Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR (HIPERTENSI)”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1

ADINDANISSA AZZAHRA (PO714241181001)


AGNES CRISTIANTY MALAN (PO714241181002)
ANDI AWALIYA PURNAMASARI (PO714241181003)
ANDI YULIANA KAMALUDDIN (PO714241181006)
ASMA AWALIAH (PO714241181007)
ASNI FIANDINI (PO714241181008)
AYU FERATYWI (PO714241181009)
BALKIS SRI LESTARI (PO714241181010)

III A/D.IV FISIOTERAPI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
PROGRAM STUDI D.IV JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat mengetahui “Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular (Hipertensi)”, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
(Hipertensi)” dimana membahas mengenai
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangu. Terima kasih.

Makassar, 14 Januari 2021

                                                                                 
Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................. 3

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 4

Latar Belakang............................................................................................ 4

Rumusan Masalah....................................................................................... 5

Tujuan ........................................................................................................ 5

Bab 2 Pembahasan ................................................................................................ 6

Pengertian Hipertensi ................................................................................. 6

Epidemiologi Hipertensi ............................................................................. 7

Patofisiologi Hipertensi .............................................................................. 8

Etiologi Hipertensi ..................................................................................... 9

Klasifikasi Hipertensi ................................................................................. 9

Gejala Klinis Hipertensi ........................................................................... 10

Faktor Resiko Hipertensi .......................................................................... 11

Diagnosis dan Intervensi Hipertensi ......................................................... 13

Upaya Pencegahan Hipertensi .................................................................. 17

Bab 3 Penutup . ................................................................................................... 18

Kesimpulan .............................................................................................. 18

Saran ......................................................................................................... 18

Daftar Pustaka....................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama
(persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak.
Hampir 1 milyar orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi. Di
Amerika Serikat, hampir 1 dari 3 orang dewasa (kira-kira dari 73 juta orang)
memiliki derajat tekanan darah yang tinggi. Hipertensi merupakan faktor
pendukung dari banyak masalah penyakit termasuk myocardial infrarction (MI),
stroke, gagal jantung, gagal ginjal, dan juga menyebabkan kematian. Pada tahun
2004, sekitar 55.000 kematian secara langsung mengarah kepada hipertensi, dan
menjadi bahan pertimbangan dari penyebab 300.000 kematian lainnya. Studi dari
Amerika Utara menujukkan bahwa hipertensi adalah penyebab utama dari
500.000 penyakit stroke (250.000 mati) dan 1.000.000 MI (500.000 mati)
pertahun.
Survei Nasional kembali menguak bahwa hipertensi seringkali tidak
terdeteksi, dan saat di diagnoosa seringkali ditangan dengan adekuat. Diantara
pasien hipertensi, hanya 25% pasien yang terkontrol dengan baik. Ada bukti yang
berkembang menyatakan interaksi kompleks antara berbagai faktor genetik dan
lingkungan memainkan peran penting dalam menentukan risiko individu dari
bermacam-macam penyakit termasuk hipertensi. Gibson (1996) menekankan
bahwa interaksi antara gen dengan gen dan interaksi gen dengan lingkungan ada
dimana-mana, memberikan kompleksitas pada interaksi intermolekular yang
dibutuhkan untuk meregulasi tanda gen dan kompleksitas hierarkial dari ciri-ciri
bawaan secara kuantitatif.
Ada spekulasi yang menyatakan bahwa hipertensi berkembang
disebabkan karena “error” pada system regulasi tekanan darah yang tekoordinasi
dengan baik. Error dalam aliran molekular, biokimia, dan proses genetic yang
meregulasi tekanan dara untuk menyebabkan penyakit hipertensi.

