Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Lobus temporalis merupakan satu dari empat lobus utama dari otak. Lobus
temporalis berada di bawah sulcus lateralis dan di anterior korteks oksipital dan
parietal. Lobus temporalis tidak hanya memiliki satu fungsi, karena dalam lobus
temporalis terdapat primary auditory cortex, the secondary auditory, visual cortex,
limbic cortex, dan amygdala.
Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah memproses input auditori,
mengenali objek visual, dan penyimpanan memori jangka lama dari input sensori,
ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu afeksi (emosi).
Sindrom lobus temporal adalah berbagai kelainan psikopatologik yang
diakibatkan oleh adanya gangguan atau kerusakan (lesi) pada bagian-bagian di
lobus temporal. Penyebab epilepsi parsial sering berasal dari lobus temporal.
Sekitar 50% dari pasien dengan epilepsi parsial dikonfirmasi berasal dari lobus
temporal. Penyebab paling umum dari lesi lobus temporal adalah Cerebro Vascular
Diseases (CVD). Kemudian akibat tumor primer, jinak (seperti meningioma) atau
ganas yang mungkin merupakan tumor sekunder atau metastasis karsinoma, paling
sering dari kanker paru-paru atau kanker payudara.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi


Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus. Keempat
Lobus tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus occipital
dan lobus temporal.1

Gambar 1. Anatomi lobus temporal pada


otak

Lobus frontal merupakan pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti
kemampuan berpikir abstrak dan nalar, motorik bicara (area broca di hemisfer kiri),
pusat penghidu, dan emosi, pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer), terdapat area asosiasi motorik (area premotor).
Lobus parietal berfungsi sebagai pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer), terdapat area asosiasi sensorik sedangkan lobus
oksipital berfungsi sebagai pusat penglihatan & area asosiasi penglihatan: yaitu
menginterpretasi & memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus &

2
mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori, merupakan
lobus terkecil.1
Lobus temporal adalah salah satu regio dari kortex serebri yang terletak di
bawah sulcus lateralis di kedua hemisfer otak manusia. Lobus temporal terlibat
dalam retensi memori visual, proses input sensorik, memahami bahasa,
penyimpanan memori baru, emosi dan memahami makna. Lobus temporal berisi
hippocampus dan memainkan peran kunci dalam pembentukan eksplisit memori
jangka panjang yang dimodulasi oleh amigdala.1
Lobus temporalis merupakan satu dari empat lobus utama dari otak. Lobus
temporalis berada di bawah sulcus lateralis dan di anterior korteks oksipital dan
parietal. Brodmann mengidentifikasi 10 area temporal, tetapi penelitian anatomi
terbaru menunjukkan banyak area pada monyet, apalagi pada wanita. Lobus
temporalis tidak hanya memiliki satu fungsi, karena dalam lobus temporalis
terdapat primary auditory cortex, the secondary auditory, visual cortex, limbic
cortex, dan amygdala.1,2
Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah memproses input auditori,
mengenali objek visual, dan penyimpanan memori jangka lama dari input sensori,
ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu afeksi (emosi). Beberapa fungsi lainnya
adalah sebagai berikut:1

Tabel 1. Fungsi-fungsi lobus temporal

Fungsi Keterangan
Kemampuan Diatur pada bagian sebelah kiri temporal, terdapat zona
Berbicara bahasa atau berbicara bernama Wernicke. Area ini
mengontrol proses termasuk komprehensif dan memori
verbal.
Memori Mengatur eksplisit memori jangka panjang berupa fakta,
kejadian, orang, dan tempat. diproses di hippocampus
yang dimodulasi oleh amigdala.
Membaca Memproses suara dan kata-kata tertulis menjadi suatu
informasi sehingga menjadi ingatan.

3
Respon emosi Berasal dari amygdala didalam lobus temporalis
Respon auditori Primary auditory cortex (terletak pada Heschls gyri)
bertanggung jawab untuk merespon frekuensi suara yang
berbeda untuk lokalisasi suara. Bagian ini bertugas untuk
peka terhadap suara.
Pemrosesan Visual Memunculkan perasaan yakin dan insight.

Gambar 2.
Daerah gyrus temporalis superior, mengatur proses pendengaran dan
area wernick sebagai zona bahasa dan berbicara.

