Anda di halaman 1dari 38

DEMENSIA

Lisna Agustina
EPIDEMIOLOGI

 Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia.


KLASIFIKASI
Ciri Demensia Kortikal Demensia Subkortikal
Penampilan Siaga, sehat Abnormal, lemah
Aktivitas Normal Lamban
Sikap Lurus, tegak Bongkok, distonik
Cara berjalan Normal Ataksia, festinasi, seolah berdansa
Gerakan Normal Tremor, khorea, diskinesia
Output verbal Normal Disatria, hipofonik, volum suara lemah
Berbahasa Abnormal, parafasia, anomia Normal
Kognisi Abnormal (tidak mampu Tak terpelihara (dilapidated)
memanipulasi pengetahuan)
Memori Abnormal (gangguan belajar) Pelupa (gangguan retrieval)
Kemampuan visuo-spasial Abnormal (gangguan konstruksi) Tidak cekatan (gangguan gerakan)
Keadaan emosi Abnormal (tak memperdulikan, tak Abnormal (kurang dorongan drive)
menyadari)
Contoh Penyakit Alzheimer, Pick Progressive Supranuclear Palsy, Parkinson,
Penyakit Wilson, Huntington.
Klasifikasi

Demensia Senilis
Berdasarkan
umur
Demensia Prasenilis

reversibel
Perjalanan
Penyakit
irreversibel
ETIOLOGI

Demensia Kelainan Kelainan


Degeneratif Psikiatri Metabolik

Tumor Trauma Infeksi

Kelainan
jantung, Penyakit Obat-obatan
vaskuler, dan demielinisasi dan toksin
anoksia
Gambaran Klinik

Gangguan memori Gangguan orientasi Afasia

Gangguan fungsi
Apraksia Agnosia
eksekutif

Perubahan
Gangguan Lain
Kepribadian
Patofisiologi
• Berbagai jalur saraf yang menggunakan neurotransmitter
tertentu mengalami kerusakan pada demensia terutama
jalur kolinergik (asetilkolin), noradrenergik, dopaminergik,
serotoninergik dan peptidergik.
Jenis Neurotransmiter Jenis Fungsi Kognisi

Asetilkolin (Ach) Memory dan attention


Noradrenalin Mood, attention dan memory
(delayed recognition)
Serotonin (5-HT) Mood and arousal
Dopamin Sensory, motor dan spatial ability
Kehilangan neuron kolinergik
yang progresif

Penurunan Asetilkolin yang


progresif

Gangguan Kognisi, Aktifitas


sehari-hari, dan perilaku
DEMENSIA TIPE ALZHEIMER

Penyakit degeneratif otak yg progresif lambat

Gejala : gangguan fungsi kognitif

Onset dan berkembang secara lambat laun tapi pasti dalam beberapa tahun

Bisa pada usia 40 tahun, >> 60 tahun

Insiden ♀ = ♂

Etiologi : tidak diketahui jelas, diduga faktor genetik, imunologik, slow viral infection.

Diagnosa : CT-scan & EEG


DEMENSIA TIPE
ALZHEIMER Neuropatologi

Makroskopik
• Pada otak seseorang dengan
demensia alzheimer adalah
atrofi difus dengan pendataran
sulkus kortikal dan pembesaran
ventrikel serebral
Mikroskopik

• Gambaran klasik dan patognomonik  bercak-


bercak senilis, kekusutan neurofibriler,
hilangnya neuronal dan degenerasi
granulovaskular pada neuron
DEMENSIA
VASKULER

Penyebab
utama adalah
penyakit
♂ >> ♀
vaskular
serebral yg
multipel.

Pnyakit Infark dpt


kardiovaskular disebabkan
 demensia oleh plak
vaskular arterosklerosis.
DEMENSIA PENYAKIT
PICK

• Ditandai atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal.


• Lebih sering pada laki-laki
• Ditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dengan
fungsi kognitif lain yang relatif bertahan
DEMENSIA
CREUTZFELDT JAKOB
• Merupakan penyakit degeneratif otak yang
jarang , yang disebabkan oleh agen progresif
secara lambat dan dapat ditransmisikan( agen
infektif), paling mungkin adalah suatu prion.
• Ditandai dengan degenerasi spongiosa pada
otak, karena tidak adanya respon imun
inflamasi.
• Masa inkubasi bisa relatif singkat atau lama(8-
16 tahun)
• Onset penyakit ditandai dengan
tremor,ataksia,myoklonus dan demensia
PENYAKIT BINSWANGER

• Sebagai ensefalopati arteriosklerotik kortikal


• ditandai dengan adanya banyak infark-infark
kecil pada substansia alba, jadi menyerang
daerah kortikal
DEMENSIA PENYAKIT
HUNGTINGTON

• Ditandai dgn perlambatan psikomotor


dan kesulitan melakukan tugas
kompleks, tetapi ingatan, bahasa, dan
tilikan tetap utuh.

