungsi mental yang
sebelumnya telah dicapai secara bertahap akan hilang atau menurun sesuai dengan derajat
yang diderita.

Perubahan karakteristik dari demensia adalah :
Perubahan aktivitas sehari-hari,
Gangguan kognitif(gangguan daya ingat,bahasa,fungsi visuospasial),
Perubahan perilaku dan psikis(Behavior-Psycological Changes).

Gangguan perilaku dan psikologik pada lansia yang demensia sering ditemukan sebagai
BPSD (Behavioral & Psychological Symptoms of Dementia). Perubahan tersebut bersifat
multifaktor atau biopsikososial sehingga timbul masalah seperti: perilaku agresif, wondering
(suka keluyuran tanpa tujuan), gelisah, impulsive, sering mengulang pertanyaan. Pada
masalah psikologisnya: waham cemburu, curiga, halusinasi, misidentitas.

Gangguan klinis dari demensia bermacam-macam dan dikemukakan 3 pandangan berbagai
kelompok ahli dalam mendefinisikan penyakit demensia khususnya tipe Alzheimer.

Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler. Di sini akan dibedakan gangguan pada kortikal dan
subkortikal.

Kortikal :
- Alzheimer,
- Creutzfedz jacob,
- Pick disease,
- Afasia, agnosia dan apraksia.

Subkortikal :
- Huntington disease,
- Parkinson disease,
- Hidrosefalus,
- Demensia multiinfark.

Kriteria derajat demensia :
RINGAN : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial,
kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian
umum yang baik.
SEDANG : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
BERAT : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoherensi.

Demensia dapat digolongkan beberapa bentuk yaitu :

A. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang
pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910.
Demensia ini ditandai dengan gejala :
Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif,
Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
Kehilangan inisiatif.

Faktor resiko penyakit Alzheimer :
Riwayat demensia dalam keluarga
Sindrom down
Umur lanjut
Apolipoprotein, E4

Faktor yang memberikan perlindungan terhadap alzheimer :
Apolipoprotein E, alele 2,
Antioxidans,
Penggunaan estrogen pasca menopause, (pada demensia tipe ini lebih sering pada
wanita daripada laki-laki)
NSAID

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,walaupun
pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective
neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
Pada makroskopik : penurunan volume gyrus pada lobus frontalis dan temporal.
Pada mikroskopik : plak senilis dan serabut neurofibrilaris

Kerusakan dari neuron menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter. Hal ini sangat
mempengaruhi aktifitas fisiologis otak.

Tiga neurotransmiter yang biasanya terganggu pada Alzheimer adalah asetilkolin, serotorin
dan norepinefrin. Pada penyakit ini diperkirakan adanya interaksi antara genetic dan
lingkungan yang merupakan factor pencetus. Selain itu dapat berupa trauma kepala dan
rendahnya tingkat pendidikan.



Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi intelektual :

Stadium I (amnesia)
Berlangsung 2-4 tahun
Amnesia menonjol
Gangguan : - Diskalkulis
Memori jangka penuh
Perubahan emosi ringan
Memori jangka panjang baik
Keluarga biasanya tidak terganggu

Stadium II (Bingung)
Berlangsung 2 10 tahun
Kemunduran aspek fungsi luhur (apraksia, afasia, agnosia, disorientasi)
Episode psikotik
Agresif
Salah mengenali keluarga

Stadium III (Akhir)
Setelah 6 - 12 tahun
Memori dan intelektual lebih terganggu
Akinetik
Membisu
Inmontinensia urin dan alvi
Gangguan berjalan

Pedoman diagnostik menurut WHO (ICD-X)
Lupa kejadian yang baru saja dialami,
Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari,
Kesulitan dalam berbahasa,
Diserorientasi waktu dan tempat,
Tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat,
Kesulitan berpikir abstrak,
Salah menaruh barang,
Perubahan suasana hati,
Perubahan perilaku / kepribadian,
Kehilangan inisiatif.

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan /
pencegahan hanya dalam bentuk paliatif yaitu : nutrisi tepat, latihan, pengawasan aktifitas,
selain itu bisa diberikan obat Memantine (N-metil) 25 mg/hr, propanolol (InderalR),
Holoperidol dan penghambatan dopamin potensi tinggi untuk kendali gangguan eprilaku
akut. Selain itu bisa diberikan Tracine Hydrocloride (Inhibitor asetilkolinesterose kerja
sentral) untuk gangguan kognitif dan fungsionalnya.

Pencegahan antara lain bagaimana cara kita lebih awal untuk mendeteksi AD (Alzheimer
Disease) serta memperkirakan siapa yang mempunyai faktor resiko terkena penyakit ini
sehingga dapat dicegah lebih awal. Pencegahan dapat juga berupa perubahan dari gaya hidup
(diet, kegiatan olahraga, aktivitas mental)

Tujuan penanganan Alzheimer :
Mempertahankan kualitas hidup yang normal
Memperlambat perburukan
Membantu keluarga yang merawat dengan memberi informasi yang tepat
Menghadapi kenyataan penyakit secara realita

B. Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat
gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
Peningkatan reflek tendon dalam,
Respontar eksensor,
Palsi pseudobulbar,
Kelainan gaya berjalan,
Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga
perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ;
hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran
darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
Terdapat gejala demensia
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

C. Demensia Pick
Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi mental dan perilaku yang terjadi secara progresif
dan lambat. Kelainan terdapat pada kortikal fokal pada lobus frontalis. Penyakit ini juga sulit
dibedakan dengan Alzheimer hanya bisa dengan otopsi, dimana otak menunjukkan inklusi
intraneunoral yang disebut badan Pick yang dibedakan dari serabut neurofibrilaris pada
Alzheimer.

Pedoman diagnostik penyakit demensia penyakit Pick
Adanya gejala demensia yang progresif.
Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol
disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi, apatis,
gelisah.
Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat.

D. Demensia Penyakit Creutzfeldt Jacob
Penyakit ini disebabkan oleh degeneratif difus yang mengenai sistim piramidalis dan
ekstrapiramidal. Pada penyakit ini tidak berhubungan dengan proses ketuaan. Gejala terminal
adalah :
Demensia parah.
Hipertonisitas menyeluruh.
Gangguan bicara yang berat.

Penyakit ini dsiebabkan oleh virus infeksius yang tumbuh lambat. (misal transplantasi
kornea). Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini :
Demensia yang progresif merusak.
Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus.
Elektroensephalogram yang khas.

E. Demensia karena Penyakit Huntington
Demensia ini disebabkan penyakit herediter yang disertai dengan degenoivasi progresif pada
ganglia basalis dan kortex serebral. Transmisi terdapat pada gen autosomal dominan fragmen
G8 dari kromosom 4. Onset terjadi pada usia 35 50 tahun.
Gejalanya :
Demensia progresif.
Hipertonisitas mascular.
Gerakan koreiform yang aneh.

F. Demensia karena Hidrosefalus Tekanan Normal
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
Inkontinensia urin.
Demensia.

G. Demensia karena Penyakit Parkinson
Demensia ini disebabkan adanya penyakit parkinson yang menyertai dengan gejala :
Disfungsi motorik.
Gangguan kognitif / demensia bagian dari gangguan.
Lobus frontalis dan defisit daya ingat.
Depresi.

Terapi :
Neurotransmiter dopaminergik (L-Dopa).
Amantadine (symnetral R).
Bromocriptine (Parlodel R).

Anda mungkin juga menyukai