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah, yakni :
1. Apa pengertian dari penyakit hipertensi ?
2. Bagaimana epidemiologi penyakit hipertensi ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit hipertensi ?
4. Bagiaman etiologi penyakit hipertensi ?
5. Apa saja klasifikasi penyakit hipertensi ?
6. Apa saja gejala klinis penyakit hipertensi ?
7. Apa saja faktor resiko terjadinya penyakit hipertensi ?
8. Bagaimana upaya pencegahan dari penyakit hipertensi ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit hipertensi.
2. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit hipertensi.
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit hipertensi.
4. Untuk mengetahui etiologi penyakit hipertensi.
5. Untuk mengetahui yang temasuk klasifikasi penyakit hipertensi.
6. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit hipertensi.
7. Untuk mengetahui yang termasuk faktor resiko terjadinya penyakit hipertensi.
8. Untuk mengetahui upaya pencegahan dari penyakit hipertensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
seringkali disebut sebagai pembunuh gelap, karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai
dengan usia. Berbagai tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia.
Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar
(90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab
tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyuk jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai
oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit
penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke,
dan penyakit jantung. Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan
bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik karena
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.
Adapun klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
menurut Joint National Committee on Prevention, Detectoion, Evaluation, and
Treatment of Hight Blood Pressure, yaitu :
Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 130 < 85
Tinggi Normal Hipertensi 130 - 139 85 - 89
Stadium 1 (ringan) 140 - 159 90 - 99

6
Stadium 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109
Stadium 3 (berat) 180 - 209 110 - 119
Stadium 4 (sangat berat) > 210 > 120
B. Epidemiologi Hipertensi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung coroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit
ini telah menjadi masalah utama dalam dalam kesehatan yang ada di Indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari
800 juta orang. Sebanyak 10-30% dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap
negara. Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy, 2010), jumlah penderita
hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, penderita hipertensi
mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada
tahun 2025. Di Cina, 98,5 juta orang dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun
2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 penderita hipertensi pada tahun 2000
dan diperkirakan menjadi 64,7 juta orang pada tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi ini dan
pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia
telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak
penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case
finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas
dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6% sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang
rendah terdapat Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim
Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6%, sedangkan angka prevalensi
tertinggi di Talang, Sumatera Barat sebesar 17,8%.

7
C. Patofisiologi Hipertensi
Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting
pada gagal ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.

8
Selain itu, arterosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah juga menyebabkan
hipertensi. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan
kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah
perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan baban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah
dalam sistem sirkulasi.
D. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, etiologi hipertensi dibagi menjadi dua
golongan:
1. Hipertensi Esensial merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti
kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi (Kemenkes.RI, 2014).
2. Hipertensi Sekunder. Prevalensi hipertensi sekunder sekitar 5-8% dari
seluruh penderita hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal
(hipertensi renal), penyakit endokrin dan obat. turnover katekolamin yang
memacu stres oksidatif.
E. Klasifikasi Hipertensi
Beberapa klasifikasi hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi Hipertensi Menurut Bentuknya
 Hipertensi Sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat
meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah
tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil
pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
 Hipertensi Diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah
yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah

9
diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi diantara dua denyutan.
2. Klasifikasi Hipertensi Menurut Sebabnya
 Hipertensi Primer adalah suatu kondisi di mana tekanan darah tinggi
terjadi akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang dengan pola makan tidak terkontrol akan berdampak pada
kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Hal ini juga dianggap sebagai
pencetus awal penyakit tekanan darah tinggi. Lingkungan dengan tingkat
stressor tinggi sangat berdampak pada seseorang sehingga mereka akhirnya
mengidap penyakit tekanan darah tinggi, terlebih mereka yang kurang
berolahraga.
 Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana meningkatnya tekanan
darah disebabkan oleh penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal,
atau kerusakan sistem hormon tubuh. Pada ibu hamil, khususnya pada
wanita dengan berat badan di atas rata-rata, tekanan darah umumnya
meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu.
3. Klasifikasi Hipertensi Menurut Gejalanya
 Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan
gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up.
 Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat
komplikasi organ-organ seperti otak, jantung, dan ginjal.
F. Gejala Klinis Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala
yang timbul. Gejala yang muncul akibat hipertensi, antara lain sebagai berikut :
 Sakit kepala
 Lemas
 Masalah dalam penglihatan
 Nyeri dada
 Aritmia (gangguan irama jantung)

10
 Adanya darah dalam urine

G. Faktor Resiko Hipertensi


Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
a) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan
orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
b) Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun
hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
c) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada
yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun
dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
d) Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara
 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.