Di sekitar daerah superior, posterior dan lateral dari lobus temporal terlibat
dalam proses pendengaran. Lobus temporal terlibat sebagai penerima persepsi
auditori primer, yaitu proses mendengar karena terdapat kortex auditori primer.
Gyrus temporalis superior (termasuk sulcus lateralis) meliputi area yang menerima
sinyal dari koklea pertama kali begitu mencapai kortex cerebri.2
Kemudian stimulus ini diproses oleh kortex auditori primer di lobus temporal
kiri. Daerah yang berkaitan dengan penglihatan pada lobus temporal
menginterpretasikan stimulus visual sehingga obyek penglihatan dapat dikenali.
Bagian yang mengatur proses ini terletak di bagian ventral dari lobus temporal.
Pada daerah tersebut terdapat gyrus fusiforme untuk proses mengenali wajah, dan

4
gyrus parahippocampal untuk mengenali serta membaca suasana atau kejadian.
Sementara bagian anterior dari daerah ini mengatur proses pengenalan benda.2

Gambar 3. Gyrus Parahippocampal untuk mengenali


suasana/kejadian serta Amigdala yang mengatur afeksi (emosi)

Pada lobus temporal kiri terdapat kortex auditori primer yang memegang
peranan sebagai pengolah proses semantik berbicara dan penglihatan manusia.
Pelebaran regio antara lobus temporal dan parietal (tandem dengan area brocha di
lobus frontal) memegang peranan dalam pemahaman dalam berbicara.
Proses bahasa ucapan yaitu diterima alat dengar pusat otak primer dan
sekunder pusat otak asosiatif: area wernicke, kata yang didengar akan dipahami
Girus angularis, tempat pola kata-kata dibayangkan lewat area Wernicke di
fasikulus arkuatus area Broca: gerakan motorik pembicaraan area motorik primer ;
otot-otot lidah untuk ucapan area motorik suplementer, agar ucapan/gerakan
lidah menjadi jelas.
Proses bahasa Visual yaitu diterima alat visual Pusat otak primer
penglihatan Pusat otak asosiasi penglihatan: (di sini terjadi pengenalan
informasi) Girus angularis area Wernicke area Broca (gerakan
pembicaraan) area motorik primer dan suplementer, sehingga pada akhirnya
tulisan dapat dimengerti.1
Lobus temporal medial diduga terlibat dalam pengkodean memori jangka
panjang deklaratif. lobus temporal medial termasuk hippocampi, penting untuk

5
penyimpanan memori, sehingga kerusakan pada daerah ini dapat mengakibatkan
penurunan dalam pembentukan memori baru yang mengarah ke amnesia
anterograde permanen atau sementara. Lobus temporal medial terdiri dari struktur
yang penting untuk memori deklaratif atau jangka panjang. Memori deklaratif
(denotatif) maupun eksplisit adalah memori sadar dibagi ke dalam memori
semantik (fakta) dan memori episodik (peristiwa). Struktur lobus temporal medial
sangat penting untuk memori jangka panjang termasuk amigdala, batang otak, dan
hippocampus. Hippocampus terdiri dari daerah neokorteks perirhinal,
parahippocampal, dan entorhinal. Hippocampus penting untuk pembentukan
memori, dan korteks temporal medial di sekitarnya.2

2.2 Definisi
Sindrom lobus temporal adalah berbagai kelainan psikopatologik yang
diakibatkan oleh adanya gangguan atau kerusakan (lesi) pada bagian-bagian di
lobus temporal.3

2.3 Epidemiologi
Cerebrovascular diseases adalah salah satu penyebab angka morbiditas dan
kematian terbesar di USA. Dari 100 pasien yang selamat, 10 yang tidak dapat
kembali bekerja seperti semula, 30 yang mengalami disabilitas residual yang
ringan, 50 mengalami disabilitas yang lebih berat dan memerlukan perawatan
khusus di rumah, dan 10 membutuhkan perawatan institutional yang permanen.3
Epilepsi lobus temporal, penyebab epilepsi parsial sering berasal dari lobus
temporal. Sekitar 50% dari pasien dengan epilepsi parsial dikonfirmasi berasal dari
lobus temporal. Lifelong prevalence dari seluruh gangguan psikotik pada pasien
epilepsi berkisar antara 7-12%. Pada pengamatan 100 anak dengan kejang
kompleks parsial dalam periode lebih dari 30 tahun, dari 87 yang masih hidup dan
sampai dewasa tidak menderita retardasi mental, 9 orang (10%) mengalami
gangguan psikotik. Penelitian lobektomi temporal yaitu pengangkatan fokus
epilepsinya, terjadi psikosis pada 7-8% kasus, bahkan jauh setelah kejang-kejang
berhenti. Hal ini memperlihatkan bahwa resiko terjadinya psikotik pada pasien

6
epilepsi dua kali atau lebih dibandingkan populasi umum, khususnya pasien yang
fokus epilepsinya di media basal lobus temporalis.4,
Pada tumor otak terdapat gangguan psikiatrik dapat berupa defisit kognitif,
dan perubahan kepribadian. Sebuah penelitian melaporkan bahwa prevalensi gejala-
gejala psikiatrik pada pasien dengan tumor lobus temporalis adalah 94%, lobus
frontalis 90% dan infratentorial 47%.5

2.4 Etiologi
Penyebab paling umum dari lesi lobus temporal adalah Cerebro Vascular
Diseases (CVD). Kemudian akibat tumor primer, jinak (seperti meningioma) atau
ganas yang mungkin merupakan tumor sekunder atau metastasis karsinoma, paling
sering dari kanker paru-paru atau kanker payudara. Trauma dari cedera kepala
mungkin terlibat atau kerusakan bedah ketika pengangkatan tumor dari wilayah
lobus temporal. Cedera kepala sering mencakup hematoma extradural dan cedera
contrecoup (cedera otak di sisi yang berlawanan dengan titik trauma). pembedahan
intra temporal pada kasus epilepsi lobus temporal banyak menyebabkan gangguan
fungsi lobus temporal. Patologi lain seperti multiple sclerosis dapat mempengaruhi
lobus temporal meskipun ini adalah manifestasi yang jarang.6

2.5 Gejala Klinik Akibat Kerusakan pada Lobus Temporal


Berikut manifestasi-manifestasi yang diasosiasikan dengan penyakit pada
lobus temporal, yaitu:5,6

1. Gangguan sensasi auditory dan persepsi, kerusakan pada auditoryperceptual


terletak pada bagian kiri lobus temporal. Bagian kiri lobus temporal penting untuk
membedakan ucapan. Pada bagian ini juga terdapat gangguan yang disebut
dengan afasia dimana seseorang sulit untuk mengenali kata-kata ( terletak pada
Wernickes area). Selain itu, ketika terjadi kerusakan pada bagian kanan lobus
temporal, maka seseorang akan mengalami kemunduran dalam mempersepsi
karakteristik tertentu dari musik (loudness, quality dan pitch).

7
2. Gangguan selective attention input auditory dan visual, kerusakan pada bagian
kanan lobus temporal akan mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam
mengenali dan me-recall wajah maupun gambar-gambar.
3. Kelainan persepsi visual, lesi pada bagian kiri lobus temporal akan
mengakibatkan ketidakmampuan untuk fokus. Begitu juga dengan bagian kanan
lobus temporal.
4. Kerusakan pengorganisasian dan pengkategorisasian materi verbal, kerusakan
lobus temporal juga mengakibatkan seseorang tidak dapat mengkategorisasikan
sebuah kata, gambar, maupun objek yang familiar.
5. Gangguan pemahaman bahasa, seseorang dengan kerusakan ini mengakibatkan ia
selalu keluar dari konteks, apakah itu kalimat, gambar, maupun ekspresi wajah.
6. Kerusakan memori jangka panjang, kerusakan pada lobus temporal
mengakibatkan seseorang mengalami amnesia. Kerusakan pada inferotemporal
cortex mengakibatkan ketidaksadaran dalam me-recall informasi. Lesi pada
bagian kiri lobus temporal mengakibatkan seseorang tidak dapat me-recall materi
verbal, sebaliknya jika bagian kanan rusak, akan mengakibatkan ketidakmampuan
me-recall materi non-verbal.
7. Perubahan kepribadian dan perilaku afektif, kerusakan lobus temporal
mengakibatkan gangguan pada emosi (karena amygdala terstimulasi).
8. Perubahan perilaku seksual, lesi lobus temporalis dapat mengakibatkan
hyperseksualitas, transvestisme dan perilaku transeksual. Pada kasus Cerebro
vascular diseases (CVD) biasanya mengurangi libido, tetapi lesi pada lobus
temporal dapat meningkatkannya.5
9. Klver-Bucy Syndrome, Klver-Bucy Syndrome adalah sindrom neuro-
behavioural yang berhubungan dengan lesi bilateral di ujung lobus temporal
anterior atau amigdala. Lesi lobus temporal sedikitnya telah dilaporkan dapat
menimbulkan Klver-Bucy syndrome. Gejala sindrom ini antara lain : emosi yang
menjadi tumpul dan tidak ekspresif, hipermetamorfosis dan hiperseksualitas.6
10. Epilepsi lobus temporal, Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang
paling sering ditemukan, serta potensial untuk resisten terhadap pengobatan. Efek
fungsi kognitif ditandai dengan sklerosis hipokampus, kejang fokal dengan tanda

8
kepribadian lobus temporal sebelah medial. Hipokampus dan sekitarnya adalah
komponen terbesar dalam sistem frontotemporal. Epilepsi lobus temporal kiri
berhubungan dengan defisit memori dan verbal, khususnya dalam penggabungan
kalimat yang panjang dan pengungkapannya kembali. Pada epilepsi lobus
temporal kanan dengan sklerosis hipokampus, defisit memori dan visual yang
akan ditemukan. Selain itu juga bisa ditemukan defisit memori spasial yang
spesifik, identifikasi wajah orang terkenal, pengenalan wajah dalam waktu lama,
dan pengenalan ekspresi wajah. Karena mempunyai interaksi yang kuat antara
lobus temporal dan area prefrontal prefrontal pada fungsi memori, pasien dengan
epilepsi lobus temporal juga mempunyai kerusakan fungsi lobus frontal.
Khususnya yang mempunyai gejala kejang tonik klonik umum. Epilepsi lobus
temporal kiri umumnya berhubungan dengan kerusakan dalam berbahasa,
memori, khususnya ketidakmampuan bersosialisasi. Pembedahan meski sukses,
umumnya masih menyisakan defisit verbal dan memori dalam berbagai derajat.6

Dari manifestasi-manifestasi di atas didapatkan berbagai perubahan-


perubahan yang berkaitan dengan penyakit gangguan kejiwaan kausa organik
(dalam hal ini akibat kerusakan daerah-daerah di lobus temporal). Penyakit-
penyakit tersebut sebagai berikut :7

1. Gangguan Kepribadian Organik (F07.0)


Sebagian besar kerusakan pada daerah lobus temporal mengakibatkan
terjadinya perubahan kepribadian seperti gangguan emosi dan perilaku
seksual. Terlebih lagi ditemukannya sindrom Kluver-Bucy (sindrom neuro-
behavioral). Sesuai dengan manifestasi klinik di atas yaitu poin ke-7, ke-8
dan ke-9.
2. Gangguan Cemas (Anxietas) Organik (F06.4)
Gangguan cemas yang timbul sebagai akibat gangguan organik yang dapat
menyebabkan disfungsi otak dalam hal ini pada kasus epilepsi lobus
temporal.
3. Gangguan Disosiatif Organik (F06.5)

9
Berdasarkan manifestasi klinik di atas poin ke-6. Di mana telah terjadi
kerusakan memori jangka panjang akibat kerusakan inferotemporal cortex
pada lobus temporal.
4. Gangguan Kognitif Ringan (F06.7)
Berdasarkan manifestasi klinik poin ke-4 dan ke-5. Dimana dikatakan
bahwa terjadi kerusakan di dalam pengorganisasian dan
pengkategorisasian materi verbal serta pemahaman bahasa.

2.6 Diagnosis

1. Pemeriksaan penunjang seperti MRI dan CT-scan diperlukan untuk menilai kasus
kausa organik (lesi pada lobus temporal maupun untuk menilai tumor pada lobus
temporal).3
2. Untuk kasus epilepsi lobus temporal didiagnosis dengan menggunakan EEG. EEG
menampilkan aktivitas listrik otak sebagaimana yang tercatat oleh elektroda yang
dilekatkan pada kulit kepala. Orang-orang dengan epilepsi biasanya memiliki
perubahan pola gelombang otak, bahkan ketika mereka tidak mengalami kejang.
EEG kadang-kadang dapat membantu menunjukkan jenis kejang yang dialami.
3. Untuk membedakan kelainan psikis yang diakibatkan oleh kausa organik atau
non-organik, berdasarkan buku pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa
(PPDGJ III).7

1.7 Diagnosa banding

1. Alcoholism
2. Alzheimer's disease
3. myloid angiopathy
4. Aphasia
5. Apraxia and related syndromes
6. Arteriovenous malformations
7. Cardioembolic stroke
8. Cerebral aneurysms

10
9. Glioblastoma multiforme
10. Low-grade astrocytoma
11. Meningioma
12. Multiple sclerosis
13. Pick's disease
14. Primary central nervous system lymphoma
15. Secondary brain tumours
16. Substance abuse

2.8 Penatalaksanaan

Berbagai kelainan kausa organik dapat ditangani dengan farmakoterapi,


kemoterapi, radioterapi hingga tindakan operatif untuk menghilangkan kausa
seperti tumor atau lesi-lesi pada lobus temporal.6

