DEMENSIA
Pembimbing:
dr. Wiwin Sundawiyani, Sp.S
Oleh:
Fikri Akbar Alfarizi (2013730143)
Laela Rahmawati (2013730059)
Keadaan emosi Abnormal (tak memperdulikan, tak Abnormal (kurang dorongan drive)
menyadari)
Contoh Penyakit Alzheimer, Pick Progressive Supranuclear Palsy, Parkinson,
Penyakit Wilson, Huntington.
ETIOLOGI
Penyebab Dementia Irreversibel
Primer degenerative
- Penyakit Alzheimer
- Penyakit Pick
- Penyakit Huntington
- Penyakit Parkinson
- Degenerasi olivopontocerebellar
- Progressive Supranuclear Palsy
- Degenerasi cortical-basal ganglionic
Infeksi
- Penyakit Creutzfeldt-Jakob
- Sub-acute sclerosing panencephalitis
- Progressive multifocal leukoencephalopathy
Metabolik
- Metachromatic leukodyntrophy
- Penyakit Kuf
- Gangliosidoses
Penyebab Demensia Reversibel
Obat-obatan anti-kolinergik (mis. Atropin dan sejenisnya); anti-konvulsan (mis.
Phenytoin, Barbiturat); anti-hipertensi (Clonidine, Methyldopa,
Propanolol); psikotropik (Haloperidol, Phenothiazine); dll (mis.
Quinidine, Bromide, Disulfiram).
Metabolik-gangguan sistemik gangguan elektrolit atau asam-basa; hipo-hiperglikemia; anemia
berat; polisitemia vera; hiperlipidemia; gagal hepar; uremia;
insufisiensi pulmonal; hypopituitarism; disfungsi tiroid, adrenal, atau
paratiroid; disfungsi kardiak; degenerasi hepatolenticular.
Gangguan intracranial insufisiensi cerebrovascular; meningitis atau encephalitis chronic,
neurosyphilis, epilepsy, tumor, abscess, hematoma subdural, multiple
sclerosis, normal pressure hydrocephalus.
Keadaan defisiensi vitamin B12, defisiensi folat, pellagra (niacin).
Gangguan collagen-vascular systemic lupus erythematosus, temporal arteritis, sarcoidosis,
syndrome Behcet.
Intoksikasi eksogen alcohol, carbon monoxide, organophosphates, toluene,
trichloroethylene, carbon disulfide, timbal, mercury, arsenic, thallium,
manganese, nitrobenzene, anilines, bromide, hydrocarbons.
Gejala Klinis Demensia
• Activity
• Behavior
• Cognitif
Gejala Klinis Demensia
• Gambaran utama: defisit kognitif multipleks
• Gangguan memori + ≥1 gejala dari
– Afasia
– Apraksia
– Agnosia
– Gangguan fungsi sosial atau okupasional
– Menurunnya fungsi luhur sebelumnya
Gejala Klinis Demensia
• Gangguan memori
– ketidakmampuan belajar hal baru,
– lupa hal yang baru dikenal/dipelajari/dikerjakan
• Gangguan orientasi yang tidak mengganggu tingkat
kesadaran
• Afasia: kesulitan menyebut nama orang atau benda.
Penderita lanjut mengalami pola bicara: ekolalia,
palilalia
Gejala Klinis Demensia
• Apraksia
– tidak mampu melakukan gerakan meskipun kemampuan motorik,
sensorik baik tidak tau lagi menggambar, memasak, menyisir
rambut, melambai tangan
– Tidak mampu mengenali benda yang diletakkan di tangannya.
• Agnosia: ketidakmampuan mengenali/identifikasi benda
meskipun fungsi sensoriknya utuh. Misalnya tidak dapat
mengenali kursi walaupun visusnya baik. lama kelamaan tidak
dapat mengenali keluarga dan dirinya sendiri
Gejala Klinis Demensia
• Gangguan fungsi eksekutif: gangguan berpikir
• Penyebab tidak
diketahui.
• Paling sering terjadi
pada laki-laki terutama
yang memiliki saudara
derajat pertama dengan
penyakit Pick.
Penyakit Creutzfeldt- Jakob
ketidakstabilan postural
koordinasi
Parkinson’s Disease Dementia (PDD)
demensia
lambat : bradifenia
Anamnesis
• Riwayat medis umum: riwayat infeksi kronis, gangguan endokrin,
• Riwayat intoksikasi
• Riwayat keluarga
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum
• Pemeriksaan fisik neurologis: tanda TIK, gangguan
neurologis focal, gerakan abnormal, refleks
patologis/primitif
• Pemeriksan fisik neuropsikologis: evaluasi memori,
orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial dengan
Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing
Test (CDT)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
• Hormon tiroid
• Darah lengkap
• Kadar vitamin B12
• Elektrolit
• Pemeriksaan HIV dan neurosifilis
• Fungsi ginjal
pada risiko tinggi
• Fungsi hati
• LCS analisis atas indikasi
pemeriksaan fungsional
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan Otak
deteksi kelainan
struktural dan
singkirkan
penyebab lain
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Terapi non-farmakologi
Modifikasi Lingkungan
Intervensi Sensorik
PROGNOSIS
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari
penyakit Alzheimer. Pasien dengan penyakit alzheimer
mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah
diagnosis dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
Penyebab kematian lainnya untuk demensia secara umum
adalah komplikasi dari demensia, penyakit kardiovaskular
dan berbagai lagi faktor seperti keganasan.6
Terapi
• Perawatan medis simptomatik:
• Bantuan emosional bagi
– Pemeliharaan diet
pasien dan keluarganya
– Latihan yang tepat
• Pengobatan farmakologis
– Terapi rekreasi dan akivitas
untuk gejala spesifik
– Perhatian terhadap masalah
visual dan auditoriis
– Disfungsi kardiopulmonal
Terapi
Jika demensia vaskular, atasi faktor risiko:
• Hipertensi
• Dislipidemia
• Obesitas
• Penyakit jantung
• DM
• Alkohol/merokok
Terapi
• Tidak ada terapi spesifik/drug of choice, terapi tergantung penyebab
Obat:
• Golongan penghambat asetilkolin esterase pertahankan ∑ asetilkolin
Galantimin 4 mg S2 dd1
Terapi
Obat:
• OAINS cegah pembentukan senile plaque dan neurofibrillary
tangle. Contoh asam mefenamat
• Antioksidan: hambat oksidasi akibat radikal bebas: vit A, C, E
• Neurotropik: derivat golongan GABA efek fasilitasi
neurotransmisi kolinergik dengan mensitesis dan melepas
asetilkolin. Contoh: Piracetam 1200mg S2 dd1 selama 6
minggu, dilanjutkan 1200mg/hari
KEPUSTAKAAN
• Shirdev, E.B & Levey, D.A. 2004. Cross-Cultural Psychology, Critical Thinking and Contemporary Application, Boston:
Pearson Education,Inc
• Schaie K.W. & Willis, S.L. 1991. Adult Development and Aging, New York: HarperCollins Publishers
• Jefferies, K and Agrawal, N. 2009. Early-Onset Dementia. Jurnal of Continuing Professional Development. 15: 380-
388.
• Dikot Y, Ong PA, 2007. Diagnosis Dini dan Penatalaksanaan Demensia. Jakarta: PERDOSSI.
• Assosiasi Alzheimer Indonesia. Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan
Demensia Lainnya. Ed 1, Asosiasi Alzheimer Indonesia. Jakarta. 2003.
• Alzheimer’s Disease International. World Alzheimer Report 2010 Executive Summary. London, 2010.
• WHO. Active Ageing:a policy framework. Genveva:WHO, 2002.
• Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Sinopsis Psikiatri (Edisi Bahasa Indonesia), Edisi VII, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta,
1997: 515-533.
• Guberman A. Clinical Neurology. Little Brown and Coy, Boston, 1994: 67-69.
• Gilroy J. Basic Neurology. Pergamon press, New York, 1992: 194-195.
• H, Juebin. Dementia. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
• Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, ECG, Jakarta, 2006:
1134-1138
• Sastroasmoro S. Panduan pelayanan medis departemen neurologi. Jakarta: RS. DR. Cipto Mangunkusumo. 2007.
• Mitchell SL, Teno JM, Kiely DK, et al. The clinical course of advanced dementia. N Engl J Med. 2009; 361 (16): 1529-
38.
• Bahrudin M. Neurologi Klinis. Malang: UMM Press. 2013.
• Lumbantobing S. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2004.
• Subroto B. Neurologi Klinik. Surabaya: 1983.
• PERDOSSI. Pengenalan dini dan penatalaksanaan demensia vaskuler: edisi 1. Jakarta: PERDOSSI. 2006.