11
 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
e) Obat-Obatan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),
Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam
jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
f) Preeklampsi pada Kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua
sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi
sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh
darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga
berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
g) Keracunan Timbal Akut
Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung
henle, serta menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada
ginjal (Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
a) Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik. Adapun
stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
b) Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara
berat badan dengan  tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun

12
normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring
umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak
pada bagian perut.
c) Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan
garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah
yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi
kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.
d) Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu
faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor
risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus
peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum
di Indonesia.
e) Kurang Olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
H. Diagnosis dan Intervensi Hipertensi
1. Anamnesa
Hipertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis khusus,
tetapi kadang terdapat keluhan pusing, sakit kepala, migraian, rasa berat
ditengkuk, susah tidur, kunang-kunang, mudah marah, rasa lelah, palpitasi,
nokturia, epistaksis, gelisah, muka merah. Keluhan lain sesuai organ yang
terkena atau komplikasi yang menimbulkan gejala antara lain insufisiensi
sirkulasi otak dan jantung, perdarahan pada retina, gagal jantung kiri.
Diagnosis hipertensi dilakukan jika kenaikan tekanan darah ini bersifat
menetap pada pemeriksaan ulang dalam kurun waktu 1-2 minggu. Menanyakan

13
berapa lama, riwayat penyakit, riwayat minum obat, riwayat penyakit jantung,
riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan menukur tekanan darah pada kedua lengan
sebanyak dua kali atau lebih dengan interval waktu 1-2 minggu. Berdasarkan
JNC (The Joint Committee on Detection, Evaluation and Treatment of high
blood pressure) VII.
Klasifikasi Sistolik Diastolik Perubahan Gaya Hidup
Normal < 120 dan < 80 Pertahankan
Pre Hipertensi 120 - 139 atau 80 - 89 +
Hipertensi Tk I 140 - 159 atau 90 - 99 ++
Hipertensi Tk II ≥ 160 atau ≥ 100 +++
3. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Sebelum dibuat diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran berulang
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda selama 4 - 6 minggu.
Pengukuran di rumah dapat menggunakan sfigmomanometer yang tepat
sehingga menambah jumlah pengukuran untuk analisis. Diagnostik hipertensi
diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik meliputi pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan funduskopi, pengukuran indeks massa tubuh (IMT),
pemeriksaan lengkap jantung dan paru-paru, pemeriksaan abdomen untuk
melihat pembesaran ginjal, massa intra abdominal, dan pulpasi aorta yang
abnormal, palpasi ekstremitas bawah untuk melihat adanya edema dan denyut
nadi, serta pemeriksaan neurologis.
Selain pemeriksaan fisik diperlukan juga tes laboratorium dan
prosedur diagnostik lainnya. Tes laboratorium meliputi urinalis rutin, Blood
Ureum Nitrogen (BUN), dan kreatinin serum untuk memeriksa keadaan ginjal,
pengukuran kadar elektrolit terutama kalium untuk mendeteksi aldoteronisme,
pemeriksaan kadar glukosa darah untuk melihat adanya diabetes mellitus,
pemeriksaan kadar kolestrol dan trigliserida untuk melihat adanya resiko
aterogenesis, serta pemeriksaan kadar asam urat berkaitan dengan terapi yang
memerlukan diuretik. Sedangkan prosedur diagnostik lain seperti rontgen

14
bagian dada (elektrokardiografi) juga diperlukan untuk melihat keadaan
jantung dan pembuluh aorta serta memberikan informasi tentang status kerja
jantung.
4. Pengobatan Hipertensi
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah sebagai berikut :
 Target tekanan darah yaitu < 140/90 mmHg dan untuk individu berisiko
tinggi seperti diabetes mellitus dan gagal ginjal, target tekanan darah adalah
< 130/80 mmHg.
 Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
 Menghambat laju penyakit ginjal.
Adapun pengobatan hipertensi terdiri dari :
a) Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan
merokok, menurunkan berat badan, menghentikan konsumsi alkohol
berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan
konsumsi buah dan sayur.
 Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat
badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi
dan kontrol hipertensi.
 Meningkatkan aktivitas fisik. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko
terkena hipertensi 30-50% dari pada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas
fisik antara 30-45 menit sebanyak > 3x/hari penting sebagai pencegahan
primer dari hipertensi.
 Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu dalam 6
bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.
 Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol. Kafein dapat memacu jantung
bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari
dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b) Farmakologis