Pada kasus epilepsi lobus temporal, dengan mengobati penyebab tertentu


dapat menghentikan kejang termasuk tindakan operatif. Penyebab epilepsi lobus
temporal selain genetik juga dapat disebabkan oleh tumor dan lesi pada lobus
temporal. Kebanyakan pasien dengan epilepsi memiliki prognosis yang baik bila
kejang dapat dikontrol dengan antikonvulsan. Sebagian besar pasien tidak
mengalami gangguan psikiatrik hanya jika mengalami kejang-kejang yang tidak
terkontrol dalam jangka panjang/bertahun-tahun antikonvulsan atau operasi
mungkin dapat mengatasi gejala seperti agresi.4

2.9 Prognosis

Pada penderita yang masih muda, terutama anak-anak, memiliki kemampuan


untuk membiarkan salah satu bagian dari otak mengambil alih fungsi dari bagian
yang rusak (plastisitas) tapi ini hilang seiring dengan bertambahnya usia. Oleh
karena itu pasien muda dapat kembali beberapa fungsi yang hilang tapi
kemungkinan dapat terjadi penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Dengan
kausa organik yang ringan hanya dengan menangani penyebab utamanya pasien
dapat disembuhkan secara total.

11
BAB III
KESIMPULAN

Lobus temporalis berada di bawah sulcus lateralis dan di anterior korteks


oksipital dan parietal. Lobus temporalis tidak hanya memiliki satu fungsi, karena
dalam lobus temporalis terdapat primary auditory cortex, the secondary auditory,
visual cortex, limbic cortex, dan amygdala.
Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah memproses input auditori,
mengenali objek visual, dan penyimpanan memori jangka lama dari input sensori,
ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu afeksi (emosi).
Sindrom lobus temporal adalah berbagai kelainan psikopatologik yang
diakibatkan oleh adanya gangguan atau kerusakan (lesi) pada bagian-bagian di
lobus temporal. Sekitar 50% dari pasien dengan epilepsi parsial dikonfirmasi
berasal dari lobus temporal. Penyebab paling umum dari lesi lobus temporal adalah
Cerebro Vascular Diseases (CVD).
Berikut manifestasi-manifestasi yang diasosiasikan dengan penyakit pada
lobus temporal, yaitu gangguan sensasi auditory dan persepsi, gangguan selective
attention input auditory dan visual, kelainan persepsi visual, kerusakan
pengorganisasian dan pengkategorisasian materi verbal, gangguan pemahaman
bahasa, kerusakan memori jangka panjang, perubahan kepribadian dan perilaku
afektif, perubahan perilaku seksual, Kluver-Bucy Syndrome, epilepsi lobus
temporal. Dari manifestasi-manifestasi tersebut didapatkan berbagai perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan penyakit gangguan kejiwaan kausa organic akibat
kerusakan daerah-daerah di lobus temporal.

Pemeriksaan penunjang seperti MRI dan CT-scan diperlukan untuk menilai


lesi pada lobus temporal maupun untuk menilai tumor, untuk kasus epilepsi lobus
temporal didiagnosis dengan menggunakan EEG, untuk membedakan kelainan
psikis yang diakibatkan oleh kausa organik atau non-organik, berdasarkan buku
pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa (PPDGJ III). Berbagai kelainan
kausa organik dapat ditangani dengan farmakoterapi, kemoterapi, radioterapi

12
hingga tindakan operatif untuk menghilangkan kausa seperti tumor atau lesi-lesi
pada lobus temporal.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore K L, Agur A M R. In: Sadikin V, Saputra V, editors. Anatomi Klinis


Dasar. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 2002.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5th ed. In: Sugharto
L, Dimanti A, Hartanto H, Handayani S; editors. Jakarta: EGC; 2006.
3. The Basics of Frontotemporal Disorders. Available at
https://www.nia.nih.gov/alzheimers/publication/frontotemporal-disorders/basics-
frontotemporal-disorders.
4. Epilepsy and other seizure disorders. In: Ropper AH, Brown RH, editors. Adams
and Victors principles of neurology. 8th ed. USA: McGraw-Hill, 2005. p.271-8.
5. Sidharta P, Dewanto. Gangguan lokalisasi fungsional pada korteks serebri.
Anatomi susunan saraf pusat manusia. Jakarta: PT Dian Rakyat.p. 216-32
6. Blumer D, Benson DF. Personality changes with frontal and temporal lobe
lesions. Ibid. p. 151-70.
7. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan; 1993.

14

Anda mungkin juga menyukai