• Beda dgn Demensia Alzhaimer :


 tingginya insiden depresi & psikosis
 gangguan koreoatetoid yg klasik
DEMENSIA PENYAKIT
PARKINSON

• Gangguan pada ganglia basalis


• 20 – 30% penderita Parkinson menderita demensia
• Gejala = gejala demensia Alzheimer
• Bradikinesia
Gejala Dimensia
• Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau
janji, yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari
• Kesulitan dalam melakukan tugas biasa sehari-hari
• Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
• Penilaian yang buruk
• Disorientasi waktu dan tempat. Bingung tentang waktu, tanggal atau
tempat
• Masalah dengan pemikiran dan perhitungan
• Perubahan suasana hati dan perilaku
• Kehilangan inisiatif
• Lupa tempat menaruh barang-barang
• Perubahan kepribadian
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
MMSE Hachinski Ischemic Score

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium, Radiologi, EEG,


25-30 = Normal
21- 24 = gangguan kognitif ringan
10-20 = gangguan kognitif sedang
< 10 = berat
DIAGNOSIS BANDING
• Penurunan kognitif akibat usia
• Depresi
• Amnesia
• Retardasi mental
• Skizofrenia
Penatalaksanaan

Terapi non-farmakologi

Pendekatan untuk pengasuh

Pendekatan Tingkah Laku

Modifikasi Lingkungan

Pengembangan dan Perawatan Rutin

Intervensi Sensorik
PENATALAKSANAAN

Farmakoterapi
• Obat untuk demensia
– Cholinergic-enhancing agents
– Choline dan lecithin
– Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
– Nootropic agents
– Dihydropyridine
PROGNOSIS
• Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi
dari penyakit Alzheimer. Pasien dengan
penyakit alzheimer mempunyai angka harapan
hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi
sekunder. Penyebab kematian lainnya untuk
demensia secara umum adalah komplikasi dari
demensia, penyakit kardiovaskular
dan berbagai lagi faktor seperti keganasan.6
Komplikasi Dimensia
Gejala dalam stadium menengah meliputi:

 Respons yang lambat


 Penurunan kemampuan analitik
 Kehilangan daya ingat yang parah, tidak mampu untuk mengurus
diri sendiri dan tergantung kepada orang lain
 Mengalami hambatan untuk mempelajari pengetahuan dan
keterampilan baru
 Masalah berbahasa
 Menjadi emosional, mudah marah, dan mengalami masalah
kejiwaan seperti halusinasi atau delusi
 Berkeliaran di jalan, bingung tentang siang dan malam hari
Komplikasi Dimensia
Orang dengan demensia berat bisa saja:

 Tidak bisa memahami atau berkomunikasi dengan


orang lain
 Tidak bisa mengenali anggota keluarga
 Tidak bisa melakukan kegiatan biasa sehari-hari,
seperti makan dan mandi
 Kehilangan kendali usus dan kandung kemih
 Mengalami kesulitan untuk menelan, berjalan, atau
bahkan hanya bisa terbaring di tempat tidur
Komunikasi pada lansia
dimensia
• Berbicara secara perlahan kepada lansia dimensia
• Gunakan kalimat pendek dan langsung. Katakan
satu titik kunci saja dalam satu kalimat. Jangan
membuat hal-hal menjadi rumit.
• Ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana.
Biarkan pasien menjawab ya atau tidak. Beri cukup
waktu bagi pasien untuk memikirkan jawabannya.
• Ulangi pertanyaan jika pasien lupa.
Komunikasi pada lansia
dimensia
• Jika pasien tidak bisa langsung menjawab
pertanyaan, bersabarlah dan dorong pasien untuk
mengekspresikan pendapat dan perasaannya. Jika
pasien masih tidak bisa menjawab, jangan
memaksanya. Coba dan ulangi lagi.
• Gunakan bahasa tubuh. Lakukan kontak mata saat
Anda berbicara atau mendengarkan pasien.
Berikan tanggapan seperti menganggukkan kepala.
Harga diri lansia dengan dimensia
• Kebutuhan harga diri adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang merasa puas akan
dirinya, bangga, dan merasa dihargai karena
kemampuan dan perbuatannya

Kebutuhan harga diri berkaitan dengan


keinginan terhadap kekuatan, pencapaian,
kompetensi, rasa cukup, dan kemerdekaan
Harga diri lansia dengan dimensia
Individu memerlukan perasaan ingin dihargai
oleh orang lain dan mendapatkan penghargaan
dari orang lain. Kebutuhan harga diri dan
kebutuhan penghargaan dari orang lain yang
terpenuhi dapat membuat seseorang menjadi
lebih berguna dan percaya diri
Jenis kebutuhan harga diri yang
dikembangkan oleh Khalish
1) Menghargai diri sendiri
2) Menghargai orang lain
3) Dihargai oleh orang lain
4) Kebebasan yang mandiri
5) Prestise
6) Dikenal dan diakui
7) Penghargaan
8) Kebutuhan akan status sosial yang lebih tinggi
Cara Merawat lansia dengan dimensia
Perawatan harian
 Menetapkan jadwal bagi pasien, agar pasien tidak bingung
karena kehilangan daya ingat. Misalnya, menetapkan waktu
makan dan jadwal kegiatan. Cobalah untuk menghindari
kegiatan yang drastis di malam hari.
 Pilih hal-hal yang pasien sukai, seperti pakaian dan makanan.
 Bantu pasien untuk merawat kebersihan diri dan
kerapiannya.
Cara Merawat lansia dengan dimensia

Perawatan harian
 Dorong pasien untuk melakukan hal-hal sederhana seperti
berpakaian dan menyikat gigi. Bantu pasien hanya bila
diperlukan.
 Pilih pakaian yang mudah dikenakan oleh pasien, seperti
pakaian dengan jumlah kancing yang sedikit.
 Tempatkan tanda di lemari atau laci sehingga pasien bisa
mengambil berbagai hal dengan mudah.
Cara Merawat lansia dengan dimensia

Lingkungan
 Gunakan tanda yang berukuran besar dan jelas untuk
membantu lansia mengenali tempat dan waktu, seperti jam
dan kalender yang berukuran besar.
 Tempatkan lampu di rumah atau di samping tempat tidur,
sehingga lansia tidak akan merasa cemas saat bangun di
tengah malam. Lampu ini juga bisa mencegah pasien
tersandung.
 Cobalah untuk tidak mengubah lingkungan sekitar rumah,
terutama kamar mandi, toilet, dan dapur.
 Jangan pindah rumah, karena lingkungan yang baru bisa
menyebabkan rasa bingung dan takut.
Cara Merawat lansia dengan dimensia

Lainya
 Jika lasien menolak untuk ikut serta dalam kegiatan,
jangan memaksanya.
 Jika Anda ingin lansia melakukan hal-hal yang tidak
dikenalnya atau pergi ke tempat yang asing, berikan
waktu yang cukup kepada pasien untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru, atau tinggal bersama
dengan dirinya hingga pasien merasa tidak asing
dengan lingkungan sekitarnya.
KEPUSTAKAAN
• Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press. Hal. 87-
92
• Nasrun Martina Wiwie S. 2010. Demensia. Dalam: Elvira Sylvia D, Hadisukanto. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Hal.494-504.
• Mardjono, M., Sidharta, P.2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:PT Dian Rakyat. Hal. 211-214
• Kelompok Studi Fungsi Luhur PERDOSSI.2004.Konsensus pengenalan dini dan
penatalaksanaan demensia vaskuler. Edisi 2. Jakarta : Eisai Hal. 1-7
• Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan
RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
• Budiono, A., Julianti, R 2008.Demensia. Faculty of Medicine – University of Riau. Diakses pada
tanggal 12 Januari 2013 dari http://yayanakhyar.wordpress.com
• Guberman A. 1994. An Introduction to Clinical Neurology. Boston : Little Brown and Coy, Hal.
69.
• Gilroy J.1992.Basic Neurology Third Edition. New York : Pergamon press, Hal. 195.
• Andriyani, Nita.2012.Demesia.Diunggah dari Scribd, pada tanggal 12 Januri 2013.
http://id.scribd.com/doc/96268640/Demensia
• Rowland, Lewis P.2005. Merritt's Neurology, 11th Edition. New York, Columbia University
Medical Center Lippincott Williams & Wilkins. Hal. 772 – 780
• Despopoulos, Agamemnon M.D. 2003. Consciousness, Memory, Language in :Color Atlas of
Physiology 5th edition, New York : Thieme. Hal.336-337

Anda mungkin juga menyukai