Anda di halaman 1dari 27

FISIOTERAPI PADA

DEMENSIA
AYU FERATYWI
PO714241181009
DEFINISI DEMENSIA
Demensia adalah istilah medis untuk penurunan kemampuan otak,
terutama dalam hal kognisi dan memori secara bertahap yang
mengganggu aktivitas sehari-hari. Demensia merupakan suatu
sindrom/kumpulan gejala akibat kelainan fungsi otak bersifat
kronik dan progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur yaitu:
daya ingat, daya fikir, orientasi, pemahaman, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, dan kemampuan menilai, dimana
lebih lanjut dapat berakibat pada gangguan aktivitas harian dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
1.Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala:
 Penurunan fungsi kognitif dengan onset
bertahap dan progresif

KLASIFIKASI  Daya ingat terganggu, ditemukan adanya:


afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
DEMENSIA eksekutif.
 Tidak mampu mempelajari / mengingat
informasi baru
 Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive,
kecurigaan)
 Kehilangan inisiatif
2. Demensia Vascular

Demensia tipe vascular disebabkan oleh


gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap

KLASIFIKASI penyebab atau faktor resiko stroke dapat


berakibat terjadinya demensia. Tanda-tanda
DEMENSIA neurologis fokal seperti:

 Peningkatan reflek tendon dalam

 Kelainan gaya berjalan

 Kelemahan anggota gerak


3. Demensia menurut perjalanan penyakit:
a.Reversibel (mengalami perbaikan)
b.Ireversibel, pada demensia tipe ini terdapat

KLASIFIKASI pembesaran vertrikel dengan meningkatnya


cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan
DEMENSIA adanya:
 Gangguan gaya jalan (tidak stabil,
menyeret)
 Inkontinensia urin
ETIOLOGI DEMENSIA
Kerusakan struktur otak pada demensia dapat diakibatkan oleh:
1.Proses degenerasi
2.Gangguan pembuluh darah otak, seperti penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah pada cerebro vascular accident (stroke) pada
demensia vascular
3.Gangguan metabolisme
4.Adanya infeksi, trauma maupun konsumsi obat-obatan seperti
alcohol, radiasi, logam berat, dan gas karbonmonoksida
5.Gangguan psikiatri dari adanya depresi dan gangguan kognitif.
GEJALA KLINIS DEMENSIA

Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang
tidak bisa lepas.
01

Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita
demensia berada.
02

Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata
yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
03

Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
04

Adanya perubahan perilaku, seperti: acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
01
PATOFISIOLOGI DEMENSIA

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan


terjadinya demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya
perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat.
Faktor ini yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron
korteks serebri. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak
yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan
berkurang.
Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium
(perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan
konfusio akut demensia
PEMERIKSAAN DEMENSIA
Dalam pemeriksaan dilakukan sejumlah tahapan diantaranya yaitu:
A. Anamnesis

Selain melakukan anamnesis umum seperti menanyakan


nama, usia, pekerjaan pasien juga penting sekali
melakukan anamnesis khusus berkaitan dengan demensia,
hal yang penting untuk diperhatikan pada saat melakukan
anamnesis adalah riwayat penurunan fungsi terutama
fungsi kognitif pada pasien dibandingkan sebelumnya,
mendadak atau progresif lama dan adanya perubahan
perilaku kepribadian.
B. Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan umum, pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan medis umum atau
status interna seperti yang dilakukan dalam praktek klinis. Seperti tanda-tanda vital
pasien apakah normal atau tidak.
• Pemeriksaan neurologis, pemeriksaan ini penting dilakukan untuk membedakan
proses degeneratif primer atau sekunder dan kondisi komorbid lainnya. Pasien
Demensia Alzheimer onset awal pada umunya memiliki pemeriksaan neurologis
yang normal. Pemeriksaan neurologis dapat juga digunakan untuk mengetahui
adanya gangguan motoric dan koordinasi.

• Pemeriksaan neuropsikologis, pemeriksaan neuropsikologis meliputi evaluasi


memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial dan visuoperceptual. Mini
Mental State Examination (MMSE) adalah pemeriksaan awal yang berguna untuk
mengetahui adanya disfungsi kognisi, menilai efektivitas pengobatan dan untuk
menentukan progresivitas penyakit.
Mini Mental State
Examination (MMSE)
Pemeriksaan demensia dapat menggunakan Mini Mental State Examination
(MMSE) yang merupakan gold standar untuk diagnosis demensia. Pemeriksaan
ini mudah dikerjakan dan membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu antara
lima sampai sepuluh menit yang mencakup penilaian orientasi, registrasi,
perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali serta bahasa. Pasien dinilai secara
kuantitatif pada fungsi-fungsi tersebut dengan nilai sempurna adalah 30.
Pemeriksaan MMSE dapat digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang
sederhana dan cepat untuk mencari kemungkinan munculnya defisit kognitif
sebagai tanda demensia
Mini Mental State
Examination (MMSE)
Menurut Folstein (1990), interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang
diperoleh pada saat pemeriksaan:
1. Skor 27-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal
2. Skor 21-26 diinterpretasikan sebagai gangguan fungsi kognitif ringan
3. Skor 10-20 diinterpretasikan sebagai gangguan fungsi kognitif
sedang
4. Skor < 10 diinterpretasikan sebagai gangguan fungsi kognitif berat.
01 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap termasuk
elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
hormon tiroid dan kadar vitamin B12.
Pemeriksaan cairan otak bila terdapat
indikasi.