15
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh
JNC VII, yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist,
angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI), angiotensin II receptor
blocker (AT1) atau receptor antagonist blocker (ARB).
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dampak negative dari
hipertensi yang tidak bias diobati. Upaya yang dapat dilakukan oleh penderita
hipertensi antara lain dengan perubahan pola makan dan gaya hidup sehat yang
harus dilakukan secara kontinum seperti menurunkan berat badan hingga
mencapai berat badan ideal, berolahraga, dan pola makan seimbang seperti
meningkatkan tekanan darah bagi orang yang memiliki sensifitas garam. Untuk
rehabilitasi hipertensi kronis yang sudah sangat sulit untuk disembuhkan
adalah berusaha semaksimal mungkin agar tekanan darahnya sealu berada
dalam keadaan yang stabil dengan melakukan hal-hal yang telah dijelaskan
diatas karena apabila tekanan darah melonjak dengan drastis dan tiba-tiba
(krisis hipertensi) maka disanalah hal yang buruk akan terjadi pada dirinya.
6. Prognosis
Prognosis bagi penderita hipertensi adalah baik bila terdeteksi secara
dini dan segera mendapat pengobatan, begitu pula dengan sebaliknya. Jika
hipertensi tidak disadari dan tidak dilakukan pengobatan dengan segera serta
tidak pula dikendalikan maka prognosis akan menjadi buruk dan hanya dapat
dikendalikan agar tekanan darah penderita stabil.
I. Upaya Pencegahan Hipertensi
Sebelum penyakit hipertensi menyerang, akan lebih baik jika
mencegahnya terlebih dahulu. Cara yang tepat untuk mencegah hipertensi, yaitu :
1. Tidak merokok karena nikotin dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih
cepat dan menyempitkan pembuluh darah kecil yang menyebabkan jantung
terpaksa memompa lebih kuat untuk memenuhi keperluan tubuh kita.

16
2. Kurangi komsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat
menyebabkan lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan tekanan
darah menjadi tinggi.
3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekililing pembuluh
darah dan menjadikannya tebal dan kaku.
4. Pertahankan berat badan ideal.
5. Olahraga secara teratur.
6. Hindari konsumsi alkohol.
7. Konsumsi makanan sehat, rendah lemak, kaya vitamin, dan mineral alami.
8. Pencegahan primordial.
9. Promosi kesehatan.
10. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor resiko.
11. Diagnose dini : screening, pemeriksaan/check-up.
12. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal
awal keluhan.
13. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bias
diobati.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawah oleh darah terhambat samapi ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Klasifikasi hipertensi menurut WHO dibedakan menjadi 4
yaitu, normal, pre-hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2. Hipertensi
sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan hipertensi adalah pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala.
Penyebab hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu faktor resiko
yang tidak dapat dikendalikan dan dapat dikendalikan.
Patofisiologisnya adalah saat mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cairan
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Komplikasi yang terjadi pada
penderita hipertensi adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan
kejang. Penatalaksanaan hipertensi adalah dengan terapi tanpa obat (diet, latihan
fisik, dan edukasi psikologi) dan terapi obat (pengobatan dan follow up). Cara
mencegah penyakit hipertensi adalah mempertahankan berat badan ideal,
memperbaiki pola makan, diet rendah sodium, aktivitas fisik (aerobik), tidak
meminum alkohol dan berhenti merokok, meningkatkan konsumsi buah dan
sayur, dan menurunkan asupan lemak.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
yang diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini
perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan
sebagaimana mestinya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Lany. 2011. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta :
Kanisius.
Sobel, Barry J, et all. 1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi.
Jakarta : Hipokrates.
A. Basjiruddin. - . The Management of Hypertension to Prevent Stroke. Dept. of
Neurology Medical Faculty University of Andalas : Medan.

19

Anda mungkin juga menyukai