PEMERIKSAAN 02 Pemeriksaan Pencitraan Otak


Berperan untuk menentukan beratnya penyakit serta
PENUNJANG prognosis. MRI menunjukkan kelainan struktur hipokampus
secara jelas dan berguna untuk membedakan demensia
alzheimer dengan demensia vaskular pada stadium awal.

03 Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)


Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan yang
spesifik. Pada stadium lanjut ditemukan adanya perlambatan
umum dan kompleks secara periodik.
DIAGNOSIS DEMENSIA
Kriteria diagnosis demensia adalah sebagai berikut:
1.Harus dapat dibuktikan secara nyata adanya penurunan dalam
daya ingat yang memengaruhi registrasi, retensi, dan recall yang
konstan minimal selama 6 bulan
2.Kesadaran harus normal
3.Adanya gejala tambahan sebagai berikut:
a.Penurunan kemampuan mengendalikan emosi
b.Berkurangnya kemampuan memusatkan dan
mempertahankan konsentrasi
c.Miskinnya alur gagasan dan penurunan daya pikir
DIAGNOSIS DEMENSIA
d. Penurunan visuospasial yang dapat dibuktikan dengan penurunan
kecermatan, ketepatan, dan kecepatan dalam bertindak/mengerjakan sesuatu

e. Gangguan orientasi

f. Penurunan fungsi kecerdasan lain seperti berhitung, kemampuan mencari


perbedaan dan persamaan, dan daya abstraksi

g. Gangguan dalam komunikasi yang ditandai dengan kelambanan berbicara,


sukar memahami pesan-pesan, merosotnya kosa kata bahkan miskin kata-
kata.
TATALAKSANA PADA PASIEN
DENGAN DEMENSIA
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi

a.Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti


Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine
b.Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin, Ticlopidine,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan
kognitif.

c.Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.
2. Terapi Nonfarmakologik
Intervensi terhadap pasien meliputi:
 Program Harian Penderita
a. Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputi latihan fisik
untuk memacu aktivitas fisik dan otak yang baik (brain-gym)
b. Asupan gizi berimbang, cukup serat, menngandung
antioksidan, mudah dicerna, penyajian menarik dan praktis
c. Mencegah /mengelola faktor risiko yang dapat memperberat
penyakit, misalnya hipertensi, gangguan vascular, diabetes, dan
merokok
d. Melaksanakan hobi dan aktifitas social sesuai kemampuan
e. Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatikan, dan
Asosiasi)
f. Tingkatkan aktivitas saat siang hari, tempatkan di ruangan yang
mendapatkan cahaya cukup
2. Terapi Nonfarmakologik
 Orientasi Realitas
a. Penderita diingatkan akan waktu dan tempat
b. Beri tanda khusus untuk tempat-tempat tertentu, misalnya
kamar mandi

c. Pemberian stimulasi melalui latihan permainan, misalnya


permainan monopoli, kartu, scrabble, mengisi teka-teki silang,
sudoku, dan lain-lain.
3. Dukungan atau Peran
Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar,
cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang
besar
4. Terapi Simtomatik

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan


terapi simtomatik, meliputi:
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
5. Pencegahan dan Perawatan
Deemensia
a.Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan.
b.Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
c.Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif: Kegiatan rohani
& memperdalam ilmu agama.
d.Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
e.Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
TINDAKAN FISIOTERAPI
PADA DEMENSIA
Latihan yang dapat diberikan dapat berupa single task exercise dan dual task
exercise.
- Single Task Exercise berupa latihan fisik yang tepat memiliki dampak positif
terhadap fungsi kognitif karena dapat menjaga fungsi otak termasuk meningkatkan
aliran darah dan pengiriman oksigen ke cerebral, serta menginduksi faktor
pertumbuhan fibroblast di hippocampus.

- Dual Task Exercise bermanfaat untuk membantu mengoptimalkan fungsi otak


manusia dengan melatih tugas motorik dan kognitif lansia secara bersamaan.
Dengan menambahkan tugas tambahan, dapat memperlancar aliran darah otak
sehingga menyebakan peningkan nutrisi dan memicu neurogenesis di
hippocampus.
TINDAKAN FISIOTERAPI
PADA DEMENSIA

Adapun latihan lain yang dapat diberikan pada penderita demensia:


• Berdiri dengan satu kaki
• Berjalan dengan tumit menyentuh kaki
• Mengangkat kaki ke belakang
• Berjinjit
• Push-Up dinding
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai